• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KENDALA PELAKSANAAN ALIH FUNGSI ASET

A. Pelaksanaan Alih Fungsi Aset Pemerintah Melalui Program

Dengan PT. Inti Griya Prima Sakti

Pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT. Inti Griya Prima Sakti didasarkan pada Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti Nomor 644.1/2296/Bapp/2008 dan No. 037/IGPS-SMG/TTG/III/08 yang ditandatangani oleh Walikota Tebing Tinggi bersama Direktur Utama PT Inti Griya Prima Sakti pada tanggal 5 Maret 2008.

Perjanjian Kerjasama Nomor Nomor 644.1/2296/Bapp/2008 dan No. 037/IGPS-SMG/TTG/III/08 tersebut didasarkan pada ketentuan peraturan perundang- undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 9 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-kota Kecil di Lingkungan Provinsi SumateraUtara.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 125 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1979 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaga Negara Nomor 20 Tahun2006, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4606).

5. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

7. Keputusan DPRD Kota Tebing Tinggi Nomor 10 Tahun 2008 tentang Persetujuan terhadap Rencana Kerjasama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti dalam rangka Pembangunan Pusat Perbelanjaan di atas Lahan eks Terminal Bus Tebing Tinggi.

Penggunaan ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut sebagai dasar hukum pelaksanaan perjanjian Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT Agreement)antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT. Inti Griya Prima Sakti telah benar dan sesuai dengan yang seharusnya karena telah mencantumkan PP Nomor 6 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 selaku aturan utama pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) yang berlaku saat itu.

Selanjutnya beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam pembuatan (formation) suatu kontrak, yaitu:

(1) Sudahkah kesepakatan tercapai, hal ini diatur oleh ketentuan tentang kapan Terjadinya penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance);

(2) Apakah kontrak tersebut telah mengikat secara sah. Hal ini akan dijawab oleh syarat sahnya kontrak, dalam kuh perdata diatur pada pasal 1320.

(3) Apakah ada faktor-faktor yang dapat membatalkan (invaliditate) kontrak. Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan penelitian apakah dalam kontrak tersebut tidak ada unsur-unsur:

a. Informasi bohong (misrepresentation); b. Kesalahan (mistake),

c. Paksaan (duress),

d. Penyalahgunaan keadaan (undueinfluence),

e. Posisi tawar yang berat sebelah (unconscionablebargains), f. Ketidaksahan (illegality), dan

g. Ketidakmampuan (incapacity).94

Persoalan yang harus diperhatikan dalam mengatur standar kontrak, menurut Gyula Eorsi95adalah:

(a) Adakah di antara para pihak secara ekonomi lebih lemah dan pihak mana yang menduduki posisi dominan (are there economically weaker parties in business life at all, and which are the principal groups of these);

(b) Adakah tendensi untuk memanfaatkan kekuatan superior secara ekonomi, termasuk dengan cara menggunakan kontrak standar (are there tendencies to

94

Taryana Soenandar,Op. Cit.,hal. 108-109.

95

exploit superior strength in the economy, including by means of standard contract);

(c) Dapatkah pihak yang secara ekonomis lebih lemah memperoleh perlindungan dalam bisnis dan pasar internasional (may the economically weaker party lay claim to protection in business life and also in international market);

(d) Jika dapat, bagaimana caranya (if so, by what means).

Selanjutnya Gyula Eorsi96 menyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 6 (enam) ciri pengaturan kontrak yang dilakukan oleh berbagai negara, sebagai berikut:

(a) Dalam kebanyakan negara terdapat pengaturan batas minimum tanggung jawab berupa hukum memaksa(mandatory law)dari hukum publik.

(b) Penafsiran kontrak standar cenderung ditekankan pada upaya menghilangkan syarat-syarat yang menekan(oppresive term).

(c) Ada kecenderungan dalam praktik peradilan untuk mengurangi digunakannya klausul yang menekan dengan diperkenalkannya prinsip hukum umum. Seperti bonos mores, Treu und Glauben yaitu aturan yang melarang klausul yang mengandung tindakan curang, melanggar kepentingan umum, dan ketidakpatutan(unconscionability)di dalam esensi kontrak tersebut.

(d) Ada negara-negara yang mewajibkan kontrak standarnya di bawah pengawasan negara.

96

(e) Organisasi yang memiliki kekuatan yang sarna dengan pihak pembuat kontrak misalnya organisasi konsumen, membuat pula standar kontrak tandingan, sehingga kepentingan para pihak menjadi seimbang.

(f) Organisasi internasional seperti PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) atau Uni Eropa membuat standar kontrak untuk digunakan oleh warga negara dari negara anggotanya.

Terdapat empat tahap perkembangan pemikiran mengenai kekuatan mengikat sebuah kontrak.97 Kekuatan mengikatnya kontrak pada tahap pertama disebut Contracts Re, yang menitikberatkan kekuatan mengikat kontrak pada barang (chattel ataures) yang akan diserahkan, bukan pada janji(promise). Kontrak jenis ini ada empat macam yaitu:

(a) Mutuum, meminjamkan barang untuk dimakan; (b) Commodatum, meminjamkan barang untuk dipakai; (c) Depositum,menyerahkan barang untuk dijaga;

(d) Pignus,menyerahkan barang sebagai jaminan pelaksanaan kewajiban.

Pada tahap kedua, kekuatan mengikatnya suatu kontrak didasarkan pada Contract Verbis, yaitu unsur mengikatnya kontrak digantungkan pada kata-kata (verbis)yang diucapkannya, yang terdiri atas empat macam yaitu:

(a) Stipulatio, yaitu interaksi kata-kata dari dua orang atau lebih yang berupa pertanyaan dan jawaban. Spondesne (Do you promise?) dan pihak yang berjanji menjawab :Spondeo (I promise);

97

(b) Dictio Dotis, yaitu pernyataan sungguh-sungguh (solemn declaration) yang melahirkan semacam mahar(dowry);

(c) Ius Iurandum Liberti, yaitu semacam kesaksian tersumpah oleh orang ketiga (freedman)untuk kepentungan dirinya;

(d) Votum,yaitu janji di bawah sumpah(vow)kepada Tuhan.

Pada tahap ketiga, baru dikenal dengan kontrak Contracts Litteris yang menekankan unsur mengikatnya kontrak pada bentuk tertulis. Kontrak jenis ini ada dua macam, yaitu:

(a) Expensilatio yaitu suatu bentuk pemberitahuan yang dicatat dalam buku kreditor yang atas dasar catatan itu debitor terikat untuk membayar;

(b) SynographaeatauChirograpahaeyaitu kewajiban yang ditulis secara khusus. Pada tahapkeempat, dikenal dengan istilahContract Consensu yang kemudian dipakai dalam ius civile yang diambil dari ius gentium. Unsur mengikat kontrak jenis ini adalah persetujuan (agreement) para pihak. Ada empat bentuk kontrak jenis ini yaitu:

(a) Emptio Venditio,yaitu kontrak jual beli;

(b) Locatio Conductio, yaitu kontrak yang membolehkan penggunaan atau penyewaan barang atau jasa;

(c) Societas,yaitu kontrak kerja sama(partnership);

(d) Mandatum, yaitu suatu mandat pelayanan yang dilakukan untuk orang lain (misalnya keagenan).

Pelaksanaan Alih Fungsi Aset Pemerintah melalui Program Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT. Inti Griya Prima Sakti diawali dengan adanya tender yang diadakan oleh Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan Pegawai Pemerintah Kota Tebing Tinggi98. Tidak ditemukan dokumen pendukung apapun terkait pengadaan tender tersebut.

Selanjutnya terdapat tawaran kerjasama BOT dari PT Inti Griya Prima Sakti kepada Walikota Tebing Tinggi melalui surat Nomor: 12/IGPS-SMG/TTG/I/08 tanggal 21 Januari 2008, Hal: Kerjasama BOT Lahan Milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Di dalam surat tersebut, PT Inti Griya Prima Sakti menyatakan sebagai berikut:

Bersama ini Kami PT. Inti Griya Prima Sakti, berminat bekerja sama dengan Pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk mengembangkan lahan milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang berlokasi di Eks. Terminal Bus Tebing Tinggi yang dikenal dengan Pondok Sri Padang (PSP) menjadi Pusat Perbelanjaan yang lengkap dengan sistem kerjasama BOT (Build Operate and Transfer) selama 30 (Tiga puluh) Tahun,

Dimana sistem kerjasama BOT (Build Operate and Transfer) yang kami maksud yaitu tanah milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi Kami bangun pusat perbelanjaan dengan satus tanah tetap milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi, sedangkan PT. Inti Griya Prima Sakti mengelola bangunan selama 30 (tiga puluh) tahun sejak bangunan diresmikan untuk dioperasionalkan.

Beberapa pengalaman proyek yang telah kami laksanakan dengan sistem di atas adalah:

1. Plasa Taman Bontang 3 (Tiga) Lantai, Tanah milik Pemkot Bontang 2. Plasa Dumai Riau 3 (Tiga) Lantai, Tanah milik Pemkot Dumai

3. Plasa Baturaja Palembang 4 (Empat) Lantai, Tanah milik Pemda Ogan Komering Ulu Baturaja

4. Plasa Andalas Padang 5 (Lima) Lantai, tanah milik Pemkot Padang

98

Hasil wawancara dengan Staf Bagian Administrsai Barang Daerah Pemerintah Kota Tebing Tinggi (Tebing Tinggi, 23 April 2013).

5. Plasa Pantoan Pematangsiantar 3 (Tiga) Lantai, tanah milik Pemkot Pematangsiantar

6. Plasa Teladan Medan 5 (Lima) Lantai, tanah milik pemkot Meda 7. Plasa Pahlawan Semarang 6 (Enam) Lantai, tanah milik Polda Jateng 8. Plasa Tamansari Salatiga 4 (Empat) Lantai, tanah mlik Pemda Salatiga 9. Plasa Simpang Tujuh Kudus 4 (Empat) Lantai, tanah milik Pemda Kudus 10. Plasa Klaten 4 (Empat) Lantai, tanah milik Pemda Klaten.

Membaca surat tersebut, dapat ditarik beberapa hal sebagai berikut:

a. PT Inti Griya Prima Sakti mempergunakan istilah Build Operate Transfer/ BOTuntuk merujuk pada pengertian Bangun Guna Serah;

b. PT Inti Griya Prima Sakti telah menyebutkan secara pasti lokasi lahan yang akan dijadikan obyek Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) yaitu Eks. Terminal Bus Tebing Tinggi yang dikenal dengan Pondok Sri Padang (PSP);

c. PT Inti Griya Prima Sakti telah menyebutkan tujuan diadakannya Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) yaitu untuk dijadikan pusat perbelanjaan yang lengkap;

d. PT Inti Griya Prima Sakti menyampaikan permintaan jangka waktu pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) selama 30 (tiga puluh) tahun;

e. PT Inti Griya Prima Sakti menyatakan bahwa PT tersebut telah memiliki pengalaman yang cukup dalam melaksanakan perjanjian Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) karena telah mengadakan kerjasama BOT dengan paling sedikit 10 pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Menindaklanjuti surat tersebut, selanjutnya PT Inti Griya Prima Sakti mengirim surat kepada Walikota Tebing Tinggi bernomor 25/IGPS- SMG/TTG/I/08 tanggal 31 Januari 2008 tentang Ekspose Kerjasama BOT Pembangunan Plasa di Lokasi Eks Terminal Bus Tebing Tinggi yang Dikenal dengan Pondok Sri Padang. Di dalam surat tersebut, PT Inti Griya Prima Sakti menyampaikan ekspose/ paparan kerjasama BOT pembangunan plasa pada lahan milik Pemerintah Daerah eks. Terminal Bus Tebing Tinggi yang nantinya akan menjadi pusat perbelanjaan yang lengkap di Kota Tebing Tinggi.

Peneliti tidak berhasil memperoleh data, keterangan atau dokumen mengenai apakah terdapat ekspose terbuka berupa rapat paparan antara PT Inti Griya Prima Sakti dengan Pemerintah Kota Tebing Tinggi terkait perencanaan dan pelaksanaan Bangun Guna Serah(Build Operate Transfer/ BOT) a quo.

Terhadap permohonan kerjasama Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/BOT) dari PT Inti Griya Prima Sakti tersebut, Walikota Tebing Tinggi menerbitkan surat kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tebing Tinggi dengan Nomor 050/1927/2008 tanggal 22 Februari 2008, hal: Permohonan Persetujuan Kerjasama Pembangunan Plaza dan Penghapusan Aset di Lokasi Pondok Sri Padang.

Surat permohonan tersebut dibahas dalam suatu rapat paripurna khusus sesuai ketentuan yang berlaku hingga pada akhirnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tebing Tinggi menerbitkan Keputusan Nomor 10 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008 tentang Persetujuan terhadap Rencana Kerjasama Pemerintah Kota

Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti dalam rangka Pembangunan Pusat Perbelanjaan di Lokasi Pondok Sri Padang (untuk selanjutnya disebut Surat Keputusan DPRD Nomor 10 Tahun 2008).

Terdapat hal yang menurut Peneliti perlu diperhatikan dalam Surat Keputusan DPRD Nomor 10 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008 tersebut, yaitu adanya perbedaan antara judul dengan isi, sebagai berikut:

1) Judul: Persetujuan terhadap Rencana Kerjasama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti dalam rangka Pembangunan Pusat Perbelanjaan di Lokasi Pondok Sri Padang;

2) Isi:

Menetapkan : KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH KOTA TEBING TINGGI TENTANG PERSETUJUAN TERHADAP RENCANA KERJA SAMA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI DENGAN PT. INTI GRIYA PRIMA SAKTI DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PLAZA

DAN PENGHAPUSAN ASET PEMERINTAN

KOTA TEBING TINGGI DI LOKASI PONDOK SRI PADANG

Pertama : Menerima dan menyetujui Rencana Kerja Sama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti dalam rangka Pembangunan Plaza Kedua : Menyetujui penghapusan aset Pemerintah Kota

Tebing Tinggi di Lokasi Pondok Sri Padang sehubungan dengan pembangunan plaza di lokasi tersebut.

Ketiga : Agar Walikota Tebing Tinggi menindaklanjuti Keputusan ini sesuai dengan prosedur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Judul Surat Keputusan DPRD Nomor 10 Tahun 2008 tersebut sama sekali tidak menyebutkan klausul penghapusan aset tetapi di dalam isi secara jelas menyebutkan penghapusan aset Pemerintah Kota Tebing Tinggi berupa tanah yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) a quo. Tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut baik dalam dokumen maupun melalui hasil wawancara dengan pegawai Pemerintah Kota Tebing Tinggi99mengenai maksud atau arti penghapusan tersebut.

Selanjutnya mengenai keikutsertaan DPRD Tebing Tinggi dalam pelaksanaan Bangun Guna Serah(Build Operate Transfer/ BOT) a quo,dapat disampaikan hal- hal sebagai berikut:

a. Proses pemberian persetujuan DPRD Kota Tebing Tinggi dilakukan dalam jangka waktu yang relatif cepat yaitu dalam jangka waktu 7 hari kalender sejak tanggal surat permohonan Walikota. Surat permohonan dari Walikota diterbitkan pada tanggal 22 Februari 2008 dan persetujuan DPRD diterbitkan pada tanggal 29 Februari 2008. Efektifitas dan efisiensi waktu seperti ini tentu saja sangat baik bagi pelaksanaan birokrasi yang mengedepankan kecepatan dan ketepatan layanan publik, dengan catatan selama tidak terdapat kepentingan-kepentingan lain di dalamnya, baik kepentingan individu maupun kepentingan kelompok tertentu.

b. Ikut sertanya pihak DPRD dalam pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) a quopada dasarnya merupakan hal yang tidak lazim.

99

Sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, PP Nomor 6 Tahun 2006 sebagai dasar hukum pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT) tidak mensyaratkan adanya keterlibatan DPRD baik dalam bentuk pemberian persetujuan atau dalam bentuk apapun.

c. Melalui hasil wawancara dengan Pegawai Pemerintah Kota Tebing Tinggi100, ditemukan fakta bahwa Pemerintah Kota Tebing Tinggi meminta persetujuan kepada DPRD dan pada akhirnya DPRD memberikan persetujuan dilakukan karena pelaksanaan Bangun Guna Serah(Build Operate Transfer/ BOT) a quo disertai dengan penghapusan aset.

Angka 14 PP Nomor 6 Tahun 2006 memberikan defenisi penghapusan sebagai berikut:

Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna barang dan/atau pengelola barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

Setelah Pemerintah Kota Tebing Tinggi memperoleh persetujuan dari DPRD Kota Tebing Tinggi maka pada tanggal 5 Maret 2008 Walikota Tebing Tinggi bersama Direktur Utama PT Inti Griya Prima Sakti melakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan PT Inti Griya Prima Sakti Nomor 644.1/2296/Bapp/2008 dan No. 037/IGPS-SMG/TTG/III/08.

Selengkapnya isi Perjanjian Kerjasama tersebut adalah sebagaimana dalam Lampiran.

100

Berdasarkan isi perjanjian kerjasama tersebut di atas, dapat dinyatakan hal-hal sebagai berikut:

a. Perjanjian kerjasama a quo ditandatangani pada tanggal 5 Maret 2008 atau 6 hari kalender sejak diterbitkannya persetujuan DPRD melalui Surat Keputusan DPRD Nomor 10 Tahun 2008 tanggal 29 Februari 2008. Efektifitas dan efisiensi waktu seperti ini tentu saja sangat baik bagi pelaksanaan birokrasi yang mengedepankan kecepatan dan ketepatan layanan publik, dengan catatan selama tidak terdapat kepentingan-kepentingan lain di dalamnya, baik kepentingan individu maupun kepentingan kelompok tertentu.

b. Perjanjian kerjasama a quo didasarkan pada beberapa peraturan perundang- undangan termasuk diantaranya PP Nomor 6 Tahun 2006 dan Permendagri Nomor 17 Tahun 2007. Penggunaan dasar hukum ini telah benar dan sesuai dengan yang seharusnya karena sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu, pada saat ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini maka peraturan yang mengatur secara khusus tentang Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT)adalah kedua aturan tersebut.

c. Dasar pertimbangan perjanjian kerjasama a quotelah sesuai dengan ketentuan PP Nomor 6 Tahun 2006 jo. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, yaitu:

1) Terdapat barang milik daerah yang belum dimanfaatkan, yaitu dalam hal ini tanah eks. terminal bus Tebing Tinggi seluas ± 8.535 m2;

2) Dilakukan dalam rangka mengoptimalisasikan barang milik daerah, yaitu memanfaatkan lahan kosong yang selama ini tidak dipergunakan secara maksimal oleh Pemko Tebing Tinggi selaku pemilik lahan;

3) Dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektifitas barang milik daerah, yaitu memanfaatkan lahan kosong yang selama ini tidak dipergunakan secara maksimal oleh Pemko Tebing Tinggi selaku pemilik lahan;

4) Menambah/meningkatkan pendapatan daerah yaitu dengan adanya pembayaran kontribusi oleh Pihak Kedua sebesar US$ 6.000 (enam ribu dolar Amerika) setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian;

5) Menunjang program pembangunan dan kemasyarakatan Pemerintah Daerah, yaitu dalam hal ini secara langsung maupun tidak langsung menggerakkan roda perekonomian masyarakat Kota Tebing Tinggi. d. Persyaratan pelaksanaan perjanjian kerjasama a quo telah sesuai dengan

ketentuan PP Nomor 6 Tahun 2006 jo. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007, yaitu:

1) Gedung yang dibangun berikut fasilitas telah sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya di bidang ekonomi yaitu menyediakan infrastruktur pusat perbelanjaan bagi masyarakat dan meningkatkan perekonomian masyarakat Kota Tebing Tinggi;

2) Pemerintah Daerah Tebing Tinggi memiliki tanah yang belum dimanfaatkan, yaitu dalam hal ini tanah eks. terminal bus Tebing Tinggi seluas ± 8.535 m2;

3) Dana untuk pembangunan berikut penyelesaian fasilitasnya tidak membebani APBD karena seluruhnya ditanggung dan dibebankan kepada Pihak Kedua;

4) Bangunan hasil guna serah harus dapat dimanfaatkan secara langsung oleh Pemko Tebing Tinggi ketika jangka waktu pelaksanaan kerjasama telah berakhir kelak;

5) Mitra Bangun Guna Serah yaitu dalam hal ini PT Inti Griya Prima Sakti memiliki kemampuan dan keahlian dibidangnya yang terbukti dengan telah beroperasinya gedung pusat perbelanjaan yang dikenal dengan Department Store Ramayana Tebing Tinggi sejak diresmikan pada tanggal 14 September 2008 hingga sekarang;

6) Objek Bangun Guna Serah berupa sertifikat tanah hak pengelolaan (HPL) milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi tidak dijaminkan, digadaikan dan/ atau dipindahtangankan oleh pihak kedua;

7) PT Inti Griya Prima Sakti memperoleh Hak Guna Bangunan diatas HPL milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi;

8) Izin Mendirikan Bangunan atas nama Pemerintah Kota Tebing Tinggi

yaitu Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB) Nomor

648/169/VIII/KIMPRASWIL-TAHUN2008 tanggal 25 Agustus 2008; 9) PT Inti Griya Prima Sakti membayar kontribusi kepada kas Pemerintah

Kota Tebing Tinggi sebesar US$ 6.000 (enam ribu dolar Amerika) setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian;

10) selama masa pengoperasian, tanah dan/atau bangunan tetap milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi;

11) penggunaan tanah yang dibangun telah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah /Kota (RUTRWK) Tebing Tinggi, yang terbukti dengan telah diterbitkannya Surat Izin Mendirikan Bangunan Nomor 648/169/VIII/KIMPRASWIL-TAHUN2008 tanggal 25 Agustus 2008; 12) biaya yang berkenaan dengan persiapan dan pelaksanaan penyusunan

surat perjanjian, konsultan pelaksana/pengawas telah dibebankan pada PT Inti Griya Prima Sakti.

e. Penyusunan perjanjian kerjasama a quo telah sesuai dengan ketentuan PP Nomor 6 Tahun 2006 jo. Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 karena perjanjian kerjasamaa quotelah memuat antara lain:

1) Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian, yaitu dalam hal ini Walikota Tebing Tinggi bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan Direktur Utama PT Inti Griya Prima Sakti, bertindak untuk dan atas nama PT Inti Griya Prima Sakti;

2) Obyek Bangun Guna Serah, yaitu dalam hal ini tanah eks. Terminal bus Tebing Tinggi seluas ± 8.535 m2, Sertifikat Hak Pakai Nomor 1 Tanggal 5 November 2004 terdaftar atas nama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan batas-batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Utara : Kilang padi

(c) Sebelah Barat : Jl. Sudirman (d) Sebelah Selatan : Jl. Taman Bahagia, Sebagaimana dinyatakan pada Pasal 3 ayat (1);

3) Jangka waktu Bangun Guna Serah, yaitu dalam hal ini selama 25 (dua puluh lima) tahun terhitung sejak pembangunan selesai dan diresmikan, sebagaimana dinyatakan pada Pasal 4 ayat (2);

4) Pokok- pokok mengenai bangun guna serah, yaitu dalam hal ini PT Inti Griya Prima Sakti membangun dan mengelola/ mengoperasikan Gedung Pusat Perbelanjaan Tebing Tinggi di atas tanah milik Pemerintah Kota Tebing Tinggi meliputi Pembangunan Pusat Perbelanjaan Tebing Tinggi berupa bangunan 3 (tiga) lantai dengan konstruksi tahan gempa dilengkapi fasilitas parkir, taman dan penghijauan, jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan air kotor dan limbah, pengamanan kebakaran dan petir, mekanikal elektrikal, dan fasilitas penunjang lainnya. Hal ini diatur pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1);

5) Data barang milik daerah yang menjadi objek bangun guna serah, dalam hal ini sebagaimana disebut pada Pasal 3 ayat (1) yaitu tanah eks. Terminal bus Tebing Tinggi seluas ± 8.535 m2, Sertifikat Hak Pakai Nomor 1 Tanggal 5 November 2004 terdaftar atas nama Pemerintah Kota Tebing Tinggi dengan batas-batas sebagai berikut:

(a) Sebelah Utara : Kilang padi

(c) Sebelah Barat : Jl. Sudirman (d) Sebelah Selatan : Jl. Taman Bahagia,

6) Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian, sebagaimana diatur pada Pasal 5 dan Pasal 6;

7) Jumlah/besarnya kontribusi yang harus dibayar oleh Pihak Ketiga, yaitu dalam hal ini PT Inti Griya Prima Sakti membayar kontribusi kepada kas Pemerintah Kota Tebing Tinggi sebesar US$ 6.000 (enam ribu dolar Amerika) setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian, sebagaimana diatur pada Pasal 6 ayat (2);

8) Sanksi, yaitu sebagaiamana diatur pada Pasal 7;

9) Surat Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah dan mitra kerjasama, yaitu dalam hal ini Ir. H. Abdul Hafiz Hasibuan selaku Walikota Tebing Tinggi dan Gatot Iswata selaku Direktur Utama PT Inti Griya Prima Sakti.

f. Perlu menjadi catatan bahwa jangka waktu pelaksanaan Bangun Guna Serah (Build Operate Transfer/ BOT)dalam Perjanjian Kerjasama ini adalah selama 25 (dua puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang selama 25 (dua puluh lima) tahun berikutnya (Pasal 2 ayat (3) dan ayat (5) Perjanjian Kerjasama a quo) dengan hak prioritas diberikan kepada Pihak Kedua, yaitu dalam hal ini PT Inti

Dokumen terkait