• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Tanah

Dalam dokumen BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-32)

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,tanah atau lahan merupakan pondasi alami yang diperlukan dalam membangun prasarana dan sarana fisik pekerjaan struktur.

Kebutuhan sarana dan prasarana pengaman keselamatan dan kesehatan kerja ada 9 kiat antara lain :

1. Perancah dan tenaga kerja untuk pekerjaan pada ketinggian atau sarana transportasi pada tempat kerja.

2. Konstruksi penyangga untuk melindungi pekerja yang ada dibawah.

3. Dinding penahan tanah untuk menjaga agar tanah tidak longsor.

4. Pagar pengaman untuk menjaga agar pekerja tidak jatuh dari suatu ketinggian atau terperosok ke dalam lubang galian.

5. Sirkulasi udara untuk menjaga kebersihan udara di tempat kerja.

6. Penerangan untuk meghindari kecelakaan pada tempat gelap.

7. Prasarana tanda peringatan, petunjuk untuk menghindari pekerja memasuki daerah yang berbahaya.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 24 Contohnya :

8. Prasarana perlindungan untuk pekerjaan pergerakan yang digunakan sebagai alat transportasi vertical.

Contoh alat : kran angkat (jib crane).

9. Sarana komunikasi untuk memberikan instruksi ke pusat kegiatan.

a) Pekerjaan Galian

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan galian perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah :

1. Stabilitas tanah, akan melemah pada saat kondisi tanah : kering, retak-retak, dan tanah berpasir.

2. Air tanah yang dapat merembes (infiltrasi) melalui lapisan tanah dan tanah yang mengandung air terlalu banyak.

3. Galian yang dalam.

4. Adanya aktivitas atau beban pada sekitar galian.

5. Sebelum pekerjaan galian dilakukan perlu diteliti dan diuji stabilitas tanah atau bangunan diatasnya. Pemeriksaan ini dilakukan setelah : a. Pekerjaan berhenti satu hari

b. Setelah peledakan

c. Setelah terjadi longsor dan keruntuhan konstruksi d. Setelah hujan lebat atau gempa bumi

6. Jika terdapat batu lepas, tonggak, pohon atau bangunan yang menggantung atau besar diatas tempat kerja harus disingkirkan.

Hati- hati Licin…!!!

Awas benda jatuh dari atas…!!!!!!!!!

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 25 7. Pemeriksaan terhadap instalasi yaitu saluran pembuangan, air, listrik

diharuskan sebelum pekerjaan dimulai.

8. Gambar layout instalasi disekitar lokasi dan persiapan untuk menanggulangi masalah instalasi yang timbul.

9. Menghubungi instansi yang bersangkutan dan mempunyai kontak langsung terhadap petugas yang bertanggung jawab.

10. Galian diusahakan bebas dari air, pembuatan saluran agar air genangan dapat dialirkan.

11. Dilarang menempatkan atau menumpuk barang-barang atau benda berat dan menggerakkan peralatan di dekat sisi galian yang akan membahayakan pekerja.

12. Bagi pekerja yang bekerja ditempat ketinggian perlu tempat berpijak yang aman dan melindungi tenaga kerja dibawahnya.

13. Penopang kayu untuk alas alat berat, pinggir galian perlu dibuat.

14. Dinding galian harus dibuat talud pengaman atau konstruksi pengaman lengkap dengan balok untuk penahan mencegah longsor serta balok koppel tidak boleh dibebani benda berat, dipasang dan dibongkar dibawah pengawasan seorang ahli.

15. Pekerjaan yang menggunakan peralatan skop atau cangkul harus memperhatikan jarak yang cukup antara yang satu dengan yang lain.

16. Pengawasan terus-menerus harus dilakukan pada pekerjaan ini.

b) Pekerjaan Timbunan

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan timbunan perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah:

1. Penggunaan peralatan angkut harus direncanakan secara baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan bagi pekerja.

2. Peralatan pemindahan tanah dijalankan bila lapangan telah aman.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 26 3. Peralatan harus dihindarkan bersentuhan langsung dengan konduktor

listrik.

4. Jalan dan jalur pengangkut yang berdebu harus disiram air.

5. Tanda-tanda yang diperlukan untuk pelaksanaan timbunan adalah rambu-rambu diantaranya : “ lentera, bendera merah, dan tanda alat pengaman lainnya “

6. Penimbunan pada lubang dengan konstruksi penyangga harus pada tempatnya selama diperlukan untuk mencegah longsor.

7. Pengatur lalu lintas dan pemandu operasional harus ada 3 peralatan

c) Pekerjaan Bawah Tanah

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, dalam melaksanakan pekerjaan bawah tanah perlu diperhatikan berbagai hal khususnya cara melaksanakan pekerjaan diantaranya adalah:

1. Konstruksi penyangga harus kuat.

2. Harus tersedia jalan masuk yang aman ke lokasi proyek dan rencana transportasi serta tangga naik turun untuk pekerja dan barang harus terpisah.

3. Batuan yang lepas pada pekerjaan pengeburan disingkirkan.

4. Pengurangan debu pada tempat kerja dapat dilakukan dengan sarana ventilasi yang cukup juga dengan penyiraman air.

5. Pemeriksaan yang teliti pada pekerjaan sumur dilakukan sebelum pekerjaan diturunkan atau setelah peledakan.

6. Semua tempat kerja dibawah tanah harus diperiksa paling sedikit satu kali untuk setiap penggantian shift pekerja.

7. Pemeriksaan terhadap peralatan, mesin-mesin bangunan, penyangga, jalan, gedung dilakukan minimal satu kali seminggu.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 27 4.5.3 Pekerjaan Beton

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,pekerjaan beton, beton adalah campuran air, semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan tertentu, untuk mendapatkan sifat tertentu campuran dapat ditambah zat-zat lain (additive). Didalam konstruksi struktur biasanya beton diberi besi bertulang yang berfungsi sebagai penerima gaya tarik. Sebelum pelaksanaan beton pada pekerjaan struktur dilaksanakan, diharuskan mengetahui metode penyimpanan bahan-bahannya antara lain :

1. Bahan cair (cat, tinner, minyak gas, bensin) :

a. Disimpan pada tempat yang tertutup rapat sehingga tidak mudah tumpah atau tercampur bahan lain. Dalam hal bahan mudah terbakar harus dipisahkan dari bahan lain.

b. Botol, kaleng, jerigen untuk menyimpan bahan cair harus diberi label yang mudah terbaca menyatakan bahan apa yang ada didalamnya.

c. Botol yang terbuat dari kaca diletakkan di rak yang terendah.

d. Rak tertinggi harus masih dalam jangkauan orang, jika melebihi harus disediakan tangga khusus.

2. Bahan serbuk (semen, kapur, tras) :

a. Bahan serbuk yang dikemas dalam karung atau kantong maksimum hanya boleh ditumpuk setinggi 10 kantong.

b. Dibagian bawah harus diberi landasan sehingga tidak kena genangan air.

c. Dalam pengambilan dijaga permukaan tumpukan selalu rata.

3. Bahan lembaran (seng gelombang, multiplek) : a. Diletakkan dengan cara mendatar.

b. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang.

4. Bahan curah (pasir, koral) :

a. Timbunan bahan agar dibuat maksimum setinggi orang rata-rata untuk menghindari kelongsoran bahan.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 28 b. Pekerja yang menangani pengambilan bahan ini harus bersepatu

untuk menghindari butir-butir tajam.

5. Bahan lempengan (genteng, tegel abu-abu, tegel keramik) : a. Diletakkan dengan cara tegak lurus.

b. Tinggi maksimum tumpukan setinggi orang.

6. Bahan bentuk bata (bata merah, batako, bata beton) : a. Diletakkan tegak lurus menurut sisi yang terpendek.

b. Peletakan diselang-seling arahnya untuk memudahkan penghitungan.

c. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang.

7. Bahan betuk balok (kayu, profil besi) :

a. Ditumpuk dengan diberi alas berupa balok kayu atau kaso melintang arah memanjang balok untuk memudahkan pengangkutan pengambilan.

b. Pada setiap tinggi ± 50 cm diberi balok pengunci melintang.

c. Tinggi tumpukan maksimum setinggi orang rata-rata.

d. Dalam halnya tentang penyimpanan kayu-kayu bekas maka sebelumnya paku yang masih menancap dicabut dahulu.

e. Pengambilan selalu dilakukan dari lapisan atas tumpukan dan harus dijaga agar permukaan sedapat mungkin rata.

f. Setiap kali pengangkatan balok, minimum harus dilakukan oleh 2 orang untuk menjaga keseimbangan dan kemudahan bergerak.

8. Bahan berbentuk balok bulat (pipa besi besar, tiang pancang bulat) : a. Ditumpuk semakin keatas jumlah batang perlapis semakin sedikit

dan ditepi lapisan bawah diberi patok penahan.

b. Pengambilan harus dari bagian atas.

9. Batu :

a. Tumpukan batu sebaiknya tidak melebihi tinggi orang, untuk menjaga keruntuhan.

b. Tepi tumpukan dibuat miring dan pengambilan dari atas.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 29 10. Besi beton :

a. Dipisah-pisah berdasarkan ukuran diameternya.

b. Ditempatkan pada tempat yang tidak berlumpur.

c. Bebas dari lalu lintas orang, sehingga tidak terinjak-injak dan tetap bersih dan tidak berkarat.

d. Diletakkan sedekat mungkin dengan tempat pemotongan dan pembengkokan.

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,pelaksanaan pembuatan beton dalam keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

1) Cetakan harus diperiksa dalam pemasangan dan pembongkaran dibawah pengawasan orang yang berpengalaman dan cakap, serta sedapat mungkin dikerjakan oleh pekerja yang terampil.

2) Gambar dan sketsa harus diberikan kepada pekerja untuk mempermudah pelaksanaan dan keamanannya.

3) Dalam merencanakan, kayu yang dipakai dan sebagai penumpu harus diperhitungkan antara lain beban gerak, pengaruh sudut dan pengaruh hujan.

4) Papan dan kerangka harus diperiksa sebelum digunakan.

5) Kerangka dan papan harus diberi kaitan untuk mengangkat.

6) Bahan bangunan yang lain yaitu yang agak berat tidak boleh ditimbun atau diletakan pada papan form.

7) Untuk mencegah bahaya roboh perlu digunakan perancah agar dapat memberi dukungan atau mengikat papan form untuk lantai, untuk pengecoran atap.

Menurut Peraturan Menteri Perkerjaan Umum No.29/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,syarat-syarat penumpu dan penopang adalah :

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 30 1. Dalam pekerjaan struktur, cetakan beton biasanya harus

ditopang oleh penumpu dan penopang yang dapat menahan beban-beban, dan penyangga tersebut tidak boleh berubah posisinya yaitu turun, miring, melengkung sewaktu pengecoran dilaksanakan.

2. Penumpu harus terbuat dari besi atau kayu yang berserat lurus.

3. Penumpu dan penopang harus mempunyai alas yang kuat dan ukuran yang sesuai untuk menahan gaya terpusat yang diterima.

4. Penumpu harus kuat serta aman yaitu :

a. Gaya muatan tegak lurus yang disebabkan oleh papan cetakan, beton, alat penggetar, dan sebagainya.

b. Gaya horizontal dari penumpu ataupun akibat dari kegiatan lain yang berdekatan.

5. Penopang dan penumpu harus :

a. Mempunyai jarak yang sesuai dan pondasi yang cukup.

b. Posisi harus kuat serta diberi pengikat pada arah horizontal dan menyilang pada kedua arah.

6. Bila penumpu dengan sambungan disambung harus sesuai :

a. Penumpu dan sambungan harus dibagi rata pada papan form.

b. Setiap penumpu tidak diperkenankan untuk mempunyai sambungan lebih dari satu.

c. Sambungan harus diperkuat dengan pelat besi penguat untuk menjaga pembongkaran atau pelenturan.

d. Pada setiap tingkat yang mempunyai sambungan harus ada penguat silang.

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 31 7. Sloof untuk menumpu ini harus ditempatkan pada pondasi

yang kuat tidak pada tanah yang lunak.

8. Penumpu yang didapat memanjang harus diberi alas pembatas mencegah yang melampaui batas. Bila perlu panjang maksimal yang diizinkan harus tertulis jelas pada penumpu.

9. Penopang harus direncanakan terkunci kuat pada posisinya pada waktu terpancang.

10. Penopang harus tetap pada tempatnya sampai beton cukup kuat untuk menahan muatan yang ada dan beban sendiri beton.

11. Penopang harus terikat kuat atau diberi penguat untuk mencegah pergeseran atau perubahan bentuk.

12. Penopang harus terlindungi dari kerusakan yang dapat ditimbulkan dari kendaraan, muatan yang terayun, dan lainnya

13. Penopang harus sedemikian rupa, sehingga pada waktu disingkirkan masih ada penumpu yang cukup kuat untuk menahan, serta tidak menimbulkan biaya.

14. Paku, kawat serta bagian lainnya yang menjorok keluar harus disingkirkan atau diamankan dari papan penopang.

Pelaksanaan pembetonan dilakukan dengan cara :

a. Penyambungan pengecoran dilakukan bersamaan atau terus menerus sehingga daya ikat beton dapat terjamin dan kuat. Dan penyambungannya pada struktur yang tidak menahan beban momen atau momennya = 0, maka pelaksanaan penghentian pengecoran harus mendapat persetujuan dari perencana.

b. Pengawasan pembesian pada umumnya beton menahan gaya tekan dan besi dapat menerima gaya tarik, oleh sebab itu letak pembesian tidak boleh

Skripsi : Penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) IV - 32 berbeda dengan gambar rencana. Dengan demikian perlu diadakan pemeriksaan pembesian sebelum diadakan pengecoran.

c. Persiapan pengecoran pekerja harus memenuhi : 1) Menghindari singgungan langsung dengan semen

dan yang diangkut dengan concrete bucket.

2) Menghindari terhadap melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan atau direnggangkan dan sewaktu diangkat atau diangkut.

3) Menghindari terhadap getaran sewaktu menjalankan vibrator.

Dalam dokumen BAB IV STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN (Halaman 23-32)

Dokumen terkait