• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNI+03-6460.1-2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SNI+03-6460.1-2000"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

1. Ruang Lingkup

Tata cara ini mencakup rekomendasi tentang petunjuk praktis mengenai penerowongan yang memenuhi syarat-syarat keamanan penerowongan, tidak termasuk rekomendasi tentang penerowongan dengan pemotongan dan penutupan ataupun penerowongan dengan pipa yang dibenamkan maupun yang diterapkan dalam konstruksi dengan tujuan penambangan.

2. Acuan

British Standards Institution, 1982. Safety in Tunneling in the Construction Industry, British Standard Code of Practice No. BS 6164 : 1982

3. Pengertian

Keamanan penerowongan adalah kondisi aman atau tidaknya pelaksanaan pekerjaan

penerowongan, baik keamanan bangunan terowongannya berikut peralatannya maupun keselamatan kerja para pelaksana pekerjaan serta pengunjung terowongan tersebut dikemudian hari.

4. Organisasi dan Administrasi

4.1. Umum

Standar ini terutama dimaksudkan untuk memelihara keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi terowongan dan lingkungan sekitarnya. Semua persiapan mengacu pada perencanaan dan desain.

Pihak-pihak yang umumnya terkait adalah sebagai berikut.

(a) Pemilik pekerjaan adalah orang atau badan usaha yang berwenang atau bertanggung jawab keseluruhan pekerjaan;

(b) Direksi pekerjaan adalah orang atau suatu badan usaha yang bertanggung jawab terhadap desain dan supervisi pekerjaan, untuk menjamin kesesuaiannya dengan spesifikasi, dan diwakili di lapangan oleh pengawas lapangan;

(c) Kontraktor adalah orang atau suatu badan usaha yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan, dan menyediakan tenaga kerja proyek serta sarana fisik bagi keperluan konstruksi, dan diwakili di lapangan oleh perwakilan kontraktor di lapangan.

(d) Instansi berwenang yang menerapkan aturan-aturan administratif menurut peraturan yang berlaku.

4.2. Pengaturan Prakontrak

Sebelum suatu Kontrak dibuat oleh Pemilik pekerjaan dan direksi pekerjaan dalam merencanakan proyek. Konsultasi kepada instansi yang berwenang harus dilakukan apabila ada bahaya khusus ataupun kondisi abnormal.

Pada setiap pelelangan pekerjaan harus dijelaskan tanggung jawab khusus dari kontraktor tentang aspek-aspek keamanan dari perencanaan atau desain.

Pemilik dan direksi pekerjaan perlu menyadari bahwa keamanan memerlukan biaya. Kontrak hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga kontraktor menyediakan dana persiapan yang memadai guna penyediaan biaya tersebut. Khususnya, persaingan dalam pelelangan pekerjaan jangan ditekankan pada rendahnya harga penawaran tetapi pada usulan keamanan yang memadai (lihat butir 6).

(2)

Staf keamanan yang diperlukan dan organisasinya serta syarat-syarat medis dan fasilitas keamanan lain agar dibuat spesifikasinya secara rinci dalam dokumen kontrak, berikut harganya masing-masing.

Sebagai bagian dari tender, para kontraktor diharuskan untuk menyerahkan curiculum vitae staf inti yang akan ditugaskan di lapangan. Keterampilan dan pengalaman yang memadai merupakan syarat utama dari keamanan pekerjaan. Program rinci tentang pelatihan keamanan oleh kontraktor untuk tenaga kerja baru perlu diusulkan. Standar yang sama tentang keterampilan dan pengalaman, serta kualifikasi terkait, juga diperlukan bila pemilik pekerjaan mempekerjakan tenaga secara langsung.

4.3. Pelaksanaan Kontrak di lapangan 4.3.1 Manajemen Pelaksanaan Kontrak

Kontraktor wajib menunjuk seorang pengawas keamanan lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Dalam hal yang menyangkut keamanan, sangat penting bahwa personil yang ditugaskan hendaknya diberi otoritas yang memadai, dengan dukungan dari perwakilan kontraktor di lapangan dan direksi pekerjaan.

Perhatian terhadap hal menyangkut keamanan pada semua tingkat harus diberi dukungan, misalnya dengan cara pemberian insentif dan hadiah bagi catatan keamanan lapangan yang baik, serta penggunaan papan pengumuman guna membandingkan jumlah kecelakaan yang terjadi dalam berbagai satuan hari kerja.

Pekerjaan lapangan yang berjalan dengan baik, diharapkan konflik antara target pekerjaan dan keamanan, asalkan dalam pra perencanaan mempertimbangkan kedua hal itu dan bahwa standar keamanan dasar dipenuhi secara teratur. Pimpinan manajemen berpegang teguh pada kedua aspek ini dan menaruh perhatian secara aktif dalam menjamin bahwa staf lapangan mereka akan menangani pekerjaan maupun keamanannya dengan baik.

Kontraktor bertanggung jawab terhadap pemilihan tenaga kerja yang memadai baik kualitas maupun pengalamannya demi keamanan pelaksanaan pekerjaan, untuk terselenggaranya supervisi yang memadai pada semua kapasitas.

Lokasi pekerjaan hendaknya disurvei oleh kontraktor untuk mengantisipasi bahaya yang mungkin terjadi sedini mungkin, dengan setiap penyelidikan dan pengujian yang perlu dilaksanakan, dan perencanaan untuk menghadapi hal yang tak terduga. Kondisi yang berbahaya hendaknya dipantau sesering mungkin dan pencegahan kecelakaan dikaji ulang secara rinci (lihat butir 4.4.1).

Rangkaian kewenangan dan komunikasi sangat penting untuk ditetapkan sejak awal, sehingga informasi yang terkait dapat diberikan dengan cepat kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan menindaklanjutinya. Hal ini terutama penting dalam hubungannya dengan informasi yang berkaitan dengan keamanan pada muka terowongan.

4.3.2 Pekerjaan Sementara

Dalam konstruksi terowongan, pekerjaan sementara dengan karakter yang mendasar adalah merupakan hal penting. Pekerjaan itu terdiri atas tahap penting dari pembuatan konstruksi terowongan, seperti pada terowongan pemandu, sumuran kerja, atau pemasangan kerangka untuk pembuatan bukaan, atau pekerjaan insidental non struktural seperti misalnya kerangka untuk bekerja, tangga masuk, jalan masuk, dan sebagainya. Semua pekerjaan ini sangat penting untuk didesain tepat, gambar, komputasi dan spesifikasi yang memadai akan disiapkan sebelumnya, harus melalui pemeriksaan secara independen untuk dikerjakan.

(3)

Perubahan hendaknya dibuat hanya sesudah dikonsultasikan dengan pihak perencana. Kontraktor utama wajib menugaskan ahli teknik dari staf ahli teknik lapangan sebagai koordinator dari pekerjaan sementara untuk menjamin adanya kesesuaian antara desain dan pengecekannya dengan syarat-syarat keamanan. Hal ini terutama berkaitan untuk kontrak yang bernilai besar, dan melibatkan beberapa subkontraktor untuk pekerjaan sementara.

Suatu aspek khusus dalam penerowongan adalah kurang memadainya penyangga sementara yang mungkin kritis terhadap pembebanan dan tegangan dalam struktur yang permanen.

Prosedur untuk penyanggaan muka dengan kayu, penyambungan, dan pelaksanaan konstruksi bukaan harus didesain dengan baik dan mendapatkan supervisi yang sama seperti halnya pada konstruksi permanen, dan sesuai dengan standar pekerjaan yang berlaku.

4.3.3 Supervisi dan Inspeksi

Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya atas keamanan pekerjaan yang berada di bawah pengendaliannya, sedangkan supervisi dan inspeksi lapangan secara independen oleh staf direksi ataupun staf klien yang berpengalaman mempunyai peran yang penting dalam melaksanakan pekerjaan yang cukup aman.

Penilaian mengenai kondisi tanah yang bervariasi adalah diperlukan pada pada setiap tahap pembangunan terowongan dan penting untuk keamanan dalam mengantisipasi bahaya dan untuk memutuskan dengan segera tindakan yang tepat.

Seringnya inspeksi (atau, bila kondisi tanahnya jelek : “inspeksi secara kontinyu”) oleh personil yang ditugaskan direksi, dapat sangat bermanfaat dalam menjamin bahwa aspek keamanan tidak diabaikan. Hal ini terutama penting bahwa inspeksi harian oleh personil yang dipercaya (yang ditugaskan oleh kontraktor) hendaknya dilakukan pada saat pekerjaan sedang tidak berlangsung, misalnya pada akhir pekan, hari-hari libur atau waktu-waktu kosong lainnya. Dalam segala hal, tindakan pengamanan harus diperhatikan seperti dikemukakan pada butir 8.4 hendaknya diobservasi dengan baik.

Personil yang bertanggung jawab terhadap desain harus melaksanakan tugasnya dengan baik di lapangan. Setiap modifikasi yang diakibatkan oleh adanya perubahan sifat-sifat tanah hendaknya dicatat sesegera mungkin dan dilaporkan kepada direksi.

4.3.4 Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengendalian pekerjaan yang diperlukan dalam pelaksanaan konstruksi harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan-peraturan mengenai Kesehatan dan Keamanan Pekerjaan yang berlaku. Administrasinya dilaksanakan oleh Komisi Kesehatan dan Keamanan melalui Dinas atau instansi Kesehatan dan Keamanan. Inspektorat Bangunan hendaknya diajak berkonsultasi tentang catatan-catatan, register-register, formulir-formulir dan notifikasi-notifikasi yang relevan.

Penanggung jawab pekerjaan diharuskan untuk mengumumkan penetapan Pengawas Daerah dalam 7 hari dari awal pekerjaan, kecuali apabila pekerjaan tersebut akan dapat selesai dalam 6 minggu.

Apabila melebihi persyaratan minimum, kepada inspektur hendaknya diberikan sejak 7 hari sebelumnya suatu informasi untuk memulai : (a) penerowongan; (b) pembuatan sumuran untuk terowongan; (c) penggunaan udara yang bertekanan.

Peraturan yang baku memerlukan sertifikat-sertifikat, laporan-laporan dan dokumen lainnya yang dibuat untuk keperluan Inspektorat Bangunan. Tentu saja ada kewajiban baku lainnya yang tidak khusus untuk konstruksi teknis.

(4)

Tabel 1

Penyebab utama kecelakaan

Kategori kecelakaan Contoh-contoh terinci Pencegahan dan referensi

utama Referensi lain

1. Jatuh dari ketinggian

tertentu Jatuh ke dalam sumuran.Jatuh dari perancah. Penyangga-penyangga yang tepat. Pembuatan geladak yang ko-koh.

Penyangga-penyangga (bila praktis).

7.6 (Bag. 3)

2. Jatuh di tempat

Tergelincir atau terpeleset pa-da jalan kerja.

Palang pegangan, permukaan tak licin yang rata, pember-sihan permukaan, penerangan yang cukup.

10 (Bag. 2), 10.3 (Bag.3) 3. Material jatuh dari

ketinggian tertentu.

Alat dan perlengkapan kecil jatuh atau tertendang dari atas perancah atau dari puncak sumur.

Papan pijakan kaki. Penempatan yang tepat. Alat-alat kecil dilengkapi dengan sabuk/tali,

7.6 (Bag. 3)

Beban/muatan ayunan jatuh Pengayunan dan pemuatan yang tepat. Area pemuatan harus tetap bersih

7.6, (Bag. 3), 8.2 (Bag. 3) 4. Material jatuh dari

tim-bunan atau kendaraan Runtuhnya timbunan mis. balok, potongan, semen dalam karung

Fondasi timbunan yang kuat. Peletakan dan pemeliharaan timbunan yang sistematik. Muatan jatuh dari kendaraan Muatan ditimbun dengan baik

dan kokoh. Permukaan jalan atau jalan kecil terpelihara dengan baik

5. Terkubur oleh runtuhan

material Runtuhnya muka kerjaRuntuhan batu Lihat : 7 dan 9 (Bag. 1)Penyanggaan terhadap batu-batu yang lepas. Penyanggaan segera.

7.8 (Bagian 1) Runtuhnya timbunan atau

tumpukan bahan

Lihat item 3 (Bag. 1) 6. Banjir atau genangan air Drainase atau pipa yang

pecah, air tanah, dll.

Lihat : 4 (Bag. 2) 7. Alat pengangkat Derek dan mesin pengangkat Lihat : 8 (Bag. 3)

Pengangkatan dan penempat-an potongpenempat-an pada muka kerja

Perlengkapan terkait dipeli-hara dengan baik.

Prosedur yang aman diterap-kan.

9.3.3 (Bag. 1)

8. Mesin lainnya Mesin penggali pekerja harus diungsikan dari zone penggalian. Prose-dur yang aman ditetapkan dan diterapkan. Lihat : 7 (Bag. 1). Mesin “grouting” Perlengkapan yang kuat

dipe-lihara dengan baik. Operasi dilakukan oleh personil yang terlatih

Ban pengangkut Lihat : 10.2.1 (Bag. 3) 9. Kendaraan Lokomotif dan lori Lihat : 10.1 (Bag. 3)

Kendaraan Lihat : 10.2.4 (Bag. 3)

10. Instalasi listrik Lihat : 11 (Bag. 3) 6..3 (Bag. 2)

11. Api dan ledakan Lihat : (Bag. 2) 10.3 (Bag 1),

11 (Bag 1) 12. Polusi udara Lihat : 5 (Bag. 2), 8 (Bag. 2) 10.4 (Bag. 1)

(5)

4.4. Kecelakaan dan Kejadian-Kejadian yang Berbahaya 4.4.1 Kecelakaan

Semua kecelakaan, baik yang mengakibatkan maupun yang tidak mengakibatkan terjadinya luka-luka pada seseorang, hendaknya dilaporkan kepada manajemen lapangan dari kontraktor oleh personil yang terlibat ataupun oleh atasan langsungnya. Catatan kecelakaan disimpan dan kecelakaan itu dilaporkan dalam kaitan dengan adanya peraturan yang berlaku. Catatan ini hendaknya dipelajari dan dianalisis oleh kontraktor dan komisi keamanan dengan selang sesering mungkin, guna menitik beratkan frekuensi dan penyebab kecelakaan, sehingga dapat diambil langkah-langkah untuk mencegah terulangnya kembali kecelakaan yang serupa.

Pengunjung hendaknya melaporkan tentang kedatangannya kepada kontraktor dan mereka telah mendapat persetujuan dari kontraktor tentang kunjungan ke lapangan itu. Pengunjung hendaknya juga mengecek apakah asuransi yang dimiliki oleh kontraktor mencakup mereka juga apabila terjadi kecelakaan di dalam lingkungan proyek.

Penyebab utama dari kecelakaan personil dapat dilihat kategorinya pada tabel 1, bersamaan dengan contoh-contoh khusus yang menggambarkan relevansinya dengan penerowongan. Bahaya yang umum tercakup pada bagian-bagian dari peraturan yang digunakan, namun hendaknya ditekankan bahwa bahaya yang khusus justru cukup serius pada bagian tertentu. 4.4.2 Perlengkapan Pelindung/Pengaman

Perlengkapan pelindung pengaman pribadi harus digunakan oleh setiap orang yang dapat menghadapi resiko bahaya sebagai berikut.

(a) Pelindung kepala; Semua personil harus mengenakan pelindung kepala (helm) setiap waktu.

(b) Pelindung kaki; Sepatu boot yang kuat, lebih bagus bila solnya berpelat baja dan berpelindung jari kaki, harus digunakan setiap waktu; dalam terowongan yang basah sepatu boot karet yang sampai ke lutut cukup memadai.

(c) Pelindung tangan; Sarung tangan yang memadai harus digunakan apabila seseorang mudah terkena (bahaya) terpotong, api, tersetrum listrik, karatan, dan zat yang menimbulkan iritasi. Sarung tangan sampai ke siku harus digunakan apabila melakukan “grouting”. Krim pelindung juga harus tersedia.

(d) Pelindung mata; Peraturan tentang pelindung mata harus dicermati. Kacamata pelindung, perisai muka, dan perisai yang sesuai dan mantap digunakan sebaik mungkin, sebagai pelindung terhadap partikel-partikel yang melayang di udara, zat yang berbahaya, ataupun berkas sinar yang membahayakan. Pelindung mata harus selalu dikenakan oleh operator, bila dia sedang melakukan “sandblasting”, peledakan, pembersihan dengan udara atau air, penyemprotan campuran beton, penggurindaan atau pemotongan logam, pengapian dan pengelasan, pencampuran dan penempatan “grout mix”. Apabila ada risiko bahaya yang dapat diprediksi, pelindung-pelindung mata tersebut harus digunakan oleh operator-operator pemecah, pemotong atau pengebor beton, batu, ataupun material yang serupa, dan oleh operator-operator yang menginjeksikan cairan dengan tekanan.

(e) Pelindung tubuh; Pakaian pelindung sebaiknya kedap air bila diperlukan. Pakaian khusus mungkin diperlukan untuk menanggulangi adanya zat yang berbahaya. (f) Pelindung telinga; sesuaikan butir 6 (Bagian 3).

(g) Pelindung paru-paru; Perlengkapan pernafasan yang memadai harus digunakan apabila bahaya terhisapnya asap atau debu yang berlebihan tak terhindari. Penghilangan bahaya hendaknya merupakan tujuan utama, kemudian ventilasi untuk memindahkan zat terkait ke tempat lain dan mengurangi bahayanya, dan terakhir penggunaan perlengkapan pernafasan yang memadai.

(6)

4.4.3 Organisasi pertolongan pertama.

Persyaratan pertolongan pertama dijelaskan dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Beberapa di antara persyaratan ini tercakup secara singkat pada butir 4.4.4 s/d 4.4.8 (Bagian 1) dan dalam beberapa hal dilengkapkan, namun referensi langsung seharusnya dibuat untuk peraturan yang lebih rinci. Bahaya yang potensial dalam penerowongan mengharuskan adanya pelatihan personil dalam hal pertolongan pertama menjadi cukup penting; pada setiap giliran selama periode utama konstruksi, seorang personil dengan yang berpengalaman harus disediakan untuk memberi bantuan pertolongan pertama bila diperlukan. Kontraktor dan direksi pekerjaan harus mempertimbangkan untuk mengirimkan personil mereka yang senior secara proporsional, termasuk pula mandor dan inspektur, pada pelatihan pertolongan pertama, baik yang penuh waktu ataupun yang selama masa tak bertugas dengan mendapatkan insentif finansiil.

Komunikasi yang baik antara areal pekerjaan dengan fasilitas di permukaan betul-betul penting. Rencana kegiatan yang jelas harus dirumuskan, untuk mempercepat pemindahan personil (yang bisa terkena bahaya) dari areal pekerjaan dan untuk menjamin agar mobil ambulans dapat mencapai puncak sumuran kerja ataupun lokasi-lokasi pintu masuk. Perencanaan pembuatan lift dalam sumuran harus mempertimbangkan adanya hal-hal itu. Instruksi yang jelas harus diberikan kepada semua personil tentang prosedur yang dilaksanakan pada saat dilakukannya evakuasi dari terowongan dalam keadaan darurat, dan juga untuk menjamin agar personil yang celaka tidak ketinggalan untuk diselamatkan.

4.4.4 Kotak Pertolongan Pertama

Kotak Pertolongan Pertama (P3K) dalam jumlah yang cukup dan diberi tulisan “Pertolongan Pertama” harus disediakan. Kotak itu hendaknya dilengkapkan dengan memadai sebagai kelengkapan yang disebutkan dalam peraturan yang berlaku. Kotak itu hendaknya juga siap untuk dibawa ke areal pekerjaan dan harus menjadi tanggung jawab dari petugas pertolongan pertama yang ditunjuk pada setiap giliran.

4.4.5 Tandu

Tandu - lengkap dengan selimut yang memadai untuk diangkat dengan derek ataupun kait derek harus tersedia dalam keadaan terpelihara. Tandu itu harus siap dibawa masuk ke areal pekerjaan dalam keadaan darurat, dan harus dilindungi terhadap kotoran dan kondisi basah. Dalam hal spesial, apabila jalan masuk ke dalam terowongan harus melewati sumur kerja, usungan harus secara praktis disimpan di tingkatan terowongan. Sarana untuk mengangkut orang yang mengalami kecelakaan ke permukaan tanah harus dijamin dengan baik (lihat butir 8.2.5 Bagian 3).

Dalam kasus kecelakaan dengan luka yang serius, seorang pasien tidak boleh dipindahkan sampai datangnya personil medis yang cakap ke areal kecelakaan, kecuali bila ada kemungkinan terjadinya kecelakaan lebih lanjut secara mendadak.

4.4.6 Ambulans

Peraturan memerlukan adanya ketentuan bahwa perlunya pelayanan ambulans lokal harus diumumkan secara tertulis bagi lokasi proyek yang membawahi lebih dari 25 personil.

Seorang personil yang bertanggung jawab (seorang deputi yang dinominasikan yang siap bertugas) ditunjuk untuk mengatur kendaraan ambulans bila diperlukan. Suatu pengumumam harus ditempatkan di lokasi yang berisi nama petugas tersebut, dan instruksi tentang cara-cara pemanggilan darurat. Apabila pengaturan semacam itu tidak praktis, sebuah kendaraan pengganti yang dapat mengusung pasien harus tersedia di lokasi. Informasi tentang alamat rumah sakit sehubungan dengan keadaan darurat harus ditempelkan dengan baik.

(7)

Di lokasi terowongan, keperluan tentang hal ini harus diaplikasikan sekalipun personil yang terlibat hanya kurang dari 25 orang. Dalam hal khusus, perhatian harus diberikan untuk menjamin agar kendaraan siap dipuncak dari setiap sumuran kerja ataupun adit dalam keadaan darurat.

4.4.7 Ruang Pertolongan Pertama

Suatu ruang pertolongan pertama yang dibangun dan dilengkapi dengan baik harus disediakan, untuk ruang perawatan dan istirahat. Ruang tersebut harus menjadi tanggung jawab dari personil yang telah terlatih dalam pertolongan pertama, yang harus hadir pada saat-saat jam kerja.

4.4.8 Pelatihan Pertolongan Pertama

Kualifikasi minimum yang normal dari petugas P3K adalah memiliki sertifikat pertolongan pertama yang dikeluarkan oleh organisasi pelatihan yang telah diakui.

4.5. Pekerja : Perekrutan dan Pelatihan 4.5.1 Perekrutan

Pada perekrutan pekerja untuk pekerjaan penerowongan, penting diperhatikan adalah bahwa standar kesehatan fisik yang tinggi perlu dijamin. Dalam hubungan dengan personil di bawah umur 18 tahun, disarankan agar yang berwenang membuat sertifikat medis tentang kebugaran fisik.

Untuk operasi tertentu seperti misalnya pengemudi derek dan pemberi isyarat, ada ketentuan sesuai dengan yang diperlukan untuk memperkerjakan personil yang berumur lebih dari 18 tahun. Umumnya, diinginkan agar semua operasi di bawah permukaan dikerjakan oleh personil yang berumur lebih dari 18 tahun.

Prinsip yang diterapkan pada semua pelaksanaan penerowongan mencakup inspeksi reguler oleh personil yang berkompeten dan berpengalaman, pelaksanaan pekerjaan di bawah pengarahan dan supervisi oleh personil tersebut, dan pelaksanaan pekerjaan oleh pekerja yang kompeten dan memiliki pengalaman yang memadai. Oleh karena itu sangat penting diperhatikan bahwa orang yang tepat diberi tanggung jawab sebagai : (a) inspeksi; (b) supervisi; (c) direksi.

Pengalaman dalam pekerjaan yang dilakukan harus dipertimbangkan cukup penting sebagai suatu ukuran yang utama dari orang yang direkrut. Apabila perekrutan personil yang berpengalaman dan kompeten ternyata sulit, suatu kursus pelatihan harus diadakan, dengan tekanan khusus pada pelatihan pengawas giliran kerja yang merupakan personil kunci dalam program keamanan harian.

4.5.2 Pelatihan

Persyaratan umum untuk menyelenggarakan pelatihan yang diperlukan bagi semua pekerja harus sesuai dengan peraturan; seperti pelatihan operator khusus misalnya pengemudi derek dan pemberi isyarat, operator pengatur katup udara tertekan, pengemudi lokomotif, dan personil pertolongan pertama (P3K).

Pelatihan tentang penerowongan, di luar industri pertambangan, di masa lalu hampir semuanya merupakan pengalaman lapangan, tanpa melalui kursus pelatihan yang khusus. Kecakapan tentang aplikasi yang lebih umum, seperti misalnya penyanggaan lubang penggalian dengan kayu, merupakan subyek pelatihan, namun kecakapan tentang penerowongan seperti tersebut di atas telah dipelajari di lapangan. Sumbangan yang paling utama mengenai keamanan di setiap terowongan adalah tenaga kerja yang terlatih dan disiplin. Apabila personil yang berpengalaman terbatas, pelatihan di tempat hendaknya diselenggarakan.

(8)

Dalam setiap kegiatan, tenaga kerja baru harus diberi pelajaran tentang tahap awal dari tugas yang harus mereka kerjakan, terutama yang berkaitan dengan keamanan. Pemilik pekerjaan dan direksi pekerjaan hendaknya mendorong kontraktor dalam penyelenggaraan program pelatihan dengan mengemukakannya secara rinci dalam dokumen pelelangan pekerjaan (lihat butir 4.2 Bagian 1), sehingga kontraktor dapat mencakupnya dalam harga penawaran lelang. Operator mesin penerowongan yang berpengalaman untuk mesin penggali “cutting head and

full face”, “lining erector” termasuk alat penarik (winch) dan “grout pan” cukup

berpengalaman dalam prosedur umum pembuatan penerowongan. Mereka hendaknya telah berpengalaman paling sedikit 6 bulan bekerja di bawah tanah dalam lingkungan yang serupa. Bila mungkin, staf yang ditugaskan untuk pemeliharaan mesin mekanik harus berpengalaman yang sesuai ataupun telah mengikuti pelatihan yang serupa; Namun demikian, seorang staf dengan kelas yang tepat dapat menjadi peserta pelatihan dengan baik. Referensi harus dibuat untuk klasifikasi registrasi yang operatif, untuk tingkat kompetensi yang tepat yang telah tercapai.

4.6. Catatan dan Laporan

4.6.1. Aspek Fisik dari Konstruksi Terowongan.

Pengarsipan catatan yang tepat dan memadai tentang aspek fisik dari konstruksi terowongan betul-betul merupakan hal yang sangat penting. Hal ini tidak hanya untuk keamanan selama konstruksi, namun juga untuk keamanan pada setiap pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan yang diperlukan dan juga pada setiap penerowongan pada masa mendatang ataupun pekerjaan lain di sekitarnya.

Pekerjaan pencatatan untuk referensi dan penggunaan di masa mendatang menjadi tanggung jawab pemilik terowongan, yang dapat didelegasikan pembebanan tanggung jawabnya dalam kegiatan penyelenggaraan dari setiap arsip regional ataupun pusat untuk keperluan sesuai tujuannya. Setiap kontrak konstruksi harus dilengkapi catatan semacam itu yang harus disiapkan dan diserahkan oleh kontraktor.

Catatan minimum yang harus disimpan adalah berupa penampang memanjang berdasarkan catatan harian dari lapisan yang ditemukan, dikorelasikan terhadap setiap catatan lubang bor yang ada dan muka air tanah, muka air pasang-surut, muka air sungai, dan curah hujan yang abnormal. Penurunan dan pergerakan penyangga terowongan dan tanah di atas terowongan adalah merupakan hal yang sangat penting dan harus dicatat dengan baik.

Kemajuan pekerjaan penggalian dan pembuatan “lining” dengan catatan mengenai tipe “lining” yang digunakan, harus dicatat paling sedikit setiap minggu, termasuk “overbreak” dan kesulitan lainnya.

Setiap data yang dipantau secara kontinyu ataupun diukur dengan frekuensi tinggi seperti misalnya penurunan permukaan, temperatur udara yang kering dan basah, kondisi berdebu, kadar metan dalam udara, harus dicatat semuanya.

5. Informasi dan Penyelidikan

5.1. Umum

Semua informasi yang tepat dan relevan dengan konstruksi terowongan harus didapatkan sebelum dimulainya konstruksi. Studi lokasi secara khusus hampir selalu sangat penting sebelum konstruksi terowongan dapat berlangsung, dan merupakan suatu kegiatan yang menerus selama konstruksi.

Keamanan dapat tergantung secara kritis pada penyelidikan yang memadai dan interpretasi yang tepat tentang informasi yang didapatkan. Harus ada pemahaman sepenuhnya secara

(9)

praktis tentang semua informasi yang relevan, ataupun kesenjangan informasi, oleh mereka yang bertanggung jawab.

Keperluan-keperluan yang dikemukakan pada butir 5.2 dan 5.3 (Bagian 1) harus diperlakukan sebagai suatu daftar simak dan tidak boleh dianggap sebagai suatu spesifikasi yang lengkap. 5.2. Studi Pendahuluan

5.2.1 Topografi

Peta rupa bumi dan denah biasanya lengkap dengan rincian yang memadai untuk studi pendahuluan dan untuk penentuan lokasi pekerjaan. Informasi mutakhir yang belum tercakup dalam peta yang sudah diterbitkan bisa diperoleh dari instansi terkait.

Peta-peta edisi lama menjadi penting apabila mencantumkan pekerjaan-pekerjaan dan bangunan serta saluran air yang sekarang tidak berfungsi lagi atau yang tersembunyi. Foto-foto udara dari banyak daerah dipotret oleh BAKOSURTANAL, otoritas lokal, dan perusahaan survei udara.

Di daerah-daerah pantai ataupun yang terpengaruh air pasang-surut, peta-peta Angkatan/Perhubungan Laut/Geologi Kelautan memperlihatkan topografi dasar laut dan kondisi alamiahnya.

5.2.2 Geologi

Peta-peta yang diterbitkan, baik dalam edisi baku maupun yang belum baku, oleh instansi geologi terkait, dilengkapi dengan informasi ekstra yang cukup banyak dan diperoleh dari catatan-catatan yang diterbitkan/tak diterbitkan oleh instansi geologi yang ada, melengkapi latar belakang, penting untuk penentuan lokasi dan konstruksi terowongan.

Material lain yang dapat digunakan mencakup peta-peta tanah dan catatan dari instansi penyedia peta tanah serta peta tata guna tanah.

5.2.3 Hidrologi

Catatan tentang muka air permukaan dan banjir biasanya didapatkan dari Instansi pengairan di daerah. Tentang air pasang-surut, peta-peta Angkatan/Perhubungan Laut dan publikasi-publikasinya melengkapi informasi yang penting, yang dapat dilengkapi dengan catatan tentang otorita pelabuhan lokal. Prediksi tentang pasang-surut yang termuat dalam tabel pasang-surut yang dikeluarkan oleh Dinas Hidrografi TNI Angkatan Laut sangat penting untuk pekerjaan pada atau dekat muka air laut. Besarnya debit untuk sungai-sungai di Indonesia diterbitkan oleh antara lain Puslitbang Teknologi SDA, Bandung. Semua catatan dan prediksi yang memadai hendaknya diuji sepenuhnya pada kasus daerah-daerah yang terbuka.

5.2.4. Bangunan, Fasilitas, dan Pekerjaan Lama yang Ada

Pengetahuan tentang bangunan dan pekerjaan tanah hendaknya dicari dalam setiap zone yang mungkin terpengaruh oleh penggalian terowongan. Gambar rencana bangunan gedung dan bangunan lain yang dimiliki oleh pemilik bangunan gedung atau tersimpan pada otorita lokal hendaknya diteliti, baik dari aspek sistim pandang penyangga tanah yang diperlukan di dalam terowongan, maupun dari aspek bahaya terhadap bangunan yang ada (kemungkinan terjadinya penurunan).

Pekerjaan-pekerjaan industri dan lokasi pembuangan limbah, dalam keadaan masih bisa beroperasi maupun yang tidak dapat menimbulkan bahaya khusus terhadap penerowongan, terutama apabila ada unsur yang merusak dan merembes ke dalam lapisan yang diterowong. Angker tanah, baik angker permanen yang merupakan penyangga bagi bangunan yang ada, maupun angker sementara yang nantinya dibuang setelah tidak digunakan lagi untuk keperluan konstruksi, harus diselidiki sepenuhnya. Seperti halnya adanya bahaya terhadap penerowongan ataupun kemungkinan terjadinya kerusakan pada bangunan yang ada akibat pengaruh dari pekerjaan penerowongan itu. Pertimbangan yang sama akan berlaku terhadap

(10)

tiang pancang dan catatan tentang tiang pancang yang harus dikonsultasikan bila terdapat di daerah yang akan diterowong.

Penelitian hendaknya dilakukan terhadap catatan tentang sumur dan lubang bor di daerah terkait, untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya bahaya jebolnya terowongan ke dalam sumur lama, dan juga untuk mendapatkan informasi tentang muka air tanah. Catatan tentang konstruksi terowongan terdahulu dapat menjadi informasi yang sangat berharga. Informasi dari yayasan/lembaga dan perpustakaan yang ada dapat memberikan bukti tentang tata guna tanah terdahulu.

Di areal pertambangan, informasi yang lengkap tentang adanya tambang (yang masih maupun yang sudah tidak berfungsi) perlu diperoleh, walaupun mungkin untuk pekerjaan terowongan lama masih kurang lengkap. Penelitian juga harus dibuat mengenai kemungkinan adanya gas metan. Catatan tentang pertambangan jenis mineral lainnya ataupun “kuari” terdapat di Ditjen Pertambangan Umum (yang menangani pertambangan non batubara) dan juga BUMN/ perusahaan pertambangan lainnya (a.l. PT. Aneka Tambang). Pengetahuan tentang sumur-sumur uji, adit dan pekerjaan-pekerjaan lokal boleh jadi bisa didapatkan, dan bisa dilengkapi dengan mempelajari foto-foto udara daerah yang dipelajari.

Informasi lengkap yang praktis tentang sarana/fasilitas bawah permukaan bisa didapatkan antara lain dari PT. Telkom, PLN, Perusahaan Gas Negara, PDAM dan Dinas-dinas Tata Kota yang menangani drainase kota, maupun instansi lain. Perlu dicatat bahwa pipa/saluran dan sarana utama dapat menjadi tanggung jawab secara nasional daripada tanggung jawab pemerintah daerah.

5.2.5. Cuaca

Pengaruh kondisi cuaca setempat dalam konstruksi terowongan harus diperhitungkan secara cermat.

5.3. Studi Lapangan Khusus

5.3.1. Lubang Bor

Lubang bor, baik yang vertikal maupun miring, harus ditentukan lokasinya untuk melengkapi informasi khusus mengenai terowongan yang sedang dibangun, dan untuk melengkapi informasi mengenai kondisi geologi dan hidrologi yang diperoleh dari peta dan catatan-catatan. Lubang bor hendaknya ditentukan cukup dekat dengan terowongan, namun jangan terlalu dekat sehingga menembus terowongan, kecuali untuk alasan tertentu. Suatu lubang bor yang terlampau dekat atau menembus terowongan akan menimbulkan bahaya yang cukup serius apabila ada air di situ dan terutama bila udara tertekan digunakan di areal itu. Dalam setiap kasus, semua lubang bor hendaknya diisi kembali sebaik mungkin, termasuk pula dengan menggunakan campuran beton sebagai sumbat. Penentuan lokasi lubang bor di mana sebuah sumuran kerja terletak, memungkinkan dibuatnya korelasi antara data lubang bor dan kondisi nyata tanah di tempat itu menurut pengalaman.

Jumlah lubang bor yang harus dibuat tergantung pada panjang terowongan dan karakter serta variabilitas tanah. Umumnya diinginkan untuk menentukan pola lokasi lubang-lubang bor dengan melengkapinya dengan lubang bor tambahan untuk mengecek lokasi yang meragukan dan untuk memecahkan masalah khusus yang muncul pada tahapan konstruksi. Tidak pernah aman untuk mengasumsikan kontinuitas lapisan antar lubang bor atau untuk menyambung horizon yang sama namun sebenarnya semu.

Untuk penerowongan, penting diperhatikan agar beberapa lubang bor yang dibuat mencapai kedalaman dasar terowongan yang diantisipasi, diambil sampelnya dalam jumlah yang memadai dan dicatat perlapisannya dengan baik. Untuk itu, teknik pencatatan data secara otomatis perlu dipertimbangkan. Contoh-contoh tanah bawah permukaan dan air tanah harus diidentifikasi dengan baik, diberi label dan dipotret apabila diperlukan serta disimpan sebaik

(11)

mungkin untuk pengujian selanjutnya bila diperlukan. Pakar supervisi dalam operasi pemboran dan pengambilan sampel sangat diperlukan, agar hasil kerjanya dapat dimanfaatkan. Bila memungkinkan, informasi tambahan yang berharga bisa diperoleh dari pemboran “auger” berdiameter besar, yang dengan pemboran itu bisa dilakukan pengujian langsung di lapangan terhadap lapisan yang dibor, atau dari sumur uji, ataupun sumuran kerja. Tindakan pengamanan terhadap bahaya yang bisa ditimbulkan oleh tanah yang urai, air, gas dan kemungkinan bahaya lainnya sangat perlu dilakukan, apabila lubang bor dan sumur uji itu akan diinspeksi.

5.3.2. Pendugaan dengan “Probe” Secara Kontinu

Pendugaan dengan “probe” secara horisontal pada muka terowongan akan menghasilkan informasi tambahan yang berharga. Untuk terowongan yang besar ataupun sulit, suatu terowongan pemandu boleh jadi merupakan metode yang tepat. Terowongan pemandu dapat menyajikan baik informasi tentang jenis dan sifat-sifat tanah/batuan yang akan diterowong, maupun tentang fasilitas tambahan untuk konstruksi, penyangga tanah, serta perbaikan tanah. Pendugaan dengan “probe” terhadap muka kerja yang sedang dilaksanakan sedapat mungkin dilakukan pada semua terowongan. Luasnya daerah yang akan diduga/diselidiki tergantung pada bahaya yang mungkin terjadi dan pada peminimalan hambatan kemajuan pekerjaan. Bahaya yang dapat dijumpai pada penyelidikan semacam itu adalah mencakup sesar, rekahan, rongga-rongga, air tanah, hilangnya penutup di bagian atas, dan gas metan. Pada kondisi yang sangat buruk, pendugaan dengan “probe” ke berbagai arah mungkin diperlukan, dikombinasikan dengan perbaikan tanah/batuan, namun harus lebih berhati-hati apabila melakukan pemboran untuk menentukan penutup guna menghindari penetrasi akifer di atas terowongan. Perlengkapan yang memadai harus digunakan untuk mencegah terjadinya arus air mendadak; apabila terjadi arus air mendadak, harus disumbat dengan segera untuk mencegah perlengkapan yang dipakai terdorong ke arah sebaliknya oleh tekanan air.

5.3.3. Penyelidikan Geofisik

Metode geofisik yang siap diterapkan untuk menyelidiki kondisi terowongan adalah metode seismik, geolistrik dan metode lainnya. Kegunaannya sesungguhnya terbatas, namun dapat melengkapi informasi yang didapatkan dari lubang bor, terutama dalam menelusuri batas lapisan tanah dengan lebih baik apabila batas lapisan pada dalam lubang bor sudah bisa diidentifikasi dengan jelas. Penggunaan metode geolistrik dikombinasikan dengan pendugaan dengan “probe” secara horisontal kemungkinan sangat penting. Di areal perkotaan, metode geofisik tidak selalu bisa diterapkan, kecuali untuk luas yang sangat terbatas, oleh sebab adanya gangguan dari fasilitas, bangunan dan lalu- lintas yang ada.

Untuk terowongan di bawah muka air, survei seismik marin seperti misalnya : survei dapat juga membantu dalam memetakan dasar sungai, penentuan permukaan batuan dasar, pencarian saluran yang tertimbun, serta menentukan lubang-lubang bor untuk penyelidikan lapangan. 5.3.4 Survei Topografi dan Permukaan

Suatu survei lapangan yang teliti sangat diperlukan guna keperluan perencanaan dan konstruksi terowongan, dan biasanya diperlukan dalam pembuatan kontrak. Survei ini harus dapat menentukan hubungan yang akurat antara terowongan dengan semua bangunan yang ada di sekitarnya dan kenampakan lain yang mungkin saling mempengaruhi.

Survei udara dapat menyajikan informasi tambahan yang berharga terutama untuk keperluan skema perencanaan yang luas. Titik referensi harus dihubungkan dengan titik-titik referensi BAKOSURTANAL pada sistem grid koordinat dari survei udara harus ditetapkan dan dipelihara, seperti halnya titik tetap (benchmark) yang memadai untuk keperluan pengukuran elevasi.

(12)

Di antara kenampakan yang ada (yang harus diidentifikasi dan dicatat) adalah lubang periksa (manhole) dan penutup katup, yang membantu dalam penentuan lokasi selokan dan fasilitas tertimbun yang ada.

5.3.5. Survei Bawah Permukaan

Sebagai tambahan terhadap topografi permukaan, setiap bangunan bawah permukaan harus akurat prosesnya terhadap terowongan yang diusulkan. Suatu survei rinci sampai ke tingkat ketelitian tertentu merupakan persyaratan kontrak sebelum dilakukannya konstruksi terowongan.

Di antara struktur bangunan yang disurvei antara lain : ruangan bawah tanah dan fondasi yang ada (rencana yang dibuat oleh pemilik bangunan, bila mungkin, diverifikasi dengan survei yang aktual), bangunan portal yang ada, pekerjaan terowongan dan pekerjaan bawah permukaan, selokan utama, dan fasilitas bawah permukaan pada umumnya. Setiap kabel angker tanah yang dapat ditentukan lokasinya harus disurvei dengan akurat.

Apabila ada struktur bangunan ataupun fasilitas yang memotong jalur terowongan, atau sangat dekat dengan terowongan yang diusulkan, bahaya khusus yang mungkin terjadi harus diteliti dengan cermat dan hati-hati, serta tindak pengamanannya harus betul-betul dilakukan.

5.3.6. Survei Struktur Bangunan di atas Terowongan

Semua gedung dan struktur bangunan yang dapat terpengaruh oleh konstruksi terowongan harus disurvei untuk menentukan kondisinya baik sebelum, selama, maupun sesudah pelaksanaan penerowongan.

5.3.7. Pengujian Air Tanah.

Apabila muka air tanah di areal terowongan cukup variabel atau dapat terpengaruh oleh pelaksanaan penerowongan, sumur-sumur observasi untuk mengamati dan mencatat setiap variasi muka air tanah sangat diperlukan dan sangat dibutuhkan untuk dibuat dan diamati sebelum ataupun selama konstruksi. Muka air tanah di dalam lubang bor harus dicatat, dan setiap muka air tanah yang terperangkap (perched) atau artesis sedapat mungkin harus diidentifikasi.

Dalam tanah yang mengandung air tanah, uji permeabilitas dalam lubang bor dapat memberikan informasi yang berharga.

Apabila variasi air pasang-surut menjadi hal yang kritis, seperti pada pekerjaan menggunakan udara bertekanan maka pengujian harus dilengkapi dengan alat ukur ketinggian pasang-surut. Dalam lingkungan khusus, pengujian air dapat dilakukan untuk memeriksa salinitas, keasaman atau polusi, serta untuk pemeriksaan kandungan kimiawi baik yang alamiah maupun artifisial. 5.3.8. Gas

Apabila ada alasan yang mengkhawatirkan bahwa gas alam ataupun gas lain mungkin terdapat di dalam tanah yang akan digali menjadi terowongan ataupun sumuran, maka harus dilakukan pengujian untuk menetapkan modus kejadiannya dan juga bahaya yang dapat terjadi pada permukaan yang diterowong.

5.3.9. Penyelidikan Tanah Selama Konstruksi

Selama konstruksi, perlu melanjutkan penyelidikan tanah, dan kegiatan ini merupakan kegiatan dari operasi pendeteksian dengan “probe” (lihat butir 5.3.2 [Bagian 1] ).

6. Perencanaan Hal Tak Terduga 6.1. Penilaian Adanya Bahaya

Apabila kejadian bahaya tidak dapat diperkirakan, bahaya yang mungkin terjadi harus dipertimbangkan dan perencanaan harus dibuat, baik untuk mengurangi bahaya yang mungkin terjadi, maupun untuk mengurangi pengaruhnya apabila bahaya itu tidak mungkin dihindari.

(13)

Pada tahap awal, kontraktor, (lebih disukai dalam kaitan dengan supervisi oleh pemilik bangunan), harus menyiapkan analisis bahaya penerowongan yang mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

(a) Bahaya apa yang mungkin terjadi di sana ? (b) Bagaimana kemungkinan dari setiap bahaya itu ?

(c) Apabila bahaya tidak dapat dihindari, apakah yang membahayakan kehidupan ? (d) Seberapa besar kerusakan pada terowongan yang diakibatkan oleh bahaya itu ? (e) Kerusakan apa yang dapat ditimbulkan oleh bahaya itu pada fasilitas/ bangunan

lain di luar terowongan ?

(f) Tindakan pengamanan apakah yang paling tepat untuk dilaksanakan dan bilamanakah tindakan itu akan dilaksanakan ?

Mungkin, bahkan jika sangat mustahil sekalipun, keadaan darurat harus dipertimbangkan dan masing-masing dapat merupakan subyek dari perencanaan hal tak terduga sedemikian rupa, sehingga semua yang berkenaan dengan hal tersebut dipersiapkan terlebih dahulu dan tahu menentukan tindakan yang tepat.

Analisis ini harus dipertimbangkan oleh pimpinan di lapangan sehubungan dengan tanggung jawabnya sesuai Peraturan mengenai Kesehatan dan Keamanan Pekerjaan, dan oleh Komisi Keamanan Lapangan bila sudah dibentuk.

6.2. Keperluan Mengkaji Ulang Metode Kerja

Kondisi di dalam terowongan dapat dipertimbangkan sebagai suatu hal yang abnormal, apabila suatu bahaya alamiah terjadi tanpa diharapkan sebelumnya. Apabila kondisi semacam itu dijumpai, situasinya harus segera dievaluasi dan tindakan pengamanan yang tepat harus segera dilaksanakan.

Suatu faktor yang penting adalah lama berlangsungnya kondisi abnormal dan risiko terulangnya kembali kondisi abnormal itu. Apabila durasinya singkat, tindakan sementara seperti misalnya penerowongan dengan tangan secara lebih berhati-hati mungkin cukup memadai. Namun jika kondisi abnormal itu mungkin akan berlanjut atau terulang kembali, maka diperlukan pengkajian ulang secara lengkap terhadap metode penerowongan dan peralatan yang digunakan.

6.3. Jenis Keadaan Darurat

Keadaan darurat yang perencanaan hal tak terduga harus disiapkan, tidak hanya disebabkan terutama oleh bahaya alami, tetapi juga disebabkan oleh kecelakaan, serta oleh kerusakan mesin dan tenaga listrik dan disebabkan oleh adanya halangan/rintangan.

(a) Runtuhnya tanah pada muka kerja yang mungkin disusul oleh mengalirnya air kedalam terowongan (lihat butir 7 [Bagian 1]).

(b) Kerusakan penyangga sementara ataupun permanen pada beberapa jarak tertentu di belakang muka kerja , yang disusul oleh mengalirnya air masuk kedalam terowongan (lihat butir 7 [Bagian 1]).

(c) Banjir di dalam terowongan dari muka kerja atau dari pipa air yang pecah, kerusakan pompa atau oleh adanya penggenangan di dalam sumuran (lihat butir 4 [Bagian 2).

(d) Gas dan ledakan sering terjadi akibat timbulnya gas metan di dalam lapisan organik, atau di dalam lapisan dekat permukaan tanah akibat adanya bocoran dari pipa fasilitas umum, terutama oleh sebab terjadinya amblesan pada pekerjaan di lapangan (lihat butir 5 [Bagian 2).

(14)

(f) Kebakaran pada material yang disimpan dalam gudang, penyangga-penyangga kayu, instalasi listrik, bahan pelumas, atau gas (lihat butir 6 dan 7 [Bagian 2]). (g) Kecelakaan dari mesin yang bergerak, di dalam ruang terbatas dalam terowongan,

dapat meningkatkan konsekuensi ketidakseimbangan yang berpengaruh terhadap keselamatan semua personil dalam terowongan ataupun keamanan struktural dari terowongan.

(h) Kerusakan mesin dan tenaga listrik, khususnya bila terowongan tergantung pada suplai udara bertekanan, kapasitas pemompaan atau ventilasi, bila fasilitas cadangan harus dipasang.

(i) Rintangan dengan penyebab apapun, yang dapat menimbulkan terjadinya keadaan darurat menyebabkan perlunya menambah penyangga ataupun menambah tindakan masalah banjir.

6.4. Hubungan Kewenangan

Tanpa memperhatikan ukuran ataupun cakupan pekerjaan terowongan di tiap lokasi, seharusnya ada hubungan kewenangan yang terdefinisikan dengan jelas untuk tindakan darurat. Ada kewajiban bagi setiap personil untuk melaporkan tiap kondisi lingkungan yang abnormal yang mungkin dapat meningkat menjadi keadaan darurat. Catatan tentang prosedur untuk menghadapi keadaan darurat yang rinci harus disajikan dengan baik di semua lokasi di mana konsentrasi pekerjaan diharapkan terjadi, misalnya pada : puncak dan dasar sumuran, muka kerja, udara yang tersumbat dan ruang pengendali. Catatan semacam itu harus berisi nama personil yang bertanggung jawab, prosedur pelaporan, daftar nomor telepon penting untuk keadaan darurat, dan juga gambar rinci pintu-pintu ke luar yang terdekat.

Tanggung jawab utama untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan yang harus segera dilakukan untuk menangani laporan semacam itu hendaknya dibebankan kepada seorang personil, misalnya mandor lapangan yang senior, dan hal ini harus dikemukakan dengan jelas kepada pihak terkait. Mandor lapangan senior harus mempunyai seorang wakil yang representatif.

Kewenangan terbatas untuk perencanaan hal tak terduga dan untuk penentuan tindakan darurat harus diberikan kepada agen atau personil senior lain yang dinominasikan. Mandor lapangan senior harus melaporkan sepenuhnya kepadanya sesegera mungkin. Pengawas lapangan ataupun personil lain yang bertanggung jawab atas supervisi dan inspeksi harus diberi informasi sepenuhnya, dan harus diajak berkonsultasi.

6.5. Prioritas

Dalam perencanaan hal tak terduga untuk keadaan darurat, pertimbangan pertama hendaknya adalah untuk meminimalkan risiko bagi personil yang bekerja di dalam terowongan; kemudian, untuk mengurangi kerusakan yang mungkin dialami oleh pekerjaan itu, serta untuk menjamin agar sarana untuk memperbaiki muka kerja dan memperbaiki bangunan yang rusak dapat tersedia di lokasi tersebut.

Banyaknya orang di setiap bagian khusus dari terowongan sangat perlu diketahui. Perencanaan hendaknya memberikan tanggung jawab kepada seseorang untuk menyimpan catatan tentang tiap orang yang masuk ke (atau keluar dari) bagian terowongan tersebut.

Pada suatu keadaan darurat yang menimbulkan risiko bagi tenaga kerja, disarankan untuk melakukan evakuasi keluar dari terowongan, namun perencanaan itu hendaknya untuk tahap evakuasi parsial atau seluruhnya (sesuai dengan jenis dan kekuatan bencana tersebut), dengan demikian hanya personil yang sangat penting kaitannya dengan keamanan kerja yang boleh tetap berada di dalam terowongan.

(15)

Prioritas suplai tenaga listrik untuk pelayanan harus dikemukakan dengan jelas, sirkuit-sirkuit didesain, diberi label dan diisolasi dengan baik, misalnya lampu-lampu darurat, pemompaan, suplai udara bertekanan, dan ventilasi.

6.6. Jalan Masuk Darurat

Jalan masuk untuk semua keadaan darurat yang mungkin terjadi harus dipertimbangkan sebelumnya. Tidak selalu memungkinkan untuk menjamin dapat ditentukannya rute jalan masuk alternatif, namun sarana jalan masuk seperti misalnya tangga dan gang yang bebas dari lift ataupun peralatan mekanik lainnya, harus disediakan untuk semua kasus.

Rute jalan masuk dan jalan keluar yang direncanakan dengan baik dan aman dapat berperan besar terhadap keamanan personil dan terowongan, seperti halnya pekerjaan darurat pada titik bahaya yang kemudian dapat berlanjut untuk periode yang lebih lama.

Pada keadaan darurat, tim-tim pekerja yang tidak akrab dengan pekerjaan terowongan memerlukan jalan masuk untuk penyelamatan, pemadaman kebakaran ataupun alasan lain. Diagram dari pekerjaan bawah tanah yang jelas, tahan lama, mutakhir, dan bisa dimasuki dari setiap sumuran harus dipasang pada pintu masuk sumuran.

Rute keluar harus diberi tanda dengan papan tanda, dan rute jalan masuk yang lain juga diberi tanda. Mandor lapangan senior hendaknya bertanggung jawab untuk menjamin agar tanda-tanda tersebut terpelihara supaya tetap dalam kondisi mutakhir.

Apabila regu pemadam kebakaran, tim ambulans atau organisasi luar yang lain dipanggil untuk masuk ke dalam terowongan, rencana harus dibuat untuk mereka yang perlu memasuki terowongan dan mengenali rute jalan masuk dan prosedur yang harus ditempuh. Selama kunjungan semacam itu pada suatu keadaan darurat, setiap tim harus ditemui dan disertai oleh seorang yang bertanggung jawab pada lokasi tersebut yang betul-betul akrab dengan kondisi lokasi itu. Perencanaan pada pekerjaan yang besar harus dibuat untuk tim semacam itu, agar bisa digunakan oleh pengendali keadaan darurat mereka.

Masalah khusus dapat meningkat dengan adanya pekerjaan menggunakan udara bertekanan; kecuali apabila organisasi luar terkait mendapatkan tugas untuk masuk, dan menyiapkan personil-personilnya sesuai dengan hal itu, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk melatih dan menyediakan tim keadaan darurat untuk pemadam kebakaran, dan keadaan darurat lain yang dapat diprediksi sebelumnya.

6.7. Kelengkapan Cadangan

Kelengkapan kapasitas mesin cadangan, merupakan bagian yang normal dari perencanaan konstruksi, untuk mempertimbangkan keperluan suplai tenaga cadangan (lihat butir 11.1 [Bagian 3]) dan untuk menjamin tersedianya suku cadang dan perlengkapan bagi keadaan darurat dan kerusakan yang kecil. Untuk penerowongan, suatu standar tinggi yang khusus harus diobservasi; dalam beberapa kasus terjadi duplikasi sepenuhnya tentang keperluan maksimum.

Sebagai tambahan, perencanaan hal tak terduga harus menjamin bahwa perlengkapan penting untuk keadaan darurat yang hebat dapat diperoleh bila diperlukan. Barang-barang atau suku cadang penting harus tersedia di tempat, tetapi barang tersebut dapat diperoleh dari tempat lain atau dari pabrik. Apabila rencana semacam itu dibuat, catatan mutakhir yang tepat tentang stok barang harus tersedia untuk semua pihak yang berperan dalam rencana tersebut.

7 7. Penggalian dan Penyangga Awal

(16)

Oleh karena penyangga tanah dan metode penggalian seringkali merupakan bagian dari suatu pelaksanaan, maka perlu dibuat penampang yang memadai sebagai referensi.

7.2. Prinsip Dasar

Esensi dari penggalian yang aman adalah untuk menggali hanya sejumlah volume tanah tertentu sehingga dapat menyangga oleh dirinya sendiri sampai penyangga lainnya dapat dipasang. Penggalian semacam itu bervariasi dengan kisaran yang cukup luas, dari lubang kecil yang digali dengan tangan dan memerlukan penyangga yang langsung dipasang pada lempung lunak ataupun pasir urai, sampai ke keseluruhan areal terowongan pada batuan keras yang kuat yang bisa tetap aman tanpa penguat selama beberapa minggu atau bahkan secara permanen.

Waktu merupakan esensi dalam penerowongan. Selang waktu yang aman antara penggalian, penyangga langsung pasang dan penguat akhir adalah merupakan hal yang kritis terhadap prosedur dan biaya konstruksi secara keseluruhan. Dalam waktu singkat, setelah tanah digali, tegangan tanah yang bekerja menjadi terlepaskan dan beban tersebut segera dipindahkan ke bagian tanah yang lain. Beban baru tersebut mengawali terjadinya pergerakan dalam tanah, yang berhenti dengan cepat pada batuan keras, atau dapat berlanjut secara perlahan pada lempung, atau secara cepat pada pasir atau kerikil. Apabila efek tersebut harus dilokalisir, maka penyangga harus segera dipasang untuk mencegah kerusakan yang berlangsung secara cepat.

Apabila waktu terbukanya tanah/batu yang aman berkisar antara detik sampai hari atau minggu, dan pembebanan berkisar antara sesaat sampai penuh, keperluan penyangga sementara sangat bervariasi tergantung dari kekuatan dan sifatnya.

Ukuran terowongan merupakan faktor utama dalam menentukan beban yang harus diambil dalam sistem penyangga tanah. Pada tanah dengan muka kerja berukuran kecil mungkin aman bila dibiarkan melampaui waktu yang lama, penyangga yang ekstensif dan menerus mungkin diperlukan apabila muka kerjanya besar. Pada tanah lunak dan kadang-kadang pada batuan yang remuk, muka kerja yang besar dapat menimbulkan bahaya yang biasanya dapat dikurangi tingkat bahayanya dengan konstruksi terowongan pemandu satu buah atau lebih yang dimasukkan di depan muka kerja utama. Terowongan pemandu sebaiknya diperkuat menerus secara struktural, seperti misalnya besi tuang yang diperkuat dengan baut (lihat butir 7.5.1 dan 7.17.2 [Bagian 1).

Pengalaman dan penilaian yang tepat sangat penting dalam menentukan seberapa besar tanah dapat digali dengan aman dan berapa lama keamanannya bisa terjamin. Untuk itu, tidak mungkin untuk menguraikan pengujian yang berlaku secara umum secara spesifik. Pada semua kasus, bila perubahan yang mendadak dijumpai, penyangga sementara yang segera dipasang dan cara pencegahan bahayanya menjadi cukup penting. Pada tanah urai di mana lanau atau pasir bisa mulai bergerak, cepatnya penyumbatan dengan karung, jerami, lempung pudel, paking kayu, ataupun material lain yang tersedia, dapat berperan efektif dalam menjaga keamanan muka kerja. Tindakan “pertolongan pertama” ini harus diikuti dengan penyanggaan dengan kayu dengan cara yang lebih sederhana sampai ke cara yang menggunakan standar tinggi. Apabila muka kerja itu dibuka kembali, maka perlu dilakukan secara cermat dan hati-hati.

7.3. Karaktaristik Tanah

(17)

Kelongsoran pada tanah tak berkohesi dapat disebabkan oleh :

(a) perubahan menjadi bersifat lepas secara lambat ataupun cepat, ketika material mengering akibat proses urai ataupun akibat pembebanan yang berlebihan;

(b) aliran, pada material non kohesif yang kering, tidak ada kohesi;

(c) pengaliran sebagai campuran yang setengah cair, ketika material non kohesif yang basah bercampur dengan air dan dapat mengisi ruangan disepanjang terowongan. 7.3.2. Pasir dan Kerikil

Pada pasir dan kerikil bersifat tidak plastis dan regangannya kecil akibat beban, tetapi suatu runtuhan kecil dari material yang urai dapat merusak dengan cepat “efek busur” yang sedang menyangga beban, dan mengakibatkan kerusakan yang lebih besar serta progresif. Oleh karena itu, penyanggaan harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya awal pergerakan. Apabila terdapat air, cara pengendalian adalah merupakan hal yang penting dan perlu dilakukan tindakan pengamanan untuk mencegah terbawanya material halus, yang akhirnya dapat menjadi urai secara keseluruhan. Apabila kemajuan pekerjaan terganggu, cara pengisian dan grouting kedalam pori/rongga perlu dilakukan.

7.3.3. Tanah Kohesif

Pada tanah yang mempunyai kohesi dan plastisitas, yaitu tanah lanau s/d lempung, kerusakan dapat disebabkan oleh :

(a) perubahan menjadi bersifat lepas, pada saat tanah dibebani secara berlebihan, namun rekahan lebih dominan dari pada aliran;

(b) bila lempung yang plastis dibebani secara berlebihan dan secara perlahan terdorong ke luar tanpa terlihat adanya retakan;

(c) aliran dari lempung “sensitif” oleh adanya air;

(d) pengembangan dari lempung pada kondisi prakonsolidasi yang menyerap air dari atmosfir yang menambah volumenya.

7.3.4. Lempung

Pada terowongan yang lapisan tanahnya berupa lempung lunak, atau lempung kaku yang keberadaan cermin sesar menyebabkan terjadinya perlemahan, perlu dipasang penyangga untuk menahan pergerakan sesegera mungkin. Penyangga yang terbuat dari kayu harus dipasang sedekat mungkin dengan tanah yang digali, dan harus diperkuat dengan baji, sehingga penyangga terpasang kuat pada posisinya dengan sistem penopang yang memadai yang dipotong secara akurat, dan dibentuk pada ujungnya. Pengolesan papan terpancang dengan semen, mortar ataupun lempung pudel dapat bermanfaat, karena semen “grouting” di belakang papan dapat memperdekat muka kerja papan terpancang itu. Karakteristik plastis dari lempung dapat mengakibatkan terjadinya perkembangan gangguan secara gradual.

Penyangga yang dipasang dengan segera dapat mengurangi gangguan seminimal mungkin. Perubahan kadar air dalam lempung akibat tersingkapnya permukaan dan perubahan beban, dapat menyebabkan terjadinya pengembangan dan penyusutan (dalam waktu yang lama) dengan konsekkuensi perlu melakukan perbaikan pada penyangga.

Pada terowongan yang menembus lempung atau jenis tanah lain yang mudah longsor, yang siklus pelaksanaannya terinterupsi oleh alasan tertentu, perlunya pembuatan penyangga sementara tambahan berstandar tinggi harus diketahui seperti halnya menutup permukaan lempung guna mengurangi perubahan kadar air. Pengisian dan grouting ke dalam semua rongga atau pori-pori harus mengikuti standar praktis yang mungkin mengalami interupsi seperti misalnya pada akhir minggu atau hari libur.

7.3.5. Lanau

Lanau secara khusus berbahaya karena kohesinya berkurang secara mendadak dengan adanya air atau bila kering kembali. Penyangga kayu yang rapat pada semua muka kerja menjadi

(18)

esensial, kecuali apabila waktu tersingkapnya singkat, luas yang tersingkap kecil, atau kohesinya bisa dijamin. Apabila terowongan yang menembus lanau terletak di bawah muka air tanah, perlu dilakukan penggunaan udara bertekanan, pembekuan, atau tindakan stabilisasi lain perlu dilakukan.

7.3.6. Kapur

Bagian atas kapur biasanya banyak mengandung rekahan dan air dan harus dianggap sebagai batuan lunak. Bagian tengah kapur mengandung lebih banyak napal dan biasanya lebih kompeten. Bagian bawah kapur bagian bawah sesungguhnya adalah napal dan dapat dianggap sebagai lempung yang keras.

7.3.7. Kelongsoran Batuan

Sesudah penggalian atau peledakan pada batuan, biasanya terjadi “efek busur” pada atap terowongan yang baru terbuka yang diperkuat beberapa penyangga. Nilai dari penyangga ini sangat tergantung pada arah dan kemiringan dari bidang lemah di sekitar lokasi terkait, oleh karena itu kemiringan dan jurus bidang perlapisan, spasi dan pola kekar, adanya sesar serta adanya rekahan dan peremukan, semuanya itu perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Efek pelengkungan tersebut diikuti oleh berubahnya distribusi tegangan dan pergerakan dari blok-blok batu yang memungkinkan terjadi penetrasi air kedalamannya yang berfungsi sebagai pelumas. Gangguan secara progresif dapat mengakibatkan runtuhnya atap terowongan dan proses tersebut dapat terulang pada bagian yang lebih atas. Pada batuan lunak yang banyak mengandung kekar-kekar horisontal hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya rongga berbentuk konus yang tinggi beberapa meter di atas terowongan. Slab-slab batuan yang terdapat pada mahkota terowongan dapat runtuh akibat lentur, bila slab tersebut relatif tipis dengan lapisan material lunak yang cukup tebal di atasnya. Terowongan batu yang dilakukan dengan memecahkannya sehingga mahkotanya berbentuk persegi harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati. Pada setiap saat, bahaya pecahnya batuan menjadi sesar, rekahan, ataupun rongga yang dapat terisi air harus diketahui. Pada sesar, mungkin terjadi perubahan lapisan yang dijumpai menjadi zona rekahan yang ekstensif dengan cermin sesar serta rekahan yang terisi oleh lapisan lunak. Eksplorasi lebih lanjut diikuti dengan “grouting” ataupun tindakan darurat khusus lainnya perlu dilakukan, terutama pada penerowongan di bawah air.

7.4. Metode Penyangga Tanah Awal

Tabel 2 menyajikan tipe utama penerowongan dan sistem penyangga tanah. Penyangga awal dapat merupakan tahap pertama dari sistem penyangga tanah, sebagai contoh, pada penggunaan beton semprot, yang mungkin merupakan satu-satunya “lining” yang berfungsi sebagai penyangga pada terowongan yang telah selesai dibuat.

7.5. Kepala Terowongan Kecil

7.5.1. Umum

Kepala terowongan kecil umumnya bersifat sementara yang digali untuk mengeksploirasi tanah sebelum terowongan utama digali guna memudahkan pelaksanaan seperti misalnya peletakan pipa atau untuk pembuatan akses di antara dua tempat. “Lining” yang permanen tidak diperlukan di sini, karena kepala terowongan itu akan ditutup kembali atau akan “termakan” oleh terowongan utama. Namun demikian, penyangga sementara harus cukup memadai agar aman selama kepala terowongan itu pada kondisi terbuka serta untuk melindungi tanah di sekitarnya terhadap penurunan atau runtuhan.

(19)

Hal yang perlu ditekankan adalah bahwa risiko keruntuhan atau penurunan yang berlebihan akan lebih besar terjadi pada kepala terowongan kecil yang disangga dengan kayu dibandingkan dengan bentuk lain dari konstruksi terowongan. Hanya tenaga kerja cakap dan berkualitas tinggi dalam pembuatan penyangga awal dari kayu dan pengisiannya kembali yang bisa menjamin keamanan terowongan.

Manajemen lapangan senior harus menentukan teknik apa yang diterapkan dan menjamin bahwa pekerjaan akan dilaksanakan dengan aman.

7.5.2. Khusus

Ukuran kayu yang digunakan akan tergantung pada jenis tanah dan ukuran dari kepala terowongan, kayu dengan tebal 38 mm tidak boleh digunakan. Semua kayu harus diperiksa untuk mengetahui apakah ada yang jelek yang dapat mengurangi kekuatannya. Kayu yang digunakan harus telah diawetkan atau diberi cairan pengawet yang bertekanan.

Semua material yang diperlukan untuk pembuatan kepala terowongan harus tersedia dan siap pakai sedekat mungkin dengan muka kerja. Perhatian khusus harus diberikan pada peletakan rel dan menjaga jarak diantara gerbong, dan kayu penyangga.

Tanggung jawab utama untuk tenaga kerja teknik penyanggaan dari kayu yang aman terletak pada tenaga yang berkompeten yang mengerjakan muka kerja. Petugas tersebut mempunyai pengalaman dalam hal memilih jenis kayu yang digunakan.

Pengisian kembali kepala terowongan kecil dengan beton harus dikerjakan secara hati-hati. Bagian atas kepala terowongan berukuran 600 mm harus diisi campuran beton bertekanan atau diisi dengan tangan dengan campuran beton kering. Apabila tindakan pencegahan terjadinya penurunan permukaan cukup kritis, kepala terowongan harus digrauting kembali bagian per bagian, untuk menjamin agar semua rongga terisi dengan baik.

7.6. Terowongan Kecil

7.6.1. Umum

Terowongan yang mempunyai luas muka kerja kurang dari 2 m2 termasuk dalam kategori ini sedemikian rupa sehingga tenaga kerja bisa bekerja di dalamnya untuk melakukan penggalian dan melaksanakan konstruksi.

Prinsip keamanan penerowongan sebenarnya sama, namun karena ruang yang sangat terbatas, mungkin terjadi bahaya yang lebih intensif. Seperti kasus yang sering terjadi bahwa proyek-proyek yang ruang, waktu, dan sumber daya manusianya sangat terbatas, maka sangat tidak praktis untuk menerapkan sistem yang didesain untuk proyek yang lebih besar. Oleh karena itu sangat penting bahwa mereka yang bekerja pada terowongan semacam itu, harus dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab dan sangat berpengalaman serta mengenal dengan baik bahaya yang aktual maupun potensial, dan bahwa prosedur keamanan untuk terowongan tertentu harus didefinisikan secara teliti sebelum pekerjaan dimulai dan diobservasi dengan seksama.

7.6.2. Khusus

Pada terowongan kecil, orang tak dapat berjalan dengan tubuh tegak dan dua orang sulit berpapasan satu sama lain. Jadi secara praktis penggalian muka kerja cukup digali oleh satu orang saja, meskipun orang kedua harus selalu ada di dekatnya.

Pengaturan harus ditentukan terhadap masalah-masalah penyelamatan dan evakuasi pekerja muka terowongan dari bahaya kecelakaan, luka-luka, atau sakit.

Ventilasi adalah merupakan masalah dengan kesulitan khusus; hal itu disebabkan karena sedikitnya sirkulasi udara secara alami atau bahkan sama sekali tidak ada. Terowongan

(20)

dangkal yang menembus jenis tanah yang bervariasi, sering melewati tanah di dekatnya yang mengandung organik, atau dengan kontaminasi zat lain yang bisa mencemari udara dalam terowongan. Suplai udara segar ke muka kerja betul-betul sangat penting.

Tabel 2.

Metode penyangga tanah awal

No. Jenis penerowongan Kisaran ukuran

(perkiraan) Jenis tanah (yang biasa digunakan)Penyangga awal 1. Kepala terowongan kecil 1,0 m x 1,3 m sampai

2,5 m x 2,5 m

Semua jenis tanah kecuali batuan keras

Kayu

2. Terowongan kecil s/d diameter 2,0 m Tanah lunak “lining” segmental 3. Perisai terbuka

(a) dengan penyangga muka Diameter 1,0 m s/d 5,0

m Lempung sangat lunak sampai batuan lunak atau remuk

“lining” segmental (b) “cutter boom” Diameter 2,0 m s/d 6,0

m

Pasir padat atau kerikil dengan perekat. Lempung kaku atau teguh tanpa diskontinuitas. Batuan lunak

“lining” segmental

4. Pipa yang didongkrak s/d 3,0 m Tanah lunak Pipa beton

5. Perisai dengan penyangga muka

Diameter 4,0 m s/d 10,0 m

Lempung sangat lunak sampai batuan lunak atau remuk

“lining” segmental 6. Bor mesin untuk terowongan

tanah lunak

Diameter 1,5 m s/d 5,0 m

Lempung kaku atau teguh

“lining” segmental 7. Digali dengan tangan tanpa

perisai dengan penyangga muka

Diameter 1,5 m s/d 10,0 m

Seperti pada tipe 3 “lining” segmental 8. Penerowongan batuan

(a) dengan busur baja dan paking

s/d bentang 12,0 m Tidak berlaku pada batuan lapuk (b) dengan beton semprot > 2,5 m Tidak berlaku pada

batuan lapuk (c) dengan baut batuan Semua ukuran Tidak berlaku pada

batuan lapuk 9. Mesin penerowongan untuk

tanah keras

Diameter 2,0 m s/d 11,0 m

Umumnya batuan kuat 10. Perisai bentonit dan adonan Diameter > 2,5 m Tanah granuler di

bawah muka air tanah

“lining” segmental 11. Udara bertekanan Semua ukuran Tanah lunak “lining” segmental 12. Proses geoteknik

(a) pembekuan tanah Semua ukuran Tanah granuler mengandung air (b) perbaikan tanah secara

kimiawi Semua ukuran Tanah granuler

(c) penurunan muka air tanah

Semua ukuran Pasir & kerikil mengandung air

7.7. Perisai Penerowongan

7.7.1. Umum

Perisai penerowongan adalah suatu silinder baja kaku yang digunakan sebagai penyangga awal dan pengaman selama penggalian dan pemasangan “lining” pada semua jenis tanah

(21)

kecuali batuan yang keras. Gambar 9 memperlihatkan perisai dengan diameter luar 4 m yang digunakan pada kondisi yang paling buruk. Perisai biasanya digunakan bersama-sama dengan cincin beton ataupun cincin segmental dari besi tuang.

Perisai tersebut biasanya meliputi ujung pemotong tajam (yang pada jenis tanah yang sesuai), dapat digunakan untuk memotong bagian sekeliling penggalian. Pada umumnya, perisai tersebut berguna untuk memperluas ke depan ujung pemotong pada mahkota untuk membentuk tudung. Tubuh perisai yang kaku berisi piston yang mendongkrak perisai ke depan menjauhi “lining” segmental yang telah selesai dipasang.

Sebelum memasukan perisai, penggalian tahap yang tidak memerlukan tekanan piston yang berlebihan, harus selesai terlebih dahulu. Jika lining digunakan, “tail skin” dipasang pada bagian belakang perisai. Hal tersebut dapat menjadi pengaman selama pemasangan bagian lining. Setelah pemasangan cincin lining, perisai didongkrak kedepan dan terjadilah ruangan radial dari ketebalan “tail skin” ditambah jarak antara tanah dan lining. Ruangan tersebut cenderung diisi oleh pergerakan tanah dan harus diminimalkan dengan grauting secepat mungkin. Semua perisai harus mempunyai tempat untuk penyangga muka kerja yang mungkin diperlukan seterusnya selama penerowongan atau hanya digunakan sebagai tindakan darurat. Penggunaan penyangga muka kerja secara terus-menerus pada saat pendorongan perisai berarti pekerjaan pembuangan tanah bekas galian dilakukan menggunakan tangan. Apabila perisai sedang mendorong segmen cincin, petugas yang bekerja sebagai operator perisai menjamin bahwa tida ada orang yang terperangkap diantara piston dan lining.

Pelaksanaan dengan menggunakan teknik pengkantongan lempung merupakan prosedur yang aman, sedangkan perisai digunakan bersama-sama dengan udara bertekanan pada lapisan pasir ataupun kerikil.

7.7.2. Perisai Terbuka 7.7.2.1 Umum

Perisai terbuka digunakan bersama-sama dengan penggalian secara manual, dan metode penyangga tanah dapat digunakan pada kondisi tanah yang bervariasi. Bila penyangga muka kerja diperlukan, biasanya dilakukan menggunakan dongkrak hidraulik yang memberikan tekanan pada penyangga muka kerja dari kayu dengan tertambatnya kembali setelah perisai terdongkrak ke depan. Sebagai alternatif, apabila keperluan untuk membuat penyangga muka kerja jarang dilakukan, penyangga dapat dipasang kembali melalui perisai sampai ke “lining” segmental yang dipasang. Hal ini mengakibatkan perisai dapat terdongkrak ke depan tanpa mempengaruhi penyangga kayu.

Pada beberapa batuan yang kondisinya remuk atau apabila jenis tanah muka kerja terdiri dari tanah campuran, misalnya terdiri dari batuan dan tanah lunak, batuan tersebut akan perlu digali sampai bersih dari bagian ujung yang tajam. Selanjutnya, keadaan tersebut perlu dilengkapi dengan penyangga mahkota dan penyangga bahu berbentuk papan-papan yang terentang antara bagian ujung tajam perisai dan penyangga muka kerja dari kayu. Hal semacam ini seringkali merupakan salah satu situasi penerowongan yang paling berbahaya. 7.7.2.2 Khusus

Pekerjaan pembuatan penyangga tanah harus dilaksanakan platform kerja yang direncanakan dengan memadai. Dengan diameter antara 2,5 m s/d 5,0 m, platform harus terbentang melintang perisai, memberikan akses ke muka kerja sambil membiarkan hasil galian jatuh melalui celah yang ada. Perancah, atau semacamnya tidak tepat digunakan untuk tujuan ini, karena tiang-tiang tegak dapat terkena pukulan (yang bisa merobohkan) akibat adanya

Referensi

Dokumen terkait

3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta peristiwa siang dan malam dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia

Tabel I.4 Data Jumlah Pegawai Bagian Lapangan yang Mengalami Kecelakaan Kerja Tahun 2014–2016 Pada PT.PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Bangka

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mempunyai gagasan untuk mengadakan penelitian tentang adakah korelasi kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa pada

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

komunitas yaitu cerminan dan kesadaran kritis, membangun identitas komunitas, tindakan representasi dan politis, praktek yang berhubungan dengan budaya, asosiasi

Tujuan dari penulisan ini adalah mengkaji tentang keterkaitan antara matematika dan budaya khususnya rumah adat Palembang yaitu rumah Limas dimana

Dari hasil survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis pasien rawat inap dengan diagnosis Diabetes mellitus dapat diketahui ketidaktepatan kode diagnosis Diabetes cukup

Otot lurik, atau yang dikenal juga dengan nama otot rangka tak lain adalah jaringan yang menempel pada bagian rangka tubuh hewan atau manusia dimana