• Tidak ada hasil yang ditemukan

M esin mesin pembuat Tepung Ikan terdiri dari

PASAL 4 PEKERJAAN BETON

1. Pekerjaan meliputi pekerjaan baton bertulang dan tidak bertulang lengkap dengan bekisting atau tanpa bekisting.

2. Semua pekerjaan beton harus mengikuti peraturan PBI 1971. Persyaratan dalam standard minimum dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan gambar atau syarat – syarat lain dalam peraturan dan syarat ini.

3. Semen yang dicapai harus sejenis untuk seluruh pekerjaan atau lain yang sesuai dengan petunjuk konsultan pengawas atau direksi. Semen yamg dibawa ketempat pekerjaan harus dalam kantong tertutup dan terlindung dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan untuk pekerjaan. Penyimpanan harus pada tempat yang terlindung terhadap segala cuaca. Penumpukan harus sesuai dengan urutan pengiriman, demikian pula pemakaian semen tidak dizinkan memakai semen yang rusak atau tercampur apapun.

4. Bahan – bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus disetujui oleh konsultan pengawas atau direksi sebelum dipergunakan, kontraktor harus memberitahukan sumber dari mana bahan tersebut diambil.

5. Untuk memenuhi karakteristik mutu beton maka sebelum pekerjaan beton dimulai, terlebih dahulu harus diadakan mix desain di laboratorium yang disetujui oleh konsultan pengawas atau direksi

6. silinder tes (kubus) harus dibuat sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia 1971. Semua biaya – biaya pengetesan menjadi tanggunan kontraktor.

7. Beton bertulang K225 digunakan untuk seluruh konstruksi beton kecuali untuk kolom praktis digunakan K175.

8. Banyaknya air yang digunakan untuk campuran beton harus disesuaikan dengan kebutuhan seperti yang diuraikan dalam PBI 1971, sehingga didapatkan konsistensi beton sesuai dengan fungsinya.

9. Beton tanpa tulangan (beton tumbuk 1 : 3 : 5) digunakan untuk lantai kerja.

10. Bekisting harus kuat, tidak bergoyang, tidak melendut, dan rata (waterpass). Steger system scavolding (steger pipa besi), bekisting yang dipergunakan harus terdiri dari kayu kelas 2 (dua) kualitas terbaik atau setara dengan kayu samarinda dengan ukuran 5/7, 5/10, dan 6/12. Semua permukaan bekisting berlapiskan multipleks 12 mm.

11. Pada pekerjaan pembengkokan tulang besi beton, Kontraktor harus membuat daftar bengkokan besi (buigstaat), sesuai dengan yang ada pada gambar rencana.

12. Besi tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat pengikat sedemikian rupa sehingga tidak bergeser pada saat beton dicor.

13. Tulangan harus beul – betul bebas dari bekisting dengan menempatkan beton – beton pengganjal (beton tahu) yang mutunya sama dengan beton yang akan dicor. Tebal beton pengganjal harus disesuaikan fungsinya untuk tiap bagian pekerjaan dengan ketentuan setiap m2 minimal terdapat 4 buah, dan tersebar merata.

14. Penyambungan tulangan harus sesuai dengan peraturan – peraturan yang tertera di dalam PBI 1971. Penyambungan pengelasan dengan alat mekanis harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari konsultan pengawas atau direksi.

15. Penggantian tulangan yang menyimpang dari gambar harus mendapat persetujuan dari konsultan pengawas atau direksi.

16. Pada pembesian plat, antara berkas tulangan bagian atas dan bagian bawah diharuskan memasang tahu besi ekstra pengatur jarak (besi Z/ kaki ayam) satu dengan lainnya berjarak maksimum 50 cm.

17. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, harus diadakan pemeriksaan terlebih dahulu oleh konsultan pengawas, untuk memeriksa kebenaran pekerjaan penulangan, bekisting, sistm penyambungan, kerapihan dan kekokohan bekisting, termasuk semua peralatan yan akan digunakan.

18. Pengecoran hanya dapat dilaksanakan dengan pengawasan konsultan pengawas. Jika karena suatu alasan tertentu pengecoran harus dihentikan, maka hal ini harus mendapat persetujuan tertulis dari konsultan pengawas.

19. Setelah pengecoran dilakukan, beton harus senantiasa harus dilindungi terhadap perubahan temperature dan air hujan selama minimum 14 (empat belas) dengan dibasahi secara kontinyu.

20. Beton kolom yang berhubungan dengan batu pasangan harus dipasang angkur dengan jarak satu sama lain minimal 50 cm.

21. Tinggi jatuhya adukan beton tidak boleh lebih tinggi dari 1 (satu) meter, kalau lebih maka harus menggunakan talang (corong) agar adukan betontidak terpisah satu sama lain.

22. Pembongkaran bekisting harus seizing konsultan pengawas atau direksi yang dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menjamin sepenuhnya, sesuai dengan uraian pada PBI 1971. 23. Untuk melanjutkan pengecoran apda celah – celah sambungan bidang permukaan beton

yang akan disambung harus dibasahi terlebih dahulu dengan pasta semen cukup, sehingga penyambungan beton dapat dijamin kelekatannya antara beton baru dan beton lama.

24. Beton selama dalam proses pengerasan tidak diperkenankan untuk dibebani, termasuk penyetelan, dan pemasangan steger diatasnya, tanpa seizin Konsultan Pengawas (Direksi). 25. Untuk menjamin homogenitas campuran beton maka disyaratkan nilai slump test untuk semua

pekerjaan beton adalah sesuai dengan table 4.4.1 PBI 1971 (HI-2). 26. Pengadukan.

- Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas tempat ( drum) pengaduk banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan nilai slump betonnya. Akan tetapi pada umumnya diambil paling sedikit 1,5 menit setelah semua bahan

- bahan dimasukkan kedalam drum pengaduk. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan warna yang merata.

- Apabila karena suatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal misalkan terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau sudah tercampur dengan bahan – bahan asing maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari proyek

27. Pengecoran dan Pemadatan

- Untuk mencegah timbulnya rongga – rongga kosong dan sarang – sarang kerikil, adukan beton harus dipadatkan selama pngecoran. Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuk – numbuk adukan atau memukul – mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk memakai alat – alat pemadat mekanis (penggetar).

- Dalam hal pemadatan beton yang dilakukan dengan alat – alat penggetar juga harus diperhatikan hal – hal sebagai berikut :

Pada umunya jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan dengan posisi vertikal, namun dalam keadaan khusus dapat dimiringkan sampai 45 derajat.

Selama penggetaran jarum tidak boleh digerakkan arah horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan bahan.

Harus dijaga agar jarum penggetar tidak mengenai bekisting atau beton yang sudah mengeras. Karena itu tidak boleh dipasang kurang dari 5 cm dari bekisting atau beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar jarum penggetar tidak mengnai tulangan agar tidak terlepas dari betonnya dan getaran tidak merambat kebagian – bagian lain yang betonnya telah mengeras.

Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum penggetar. Oleh karena itu untuk pengecoran bagian – bagian konstruksi yang sangat tebal, harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap lapisan dipadatkan dengan baik.

Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan tempak mulai mengkilap disekitar jarum (air semen mulai terpisah dari aggregatnya). Umumnya kondisi ini dicapai setelah penggetaran berlangsung selama ± 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan cepat, agar rongga jarum dapat terisi kembali dengan adukan. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa agar daerah – daerah pengaruhnya saling menutupi.

28. Alat Pengaduk

1. Pengadukan beton harus menggunakan Ready Mix untuk Plat Lantai yang dilengkapi dengan concrete pump.

2. Kontraktor harus menyediakan Beton molen yang cukup kapasitasnya sesuai kebutuhan untuk pengecoran konstruksi lainnya

3. Kontraktor harus membuat uraian pelaksanaan, rencana penempatan alat dan brosur peralatan yang akan digunakan untuk mendapatakan persetujuan konsultan pengawas atau direksi

4. Kontraktor harus menyediakan tempat penampungan air kerja yang cukup kapasitasnya dan sesuai kebutuhan

29. Pengangkutan

Pengangkutan vertikal untuk pendistribusian material menggunakan katrol yang cukup memadai dengan kebutuhan proyek

Dokumen terkait