• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelabuhan Ternate

Dalam dokumen BAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI (Halaman 33-40)

a. Gambaran Umum

Pelabuhan Ternate terletak di kota Ternate, di mana lebih dulu digunakan untuk menyebut daerah perkotaan yang berada di tengah Pulau Ternate, lokasi ibu kota Propinsi Maluku Utara. Namun, kota Ternate juga merupakan sebutan resmi wilayah administarsi yang meliputi delapan pulau: Ternate, Moti, Hiri, Mayau, Rifure, Maka, Mano, dan Gurida. Tiga pulau terakhir tidak berpenghuni. Luas daratan kota Ternate sekitar 207 kilometer persegi. Sedangkan luas lautan 26 kali lipatnya, 5.547 kilometer persegi.

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Ternate dikenal sebagai pusat perdagangan dunia pada abad 13, saat pedagang Arab sampai ke Maluku Utara. Kemudian, di abad 16 berdatangan bangsa Eropa mulai dari Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Tujuan mereka sama, mencari rempah-rempah yang melimpah di wilayah ini. Aktivitas itu menjadikan Ternate sebagai jalur sutra perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala. Agar perdagangan berkembang dibutuhkan fasilitas pengangkutan. Sebagai daerah yang wilayahnya merupakan kepulauan, Ternate beruntung memiliki Pelabuhan Ahmad Yani, sebagai pintu masuk melalui jalur laut, dan Bandar Udara Sultan Babullah sebagai gerbang udara. Transportasi antarpulau dengan kapal ferry terdapat di Bastiong, Kecamatan Ternate Selatan. Andil pengangkutan cukup berarti. Kontribusinya di tahun 2001 sebesar Rp 48,87 miliar. Komoditas Ternate seperti kayu lapis, kayu olahan, bungkil, karton, ikan beku, ikan hidup, udang, cumi, pala, cokelat, dikapalkan ke berbagai penjuru dunia melalui Pelabuhan Ahnad Yani. Negara yang paling banyak menjadi tujuan ekspor adalah Amerika, Cina, Taiwan, dan Jepang, sebagaimana tercatat selama empat tahun (1996-2000).

Gambar 4.14 Pelabuhan Ternate

Keindahan alam Ternate, adat istiadat, dan peninggalan sejarah sebagai bandar jalur sutra perdagangan rempah-rempah tempo dulu kiranya menjadi daya tarik wisatawan. Menjadikan Ternate sebagai kota pantai kiranya juga bukan sebuah langkah yang salah. Mengingat topografi, sebagian

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

besar daerah ini bergunung dan berbukit, terdiri dari pulau vulkanis dan pulau karang. Sebagian besar permukiman penduduk berada di pesisir pantai dan menggantungkan kehidupannya dari kekayaan laut. Tertatanya daerah pesisir yang indah akan mendukung tujuan Ternate sebagai kota perdagangan dan wisata.

b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Ternate berada pada posisi 0º - 2º Lintang Utara dan 126º - 128 º Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 250,85 km2, sementara lautannya 5.547,55 km2. Wilayah ini seluruhnya dikelilingi oleh laut dan mempunyai batas-batas sebagai berikut: sebelah utara dengan laut Maluku, sebelah selatan dengan laut Maluku, sebelah timur dengan selat Halmahera, dan sebelah barat dengan laut Maluku.

Kondisi topografi Kota Ternate ditandai dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut yang beragam, namun secara sederhana dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu; rendah (0 - 499 M), sedang (500 - 699 M), dan tinggi (lebih dari 700 M). Berdasarkan klasifikasi tersebut, daerah ini memiliki kelurahan dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut dengan kriteria rendah sebanyak 53% atau 84%, sedang sejumlah 6 atau 10% dan tinggi sebanyak 4 atau 6%.

c. Fasilitas Pelayanan Penumpang

Pelabuhan Ternate mempunyai fasilitas pelayanan penumpang sebagai berikut :

Tabel 4.19

Komposisi Pelayanan Penumpang di Pelabuhan Ternate

NO NAMA PELAYANAN

PENUMPANG SATUAN PANJANG (M)

1 Teminal Penumpang M2 340 2 Luar Negeri M’ 100 3 Kapasitas Orang 100 4 Dalam Negeri M’ 240 5 Kapasitas Orang 200 6 Dermaga Penumpang M’ 40

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut 7. Pelabuhan Tenau Kupang

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Tenau Kupang mulai dibangun tahun 1964 dengan dermaga sepanjang 23 m di daerah Tenau Kelurahan Alak yang berjarak kurang lebih 12 km ke arah selatan dari kota Kupang, sejalan dengan meningkatnya arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Tenau-Kupang maka pada tahun 1982 dermaga diperpanjang hingga menjadi 223 m, kemudian tahun 1990 telah selesai dibangun dermaga kapal penumpang sepanjang 100 m dan tahun 1996 selesai dibangun dermaga Pelayaran Rakyat sepanjang 50 m.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : M.22 tahun 1990 tanggal 7 Maret 1990 Pelabuhan Tenau-Kupang ditetapkan sebagai Pelabuhan Wajib Pandu Kelas II untuk kapal ukuran 500 GT keatas, Daerah kerja daratan Pelabuhan Tenau-Kupang pada areal seluas 36,25 Ha dengan status masih sertifikat Hak Penguasaan yang diterbitkan tahun 1975, sedang wilayah DLKR dan DLKP Pelabuhan Tenau-Kupang didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.5 tahun 2002 tanggal 18 Januari 2002.

Sebelum Tenau dijadikan pelabuhan yang diusahakan seperti sekarang ini, pada mulanya lokasi pelabuhan berada di Kupang. Adanya beberapa faktor yang tidak menunjang diantaranya musim barat yang mengganggu kelancaran kegiatan bongkar muat (lokasi terbuka), terbatasnya kedalaman laut serta sulitnya areal untuk pengembangan pelabuhan, maka dipilihlah lokasi Tenau yang berjarak 12 km dari Kupang sebagai pengganti dan dinilai cukup memenuhi persyaratan baik dari segi nautis maupun teknis.

Semenjak tahun 1997 dengan telah dilikuidasinya 2 (dua) cabang di Nusa Tenggara Timur yakni Cabang Waingapu dan Cabang Kalabahi menjadi kawasan maka Pelabuhan Tenau-Kupang mempunyai 2 (dua) buah kawasan yakni Kawasan Waingapu di Pulau Sumba dan Kawasan Kalabahi di Pulau Alor.

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Pelabuhan Waingapu dibangun sekitar tahun 1908 dimasa kolonial Belanda dan masih tergolong rede transpor. Kemudian pada tahun 1972, dibangun dermaga nusantara dengan ukuran 100 x 15 meter dan diperpanjang lagi sehingga sekarang menjadi 150 x 15 meter. Pada tahun 1985, dermaga eks Belanda dibangun dengan ukuran 93 x 8 meter dan pada tahun 1988 direhabilitasi sehingga layak disandari kapal lokal, selain perahu layar motor.

Pelabuhan Kalabahi dibuka oleh Raja Alor pada tahun 1920 pada masa kekuasaan Belanda. Oleh Belanda, Pelabuhan Kalabahi diserahkan kepada Raja Alor. Pada zaman dahulu, Pelabuhan Kalabahi letaknya tidak seperti zaman sekarang. Pelabuhan yang pertama, yang ramai dikunjungi kapal-kapal yaitu Pelabuhan Kokar. Karena letak pelabuhan ini kurang strategis, maka pelabuhan ini dipindahkan ke Alor Kecil daerah Sebanjar, hal ini terbukti dengan adanya 2 (dua) buah jangkar yang terdampar di Pulau Kumbang dan sampai saat ini masih dipergunakan sebagai monumen sejarah yang berada di depan masjid Alor Kecil dan Alor Besar yang berdampingan dengan rumah adat. Pelabuhan di Alor Kecil inipun letaknya kurang strategis, maka berpindah lagi ke Teluk Kabola sampai sekarang ini. Karena letaknya, daerah ini dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dari serangan tentara sekutu yang terbukti dengan adanya kerangka pesawat terbang di Moru, Kenarilang dan Buono.

Pelabuhan Tenau-Kupang merupakan salah satu cabang pelabuhan di bawah manajemen PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 724/KPTS.BL.382/P.III-92 tanggal 23 Desember 1992 Pelabuhan Tenau-Kupang merupakan pelabuhan kelas II.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Direksi Nomor

KEP.16A/RP.1.16/P.III-97 tanggal 10 April 1997 status Pelabuhan Tenau-Kupang tidak mengalami perubahan kelas, tetap sebagai pelabuhan kelas II.

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Gambar 4.15 Pelabuhan Tenau Kupang

b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Tenau-Kupang terletak di Kotamadya Kupang Pulau Timor pada posisi antara 123°31’21” Bujur Timur dan 10°11’52” Lintang Selatan sedangkan untuk Pelabuhan Kawasan Kalabahi secara geografis terletak pada posisi 8’-13’30” Lintang Selatan, 124’-31’10” Bujur Timur, tepatnya berada di Teluk Kabola yang lazim sekarang disebut Teluk Mutiara di Kabupaten Alor, Pulau Alor dan Pelabuhan Waingapu terletak di wilayah Kabupaten Sumba Timur Pulau Sumba tepatnya pada posisi geografi 9’-19’34” Lintang Selatan, 120’-15’ 27” Bujur Timur.

c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Kelengkapan pelabuhan yang meliputi fasilitas dan

peralatan di pelabuhan Tenau Kupang dapat dilihat dari kondisi existing pelabuhan dan meliputi :

Tabel 4.20

Fasilitas Pelabuhan Tenau Kupang

URAIAN KETERANGAN

Kedalaman kolam / Depth Dermaga / Wharf

Kapal Tunda / Tug Boat Kapal Pandu / Pilot Boat Gudang / Warehouse -8 m LWS 9.861 m2 1 unit 1 unit 2.000 m2

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

URAIAN KETERANGAN

Lap. Penumpukan / Container Yard

Terminal Penumpang / Passenger Terminal Alat Bongkar Muat / Equipment :

Mobile Crane Forklift 40.495 m2 1.756 m2 1 unit, 2 unit

Sumber : Adpel Tenau Kupang

1) Dermaga

• Dermaga I

Nama : Dermaga Lokal

Panjang : 100 M'

Lebar : 16 M

Kedalaman : -7 MLWS

Konstruksi : Beton

• Dermaga II

Nama : Dermaga Nusantara

Panjang : 223 M'

Lebar : 15 M

Kedalaman : -9 MLWS

Konstruksi : Beton

• Dermaga III

Nama : Dermaga Pelra

Panjang : 50 M'

Lebar : 10 M

Kedalaman : -5 MLWS

2) Alur Pelayaran, Pelabuhan, dan Dermaga

Panjang : 6 Mil

Kedalaman Alur Pelayaran : 50 M LWS Kedalaman Alur Pelabuhan : 20 M LWS Kedalaman Aluar Dermaga : 8 M LWS

Pasang tertinggi : 2 M LWS

MSL : 1 M LWS

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

4) Luas Lapangan Penumpukan : 2.465 m2

5) Luas Terminal Penumpang : 760 m2

6) Peralatan Bongkat Muat

• Kapal Pandu sebanyak : 1 unit 2x155PK

• Krane Darat sebanyak : 1 unit 25 ton

• Mobil Pemadam Kebakaran sebanyak : 1 unit 5 ton

Dalam dokumen BAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI (Halaman 33-40)

Dokumen terkait