• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pekerjaan Umum a Prasarana Jalan

Dalam dokumen rkpd kabupaten rembang tahun 2017 (Halaman 57-61)

SMA/SMK/MA

2.1.3.1.3. Pekerjaan Umum a Prasarana Jalan

Pembangunan infrastruktur jalan mempunyai peran yang strategis dalam meningkatkan aksesibilitas berbagai sektor pembangunan terutama dalam pengembangan ekonomi daerah. Fasilitasi prasarana jalan terus diupayakan baik jalan poros nasional, jalan provinsi maupun jalan kabupaten. Prasarana jalan di Kabupaten Rembang sampai dengan tahun 2014 mempunyai panjang jalan 642,75 Km dengan kondisi jalan baik 314,83 Km atau 48,98%. Sedangkan jumlah jembatan di Kabupaten Rembang sebanyak 126 unit dengan panjang 1.239,9 m sampai tahun 2014 yang dalam kondisi baik sejumlah 92 unit atau 73,02%, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.32

Perkembangan Jalan dan Jembatan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2014

No. Item 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kondisi Jalan

Kewenangan Kabupaten (kondisi baik dari total 642,75 km)

346,61 321,75 351.58 356.88 314.83

2 Kondisi Jembatan

Kewenangan Kabupaten (kondisi baik dari total 1.239,9 m pada 126 unit)

96 84 92 94 92

Sumber: DPU Kab. Rembang, 2015

Capaian pembangunan prasarana jalan dalam 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari prosentase kondisi jalan baik pada tahun 2010 sepanjang 346,61 km atau sebesar 53,92% dari total panjang jalan

kabupaten 642,75 km mengalami peningkatan menjadi 356,88 km atau sebesar 55,52% pada tahun 2013 meskipun kemudian turun menjadi 48,98% pada tahun 2014. Penurunan jumlah ruas jalan dalam kondisi baik disebabkan oleh :

1. Pada ruas jalan tertentu setiap hari selalu terjadi kelebihan beban muatan kendaraan (tonase)terutama jalur wilayah penambangan material apalagi dibarengi dengan intensitas curah hujan yang cukup tinggi juga ikut memperparah rusaknya kondisi jalan dan jembatan.

2. Kurangnya partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk merasa ikut memiliki, menjaga, memelihara dan melestarikan prasarana fisik yang telah dibangun. 3. Keterbatasan personil dan sarana mobilitas penanganan program ke-PU-an

terutama pada jumlah kendaraan, alat berat, perangkat laboratorium, dan perangkat survey perencanaan.

b. Prasarana Sumber Daya Air

Pembangunan sumber daya air di Kabupaten Rembang terus mengalami peningkatan dalam rangka menyediakan pemenuhan air baku untuk air minum, irigasi maupun industri. Luas layanan areal irigasi sebesar 21.193,45 ha tercakup dalam 293 Daerah Irigasi (DI) yang terdiri dari 1 DI kewenangan pusat, 1 DI kewenangan provinsi, 124 DI kewenangan kabupaten dan 167 DI kewenangan desa. Kondisi jaringan irigasi yang baik pada tahun 2014 sebesar 19.561,45 Ha dari luas area irigasi 21.193,45 Ha atau 92,30% sebagaimana tabel dan grafik dibawah.

Tabel 2.33

Perkembangan Jaringan Irigasi dan Pemenuhan Air Baku di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2014

No. Uraian 2010 2011 2012 2013 2014

1 Kewenangan Pengelolaan

Daerah Irigasi (Luas Irigasi Kabupaten dlm kondisi baik dari total 21,193.45 hektar)

13,662 15,640 19,042 19,338 19,561

2 Pemenuhan Kebutuhan Air

Baku (embung-m3-dalam ribuan)

8,100,154 8,100,154 8,101,319 8,101,319 8,101,319

Sumber: DPU Kab. Rembang, 2015

Gambar 2.39

Prosentase Irigasi Kabupaten Rembang dengan Kondisi Baik Tahun 2010-2014

Sumber: DPU Kab. Rembang, 2015

Pembangunan sumber daya air dalam 5 tahun terakhir kecenderungannya mengalami peningkatan prasarana jaringan irigasi dengan capaian indikator

64.46% 73.80%

89.85% 91.25% 92.30%

prosentase irigasi kabupaten sebesar 92,30%. Namun yang masih harus menjadi perhatian serius kedepan adalah permasalahan dalam penyediaan air baku, dimana kapasitas maksimal yang tersedia sampai tahun 2014 baru mencapai 8.101.319.000 m3 yang sangat tergantung dengan kondisi tinggi rendahnya curah hujan tahunan dikarenakan sebagian besar berupa tampungan air (embung). Untuk itu pembangunan sumber daya air diarahkan pada upaya meningkatkan jumlah ketersediaan air baku melalui Pembangunan Embungisasi, Program Pengelolaan Sungai Terpadu (PPST), dan Program Konservasi Sumber Daya Air.

c. Air Minum, Sanitasi, dan Persampahan

Cakupan pelayanan air minum yang aman sampai dengan tahun 2014 adalah sebesar 70% baik wilayah perkotaan maupun perdesaan, cakupan sanitasi layak sebesar 71,25% dan cakupan layanan persampahan sebesar 20,4%. Adapun perkembangan cakupan pelayanan air minum, cakupan layak sanitasi dan cakupan layanan persampahan dalam 5 tahun terakhir sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.34

Perkembangan Cakupan Layanan Air Minum, Sanitasi dan Persampahan di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2014

No. Cakupan

Layanan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Air minum 51,67% 55,54% 60,04% 66,93% 70%

2 Sanitasi (dasar) 48,94% 54,14% 56,09% 66,42% 71,25%

3 Persampahan 19,1% 19,4% 19,85% 20,1% 20,4%

Sumber: DPU Kab. Rembang, 2015

2.1.3.1.4. Perumahan

Sesuai amanat Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman bahwa perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan bertujuan untuk:

a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan;

c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman di atas, kebijakan pembangunan daerah di bidang perumahan antara lain diarahkan pada upaya terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, aman, nyaman dan lestari sesuai dengan peruntukan dan fungsinya melalui menumbuh kembangkan potensi pembiayaan yang berasal dari swadaya masyarakat dan pemerataan pembangunan prasarana sarana utilitas perumahan dan kawasan permukiman.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah urusan bidang perumahan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir mengindikasikan kecenderungan meningkatnya kondisi perumahan dan kawasan permukiman yang sehat, aman, nyaman dan lestari sesuai dengan peruntukan dan fungsinya beserta kelengkapan prasarana sarana dan utilitas perumahan dan kawasan permukiman.

Jumlah rumah layak huni di Kabupaten Rembang pada tahun 2014 adalah sebesar 108.662 unit atau 64,06 % dari total rumah sebanyak 169.627 unit. Perkembangan rumah layak huni dan tidak layak huni sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.35

Perkembangan Rumah Layak Huni dan Rumah Tidak Layak Huni di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2014

No. Item 2010 2011 2012 2013 2014 1 Jumlah Rumah 161.860 164.612 166.103 167.845 169.627 2 Rumah Layak Huni 62.672 67.794 79.475 85.189 108.662 3 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 99.188 96.818 86.628 82.656 60.965 % Rumah Layak Huni 38,72% 41,18% 47,85 % 50,75% 64,06%

Sumber: DPU Kab. Rembang, 2015

Penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Rembang terus diupayakan untuk menurunkan kawasan permukiman kumuh sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang terindikasi dari penurunan luas kawasan permukiman kumuh yang tertangani dalam 5 tahun terakhir dari 1.482 Ha pada tahun 2010 menurun menjadi 1.182 Ha pada tahun 2014, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.36

Perkembangan Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Rembang Tahun 2010 – 2014

No. Item 2010 2011 2012 2013 2014 2015**

1 Luas Kawasan

Permukiman Kumuh Yang Tertangani (hektar)

1.482 1.411 1.369 1.328 1.182

Dalam dokumen rkpd kabupaten rembang tahun 2017 (Halaman 57-61)