• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerja tidak penuh

Dalam dokumen TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF (Halaman 86-90)

Penuh (1-34 Jam) 18,96 19,58 23,05 20,80 20,73 20,70 31,58 35-48 Jam 44,92 45,79 41,15 44,09 45,72 43,41 41,26 Lebih dari 48 Jam 32,98 31,03 27,05 32,02 31,98 33,67 25,29 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Ket: *) Termasuk sementara tidak bekerja Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Berdasarkan Tabel 3.14 terlihat bahwa pada tahun 2011-2016 pada ekonomi kreatif, persentase terbesar adalah pada kelompok yang bekerja selama 35-48 jam seminggu, dengan persentase antara 41 sampai 46 persen. Posisi kedua ditempati oleh mereka yang bekerja dengan jam kerja lebih dari 48 jam yaitu antara 27 persen hingga 34 persen.

Bila dilihat dari indikator pekerja tidak penuh (pekerja dengan jam kerja 1-34 jam seminggu), pada tahun 2016 di ekonomi kreatif, pekerja tidak penuh mencapai 20,70 persen. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2016 diantara 100 penduduk bekerja dengan pekerjaan utama di sektor ekonomi kreatif, terdapat sekitar 21 orang pekerja tidak penuh. Sementara untuk level nasional, di tahun yang sama dari 100 orang penduduk bekerja (di semua sektor) ada sekitar 32 orang yang masuk kategori pekerja tidak penuh.

Jika dilihat trennya, persentase pekerja tidak penuh di sektor ekonomi kreatif mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 hingga 2013, persentase pekerja tidak penuh di sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dari sebesar 18,96 persen pada 2011 menjadi 23,05 persen pada tahun 2013. Akan tetapi persentase pekerja tidak penuh terus menurun sejak tahun 2014 hingga 2016.

£

Pekerja tidak penuh

di sektor Ekonomi Kreatif dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi

Gambar 3.28. Persentase Penduduk Bekerja dengan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja dan Jenis

Kelamin, Tahun 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Dapat dicermati pada Gambar 3.28, secara umum baik pekerja perempuan maupun laki-laki dengan pekerjaan utama di sektor ekonomi kreatif mayoritas bekerja 35 jam atau lebih. Jika dilihat dari indikator pekerja tidak penuh berdasarkan jenis kelamin, pekerja tidak penuh perempuan lebih banyak dibanding pekerja tidak penuh laki-laki. Hal menarik lainnya yaitu proporsi pekerja laki-laki dengan jumlah jam kerja di atas 35 jam dalam seminggu lebih besar dibanding pekerja perempuan baik tahun 2015 maupun 2016.

Gambar 3.29. Perbandingan Persentase Penduduk Bekerja (Pekerjaan Utama) Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin Secara Nasional (Semua Sektor) dan di Sektor Ekonomi Kreatif, Tahun 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

£

Pekerja tidak penuh di sektor Ekonomi Kreatif lebih rendah dibandingkan kondisi nasional

Gambar 3.29 menunjukkan perbandingan persentase penduduk bekerja menurut jam kerja dan jenis kelamin antara penduduk bekerja secara nasional (di semua sektor) dan penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif. Pada tahun 2016 secara nasional, persentase terbesar pada penduduk laki-laki bekerja adalah penduduk bekerja dengan jam kerja 35-48 jam. Sedangkan pada penduduk perempuan nekerja, persentase terbesar adalah pada penduduk permepua bekerja dengan jam kerja lebih dari 48 jam. Sementara persentase penduduk bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih di sektor ekonomi kreatif lebih tinggi dibandingkan kondisi nasional, baik pada laki-laki maupun perempuan.

Gambar 3.30. Persentase Penduduk Bekerja dangan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja dan Tempat

Tinggal, Tahun 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, pekerja pada sektor ekonomi kreatif baik di daerah perkotaan maupun perdesaan mayoritas bekerja 35-48 jam dalam seminggu. Akan tetapi proporsi tenaga kerja dengan jumlah jam kerja di atas 35-48 jam dalam seminggu di perkotaan lebih besar dibanding perdesaan. Hal ini terjadi baik tahun 2015 maupun 2016. Akan tetapi, pada tahun 2016, pekerja pada sektor ekonomi kreatif di wilayah pedesaan dengan jumlah jam kerja di atas 35 jam ke atas lebih tinggi dibanding pekerja pada sektor ekonomi kreatif di wilayah perdesaan, yaitu 80,34 persen dibanding 79,92 persen.

Jika dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, pada tahun 2016, persentase pekerja tidak penuh di sektor ekonomi kreatif baik di perkotaan maupun perdesaan lebih rendah dibandingkan kondisi nasional. Secara nasional, persentase pekerja tidak penuh di perkotaan sebesar 21,46 persen dan di perdesaan sebesar 42,50 persen. Sementara di sektor ekonomi kreatif, pekerja tidak penuh di perkotaan sebesar 18,21 persen dan di perdesaan 26,61 persen. Selain itu, persentase penduduk bekerja dengan jam kerja 35 jam atau lebih di sektor ekonomi kreatif baik di perkotaan maupun perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan kondisi nasional.

£

Baik di perkotaan maupun perdesaan, penduduk yang bekerja di sektor Ekonomi Kreatif paling banyak bekerja selama 35-48 jam seminggu

Gambar 3.31. Perbandingan Persentase Penduduk Bekerja (Pekerjaan Utama) Menurut Jam Kerja dan Tempat Tinggal Secara Nasional (Semua Sektor) dan di Sektor Ekonomi Kreatif, Tahun 2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2016

9. Jam Kerja Berlebih (Excessive Hour)

Batas jam kerja normal yang ditetapkan oleh ILO adalah 48 jam dalam seminggu, sehingga seseorang yang bekerja di atas 48 jam dalam seminggu dikategorikan sebagai seseorang dengan jam kerja berlebih (excessive hours). ILO menetapkan bahwa pekerjaan dengan jam kerja berlebih termasuk pekerjaan yang tidak layak. Hal tersebut dikarenakan jam kerja yang berlebihan bisa meningkatkan risiko terhadap cedera dan penyakit, serta menurunkan moral dan produktivitas pekerja yang berujung pada menurunnya tingkat kesejahteraan.

Tabel 3.15. Persentase Penduduk Bekerja dangan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Excessive Hours, 2011-2016

Excessive Hours 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (NASIONAL)2016 (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Ya 32,97 31,02 27,03 32,02 31,98 33,67 30,07 Tidak 67,03 68,98 72,97 67,98 68,02 66,33 69,93 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS RI, Sakernas 2011-2016

Berdasarkan Tabel 3.15, terlihat bahwa pada tahun 2016, penduduk bekerja dengan pekerjaan utama di sektor ekonomi kreatif dengan jam kerja berlebih (excessive hours) sebesar 33,67 persen. Artinya sekitar

£

Pada tahun 2016, 1 dari 3 penduduk bekerja di sektor Ekonomi Kreatif bekerja dengan jam kerja berlebih

satu dari tiga tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif bekerja dengan jam kerja berlebih. Sementara untuk level nasional lebih rendah yaitu 30,07 persen. Hal tersebut mengkhawatirkan karena cukup banyak tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif terlibat dalam pekerjaan yang tidak layak. Jika dibandingkan dengan tahun 2011, kondisi tahun 2016 ini tidak lebih baik. Pada tahun 2011 sekitar 32,97 persen tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif bekerja dengan jam kerja berlebih, berfluktuatif tetapi cenderung naik hingga sebesar 33,67 persen pada 2016.

Gambar 3.32. Persentase Penduduk Bekerja dangan Pekerjaan Utama di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Excessive Hours dan Jenis

Kelamin, Tahun 2015-2016

Sumber: BPS RI, Sakernas 2015-2016

Apabila dicermati menurut jenis kelamin, pada sektor ekonomi kreatif, persentase penduduk bekerja laki-laki yang terlibat dalam pekerjaan dengan excessive hours lebih besar dibanding perempuan. Hal tersebut terjadi baik tahun 2015 maupun tahun 2016. Sebagai gambaran, pada 2016, proporsi pekerja laki-laki yang bekerja dengan excessive hours sebesar 38,40 persen, sementara perempuan hanya 29,91 persen. Gambar 3.33 menunjukkan perbandingan persentase penduduk bekerja menurut kategori excessive hours dan jenis kelamin antara penduduk bekerja secara nasional (di semua sektor) dan penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif. Pada tahun 2016, persentase pekerja dengan

excessive hours di sektor ekonomi kreatif sebesar 33,67 persen. Angka

tersebut lebih tinggi dibandingkan kondisi nasional yang sebesar 30,07 persen. Kondisi ini terlihat baik pada laki-laki maupun perempuan.

£

Dalam dokumen TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF (Halaman 86-90)

Dokumen terkait