• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Dengan Udara Bertekanan

Dalam dokumen SNI+03-6460.1-2000 (Halaman 35-45)

Butir ini dimaksudkan untuk menghadapi masalah keamanan dalam pekerjaan dengan udara bertekanan dari sudut aspek teknik sipil.

Peraturan sesuai dengan hukum yang berlaku dalam mengendalikan pekerjaan dengan udara bertekanan dikemukakan di bawah ini sebagai “Peraturan-peraturan”. Standar ini berasal dari peraturan-peraturan tersebut namun sifatnya hanya sebagai keterangan dan tambahan saja. Peraturan-peraturan itu tidak diulangi secara terinci dan hendaknya diarahkan secara langsung.

Perbaikan-perbaikan utama yang telah disarankan bagi peraturan tersebut adalah pemakaian 1 bar (1 bar = 105 N/m2 = 100 kPa (0,989 atm.) sebagai tekanan kritis yang merupakan harga batas minimum yang harus diterapkan lebih ketat, dikombinasikan dengan tabel dekompresi baru (Black pool tables), dan umumnya memerlukan supervisi medis yang lebih terinci bagi orang-orang yang bekerja dalam lingkungan udara bertekanan.

10.2. Udara Bertekanan : Efek Fisis

10.2.1. Keseimbangan Hidrostatis

Dalam penggalian terowongan melalui lapisan tanah pembawa air, salah satu cara untuk mengurangi volume air yang mengalir ke muka kerja, adalah memasukkan ke dalam terowongan itu tekanan udara yang diseimbangkan. Pada setiap muka kerja tinggi tekanan pada dasar terowongan lebih besar dibandingkan pada mahkota.

Jika tekanan udara yang digunakan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat meningkatkan bahaya semburan yaitu udara yang terlepaskan membuka jalur yang diperbesar melalui tanah di atasnya yang mengakibatkan terjadinya kehilangan tekanan udara dan masuknya air kedalamnya.

Jika tekanan udara yang digunakan terlalu rendah, terjadi aliran air pada dasar terowongan secara berlebihan dan menyebabkan runtuhan muka kerja apabila muka kerja itu tidak disangga dengan memadai.

Jadi keseimbangan hidrostatis tersebut bersifat tidak stabil. Pada suatu medium yang cair sepenuhnya keseimbangan tak mungkin terjadi; keseimbangan bergantung pada lapisan yang mempunyai kohesi dan resistensi terhadap aliran air dan udara.

Bahaya yang lebih besar mungkin timbul dari tekanan udara yang berlebihan dan oleh karena itu dapat dilakukan secara praktis menjaga kondisinya seimbang mungkin, bahkan pada lingkungan di atas mahkota terowongan dengan membiarkan kondisinya basah dan memperkuatnya dengan penyangga.

Kontrol terhadap tekanan udara harus dilakukan oleh petugas yang berpengalaman. Tekanan tidak boleh dinaikkan begitu saja untuk membuat kondisi pada muka kerja yang nyaman tanpa mempertimbangkan dengan cermat pengaruh lainnya.

10.2.2. Tekanan Penyangga.

Apabila udara bertekanan digunakan pada lapisan tanah yang kedap air, tekanan udara tersebut menimbulkan adanya tekanan penyangga pada tanah. Hal ini tidak dapat diandalkan pada waktu mendesain penyangga tanah secara langsung, karena tekanan udara sepenuhnya akan terjadi pada setiap rekahan oleh sebab udara bisa masuk ke dalamnya, yang dapat menghilangkan tekanan efektif pada muka kerja terowongan.

Apabila suatu terowongan kenyataannya tidak terletak pada lapisan pembawa air tetapi mungkin menembus lapisan tanah tersebut (seperti misalnya bila lapisan penutup berupa lempung adalah dangkal), maka mungkin dapat merupakan suatu tindakan pengamanan untuk menggunakan udara bertekanan pada tekanan nominal yang rendah yang dalam keadaan darurat dapat ditingkatkan dengan cepat.

10.2.3. Pembebanan Tanah

Apabila suatu terowongan sedang digali di bawah lapisan penutup yang dangkal, bahaya semburan bisa dikurangi dengan tindakan pengamanan berupa pembebanan tanah, yakni pembuatan urugan rendah di atas terowongan di permukaan atau dengan membuat selimut lempung di dasar sungai.

10.2.4. Perilaku Tanah Lunak

Apabila penggalian terowongan melalui kerakal atau pasir sebagai lapisan pembawa air, penggunaan udara bertekanan adalah dimaksudkan untuk menahan masuknya aliran air. Udara yang lolos di bagian atas muka kerja, memindahkan air di dalam rongga antar butir kerikil dan

secara progresif mempermudah terjadinya jalur pelepasan udara dan menambah keperluan volume udara yang disuplai. Pada waktu yang sama, pengaliran air yang masuk ke bagian bawah muka kerja itu cenderung membawa masuk lanau dan pasir halus yang dapat membuka alur yang dapat meningkatkan aliran air masuk ke bagian muka kerja.

Kemajuan yang menerus dari muka kerja sampai pada tanah tak terganggu dapat meniadakan tendensi tersebut. Namun disarankan untuk melakukan perbaikan dengan cara menyumbat alur air dengan lempung, bentonit, graut atau material lain serta pembuatan penyangga kayu, bila kondisinya menjadi sulit atau perbaikan tersebut penting dilakukan, bila kemajuan pekerjaan tertunda oleh suatu alasan. Lanau adalah bersifat lebih lulus air dan mempunyai kohesi yang cukup saat dihampar, tetapi kadar air menjadi faktor yang kritis; yaitu pada kondisi kering lanau menjadi mudah menggumpel dan pada kondisi basah lanau dapat menjadi cairan. Jadi, sangat penting untuk mengkontrol kadar airnya; tetapi tidak ada pengganti untuk penyangga tertutup yang merupakan hal yang penting karena adanya air.

Lempung boleh dikatakan kedap air dan udara, tetapi mungkin mengandung rekahan atau mungkin bersifat lunak dan plastis secara berlebihan.

Pada batuan lunak, misalnya kapur (chalk), udara bertekanan digunakan untuk mengkontrol masuknya air melalui kekar dan rekahan. Pada kapur, khususnya dekat puncak lapisan, bahaya khusus timbul akibat adanya “kapur dempul” lunak dan dari lubang-lubang lama yang terisi oleh kerikil.

10.2.5. Bocoran Eksternal

Pada hampir semua penggalian terowongan dengan udara bertekanan, bocoran udara di muka kerja dan melalui “lining” di belakang muka kerja tersebut cukup besar. Udara yang terlepas dapat merusak bangunan di sekitarnya, dan jika terakumulasi di bawah membran kedap air maka akan terjadi gaya angkat (uplift). Sebagai alternatif lain jalur udara yang memindahkan air, dapat memperlemah fondasi dan mungkin dapat menyebabkan penurunan tiang, terutama dekat tebing sungai; dan juga bisa mengganggu sistem pembuangan dan drainasi.

Keamanan dapat ditingkatkan dengan mengurangi kehilangan udara seminimum mungkin. Udara dengan ventilasi terpisah perlu disediakan seperlunya sampai keperluan tertentu (lihat butir 10.4.1 [Bagian 1]).

Terowongan dengan udara bertekanan selalu dilaksanakan dengan lining segmental pracetak dari besi tuang atau beton yang dipasang sedekat mungkin di belakang penggalian sedemikian rupa untuk menutup bagian tanah yang terbuka. Kehilangan udara di belakang lining dapat dan harus dikurangi dengan grouting melalui lining yang telah selesai atau dengan pendempulan dan pengisian kekar serta perkuatan dengan baut. Cara perbaikan tersebut harus memadai untuk menahan tekanan air, bila tekanan udara dikurangi dan terjadi pergerakan pada lining. Penyemprotan dengan bentonit pada muka kerja dapat dipertimbangkan.

10.2.6. Penghilangan Tekanan Udara dari Ruang Kerja (Depressurizing)

Pengalaman menunjukkan bahwa penghilangan tekanan udara dari ruang kerja secara cepat dapat menyebabkan tekanan luar yang lebih besar pada “lining” dari sumuran dan terowongan. Dalam beberapa kasus, sumbat graut sementara dari kayu telah tertiup kembali masuk ke dalam terowongan yang menyebabkan masuknya lanau lunak atau pasir ke dalam tempat pekerja tersebut, sehingga menimbulkan kehilangan tanah di luar tempat pekerja tersebut. Disarankan bahwa penghilangan tekanan tersebut dilakukan berangsur-angsur sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara yang terperangkap dalam tanah sekelilingnya terhembuskan ke luar dari tempat kerja (lihat juga butir 10.4.2 [Bagian 1]).

Berdasarkan hasil pengamatan, khususnya dalam terowongan di bawah sungai, bahwa gelembung udara terus muncul selama beberapa saat setelah tekanan udara di dalam terowongan dihilangkan, sehingga dapat dikonfirmasikan bahwa udara tidak hilang seluruhnya.

10.2.7. Penurunan Sumuran

Apabila sumuran diturunkan dengan menggunakan kunci udara vertikal, dua posisi dek udara bisa dipertimbangkan sebagai berikut :

(a) dekat dengan permukaan; (b) jauh di bawah sumuran.

Desain “lining” sumuran dan distribusi material pemberat harus memadai untuk melawan gaya tarik yang terjadi pada “lining” sumuran akibat gaya angkat pada bagian bawah dari dek udara dan oleh tekanan radial.

Tekanan udara akhir yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi sumuran dan terowongan berikutnya (kalau ada) harus diberikan. Dalam kasus (a) seharusnya memang begitu, yang lepasnya udara melalui sambungan “lining” dari sumuran (dan terowongan berikutnya) bisa melemahkan penyangga tanah di belakang “lining” tersebut, yang oleh karena itu seharusnya cukup kuat untuk membiarkan terjadinya hal ini.

Dengan volume udara yang kecil dalam sumuran dan jalur cepat udara melalui material ada perubahan temperatur yang cepat terjadi di bagian puncak sumuran. Efek ini akan menyebabkan sambungan itu terbuka dan tertutup yang menyebabkan terjadinya kebocoran udara.

Pada kondisi ketika tekanan di dalam sumuran berkurang sampai pada tekanan atmosfir juga perlu dipertimbangkan. Pada kasus (a) kedalaman seluruhnya dari lining akan menahan massa dari dek udara dan pemberat. Pada kasus (b) dek udara akan menahan massa pemberat sepenuhnya dan penjangkauan perlu dilakukan. Ketika penurunan sumuran dilakukan, terutama pada tanah yang urai, akan dihadapi resiko hilangnya tanah dibelakang “lining” dan hal tersebut tidak selalu dapat diaganti oleh grauting. Kehilangan tersebut dapat berakumulasi saat pembuatan cincin sampai terbentuknya rongga-rongga dibelakang “lining”. Kondisi tersebut dapat menekan “lining” yang menyebabkan kerusakan yang terjadi akibat terlepasnya udara keluar dari sumuran yang dapat membahayakan orang yang sedang bekerja di dasar sumuran.

Penggunaan suatu perisai sumuran dapat mengurangi bahaya tersebut di atas. Inspeksi yang berulang-ulang terhadap “lining” sumuran dengan cara mengetuk-ngetuk “lining” dapat mengetahui dengan pasti apakah penyangga di belakang “lining” cukup padat. Apabila terdapat rongga di belakang “lining”, grouting harus dilakukan untuk membuat penyangga lebih kuat dan padat.

10.3. Kebakaran dan Penyelamatan Dalam Udara Bertekanan

10.3.1. Bahaya Khusus

Udara yang tertekan memberikan konsentrasi udara mutlak yang lebih besar dan oleh sebab itu memperbesar terjadinya risiko kebakaran. Semua tindakan pengamanan dan tindakan pencegahan yang diuraikan pada butir 10.3 harus diamati dengan cermat dan tindakan pengamanan tambahan harus dilakukan.

Bahan-bahan yang relatif aman pada udara bebas menjadi sangat mudah terbakar dalam udara tertekan. Kayu merupakan bahan dasar untuk konstruksi, tetapi kayu beratpun bahkan dapat mudah terbakar, tidak hanya sekedar menjadi hangus. Percikan-percikan api yang terbang di udara terus terbakar lebih lama dan dapat dengan mudah terbakar karena adanya limbah minyak ataupun perca berminyak. Nilon menyala dengan cepat dan dapat melekat di kulit. Pada umumnya plastik menimbulkan asap tebal, kadang-kadang bercampur dengan racun.

Batere-batere pada mesin-mesin seharusnya jangan diisi dalam ruang kerja yang bertekanan udara.

Mesin hidraulik yang mengandung oli dengan tekanan tinggi dapat menjadikan bahaya dalam 2 cara, yaitu :

- kebocoran kecil dapat menghasilkan semburan halus dan oli yang telah terbakar; atau - slang oli yang terkupas akan mudah terbakar atau rusak dapat mengakibatkan pecahnya

slang yang mengeluarkan oli terbakar dalam jumlah besar.

Sebagai tambahan, kayu dapat menjadai jenuh dengan oli sehingga mengakibatkan lantai kerja dari baja dan jalan kerja menjadi licin. Dengan alasan ini, dipilih sistem hidraulis menggunakan cairan yang mudah terbakar. Oli di dalam transformator atau peralatan listrik lain menimbulkan peningkatan bahaya yang memerlukan penilaian terhadap tindakan pengamanan, baik perlindungan terhadap kerusakan mekanis maupun elektris.

Penggunaan alat-alat pembakaran dan pengelasan dalam udara tertekan dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Tindakan-tindakan pengamanan yang dikemukakan pada butir 5.2 (Bagian I) harus dilakukan secara cermat. Tidak ada pekerjaan pembakaran atau pengelasan dilakukan dalam udara tertekan, jika tidak ada petugas pengawas kebakaran yang diperlengkapi dengan alat untuk mengeluarkan bunga api “Acetylene” tidak boleh digunakan untuk tujuan apapun dalam udara tertekan.

10.3.2. Kebakaran Pada Muka Kerja Kayu

Apabila udara terlepas pada muka kerja, kayu penyangga yang mempunyai persediaan oksigen yang kontinyu dan oleh karena itu dengan sangat rentan terhadap bahaya kebakaran.

Jalan masuk (akses) menuju tempat kebakaran mungkin sulit dicapai dan kekuatan struktural dari penyangga kayu di muka kerja dapat terancam oleh kebakaran. Pemadaman api dengan bahan graut, lempung atau material lain dikombinasikan dengan pengurangan tekanan udara (sampai pada tingkat yang aman) untuk mengurangi persediaan udara dan menambah lebih banyak air, merupakan tindakan yang tepat.

10.3.3. Perlengkapan Pemadam Kebakaran

Air adalah merupakan sumber utama, bersama dengan penggunaan pasir, lumpur dan selimut kebakaran untuk memadamkan api. Perlu dicatat bahwa api yang telah padam dapat terbakar kembali dan perlu dijaga agar tetap didinginkan dengan air dalam jangka waktu lama, dan setelah itu harus diamati secara kontinyu.

Alat pemadam api yang bertekanan tidak dapat berfungsi efektif, jika tidak terbukti cukup memadai untuk kondisi yang aktual, karena tekanan udara melawan tekanan yang terjadi. Alat pembantu pernafasan dalam asap harus digunakan hanya oleh mereka yang telah terlatih. Oksigen murni tidak boleh digunakan pada kondisi adanya peningkatan tekanan. Hanya alat pembantu pernafasan yang khusus boleh digunakan (alat ini tidak mempunyai bantalan penyumbat udara pada masker). Pabrik pembuat alat harus dikonsentrasikan terhadap lamanya dari unit terhadap tekanan yang bekerja di dalam ruangan.

10.3.4. Pelatihan Khusus

Pemadaman kebakaran dalam udara tertekan memerlukan pelatihan khusus, karena adanya bahaya yang luar biasa dan bahaya tambahan. Regu pemadam kebakaran lokal dan inspektorat pabrik harus diberitahu tentang penggunaan udara tertekan dan diundang untuk ikut serta dalam perencanaan hal-hal yang tak terduga.

Sesuai dengan peraturan regu pemadam kebakaran tidak wajib untuk melakukan operasi dalam udara tertekan. Pengertian yang jelas perlu dicapai dalam pelayanan bahwa regu tersebut dapat atau akan disediakan untuk mengatasi kebakaran (lihat butir 7.1 [Bagian 2]). Petugas kebakaran yang bertugas dalam udara bertekanan harus diberikan latihan mengenai pelaksanaan “locking-in dan locking-out” dan harus siap menghadapi bahaya-bahaya yang dicatat di atas. Meskipun petugas kebakaran tidak masuk ke daerah yang bertekanan udara, regu pemadam kebakaran harus menyediakan perlengkapan dan pelayanan penunjangnya. Ada atau tidaknya petugas kebakaran dalam ruangan bertekanan udara, tindakan wal harus segera dilakukan dan regu pemadam kebakaran di lapangan harus tetap ditugaskan dan harus diberi pelatihan mengenai pemadam kebakaran.

10.3.5. Metan

Jika penggalian terowongan dalam udara tertekan melalui lapisan batu bara, atau lapisan lain yang serupa, maka ada peningkatan risiko pembakaran, dan penting untuk meminimumkan atau menghilangkan aliran udara ke luar melalui lapisan tersebut dengan menutupnya sesegera mungkin. Adanya gas metan pada tekanan rendah di dalam tanah dapat mengurangi bahaya, apabila tekanan udara cukup tinggi tetapi metan dapat terjadi pada tekanan yang tinggi dan dapat membentuk campuran yang dapat meledak bila tercampur dengan udara bertekanan dalam ruangan kerja atau bocor keluar dari lapisan. Kemungkinan adanya metan tersebut memerlukan studi yang teliti menggunakan alat deteksi dan pengukuran yang memadai diikuti oleh tindakan pengamanan.

10.4. Suplai Udara 9 10.4.1. Kuantitas

Peraturan tentang keperluan suplai udara segar minimum dengan laju 0,3 m3/menit per orang pada kondisi tekanan kerja. Laju yang lebih tinggi akan lebih baik seperti yang dikehendaki Pada tanah granular kehilangan udara tertekan melalui muka kerja dan “lining” bersama dengan debit melalui udara yang terkunci mungkin melebihi nilai minimum, namun terjaminnya persediaan udara segar, lebih disukai dilewatkan melalui pipa sampai ke dekat muka kerja, harus disediakan jika cukup praktis, terutama pada lapisan lempung atau organik atau pada pelaksanaan “grouting” dalam terowongan berdiameter kecil.

10.4.2. Udara yang Terhilangkan Oksigennya

Bahaya yang berkaitan dengan pekerjaan dengan udara bertekanan adalah berupa udara yang terhilangkan oksigennya. Udara yang terhilangkan oksigennya ini bisa memasuki terowongan bebas yang tertiup ke dalamnya dengan adanya tekanan yang berasal dari terowongan udara tertekan di dekatnya, atau apabila tekanan udara berkurang akibat adanya penurunan tekanan barometrik. Serupa dengan itu, dalam terowongan udara tertekan pengurangan tekanan udara bisa menarik kembali udara yang terhilangkan oksigennya dari dalam tanah. Udara di dalam terowongan itu kemudian menjadi kekurangan oksigen, dan orang-orang yang ada di dalamnya bisa kehilangan kesadaran atau pingsan. Tindakan pengaman harus dilakukan dengan hati-hati dalam menghadapi bahaya tersebut. Hal tersebut dapat diatasi dengan membuat sistem ventilasi yang terpisah.

10.5. Prosedur Penguncian Udara 10.5.1. Umum

Kunci udara mencakup adanya lorong bagi personil dan bahan supaya dapat masuk ke dalam dan ke luar dari tempat pekerjaan dengan udara tertekan. Kunci udara adalah ruang yang

dilengkapi dengan dua pintu masing-masing di tiap ujungnya, berengsel agar dapat terbuka ke dalam dari arah udara bebas ke dalam udara yang tertekan.

Masuknya udara tertekan ke dalam kunci udara ini dikendalikan oleh katup, seperti keluarnya ke atmosfir luas.

Kecuali, bila penggunaan lorong untuk gang dan material, ruangan yang terkunci tersebut dapat berada dalam kondisi tekanan atmosfir dengan pintu keluar dalam keadaan terbuka dan bagian dalam tertutup, atau pada tekanan yang ada di dalam terowongan dengan pntu bagian dalam harus terbuka dan pintu luar tertutup.

Peraturan memerlukan agar apabila setiap orang yang berada dalam ruang kerja, pintu bagian dalam terbuka sebagai jalan keluar, kecuali hal tersebut tidak praktis. Setiap pintu yang digunakan adalah dijaga tertutup oleh tekanan udara yang lebih tinggi dan dibuat kedap udara oleh strip penyumbat yang fleksibel.

Penanganan terhadap pintu pengunci yang kurang hati-hati dengan segel yang rusak, pembukaan atau penutupan udara yang tidak benar, atau bocornya katup-katup udara, dapat mengakibatkan terjadinya situasi yang berbahaya bila ruangan ini tak tersedia supaya orang dapat lolos keluar, atau untuk masuk ke tempat kerja. Oleh sebab itu sangat perlu bagi orang yang menggunakan ruang tersebut, kunci guna masuk ke dalam terowongan diinstruksikan agar :

(a) menutup pintu bagian dalam setelah masuk dan kembali dengan memeriksa ruangan ke arah bagian luar dari kunci udara yang ada; atau

(b) membiarkan pintu bagian dalam terbuka lebar sehingga bila terkunci dari dalam ia mempunyai jalan masuk langsung ke ruang kunci udara tersebut.

10.5.2. Penguncian Dalam

Apabila orang menggunakan ruang kunci udara untuk masuk ke tempat pekerjaan dengan udara tertekan, mereka pertama-tama memasuki ruang kunci udara dan pintu luar di belakangnya ditutup. Udara tertekan dikontrol oleh petugas pengunci bagian luar atau oleh petugas yang telah diberi kuasa di bagian dalam kunci udara.

Petugas yang tidak berpengalaman tidak boleh melewati ruangan kunci udara sendirian dan harus ditemani oleh petugas yang bertanggung jawab dan telah berpengalaman.

Jika ruang kunci udara ini diperlukan untuk masuk lebih jauh, maka pintu bagian dalam harus ditutup setelah petugas masuk sebagaimana dijelaskan di atas.

Tanggung jawab untuk kembali atau tidak kembali ke ruang kunci udara tersebut, harus secara khusus diserahkan kepada petugas yang telah berpengalaman yang melewati ruang kunci udara tersebut, kecuali apabila di tempat itu ada petugas pengunci bagian dalam.

10.5.3. Penguncian Luar

Supaya petugas dapat masuk ke ruang kunci luar, pintu bagian dalam dari ruang kunci udara ini perlu dibuka dan pintu bagian luar ditutup, ruang pengunci berada pada kondisi bertekanan udara. Kecuali dalam keadaan darurat, penguncian luar diberlakukan di bawah kontrol pengawas pengunci.

Prosedur penghilangan tekanan udara adalah kemudian merupakan kebalikan dari prosedur pemberian tekanan udara, tetapi harus diatur dengan ketat di bawah kontrol langsung dari pengawas pengunci, sesuai dengan waktu dan tekanan pada laju yang tepat menurut tabel yang telah disetujui.

Ruang kunci udara harus selalu berada di bawah pengawasan petugas pengunci yang sudah berpengalaman setiap saat, kita setiap orang berada di tempat pekerjaan dengan udara tertekan. 10.5.4. Arloji Ukur dan Kontrol

Arloji ukur yang menunjukkan dengan teliti tekanan udara di dalam ruang kerja dan di dalam ruang kunci udara serta sebuah jam harus disediakan di tempat yang mudah dilihat oleh petugas pengunci setiap waktu sambil melakukan tugas-tugasnya. Arloji ukur yang

menunjukkan tekanan udara dalam ruang kunci udara serta sebuah jam yang tampak dengan jelas dari dalam ruang kunci udara, juga disediakan.

Katup pengontrol untuk pemasukan dan pengeluaran udara ke dan dari ruang kunci udara harus dipasang, saat akan digunakan oleh pengawas ruang. Katup tersebut dapat mengatur sesuai dengan laju tekanan dan penghilangan tekanan yang diperlukan.

Sebagai tambahan, sebuah katup pengukur udara ke dalam ruangan harus dipasang di dalam ruang kunci udara supaya dapat digunakan oleh petugas berwenang. Sebuah katup pelepasan udara dari ruangan kunci udara yang harus dipasang di dalam ruangan, tetapi hanya boleh digunakan saat tekanan di bawah 1 bar atau dalam keadaan darurat.

Alat kontrol otomatis bisa digunakan tergantung pada adanya alat pengatur yang cukup teliti mengenai tekanan dan waktu, namun katup kontrol manual yang siap digunakan sebagai cadangan juga harus disediakan. Telepon juga perlu disediakan (lihat butir 10.2 [Bagian 2]). 10.5.5. Konstruksi sekat dan kunci udara serta perlengkapannya

Setiap sekat atau diafragma kedap udara yang menahan udara tertekan dalam suatu terowongan atau sumuran, perlu dapat membawa gaya dorong udara tertekan sepenuhnya pada tekanan maksimum.

Jika sekat terletak melintang di terowongan, tempat pengangkerannya ke dalam dinding

Dalam dokumen SNI+03-6460.1-2000 (Halaman 35-45)

Dokumen terkait