• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

BAB 4

HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI

A. POTRET PELABUHAN SURVEI

Potret pelabuhan survei yang terdiri dari pelabuhan kelas utama, pelabuhan kelas I, maupun pelabuhan kelas IV adalah sebagai berikut.

1. Pelabuhan Tanjung Priok

Hasil pengumpulan data sekunder yang didapat pada Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta meliputi: gambaran umum, kondisi geografis, fasilitas dan peralatan pelabuhan, data operasional pelabuhan, kinerja pelayanan dan utilisasi.

a. Gambaran Umum

Pelabuhan Tanjung Priok merupakan cabang kelas utama di bawah pengelolaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia yang memiliki fasilitas terlengkap dan modern berbasis teknologi informasi.

Gambar 4.1 Aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok

Aktivitas Tanjung Priok yang rata-rata setiap hari mampu melayani 60-70 unit kapal, telah memposisikan dirinya sebagai hub port. Pola perdagangan Tanjung Priok secara umum mulai

(2)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut memberikan gambaran perubahan-perubahan secara bertahap dari pelabuhan ekspor-impor menjadi pelabuhan transhipment. Potensi barang transhipment semakin meningkat sejalan dengan hadirnya suatu pola perdagangan menggunakan petikemas melalui pelabuhan daerah, seperti Panjang, Pontianak, dan Palembang, baik untuk tujuan ekspor maupun untuk tujuan pelabuhan dalam negeri.

Gambar 4.2 Peta Hinterland Pelabuhan Tanjung Priok

Wilayah hinterland yang dilayani Pelabuhan Tanjung Priok sangat luas, jika dilihat dari wilayah asal dan tujuan barang. Hal ini sangat didukung oleh jangkauan pelayanan yang cukup luas dari Tanjung Priok dengan fasilitas dan prasarana yang ada, sehingga dapat dilalui beragam jenis ukuran kapal yang belum tentu dimiliki oleh pelabuhan lain. Tetapi sebagai daerah hinterland primernya berada tetap di dalam Pulau Jawa, terutama DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan sebagian wilayah Jawa Tengah Bagian Barat.

b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Tanjung Priok terletak di Pantai Utara Pulau Jawa tepatnya di Teluk Jakarta Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya, dengan batas perairan meliputi daerah yang dibatasi lurus yang menghubungan titik-titik koordinat, yakni:

(3)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

06o - 07’ - 15” S – 106o - 49’ - 18” E; 06o - 04’ - 00” S – 106o - 51’ - 18” E; 06o - 04’ - 00” S – 106o - 55’ - 18” E; 06o - 06’ - 05” S – 106o - 55’ - 18” E;

Daerah lingkungan kerja Pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari daratan dan perairan yang pengaturannya ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 1972 dan SK. 146/01/1972 tanggal 1 Juni 1972.

c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Fasilitas dan peralatan pelabuhan meliputi kolam pelabuhan, luas daratan, panjang penahan gelombang, panjang alur, panjang dermaga, jumlah tambatan, terminal, alat bongkar-muat, serta peralatan freight forewarding, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Luas kolam pelabuhan 424 Ha yang terdiri dari:

• Pelabuhan Nusantara I : 5 s/d 8 m LWS • Pelabuhan Nusantara II : 6 s/d 8 m LWS • Pelabuhan I : 5 s/d 9 m LWS • Pelabuhan II : 7 s/d 10 m LWS • Pelabuhan III : 9 s/d 12 m LWS • JICT I : 8,5 s/d 14 m LWS • JICT II : 8 s/d 11 m LWS

• Terminal Petikemas Koja : 14 m LWS

• Dermaga khusus Pertamina : 9 s/d 12 m LWS

• Dermaga khusus Bogasari : 9 s/d 10 m LWS

• Dermaga khusus Sarpindo : 9 s/d 12 m LWS

• Dermaga khusus DKP : 9 m LWS

2) Luas daratan : 604 Ha

3) Panjang penahan gelombang : 8.456 m

4) Panjang alur : 16.853 m

5) Panjang dermaga : 12.522 m

(4)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut 7) Daerah labuh jangkar bagi kapal-kapal di pelabuhan Tanjung Priok berlokasi di sebelah utara pelabuhan dengan kedalaman laut 7 m s/d 19 m.

8) Terminal konvensional:

9) Pengoperasian dermaga konvensional disesuaikan

dengan karakteristik barang yang akan di bongkar muat. Tabel 4.1

Fasilitas Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok

NO JENIS DERMAGA JML (Unit) PANJANG (Meter) KEDALAMAN (M LWS) 1. General Cargo 42 6.329 5 - 11 2. Terminal serbaguna/ multipurpose 5 722 8 – 11

3. Terminal besi bekas 1 200 11 4. Terminal penumpang 2 375 9 5. Terminal curah kering 8 1.242 3,5 - 10 6. Terminal curah cair :

- Khusus minyak 4 100 9 - 12 - Khusus kimia 1 276 9 7. Beaching point/beaching point 1 35 3 TOTAL 64 9.329 Sumber:PT.Pelindo II

Gambar 4.3 Layout Pelabuhan Tanjung Priok

10) Fasilitas dan peralatan usaha container terminal: • Fasilitas:

Fasilitas terminal kontainer untuk pelabuhan Tanjung Priok adalah :

(5)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Draft : 8 LWS

Container Yard (CY) 59.981 m2 : HC 9.097 TEUs

Reefer plug : 84 Plug

• Peralatan:

Untuk peralatan pada terminal kontainer dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2

Peralatan Terminal Kontainer Pelabuhan Tanjung Priok No NAMA PERALATAN KAPASITAS JML UNIT

1. Gantry Crane 35 ton 4

2. Rubber Tired Gantry 35 ton 11

3. Side Loader 15 ton 1

4. Top Loader 35 ton 1

5. Head Truck 40 ton 16

6. Chassis 40 ton 16

7. Weight Bridge 60 ton 2

Sumber:PT.Pelindo II

11) Fasilitas dan peralatan usaha multipurpose terminal: • Fasilitas:

Tabel 4.3

Fasilitas MultipurposeTerminal Pelabuhan Tanjung Priok No NAMA DERMAGA PANJANG (M) DRAFT (LWS) MUATAN YANG DILAYANI 1. 114/Ex.Salman Semen 350 -110 Semen Curah, Clinker, Semen in Bag, General Cargo, Curah Cair

2. 300 258 -12 Container

3. 207 144 -6

Semen in bag, semen curah, alat berat, general cargo 4. 007 Utara 75 -5 Tanah liat, general

cargo, bulk cargo 5. 005 Selatan

(Jetty) 14,6 -4

General cargo, bulk cargo

(6)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

• Fasilitas Lainnya :

Gudang : 4.950 m2

Lapangan : 990 m2

• Peralatan:

Peralatan multipurpose terminal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4

Peralatan MultipurposeTerminal Pelabuhan Tanjung Priok No NAMA PERALATAN KAPASITAS

(Ton) JUMLAH (Unit) 1. Spreader Fixed 40 1 2. Spreader Engkel 40 1 3. Spreader Engkel 20 2 4. Hopper Set - 4 5. Grab 5 3 6. Grab 3 3 7. Conveyor - 4 8. Conveyor Transfer - 8

9. Mesin Jahit baging Scale - 10 10. Bagging Scale manual - 8 11. Conveyor Belt 350 ton/jam 2 12. Alat Bantu B/M Lainnya - - Sumber: PT.Pelindo II

12) Fasilitas dan peralatan Freight Forwarding:

• Fasilitas

Tabel 4.5

Fasilitas Freight Forwarding Pelabuhan Tanjung Priok No JENIS FASILITAS LUAS KETERANGAN

1. CDC/CCC Banda Gudang Lapangan penumpukan 10.000 m2 10.000 m2 Racking System 2. CDC/CCC Nusantara Gudang Lapangan Penumpukan 5.400 m2 15.000 m2 3. CDC 107 Gudang Lapangan Penumpukan 5.291,3 m2 2.000 m2 4. Gudang Ex. ARS

Lapangan

1.632 m2 4.898 m2

(7)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

No JENIS FASILITAS LUAS KETERANGAN

5. Container Terminal Pasoso Emplasemen Kereta Api Lapangan Penumpukan 250 m2 14.383 m2 6. Container Storage/Depo Petikemas 215X Lapangan penumpukan Ground Slot 25.405 m2 350 m2 846 Teu’s Sumber: PT.Pelindo II • Peralatan

Peralatan Freight Forwarding di Pelabuhan Tanjung Priok dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.6

Peralatan Freight Forwarding Pelabuhan Tanjung Priok No JENIS PERALATAN KAPASITAS

(Ton) JUMLAH (Unit) 1. Top Loader 35,0 2 2. Top Loader (TCM) 35,0 1 3. Forklift Diesel 2,0 11 4. Forklift Diesel 3,5 1 5. Forklift Diesel 5,0 1 6. Forklift Desel 10,0 1 7. Chasis 40,0 2 8. Forklift Baterai 2,0 2 9. Forklift Diesel 2,5 4 Sumber:PT.Pelindo II

2. Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Tanjung Perak berada di Kabupaten Surabaya Propinsi Jawa Timur dan berada pada posisi 112º44'100”-112º32'40” BT, 7º11'50”-70º13'20” LS. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran Kawasan Timur Indonesia.

(8)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Hinterland Pelabuhan Tanjung Perak meliputi seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur serta sebagian Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hinterland Pelabuhan Tanjung Perak yang berpotensi antara lain:

1) Rambipuji, kira-kira berjarak 200 km dari Surabaya yang direncanakan mempunyai fasilitas petikemas utama; 2) SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) dengan total

luas wilayah 476 ha, berada sekitar 23 km dari Pelabuhan Tanjung Perak, saat ini sudah digunakan secara penuh sejak tahun 1994 oleh ± 290 perusahaan;

3) Zone Kawasan Berikat (Export Processing Zone) yang berlokasi di PIER (Pasuruan Industrial Estate Rembang) dengan luas sekitar 500 ha sekitar 60 km dari Pelabuhan Tanjung Perak;

4) Kawasan-kawasan industri tersebut merupakan pusat

produksi berbagai jenis barang baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

Gambar 4.4 DLKP / DLKR Pelabuhnan Tanjung Perak b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Tanjung Perak adalah pelabuhan Surabaya yang terletak pada posisi 1120 43’ 22” Bujur Timur dan 070 11’ 54” Lintang Selatan tepatnya di Selat Madura sebelah utara kota Surabaya. Daerah perairannya seluas 1.546,3 Ha dan daerah pelabuhannya seluas 574,7 Ha. Pelabuhan Tanjung Perak

(9)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

merupakan pelabuhan umum dengan status pengelolaannya adalah diusahakan.

Gambar 4.5 Letak Geografis Pelabuhan Tanjung Perak c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Fasilitas yang ada di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, meliputi alur pelayaran, pemanduan, bunker, fasilitas terminal penumpang, peti kemas, pemanduan, dan peralatan bongkar muat :

1) Alur Pelayaran

Alur pelayaran barat merupakan alur utama memasuki pelabuhan Tanjung Perak yang panjangnya 24 mil laut, lebarnya 100 meter dengan kedalaman bervariasi antara 10 sampai 12 meter.

(10)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

2) Pemanduan

Untuk menjamin keselamatan bagi kapal-kapal di area Pelabuhan Tanjung Perak telah disiapkan beberapa orang pandu. Mereka siaga di stasiun Karang Jamuang dan siap melayani tugas pemanduan selama 24 jam. Beberapa kapal yang dipersiapkan sebagai berikut :

Tabel 4.7

Data Fasiltas Pemanduan Pelabuhan Tanjung Perak

NAMA UNIT TIPE KAPASITAS

Kapal Tunda 10 KT 800-2400HP

Kapal Pandu 4 MP 350-960HP

Kepil 5 MK 125-250HP

Sumber : Adpel Tanjung Perak

Gambar 4.7 Fasilitas Existing Pelabuhan Tanjung Perak

3) Bunker

Pelayanan bunker dilakukan oleh Pertamina melalui pipa dermaga dan pelayanan bunker lainnya dilakukan oleh swasta melalui tongkang dan mobil tangki.

Selain fasilitas tersebut ada beberapa fasilitas lain seperti fasilitas bongkar muat, pelayanan air bersih, pelayanan kesehatan, pemadaman kebakaran, docking, reparasi dan pembuatan kapal.

4) Fasilitas Terminal Penumpang

Di Pelabuhan Tanjung Perak terdapat 2 terminal penumpang untuk kapal penumpang umum yakni Terminal Gapura

(11)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Nusantara dan Terminal Gapura Surya. Selain itu terdapat pula Terminal penumpang untuk Kapal Ro-Ro. Uraian lebih lanjut tentang terminal tersebut digambarkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.8

Data Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Perak

DESCRIPTION GAPURA NUSANTARA GAPURA SURYA Size (m2) Draft (LWS) 4.950 m2 -9,0 LWS 5.060 m2 -9,0 LWS Berth Length 325 m2 Building Width (m2) Apron Width (m) Available For Room Capacity Amanda Restoran Musholla 2.384 m2 15 Economy 1.500 - 4.522 m2 15 Class 1.000 300 Sumber : Adpel Tanjung Perak

5) Terminal Penumpang Kapal Ro-Ro

Fasiltas terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Perak adalah :

• Size

Embarcation : 2.371,65 m2

Debarcation : 201,50 m2

Teras Sisi Barat : 294,25 m2

• Capacity : 700 People • Draft : -7,2 M.LWS • Berth Length (m) : 140 M • Parking Area : Truck : 3.870 m2 Car515 m2 Kendaraan ex bongkaran : 1.912 m2

• Parking Capacity : 248 car

6) Terminal Nilam

Data fasiltas terminal Nilam Timur adalah sebagai berikut. • Luas : 1,4 Ha

(12)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut • Draft : -9,2 LWS • Panjang Dermaga : 860 M • Lebar Apron : 15 M • Luas Gudang : 18.235 M2 • Jumlah Gudang : 4

• Luas Lapangan Penumpukan : 14.125 M2

• Peruntukan : Antar pulau, (Curah kering, GC).

7) Terminal Mirah

Data fasiltas terminal Mirah adalah sebagai berikut • Luas : 1,7 Hektar • Draft : -6,7 M.LWS • Panjang Dermaga : 640 M • Lebar Apron : 20 M • Luas Gudang : 13.700 M2 • Jumlah Gudang : 4

• Luas Lapangan Penumpukan : 15.965 M2 • Peruntukan : Antar Pulau (General

Cargo)

8) Terminal Kalimas

Data fasilitas terminal Kalimas adalah sebagai berikut. • Luas : 5,2 Hektar • Draft : -2,0 M.LWS • Panjang Dermaga : 2.270 M • Lebar Apron : 20 M • Luas Gudang : 4.180 M2 • Jumlah Gudang : 4

• Luas Lapangan Penumpukan : 3.900 M2 • Peruntukan : Kapal Lokal & Kapal

Layar Motor

9) Terminal Peti Kemas

Fasilitas dan Peralatan Terminal Peti Kemas Surabaya digambarkan dalam tabel, sebagai berikut :

(13)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Tabel 4.9

Data Fasilitas dan Peralatan Terminal Peti Kemas

NO FASILITAS / PERALATAN TOTAL

1 Panjang Dermaga 1.450 Meter 2 Terminal Internasional Draft −10,5 Lws 3 Terminal Domestik Draft −7,5 Lws

4 Container Yard 49 Hektar

5 Container Freight Station 16.500 M2

6 Quays Cranes 10 Units

7 RTG 23 Units

8 Reach Stacker 40 Ton 3 Units 9 Side Container Loader 7,5 Ton 2 Units 10 Sky Stacker 8 Ton 2 Units 11 Forklift Electrik 2,5 Ton 12 Units

12 Double Trailer 40 Units

13 Head Truck 54 Units

14 Chassis 20 Ft 3 Units

15 Chassis 40 Ft 45 Units

16 Chassis 45 Ft 30 Units

Sumber : PT. Pelindo III 10) Kapal Pandu

• Kapal pandu sebanyak : 1 unit 2x380 HP dan

3 unit 2 x 490 HP

• Kapal Tunda sebanyak : 9 unit

• Kapal Kepil sebanyak : 2 unit 150HP dan

1 unit 240HP

• Kapal Tongkang sebanyak: 3 unit

• Kapal Ukur sebanyak : 1 unit 150 PK

11) Peralatan bongkar muat

• Crane sebanyak : 1 unit 35 ton

• Forklift sebanyak : 1 unit 2ton, 2 unit 2,5 ton, 2 unit 3 ton, 1 unit 5 ton, dan 2 unit 7 ton

• Head Truck sebanyak : 5 unit 40 ton

• Chasis Combo sebanyak : 2 unit 20' & 5 unit 40’ • Spreader sebanyak : 2 unit 20' dan 5 unit 40’

• Transtainer sebanyak : 2 unit 40 ton

(14)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut 3. Pelabuhan Belawan Medan

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Belawan adalah pelabuhan terbesar yang berada di wilayah PT. Pelindo I. Berdasarkan Keputusan Administrator Pelabuhan (Adpel) Utama Belawan Nomor UK.11/9/15/Ad.Blw-2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Teknis Operasional Kegiatan Pelayanan di Pelabuhan Belawan dinyatakan bahwa Pelabuhan Utama Belawan adalah merupakan pelabuhan samudera yang terbuka untuk umum juga merupakan gate way/pintu gerbang perekonomian bagi masyarakat Sumut, baik untuk melayani kegiatan kapal dalam negeri maupun kapal-kapal luar negeri selama 24 jam secara terus menerus.

Produksi hinterland Pelabuhan Belawan terdiri dari hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan seperti minyak sawit, inti sawit, karet, teh, tembakau, sayur-mayur, rotan dan kayu gergajian. Hampir seluruh produksi tersebut diekspor melalui Pelabuhan Belawan.

Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik

maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan

perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota. Pelabuhan laut

berperan penting dalam mendorong pertumbuhan

perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar.muat barang setiap harinya.

Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas tambahan yang lebih memadai.

(15)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan pergudangan tersebut.

Gambar 4.8 Pelabuhan Belawan b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Belawan berada pada wilayah administratif Kota Medan Propinsi Sumatera Utara (Sumut), tepatnya pada titik 03' 47' 00” LU dan 98' 42' 00” BT. Pelabuhan Belawan terletak 27 km dari pusat kota, dimana juga terletak di Muara Sungai Belawan dan Sungai Deli. Sepanjang pantainya labil dan berlumpur.

Pengendapan atau sedimentasi rata-rata 3 cm/hari dipengaruhi oleh Sungai Belawan dan Sungai Deli. Dimana debit air kedua Sungai tersebut rata-rata 331.924 m3 perbulan atau 11.064 m3 perharinya. Kecepatan arus juga dipengaruhi oleh kedua sungai tersebut ditambah dengan keberadaan Selat Malaka. Faktor musim juga mempengaruhi arah arus demikian juga kecepatannya. Dimana kecepatan arus pada saat tertinggi yaitu mencapai 3 knot dan terendah 0,2 knot. Untuk pasang surut dengan air tertinggi: 3,30 MLWS, air tinggi: 2,40 MLWS, air terendah: 0,50 MLWS.

(16)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Belawan terdiri atas: dermaga, alur pelayaran, gudang dan lapangan penumpukan, terminal penumpang, dan peralatan pelabuhan.

Gambar 4.9 Tata Letak Pelabuhan Belawan

1) Dermaga

Tabel: 4.10

Fasilitas Dermaga Pelabuhan Belawan

LOKASI PANJANG (m) LEBAR (m) DALAM (MLWS) MAX. DWT (T) Belawan Lama 688,71 14,20 6 30.000 Ujung Baru 1.554,75 12,50 7-9 30.000 Ferry 115,00 5,00 7 30.000 Citra IKD IKD 2 UTPK - International - Konvensional 625,00 150,00 150,00 500,00 350,00 14,30 25,00 25,00 31,25 26,20 6-7 6-7 6-7 10 10 20.000 20.000 45.000 45.000 Sumber : Pelindo I

2) Alur Pelayaran, Gudang dan Lapangan Penumpukan

Kondisi alur pelayaran pelabuhan Belawan Medan sebagaimana tabel berikut :

(17)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Tabel 4.11

Fasilitas Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan

KONDISI RIIL KEBUTUHAN IDEAL ALUR

Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (MLWS) Panjang (m) Lebar (m) Kedalaman (MLWS) 13.000 100 9,5 – 10,5 13.000 2 x 100 12 Sumber : Pelindo I

3) Gudang dan Lapangan Penumpukan

Fasilitas gudang dan lapangan penumpukan di pelabuhan Belawan adalah sebagai berikut.

Tabel 4.12

Gudang dan Lapangan Penumpukan Pelabuhan Belawan

LOKASI UNIT LUAS (m2)

GUDANG Gudang Lini I - Belawan Lama - Ujung Baru - Citra Gudang Lini II - Ujung Baru - Citra - CFS - CFS UTPK Gabion 6 9 3 3 1 3 4 4.981,50 28.774,12 16.800 3.457,00 675,00 6.999,00 11.470,00 LAPANGAN PENUMPUKAN 1. Belawan Lama 2. Ujung Baru 3. Citra 4. IKD 5. CY 6. CY UTPK Gabion 7 8 7 1 5 11.480,12 23.435,80 25.175,84 9.390,00 64.904,00 73.000,00 Sumber : Pelindo I 4) Terminal Penumpang

Fasilitas terminal penumpang pelabuhan Belawan adalah sebagai berikut.

• Terminal penumpang internasional :

Luas : 539 M2

(18)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut • Terminal penumpang domestik :

Luas : 2.300 M2

Kapasitas : 2.230 orang

5) Peralatan Pelabuhan

Peralatan yang beroperasi di pelabuhan Belawan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.13

Peralatan Pelabuhan Belawan

NO JENIS KAPASITAS JUMLAH

(Unit) KET 1. PERALATAN APUNG Kapal Tunda 2.400 PK 1 Baik 1.700 PK 1 Baik 1.600 PK 1 Baik 800 PK 1 Baik Motor Pandu 618 PK 3 Baik 275 PK 2 Baik 255 PK 1 Baik Motor Kepil 810 PK 1 Baik 150 PK 1 Baik 100 PK 1 Baik 2. PERALATAN DARAT Mobil Crane 10 Ton 1 Baik 40 Ton 2 Baik 15 Ton Baik 25 Ton Baik Forklift 35 Ton Baik 2,5 Ton 2 Baik 15 Ton 1 Baik 5 Ton 2 Baik 10 Ton 1 Baik

Crane Apung 40 Ton 1 Baik

Mobil Pemadam

kebakaran 60.000 Liter 3 Baik 3.

OPERASI PETI KEMAS

Luas CY 54.600 m2 - Baik

Luas CFS 10.400 m2 - Baik

(19)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

NO JENIS KAPASITAS JUMLAH

(Unit) KET 4. PERALATAN PETI KEMAS

Container Crane 30 Ton 4 Baik

Head Truck 40 Ton 10 Baik

Chasis Combo 40 Ton 21 16 Baik 5 Rusak

Transtainer 40 ton 7 Baik

Top Loader 30,5 Ton 2 Baik

Forklift

15 Ton 1 Baik 3 Ton 1 Rusak 2,5 Ton 3 Baik

Hooke Frame - 2 Baik

Fixed Spreader 40 Ton 4 Rusak Telescopic Spreader 30,5 Ton 5 Baik Sumber : Pelindo I

4. Pelabuhan Makassar

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Makassar termasuk di wilayah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV yang berada di Sulawesi Selatan. Pelabuhan Makassar terletak di bagian barat Kota Makassar tepat berada di bibir pantai jalur Selat Makassar, sejak dahulu dikenal oleh para pedagang dan pelaut. Sejak abad ke-17 pada masa pemerintahan Gowa, Pelabuhan Makassar telah ditetapkan sebagai pusat perdagangan rempah-rempah. Setelah dikuasai oleh VOC pada tahun 1667 melalui perjanjian Bongaya atau lebih dikenal dengan Bonggay Tractate, maka Pelabuhan Makassar semakin ramai dikunjungi pada pedagang dan pelaut dari mancanegara serta antar pulau.

Pada tahun 1921, Pemerintah Hindia Belanda mulai membangun dermaga dengan menggunakan konstruksi beton bertulang pondasi sistem caisson, yang kemudian dikenal dengan nama Dermaga Soekarno. Pada tahun 1957, setelah melihat arus bongkar muat barang dan kunjungan kapal-kapal yang mengalami kenaikan dari waktu ke waktu, pemerintah Republik Indonesia memperluas Pelabuhan Makassar dengan konstruksi

(20)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut beton bertulang, pondasi tiang pancang dan dermaga tersebut diberi nama Dermaga Hatta.

Dipandang dari sudut geografis, posisi Makassar memang sangat strategis untuk transportasi. Karena posisinya yang berada di tengah-tengah, Makassar menjadi jembatan laut maupun udara yang menghubungkan Pulau Jawa, khususnya Jawa bagian barat dengan daerah-daerah di timur Nusantara. Dari Barat (Jakarta dan Surabaya), Makassar menjadi pusat distribusi penumpang maupun angkutan barang. Begitu pula sebaliknya, penumpang dan barang datang dari berbagai daerah, menyatu di Makassar untuk diangkut ke barat.

Untuk mendukung kegiatan perindustrian dan perekonomian di kota Makassar, pemerintah kota Makassar membangun beberapa kawasan khusus sebagai daerah pendukung kegiatan pelabuhan, yaitu Kawasan Industri Makassar, Zona Kawasan Berikat Makassar, Pusat Pengolahan Kayu dan Cargo Terminal dan Pergudangan Kota. Kawasan Industri Makassar terletak di sebelah timur kota Makassar kurang lebih 12 Km dari Pelabuhan Makassar sebagai pusat pengolahan limbah, pusat pelayanan kesehatan dan keamanan. Di dalam kawasan ini dikembangkan Zona Kawasan berikat Makassar. Pusat pengolahan kayu terletak di kawasan Sungai Tallo yang berfungsi sebagai pusat pengolahan dan penampungan kayu serta hasil-hasil pengolahan kayu. Di samping itu tempat ini juga berfungsi sebagai pusat pelayanan bahan baku bagi industri kayu di dalam dan luar kawasan Sungai Tallo. Cargo Terminal dan Pergudangan Kota terletak kurang lebih 5 Km dari

Pelabuhan Makassar dengan fungsi sebagai tempat

penyimpanan dan distribusi barang, pusat akomodasi dan distribusi barang, tempat pengepakan barang, pemrosesan, sortasi, making, dan handling barang, gudang lini II untuk menunjang Pelabuhan Makassar dan tempat handling container, serta kelengkapan integral dan penopang kawasan ekonomi terpadu.

(21)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Gambar 4.10 Pelabuhan Makassar b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Makassar secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Sulawesi, tepatnya pada posisi titik koordinat 05°08’08” LS dan 119°24’02 BT. Kondisi pantai sekitar pelabuhan pada umumnya landai, dasar laut terdiri dari lumpur dan pasir. Alur pelayaran sepanjang 25 mil (bouy terluar) dengan lebar ±1 mil, kedalaman rata-rata -10 sampai dengan -14 meter. Arus pasang mengarah ke selatan dengan pasang tertinggi 140 dm dan pasang terendah 5 dm. Tinggi gelombang di kolam bandar antara 0-1 meter dan antara 0-2 meter di daerah labuh jangkar. Arah arus dominan di dalam kolam memanjang dermaga atau dari utara ke selatan dengan kecepatan antara 0-2 knots, arah arus dipengaruhi oleh aliran Sungai Tallo yang bermuara di DLKR. Kecepatan angin rata-rata 5-25 km/jam dengan kecepatan maksimum 60-70 km/jam yang terjadi pada bulan Desember - Januari.

c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Makassar terdiri atas: dermaga, alur pelayaran, kolam pelabuhan, gudang dan lain-lain.

1) Dermaga

Untuk fasilitas dermaga di pelabuhan Makassar dapat dilihat pada tabel berikut.

(22)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Tabel 4.14

Fungsi dan Ukuran Dermaga di Pelabuhan Makassar PANGKALAN DERMAGA FUNGSI

DERMAGA UKURAN Panjang (m') Lebar (m') Kedalaman (MLWS) Soekarno 100 Umum 100 11 12 101 Umum 330 11 12 102 Umum 230 11 12 103 Umum 290 11 12 104 Umum 180 11 12 105 Umum 180 11 12 Hatta Container Umum 850 30 12 Pangkalan Hasanuddin Umum 210 15 12 Kawasan Paotere Paotere I Umum (Kapal Rakyat) 100 10 12 Paotere II Umum (Kapal Rakyat) 52,36 10 12

Paotere III Umum

(Kapal Rakyat) 52 10 12 Paotere IV Umum (Kapal Rakyat) 52 10 12 Paotere V Umum (Kapal Rakyat) 33,5 10 12 Paotere VI Umum (Kapal Rakyat) 33,5 10 12 Paotere VII Umum (Kapal Rakyat) 33,33 10 12 Paotere VIII Umum (Kapal Rakyat) 33,33 10 12 Paotere IX Umum (Kapal Rakyat) 52,36 10 12 Paotere X Umum (Kapal Rakyat) 33,5 10 12 Paotere XI Umum (Kapal Rakyat) 50 10 12 Sumber : PT. Pelindo IV Tabel 4.15

Klasifikasi Dermaga di Pelabuhan Makassar

PANGKALAN DERMAGA KLASIFIKASI K o n s tr u k s i K a p a s it a s (t /m ²) T a h u n P e m b u a ta n P T . P e lin d o (P e m ili k )

Soekarno 100 Caison dan lantai beton 1.100 1917 IV

101 Caison dan lantai beton 3.630 1917 IV

(23)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut PANGKALAN DERMAGA KLASIFIKASI K o n s tr u k s i K a p a s it a s (t /m ²) T a h u n P e m b u a ta n P T . P e lin d o (P e m ili k )

103 Caison dan lantai beton 3.190 1917 IV

104 Caison dan lantai beton 1.980 1917 IV

105 Caison dan lantai beton 1.980 1917 IV

Hatta

Container Caison dan lantai beton 25.500 1997 IV

Pangkalan

Hasanuddin PC Block 3.150 1997 IV

Kawasan Paotere

Paotere I Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 1.000 1980 IV

Paotere II Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 523,60 1981 IV

Paotere III Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 520 1986 IV

Paotere IV Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 520 1989 IV

Paotere V Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 335 1989 IV

Paotere VI Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 335 1989 IV

Paotere VII Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 333,33 1989 IV

Paotere VIII Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 333,33 1989 IV

Paotere IX Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 523,60 1991 IV

Paotere X Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 335 1991 IV

Paotere XI Tiang Pancang, beton

dan lantai beton 500 1995 IV

Sumber : PT. Pelindo IV 2) Alur Pelayaran

Alur pelayaran di pelabuhan Makassar kondisinya adalah sebagai berikut. • Panjang : 2,5 mil • Lebar : 150 m • Kedalaman : 10 m • Pasang tertinggi : 1,8 m • Pasang terendah : 0,9 m

(24)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

3) Kolam Pelabuhan dan Pinggiran

Kondisi kolam pelabuhan dan pinggiran untuk pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut.

• Ukuran Kolam Luas : 315,20 Ha Kedalaman : 9,7 m Pasang tertinggi : 1,8 M LWS Pasang terendah : 0,9 M LWS • Ukuran Pinggiran Panjang : 1.581 M Pembuatan tahun : 1921 4) Gudang

Luas dan kapasitas serta tahun pembuatan gudang yang terdapat di pelabuhan Makassar adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.16

Gudang di Pelabuhan Makassar

NAMA GUDANG UKURAN KETERANGAN Luas (m²) Kapasitas (t/m²) Tahun Pembu-atan

Pemilik Konstruksi Kondisi (%)

101

(Soekarno) 3.800 2.280 1990 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

75 102

(Soekarno) 3.800 2.280 1989 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

75 103

(Soekarno) 4.000 2.400 1985 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

70 104

(Soekarno) 3.800 2.280 1991 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

75 105

(Soekarno) 3.800 2.280 1992 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

75 CFS

(Soekarno) 4.000 2.400 1994 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

90 Api

(Soekarno) 600 360 1980 Pelindo

Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja dan Atap Aluminium

60

(25)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

5) Lapangan Penumpukan

Untuk lapangan penumpukan di pelabuhan Makassar dapat dirinci sebagai berikut.

Tabel 4.17

Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Makassar

LOKASI NAMA LUAS

(m2) KAPASITAS (t/m2) TAHUN PEMBUATAN Soekarno Ex Gudang 100 1.254 752 101 1.213 728 1990 102 1.158 1991 103 3.374 2.024 1984 104 1.017 610 1992 105 1.216 730 1992 106 925 555 1992

Ex Container Yard 21.937 13.162 1985 & 1992

Ex Empty Container 3.347 2.008 1991 Ex Kaporlap 8.001 4.801 1995 Ex Pusri 8.417 5.050 EX Gudang IMCO 2.800 1.680 Hatta Petikemas 75.000 45.000 1997 Multi Purpose I 17.000 10.200 1997 Multi Purpose II 22.446 13.468 1997 Paotere I 1.801 1.081 1986 II 1.974 1.184 1991 III 4.187 2.512 1990 Sumber: PT. Pelindo IV Tabel 4.18

Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Makassar

LOKASI NAMA PEMILIK KONSTRUKSI KONDISI

(%)

Soekarno Hatta

Ex Gudang 100 Pelindo Aspal Hotmix 60

101 Pelindo Aspal Hotmix 50

102 Pelindo Aspal Hotmix 60

103 Pelindo Aspal Hotmix 60

104 Pelindo Aspal Hotmix 60

(26)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

LOKASI NAMA PEMILIK KONSTRUKSI KONDISI

(%)

106 Pelindo Aspal Hotmix 60

Ex Container

Yard Pelindo

Aspal Hotmix dan

Paving Block 60

Ex Empty

Container Pelindo Paving Block 80

Ex Kaporlap Pelindo Paving Block 80

Ex Pusri Pelindo Tanah

EX Gudang

IMCO Pelindo Tanah

Petikemas Pelindo Paving Block 60

Multi Purpose I Pelindo Paving Block 60 Multi Purpose II Pelindo Paving Block 60

Paotere

I Pelindo Aspal 60

II Pelindo Aspal

III Pelindo Aspal 60

Sumber: PT. Pelindo IV

6) Terminal Penumpang

Luas dan kapasitas terminal penumpang di pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut.

• Luas : 4.000 m2

• Kapasitas : 1.600 orang

• Tahun pembuatan : 1981

• Pemilik : PT. Pelindo

• Konstruksi : Lantai keramik, dinding

tembok/ triplek, atap aluminium.

7) Peralatan Bongkar Muat

Peralatan bongkar muat di pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut.

• Crane 40 ton : 1 unit

• Crane 25 ton : 1 unit

• Crane 5 ton : 1 unit

• Crane 3 ton : 1 Unit

(27)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

• Transtainer : 6 unit

• Reach stacker : 1 unit

Top Laoder : 1 Unit

Forklift : 1 Unit

Head truck : 18 Unit

Chasis : 22 Unit

Gambar 4.11 Layout Pangkalan Soekarno Hatta Pelabuhan Makassar

5. Pelabuhan Bitung

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Bitung diapit antara dua Benua, yaitu Benua Australia dan Benua Asia serta dua Samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan juga terletak pada dua jalur ALKI. Dengan demikian menjadikan Pelabuhan Bitung lebih dekat dengan pelabuhan-pelabuhan besar di Asia Pasifik seperti : Singapura, Manila, Kaoshiung, Pusan, Kobe, dan Honolulu serta kota-kota besar lainnya yang terletak di Pasifik, sehingga peluang untuk masuk dalam jaringan transportasi Laut Internasional sangat besar. Pelabuhan Bitung juga sebagai pintu gerbang untuk mendorong dan memperlancar arus kebutuhan pokok Kota Bitung, Manado dan hiterlandnya yang sekaligus menekan

biaya tinggi sebagai simpul kegiatan ekonomi dan

(28)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut yang berbatasan dengan negara lain (Philipina), maka Pelabuhan Bitung dapat berperan sebagai Pelabuhan penyanggah sekaligus pangkalan baik dalam situasi aman maupun situasi perang jika kondisi keamanan nasional memerlukannya.

Gambar 4.12 Pelabuhan Bitung b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Bitung terletak pada Posisi 01026’00” LU dan 125011’00” BT dengan memiliki kedalaman antara 5-10 meter dengan jarak 15 meter dari garis pantai dan ± 45 KM dari Kota Manado yang merupakan Propinsi Sulawesi Utara, juga terdapat Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado. Letak goegrafis yang menguntungkan, karena merupakan pelabuhan alam yang terlindungi oleh Pulau Lembeh, dengan panjang alur pelayaran mencapai 9 Mil, lebar alur pelayaran 600 meter, kedalaman minimum 16 meter dan luas kolam pelabuhan 4,32 ha yang dapat sandar dengan aman dan tenang dari terpaan ombak serta memiliki iklim yang cukup baik sepanjang tahun.

c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Pelabuhan Bitung mempunyai fasilitas dermaga, lapangan penumpukan, gudang, dan terminal penumpang, antara lain :

(29)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Gambar 4.13 Posisi dan Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Bitung

1) Dermaga

• Dermaga I

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 190 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton

Kapasitas : 114 T/M2

• Dermaga II

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 242 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton

Kapasitas : 145 T/M2

• Dermaga III

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 175 M'

Lebar : 15 M'

(30)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok &

lantai beton

Kapasitas : 105 T/M2

• Dermaga IV

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 146 M'

Lebar : 20 M'

Kedalaman : 12 MLWS

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton

Kapasitas : 87 T/M2

• Dermaga V

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 251 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : sheet pile & lantai beton

Kapasitas : 151 T/M2

• Dermaga VI

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 148 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : sheet pile & lantai beton

Kapasitas : 89 T/M2

• Dermaga VII

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 105 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : sheet pile & lantai beton

(31)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut • Dermaga VIII

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 130 M'

Lebar : 20 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton

Kapasitas : 78 T/M2

• Dermaga IX

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum

Panjang : 60 M'

Lebar : 10 M'

Kedalaman : 12 M LWS

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton

Kapasitas : 36 T/M2

• Dermaga X

Nama : Kawasan Manado

Fungsi/Kegunaan : Dermaga Umum/Kapal rakyat

Panjang : 72,10,3,4,20,50 M'

Lebar : 432,30,9,12,60,200 M'

Konstruksi : Tiang pancang, beton, balok & lantai beton 2) Pinggiran/Talud Panjang : 180 M' 3) Alur Pelayaran Panjang : 9 Mil Lebar : 600 Meter Kedalaman : 12 M LWS Pasang tertinggi : 1.8 M LWS Pasang terendah : 1.2 M LWS 4) Kolam Pelabuhan Luas : 4.20 Ha

(32)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Kedalaman : 7 M LWS Pasang tertinggi : 1.8 M LWS Pasang terendah : 1.2 M LWS 5) Gudang • Gudang A Luas : 4.320 M2 Kapasitas : 2.592 T/M2

Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok,

rangka baja & atap aluminium • Gudang C

Luas : 4.320 M2

Kapasitas : 2.592 T/M2

Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok,

rangka baja & atap aluminium • Gudang D

Luas : 4.320 M2

Kapasitas : 2.592 T/M2

Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok,

rangka baja & atap aluminium • Gudang Butler

Luas : 432 M2

Kapasitas : 259 T/M2

Konstruksi : Lantai beton, dinding tembok,

rangka baja & atap aluminium

6) Lapangan Penumpukan

• Lapangan Penumpukan A

Luas : 7.319 M2

Kapasitas : 4.391

• Lapangan Penumpukan B

Kontruksi : Lapisan dasar sirtu, paving block

Luas : 1.687 M2

Kapasitas : 1.012 T/M2

(33)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut • Lapangan Penumpukan C

Luas : 12.326 M2

Kapasitas : 7.395 T/M2

Kontruksi : Lapisan dasar sirtu, paving block

• Lapangan Penumpukan D

Luas : 6.866 M2

Kapasitas : 4.120 T/M2

Kontruksi : Lapisan dasar sirtu, paving block

• Lapangan Penumpukan E

Luas : 2.999 M2

Kapasitas : 1.799 T/M2

Tahun Pembuatan : 1978

Kontruksi : Lapisan dasar sirtu, paving block

• Lapangan Penumpukan F

Luas : 30.280 M2

Kapasitas : 18.168 T/M2

Kontruksi : Lapisan dasar reklamasi, lapisan

beton

7) Terminal Penumpang

Luas : 2.145 M2

6. Pelabuhan Ternate

a. Gambaran Umum

Pelabuhan Ternate terletak di kota Ternate, di mana lebih dulu digunakan untuk menyebut daerah perkotaan yang berada di tengah Pulau Ternate, lokasi ibu kota Propinsi Maluku Utara. Namun, kota Ternate juga merupakan sebutan resmi wilayah administarsi yang meliputi delapan pulau: Ternate, Moti, Hiri, Mayau, Rifure, Maka, Mano, dan Gurida. Tiga pulau terakhir tidak berpenghuni. Luas daratan kota Ternate sekitar 207 kilometer persegi. Sedangkan luas lautan 26 kali lipatnya, 5.547 kilometer persegi.

(34)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Ternate dikenal sebagai pusat perdagangan dunia pada abad 13, saat pedagang Arab sampai ke Maluku Utara. Kemudian, di abad 16 berdatangan bangsa Eropa mulai dari Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Tujuan mereka sama, mencari rempah-rempah yang melimpah di wilayah ini. Aktivitas itu menjadikan Ternate sebagai jalur sutra perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala. Agar perdagangan berkembang dibutuhkan fasilitas pengangkutan. Sebagai daerah yang wilayahnya merupakan kepulauan, Ternate beruntung memiliki Pelabuhan Ahmad Yani, sebagai pintu masuk melalui jalur laut, dan Bandar Udara Sultan Babullah sebagai gerbang udara. Transportasi antarpulau dengan kapal ferry terdapat di Bastiong, Kecamatan Ternate Selatan. Andil pengangkutan cukup berarti. Kontribusinya di tahun 2001 sebesar Rp 48,87 miliar. Komoditas Ternate seperti kayu lapis, kayu olahan, bungkil, karton, ikan beku, ikan hidup, udang, cumi, pala, cokelat, dikapalkan ke berbagai penjuru dunia melalui Pelabuhan Ahnad Yani. Negara yang paling banyak menjadi tujuan ekspor adalah Amerika, Cina, Taiwan, dan Jepang, sebagaimana tercatat selama empat tahun (1996-2000).

Gambar 4.14 Pelabuhan Ternate

Keindahan alam Ternate, adat istiadat, dan peninggalan sejarah sebagai bandar jalur sutra perdagangan rempah-rempah tempo dulu kiranya menjadi daya tarik wisatawan. Menjadikan Ternate sebagai kota pantai kiranya juga bukan sebuah langkah yang salah. Mengingat topografi, sebagian

(35)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

besar daerah ini bergunung dan berbukit, terdiri dari pulau vulkanis dan pulau karang. Sebagian besar permukiman penduduk berada di pesisir pantai dan menggantungkan kehidupannya dari kekayaan laut. Tertatanya daerah pesisir yang indah akan mendukung tujuan Ternate sebagai kota perdagangan dan wisata.

b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Ternate berada pada posisi 0º - 2º Lintang Utara dan 126º - 128 º Bujur Timur. Luas daratan Kota Ternate sebesar 250,85 km2, sementara lautannya 5.547,55 km2. Wilayah ini seluruhnya dikelilingi oleh laut dan mempunyai batas-batas sebagai berikut: sebelah utara dengan laut Maluku, sebelah selatan dengan laut Maluku, sebelah timur dengan selat Halmahera, dan sebelah barat dengan laut Maluku.

Kondisi topografi Kota Ternate ditandai dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut yang beragam, namun secara sederhana dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu; rendah (0 - 499 M), sedang (500 - 699 M), dan tinggi (lebih dari 700 M). Berdasarkan klasifikasi tersebut, daerah ini memiliki kelurahan dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut dengan kriteria rendah sebanyak 53% atau 84%, sedang sejumlah 6 atau 10% dan tinggi sebanyak 4 atau 6%.

c. Fasilitas Pelayanan Penumpang

Pelabuhan Ternate mempunyai fasilitas pelayanan penumpang sebagai berikut :

Tabel 4.19

Komposisi Pelayanan Penumpang di Pelabuhan Ternate

NO NAMA PELAYANAN

PENUMPANG SATUAN PANJANG (M)

1 Teminal Penumpang M2 340 2 Luar Negeri M’ 100 3 Kapasitas Orang 100 4 Dalam Negeri M’ 240 5 Kapasitas Orang 200 6 Dermaga Penumpang M’ 40

(36)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut 7. Pelabuhan Tenau Kupang

a. Kondisi Umum

Pelabuhan Tenau Kupang mulai dibangun tahun 1964 dengan dermaga sepanjang 23 m di daerah Tenau Kelurahan Alak yang berjarak kurang lebih 12 km ke arah selatan dari kota Kupang, sejalan dengan meningkatnya arus kunjungan kapal ke Pelabuhan Tenau-Kupang maka pada tahun 1982 dermaga diperpanjang hingga menjadi 223 m, kemudian tahun 1990 telah selesai dibangun dermaga kapal penumpang sepanjang 100 m dan tahun 1996 selesai dibangun dermaga Pelayaran Rakyat sepanjang 50 m.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : M.22 tahun 1990 tanggal 7 Maret 1990 Pelabuhan Tenau-Kupang ditetapkan sebagai Pelabuhan Wajib Pandu Kelas II untuk kapal ukuran 500 GT keatas, Daerah kerja daratan Pelabuhan Tenau-Kupang pada areal seluas 36,25 Ha dengan status masih sertifikat Hak Penguasaan yang diterbitkan tahun 1975, sedang wilayah DLKR dan DLKP Pelabuhan Tenau-Kupang didasarkan atas Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.5 tahun 2002 tanggal 18 Januari 2002.

Sebelum Tenau dijadikan pelabuhan yang diusahakan seperti sekarang ini, pada mulanya lokasi pelabuhan berada di Kupang. Adanya beberapa faktor yang tidak menunjang diantaranya musim barat yang mengganggu kelancaran kegiatan bongkar muat (lokasi terbuka), terbatasnya kedalaman laut serta sulitnya areal untuk pengembangan pelabuhan, maka dipilihlah lokasi Tenau yang berjarak 12 km dari Kupang sebagai pengganti dan dinilai cukup memenuhi persyaratan baik dari segi nautis maupun teknis.

Semenjak tahun 1997 dengan telah dilikuidasinya 2 (dua) cabang di Nusa Tenggara Timur yakni Cabang Waingapu dan Cabang Kalabahi menjadi kawasan maka Pelabuhan Tenau-Kupang mempunyai 2 (dua) buah kawasan yakni Kawasan Waingapu di Pulau Sumba dan Kawasan Kalabahi di Pulau Alor.

(37)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

Pelabuhan Waingapu dibangun sekitar tahun 1908 dimasa kolonial Belanda dan masih tergolong rede transpor. Kemudian pada tahun 1972, dibangun dermaga nusantara dengan ukuran 100 x 15 meter dan diperpanjang lagi sehingga sekarang menjadi 150 x 15 meter. Pada tahun 1985, dermaga eks Belanda dibangun dengan ukuran 93 x 8 meter dan pada tahun 1988 direhabilitasi sehingga layak disandari kapal lokal, selain perahu layar motor.

Pelabuhan Kalabahi dibuka oleh Raja Alor pada tahun 1920 pada masa kekuasaan Belanda. Oleh Belanda, Pelabuhan Kalabahi diserahkan kepada Raja Alor. Pada zaman dahulu, Pelabuhan Kalabahi letaknya tidak seperti zaman sekarang. Pelabuhan yang pertama, yang ramai dikunjungi kapal-kapal yaitu Pelabuhan Kokar. Karena letak pelabuhan ini kurang strategis, maka pelabuhan ini dipindahkan ke Alor Kecil daerah Sebanjar, hal ini terbukti dengan adanya 2 (dua) buah jangkar yang terdampar di Pulau Kumbang dan sampai saat ini masih dipergunakan sebagai monumen sejarah yang berada di depan masjid Alor Kecil dan Alor Besar yang berdampingan dengan rumah adat. Pelabuhan di Alor Kecil inipun letaknya kurang strategis, maka berpindah lagi ke Teluk Kabola sampai sekarang ini. Karena letaknya, daerah ini dimanfaatkan sebagai tempat berlindung dari serangan tentara sekutu yang terbukti dengan adanya kerangka pesawat terbang di Moru, Kenarilang dan Buono.

Pelabuhan Tenau-Kupang merupakan salah satu cabang pelabuhan di bawah manajemen PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor 724/KPTS.BL.382/P.III-92 tanggal 23 Desember 1992 Pelabuhan Tenau-Kupang merupakan pelabuhan kelas II.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Direksi Nomor

KEP.16A/RP.1.16/P.III-97 tanggal 10 April 1997 status Pelabuhan Tenau-Kupang tidak mengalami perubahan kelas, tetap sebagai pelabuhan kelas II.

(38)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Gambar 4.15 Pelabuhan Tenau Kupang

b. Kondisi Geografis

Pelabuhan Tenau-Kupang terletak di Kotamadya Kupang Pulau Timor pada posisi antara 123°31’21” Bujur Timur dan 10°11’52” Lintang Selatan sedangkan untuk Pelabuhan Kawasan Kalabahi secara geografis terletak pada posisi 8’-13’30” Lintang Selatan, 124’-31’10” Bujur Timur, tepatnya berada di Teluk Kabola yang lazim sekarang disebut Teluk Mutiara di Kabupaten Alor, Pulau Alor dan Pelabuhan Waingapu terletak di wilayah Kabupaten Sumba Timur Pulau Sumba tepatnya pada posisi geografi 9’-19’34” Lintang Selatan, 120’-15’ 27” Bujur Timur.

c. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan

Kelengkapan pelabuhan yang meliputi fasilitas dan

peralatan di pelabuhan Tenau Kupang dapat dilihat dari kondisi existing pelabuhan dan meliputi :

Tabel 4.20

Fasilitas Pelabuhan Tenau Kupang

URAIAN KETERANGAN

Kedalaman kolam / Depth Dermaga / Wharf

Kapal Tunda / Tug Boat Kapal Pandu / Pilot Boat Gudang / Warehouse -8 m LWS 9.861 m2 1 unit 1 unit 2.000 m2

(39)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

URAIAN KETERANGAN

Lap. Penumpukan / Container Yard

Terminal Penumpang / Passenger Terminal Alat Bongkar Muat / Equipment :

Mobile Crane Forklift 40.495 m2 1.756 m2 1 unit, 2 unit

Sumber : Adpel Tenau Kupang

1) Dermaga

• Dermaga I

Nama : Dermaga Lokal

Panjang : 100 M'

Lebar : 16 M

Kedalaman : -7 MLWS

Konstruksi : Beton

• Dermaga II

Nama : Dermaga Nusantara

Panjang : 223 M'

Lebar : 15 M

Kedalaman : -9 MLWS

Konstruksi : Beton

• Dermaga III

Nama : Dermaga Pelra

Panjang : 50 M'

Lebar : 10 M

Kedalaman : -5 MLWS

2) Alur Pelayaran, Pelabuhan, dan Dermaga

Panjang : 6 Mil

Kedalaman Alur Pelayaran : 50 M LWS Kedalaman Alur Pelabuhan : 20 M LWS Kedalaman Aluar Dermaga : 8 M LWS

Pasang tertinggi : 2 M LWS

MSL : 1 M LWS

(40)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

4) Luas Lapangan Penumpukan : 2.465 m2

5) Luas Terminal Penumpang : 760 m2

6) Peralatan Bongkat Muat

• Kapal Pandu sebanyak : 1 unit 2x155PK

• Krane Darat sebanyak : 1 unit 25 ton

• Mobil Pemadam Kebakaran sebanyak : 1 unit 5 ton

B. HASIL PENGUMPULAN DATA PRIMER

Data primer untuk diolah dalam penelitian ini adalah opini pakar, pihak regulator (adpel), operator (pelindo) dan pengguna jasa (perusahaan pelayaran) terhadap bobot aspek-aspek yang dinilai menjadi kriteria bidang transportasi laut. Responden yang berhasil diwawancarai adalah sebanyak 35 orang.

1. Penetapan Kriteria Klasifikasi Pelayanan Pelabuhan

Aspek yang dinilai menjadi kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan meliputi 6 komponen yaitu:

a. Volume perpindahan barang & penumpang

Penilaian responden terhadap bobot aspek volume perpindahan barang dan penumpang bervariasi antara 10% sampai dengan 50%. Hasil perolehan bobot volume perpindahan barang dan penumpang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.21

Komposisi Responden Menurut Bobot Aspek Volume Perpindahan Barang dan Penumpang

NO BOBOT (%)

KOMPOSISI RESPONDEN

ADPEL TRANSP PAKAR PELINDO PELAYARAN PERSH JUMLAH %

1 10 1 4 5 14.29 2 15 1 1 5 7 20.00 3 18 2 2 5.71 4 20 4 3 7 20.00 5 25 1 1 1 3 8.57 6 27 1 1 2.86

(41)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut NO BOBOT

(%)

KOMPOSISI RESPONDEN

ADPEL TRANSP PAKAR PELINDO PELAYARAN PERSH JUMLAH %

7 30 4 1 5 14.29 8 35 1 1 2.86 9 40 1 1 2.86 10 45 1 1 2.86 11 50 1 1 2 5.71 JUMLAH 7 4 8 16 35 100

Gambar 4.16 Komposisi Responden Menurut Bobot Volume Perpindahan Barang dan Penumpang

Sebanyak 14,29% responden menyatakan bahwa volume perpindahan barang dan penumpang memiliki bobot 10% untuk

menjadi kriteria pelayanan pelabuhan, sebanyak 20%

responden memberikan bobot 15%, dan hanya 5,71% responden yang memberikan bobot 50%.

Aspek Volume Perpindahan Barang/Penumpang terdiri atas beberapa komponen yang dinilai menjadi kriteria, yakni :

1) Jumlah kunjungan kapal

2) Jumlah GT kunjungan kapal

3) Volume ekpor impor

4) Volume bongkar muat

(42)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Penilaian responden terhadap bobot komponen jumlah kunjungan kapal berkisar antara 10% hingga 30%. Bobot komponen jumlah kunjungan kapal berkisar antara 10% hingga 25%. Bobot komponen volume ekspor impor berkisar antara 10% sampai 50%. Volume bongkar muat diberi bobot antara 20%-40%, sedangkan jumlah naik turun penumpang diberi bobot antara 5%-20%. Hasil komposisi responden dalam memberikan bobot setiap komponen pendukung aspek volume perpindahan barang dan penumpang dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.22

Komposisi Responden Menurut Bobot Komponen Aspek Volume Perpindahan Barang dan Penumpang

No BOBOT (%) KOMPOSISI RESPONDEN Jumlah Kunjungan Kapal Jumlah GT Kunjungan Kapal Volume Ekspor Impor Volume Bongkar Muat Jumlah Naik Turun Penumpang Σ RESPON-DEN (%) 1 5 1 2.86 2 10 1 1 1 7 20.00 3 12 1 2.86 4 15 2 8 1 5 14.29 5 20 20 23 27 27 21 60.00 6 22 1 2 1 1 7 23 1 8 25 8 1 3 2 9 30 3 10 40 1 11 50 1 JUMLAH 35 35 35 35 35 100

1) Jumlah kunjungan kapal

Sebanyak 57% responden memberikan bobot sebesar 20% pada komponen jumlah kunjungan kapal, 23% responden memberikan bobot sebesar 25%. Hanya 8% responden yang memberikan bobot 30% untuk jumlah kunjungan kapal sebagai kriteria klasifikasi pelayanan

(43)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.17 Komposisi Responden Menurut Bobot Jumlah Kunjungan Kapal

2) Jumlah GT kunjungan kapal

Hanya 3% responden memberikan bobot sebesar 10% pada komponen jumlah GT kunjungan kapal, 23% responden memberikan bobot sebesar 15% dan 65% responden lainnya memberikan bobot 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.18 Komposisi Responden Menurut Bobot Jumlah GT Kunjungan Kapal

3) Volume ekspor impor

Sebanyak 77% responden memberikan bobot sebesar 20% pada komponen volume ekspor impor dan 8%

(44)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut responden memberikan bobot sebesar 25% dan masing-masing 3% responden memberikan bobot 10%, 15%, 22%, 23% dan 50%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.19 Komposisi Responden Menurut Bobot Volume Ekspor Impor

4) Volume bongkar muat

Sebanyak 87% responden memberikan bobot sebesar 20% pada komponen volume bongkar muat dan 7% responden memberikan bobot sebesar 25% terhadap komponen volume bongkar muat sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 4.20 Komposisi Responden Menurut Bobot Volume Bongkar Muat

(45)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

5) Jumlah naik turun penumpang

Sebanyak 60% responden memberikan bobot sebesar 20% pada komponen jumlah naik turun penumpang dan 20% responden memberikan bobot sebesar 10%, dan 14% responden memberikan bobot sebesar 15% terhadap komponen jumlah naik turun penumpang sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.21 Komposisi Responden Menurut Bobot Jumlah Naik Turun Penumpang

b. Akses Maritim

Penilaian responden terhadap bobot aspek akses maritim bervariasi antara 10% sampai dengan 30%. Hasil perolehan bobot dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.23

Bobot Aspek Akses Maritim NO BOBOT (%) KOMPOSISI RESPONDEN ADPEL PAKAR TRANSP PELINDO PERSH PELAYARAN JUMLAH % 1 10 1 2 3 8.57 2 15 5 2 1 6 14 40.00 3 18 2 2 5.71 4 20 2 5 7 14 40.00 5 25 1 1 2.86 6 30 1 1 2.86 JUMLAH 7 4 8 16 35 100

(46)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Sebanyak 8% responden menyatakan bahwa akses maritim memiliki bobot 10% untuk menjadi kriteria pelayanan pelabuhan, sebanyak 40% responden memberikan bobot 15%, dan 40% responden lainnya memberikan bobot 20%. Hasil bobot yang diberikan responden dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.22 Komposisi Responden Menurut Bobot Akses Maritim

Aspek Akses Maritim terdiri atas dua komponen yang dinilai menjadi kriteria, yakni:

1) lebar serta kedalaman alur dan kolam pelabuhan;

2) Luas dan kedalaman tempat berlabuh jangkar.

Penilaian responden terhadap bobot komponen lebar serta kedalaman alur dan kolam pelabuhan berkisar antara 40% hingga 80%. Bobot komponen luas dan kedalaman tempat berlabuh jangkar berkisar antara 20% hingga 60%. Hasil komposisi responden dalam memberikan bobot setiap komponen pendukung aspek akses maritim dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.24

Bobot Komponen Aspek Akses Maritim

NO BOBOT (%)

KOMPOSISI RESPONDEN Lebar serta

kedalaman alur dan kolam pelabuhan

%

Luas dan Kedalaman tempat berlabuh jangkar % 1 20 - 1 2.86 2 30 - 7 20.00 3 40 3 8.57 9 25.71 4 45 - 1 2.86

(47)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut NO BOBOT

(%)

KOMPOSISI RESPONDEN Lebar serta

kedalaman alur dan kolam pelabuhan

%

Luas dan Kedalaman tempat berlabuh jangkar % 5 50 14 40.00 14 40.00 6 55 1 2.86 - 7 60 9 25.71 3 8.57 8 70 7 20.00 - 9 80 1 2.86 - JUMLAH 35 100 35 100

1) Lebar dan kedalaman alur pelabuhan

Sebanyak 8% responden menyatakan bahwa lebar dan kedalaman alur dan kolam pelabuhan memiliki bobot 40% untuk menjadi kriteria pelayanan pelabuhan, sebanyak 40% responden memberikan bobot 50%, dan hanya 3% responden yang memberikan bobot 80%. Hasil bobot yang diberikan responden dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.23 Komposisi Responden Menurut Bobot Lebar serta kedalaman alur dan kolam pelabuhan

2) Lebar serta kedalaman tempat berlabuh jangkar

Sebanyak 20% responden menyatakan bahwa lebar serta kedalaman tempat berlabuh jangkar memiliki bobot 30% untuk menjadi kriteria pelayanan pelabuhan, sebanyak 40% responden memberikan bobot 50%, dan hanya 8%

(48)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut responden yang memberikan bobot 60%. Hasil bobot yang diberikan responden dapat dilihat pada Gambar 4.24.

Gambar 4.24 Komposisi Responden Menurut Bobot Lebar serta kedalaman tempat berlabuh jangkar

c. Fasilitas Pelabuhan

Penilaian responden terhadap bobot aspek fasilitas pelabuhan bervariasi antara 5% sampai dengan 30%. Hasil perolehan bobot dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 4.25

Bobot Aspek Fasilitas Pelabuhan NO BOBOT (%) KOMPOSISI RESPONDEN ADPEL PAKAR TRANSP PELINDO PERSH PELAYARAN JUMLAH % 1 5 1 1 2.86 2 10 3 5 8 22.86 3 12 1 1 2.86 4 15 1 1 2.86 5 18 2 2 5.71 6 20 4 6 3 13 37.14 7 25 1 3 4 11.43 8 30 1 2 2 5 14.29 JUMLAH 7 4 8 16 35 100

Sebanyak 23% responden menyatakan bahwa fasilitas pelabuhan memiliki bobot 10% untuk menjadi kriteria pelayanan pelabuhan, sebanyak 30% responden memberikan bobot 20%, dan 14%

(49)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

responden lainnya memberikan bobot 30%. Hasil bobot yang diberikan responden dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.25 Komposisi Responden Menurut Bobot Fasilitas Pelabuhan

Aspek fasilitas pelabuhan terdiri atas beberapa komponen yang dinilai menjadi kriteria, yakni

1) Panjang Dermaga

2) Luas Gudang

3) Luas lapangan penumpang dan luas CY

4) Peralatan bongkar muat di dermaga dan lapanga

penumpukan

5) Luas terminal penumpang

6) Produktivitas bongkar muat di dermaga

Penilaian responden terhadap bobot komponen panjang dermaga berkisar antara 10% hingga 30%. Bobot komponen luas gudang berkisar antara 5%-20%. Bobot komponen luas lapangan penumpang dan luas CY berkisar antara 5%-25%.

Peralatan bongkar muat di dermaga dan lapangan

penumpukan diberi bobot antara 10%-40%, bobot luas terminal penumpang berkisar anatara 5%-20% sedangkan produktivitas bongkar muat di dermaga dan lapangan penumpukan diberi bobot antara 5%-30%. Hasil komposisi responden dalam memberikan bobot setiap komponen pendukung aspek fasilitas pelabuhan dapat dilihat pada Tabel berikut.

(50)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut Tabel 4.26

Bobot Komponen Aspek Fasilitas Pelabuhan

NO BOBOT (%) KOMPOSISI RESPONDEN Panjang Dermaga Luas Gudang Luas lapangan penumpang dan CY Peralatan BM di dermaga dan lapangan penumpukan Luas terminal penumpang Produkti-vitas BM 1 5 1 1 5 1 2 10 3 25 10 3 13 3 3 15 8 2 8 12 5 4 4 18 1 1 1 1 1 5 20 13 6 14 15 11 17 6 25 6 1 4 2 7 30 4 7 8 40 1 JUMLAH 35 35 35 35 35 35 1) Panjang dermaga

Sebanyak 9% responden memberikan bobot sebesar 10% pada komponen panjang dermaga, 23% responden memberikan bobot sebesar 15 dan sebanyak 37% responden memberikan bobot 20% untuk panjang dermaga sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.26 Komposisi Responden Menurut Bobot Panjang Dermaga

2) Luas gudang

Sebanyak 71% responden memberikan bobot sebesar 10% pada komponen luas gudang, 17% responden

(51)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

memberikan bobot sebesar 20% dan hanya 3% responden memberikan bobot 5% untuk luas gudang sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.27 Komposisi Responden Menurut Bobot Luas Gudang

3) Luas lapangan penumpukan dan CY

Sebanyak 28% responden memberikan bobot sebesar 10% pada komponen luas lapangan penumpang dan CY, 23% responden memberikan bobot sebesar 15% dan 40% responden memberikan bobot 20% untuk luas lapangan penumpang dan CY luas gudang sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.28 Komposisi Responden Menurut Bobot Luas Lapangan Penumpang dan CY

(52)

Studi Penetapan Kriteria di Bidang Transportasi Laut

4) Peralatan bongkar muat

Sebanyak 9% responden memberikan bobot sebesar 10% pada komponen peralatan bongkar muat, 34% responden memberikan bobot sebesar 15% dan 43% responden memberikan bobot 20% untuk peralatan bongkar muat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar 4.29 Komposisi Responden Menurut Bobot Peralatan BM di dermaga dan lapangan penumpukan

5) Luas terminal penumpang

Sebanyak 14% responden memberikan bobot sebesar 5% pada komponen luas terminal penumpang, 37% responden memberikan bobot sebesar 10% dan 32% responden memberikan bobot 20% untuk luas terminal penumpang sebagai kriteria klasifikasi pelayanan pelabuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 4.30 Komposisi Responden Menurut Bobot Luas Terminal Penumpang

Gambar

Gambar 4.1 Aktivitas Pelabuhan Tanjung Priok
Gambar 4.6 Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Perak
Gambar 4.8 Pelabuhan Belawan  b.  Kondisi Geografis
Gambar 4.9 Tata Letak Pelabuhan Belawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara klasifikasi daerah tertinggal dan daerah tidak tertinggal, variabel

Tujuan : Untuk mengetahui persepsi anak jalanan tentang situasi pendidikan pada program Kejar Paket A di Lembaga PPAP SEROJA Kota Surakarta dengan menggunakan Dundee

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah teknik total sampling yang dilakukan terhadap mahasiswa tahun ketiga FK UR yang hadir, bersedia mengisi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengaruh implementasi shalat dhuha terhadap kecerdasan spiritual siswa

Variasi faktor kondisi Fulton (K) dan faktor kondisi relatif (Kn) berdasarkan sebaran kelas ukuran lebar karapas kepiting bakau yang tertangkap di perairan Mayangan disajikan

Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau pengering kabinet, dapat digunakan untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta, yang ditebarkan pada baki logam

Email yang anda gunakan waktu mendaftar disebut juga sebagai PayPal Email dan inilah yang harus anda berikan jika anda ingin mendapatkan bayaran dari orang lain. Karena status