• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN 1.1. PERATURAN UMUM

M esin mesin pembuat Tepung Ikan terdiri dari

I. PERATURAN UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN 1.1. PERATURAN UMUM

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan sipil dipakai peraturan umum yang lazim dipakai yang disebut A.V./SU/41.

2. Peraturan yang dimaksud dinyatakan berlaku dan mengikat, kecuali dinyatakan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini. Peraturan peraturan tersebut adalah :

- PBI – 1971 / NI-2 (Peraturan Beton Bertulang Indonesia)

- PUBI 1982 (Peraturan Umum Bangunan Indonesia)

- PKKI – 1971 / NI-5 (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)

- PBKBI 1980 (Peraturan Perencanaan Konstruksi Baja Indonesia)

- PUBI 1970 / NI-3 (Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia)

- Peraturan bangunan Tahan Gempa tahun 1984

- Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia 1970

- Peraturan Cat Indonesia (NI-4 atau PCI 1961)

3. Peraturan – peraturan lain yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di daerah setempat

1.2. PELAKSANAAN DAN GAMBAR PELAKSANAAN.

1. Kontraktor wajib memeriksa dan meneliti semua gambar, ketentuan dan syarat – syarat sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan

2. Apabila ada hal – hal yang tidak lazim dilaksanakan, atau bila dilaksanakan akan menimbulkan bahaya, maka kontraktor diwajibkan untuk mengadakan perubahan seperlunya, dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada konsultan pengawas atau direksi untuk persetujuannya.

3. Apabila ada perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail atau dengan RKS, maka konsultan pengawas atau direksi, akan menetapkan kebutuhan mana yang mengikat (yang harus dilaksanakan), dengan ketentuan menguntungkan Negara.

4. Pelaksana pembangunan proyek dilaksanakan secara lengkap termasuk mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan – bahan yang diperlukan, menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal – hal yang dianggap perlu lainnya.

5. Kontraktor diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju pada penyelesaian dan pelaksanaan pekerjaan secara cepat, baik dan lengkap

6. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya pekerjaan beton bertulang, konstruksi baja, konstruksi kayu dan pekerjaan struktur lainnya, disamping pekerjaan pengolahan tanah, baik menurut perhitungan konstruksi dan gambar – gambar konstruksi yang disediakan jika diduga terdapat kekurangan, Kontrktor diwajibkan mengadakan konsultasi dengan konsultan pengawas dan direksi sebelum pekerjaan dilaksanakan.

7. Pihak Kontraktor dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin terjadi akibat letak daerah proyek, dan memperhitungkan didalam harga yang termuat dalam surat penawaran, termasuk kehilangan dan kerusakan bahan/ alat.

8. Tanah dan halaman yang diserahkan dalam pembangunan ini diserahkan kepada kontraktor dalam keadaan sesuai pada saat seperti penjelasan / aanwijzing lapangan.

9. Kontraktor harus sedemikian rupa menjaga ketertiban selama pekerjaan dilaksanakan, sehingga lokasi dan sekitarnya menjadi tertib, misalnya pekerjaan pada malam hari, kontraktor harus minta persetujuan kepada direksi atau konsultan pengawas terlebih dahulu. 10. Pekerjaan harus diserahkan secara lengkap (selesai dengan sempurna) kepada pemberi

tugas / direksi, termasuk perbaikan – perbaikan yang timbul akibat kelalaian, pembersihan lingkungan, dsbnya.

1. Sebelum memulai melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun rencana kerja secara terperinci, antara lain jadwal pelaksanaan (time schedule), network planning, yang diajukan kepada konsultan pengawas/ direksi selambat – lambatnya 1 (satu) minggu setelah penunjukan pemenang, untuk mendapatkan persetujuan

2. Setelah mendapat persetujuan, maka rencana kerja tersebut harus dibuat dan diserahkan cetakannya kepada konsultan pengawas dan direksi masing – masing rangkap tiga, sedangkan cetakan lainnya harus senantiasa terpajang ditempat pekerjaan (direksi keet), bersama dengan dokumen kontrak.

3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat – alat dan bahan bantu sesuai dengan rencana kerja, kecuali jika terpaksa menyimpang karena suatu hal, akan tetapi harus dipertimbangkan secara matang dan harus mendapat persetujuan konsultan pengawas dan direksi

4. Rencana Kerja ini akan dipakai oleh pemberi tugas/ direksi sebagai dasar untuk menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan, keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor.

1.4 BANGSAL KERJA, GUDANG DAN RUANG RAPAT LAPANGAN

1. Bangsal untuk pekerja dan gudang dibuat pada tempat sekitar bangunan, sedangkan untuk ruang direksi, ruang konsultan pengawas dan ruang rapat lapangan dibuat menyatu dan letaknya akan ditentukan kemudian oleh konsultan pengawas dan direksi

2. Bahan – bahan utama dan bahan bahan tambahan yang seharusnya mendapat perlindungan, harus disimpan didalam gudang yang cukup menjamin perlindungan terhadapnya.

3. Kontraktor harus selalu hadir pada saat rapat lapangan baik yang diadakan secara periodic setiap minggu dan setiap bulan maupun rapat – rapat lainnya yang diadakan oleh konsultan pengawas dan direksi, untuk membicarakan segala sesuatu mengenai pelaksanaan proyek ini.

1.5 KETENTUAN – KETENTUAN LAIN

Selain Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini, ketentuan lain yang mengikat di dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

1. Gambar Kerja :

- Gambar – gambar yang dilampirkan pada Rencana Kerja dan Syarat – syarat ini.

2. Petunjuk

- Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan (aanwijzing), sesuai yang tercantum dalam Berita Acara Rapat Penjelasan

- Petunjuk dan syarat – syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh konsultan pengawas dan direksi, petugas dari Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota maupun Dinas Keselamatan Kerja

4. Peraturan

Semua Undang – undang dan peraturan pemerintah yang berlaku untuk pelaksanaan pemborongan bangunan gedung

II. SYARAT – SYARAT BAHAN AIR (PUBI. 1970/ NI-3)

1. Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan dipakai air yang tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam dan bahan – bahan organis dan bahan – bahan lain yang merusak bangunan

Dalam hal ini harus dinyatakan dengan hasil tes dari laboratorium yang disetujui oleh konsultan pengawas dan direksi

2. Khusus untuk beton, jumlah air yang di gunakan untuk membuat adukan disesuaikan dengan jenis pekerjaan pekerjaan beton, yang ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan dilakukan dengan tepat

P A S I R (PUBI 1970/ NI-3, PBI 1971/ NI-2) 1. Pasir Urug

Pasir Untuk pengurukan alas lantai, alas pondasi batu gunung dan lain – lain harus bersih dan keras, pasir laut untuk maksud – maksud tersebut tidak diperkenankan

2. Pasir Pasang

Pasir untuk adukan pasangan dan adukan plesteran harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

a.Butiran – butiran harus tajam dan keras, dan tidak dapat dihancurkan dengan jari b.Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %

c.Butiran – butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang persegi 3 mm d.Pasir laut tidak boleh digunakan

3. Pasir Beton

a. Butir – butir harus tajam, keras dan tidak dapat dihancurkan dengan jari atau pengaruh cuaca

b. Kadar Lumpur tidak boleh lebih dari 5 %

c. Pasir harus terdiri dari butiran – butiran yang beraneka ragam besarnya, dan dapat diayak dengan ayakan 0,5 maka sisa butiran – butiran diatas ayakan 4 mm, minimal 2 % dari berat sisa butiran – butiran diatas ayakan 1 mm minimal 10 % dari berat sisa butiran – butiran diatas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 % sampai dengan 90 % dari berat.. Pasir laut tidak dapat dipergunakan

Dokumen terkait