• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memadu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer).1

Menurut Arthur J. Jones, et. al, 1970 tentang bimbingan yang dikutip oleh Drs. Dewa Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu penerimanya (siswa atau klien) untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.2

1

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 5

2

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8

Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif, sebaliknya pernuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi oleh orang-orang sekelilingnya.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Imran ayat 159:3

⌧ ⌧

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Al-Imran: 159)

Ayat di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa sebuah bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan, melainkan dengan lemah lembut, penuh penghayatan, dan pendekatan kemanusiaan, yang pada akhirnya tumbuh kesadaran dan tanggung jawab pada diri klien.

Definisi bimbingan dalam proses pendidikan, menurut Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa bimbingan dalam proses pendidikan adalah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya pribadi dan dunia sekitarnya, dan dapat mengambil keputusan untuk

3

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 103

melangkah lebih maju secara optimal dalam perkembangannya dan dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.4

Definisi bimbingan yang dikemukakan oleh Mortensen dan Schmuller, 1976 yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, “Bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu meyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide demokratis”5

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa agar siswa mampu membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, serta siswa dapat mengenal, memahami, menerima dirinya sendiri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan kehidupan sehingga mencapai kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial dalam pengembangan dirinya secara optimal.

b. Pengertian Konseling

Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyimpulkan”.

Konseling menurut Tolbert, 1959 yaitu “bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua

4

Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 1, h. 6

5

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 94

orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar”. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.6

Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantu di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.

Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.

Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri. Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru yang diperoleh, maka timbulah pada diri siswa reorientasi positif terhadap kepribadian dan kehidupannya.7

6

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99-101

7

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h.9

Islam pun memandang pentingnya sebuah konseling di dalam kehidupan manusia seperti yang difirmankan Allah SWT, dalam surat Yunus, ayat 57-58 :

⌦ ⌧

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".8( Q.S. Yunus: 57-58)

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bimbingan dan konseling secara umum adalah proses pemberian tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada klien atau konseli secara sistematis melalui pertemuan tatap muka diantara keduanya, yang dimaksudkan agar konseli dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan dalam melihat dan menemukan masalah yang dialami serta dapat memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta dapat menyesuaikan diri terhadap tuntunan hidup.

Bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengaruh kondisi psikis seseorang terhadap penyesuaian dirinya di rumah atau di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial ataupun pekerjaan.

8

Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Alquran dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponogoro, 2006), cet. 2, h. 215

c. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Menurut Rogers dan Smith, mereka mengatakan bahwa tujuan proses membantu adalah untuk memperlancar dan mempermudah perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan kliennya secara sosial. Untuk dapat memperlancar dan mempermudah pertumbuhan psikologis kliennya helper (konselor) harus memiliki kegairahan produktif dan ingin menghibur orang lainnya.

Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting sekolah maka dapatlah dirumuskan tujuan program layanan bimbingan sebagai berikut, yaitu:

1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam kemajuan di sekolah.

2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab.

3) Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang lain. 4) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

5) Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

6) Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya. 7) Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam

bidang-bidang kehidupan lainnya.9

WS. Winkel membedakan tujuan bimbingan dan konseling dalam dua bagian, yaitu “tujuan sementara dan tujuan akhir”. Tujuan sementara ialah agar seseorang dapat bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir ialah agar seseorang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai

9

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 11

pandangannya sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.10

d. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang menjadi fokus pelayanan yang dimaksud.

Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat, ataupun keuntungan yangdiberikan oleh seorang konselor. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.

Adapun fungsi- fungsi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:11

1) Fungsi Pemahaman

Fungsi pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) danlingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, individu diharapakan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2) Fungsi Pencegahan

Fungsi pencegahan yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

10

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT. Gramedia, 1985), cet. 5, h. 17

11

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 196 – 197

3) Fungsi Pengentasan

Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.12

4) Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.13

5) Fungsi Pengembangan

Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan secara wajar.14

e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

Dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1) Bimbingan harus merupakan bagian integral (terpadu) dari proses pendidikan di sekolah

2) Pelayanan bimbingan dilakukan secara terus menerus

3) Bimbingan dan penyuluhan berpusat pada siswa, artinya harus sesuai dengan kebutuhan siswa

4) Bimbingan tidak bersifat memerintah, melainkan memberikan masukan kepada siswa, dan keputusan terakhir dalam proses bimbingan dintentukan oleh siswa yang dibimbing.

5) Dalam pelaksanaan bimbingan para petugas bimbingan hendaknya mempergunakan berbagai pendekatan dan teknik yang tepat dalam melaksanakan tugasnya.15

12

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 16

13

Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 215

14

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 12

6) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.

7) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan.

8) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.

9) Fungsi bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.

10)Akhirnya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesedihan dan kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri.16

f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pelayanan-pelayanan yang dapat dilaksanakan di sekolah, antara lain sebagai berikut:

1) Layanan Pengumpulan Data

Layanan pengumpulan data yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang peserta didik beserta latar belakangnya.

2) Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik.

3) Layanan Penempatan

15

Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2006), h.21-22

16

Prof. Dr. Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi dan karir), (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2005 ), cet. 2, h. 29-30

Layanan penempatan yaitu layanan untuk membantu peserta didik agar memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik.

4) Layanan Konseling

Layanan konseling yaitu layanan kepada peserta didik yang menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling.

5) Layanan Referal

Layanan referal yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani itu diluar kemampuan dan kewenangan personil atau guru pembimbing di sekolah tersebut.

6) Layanan Penilaian dan Tindak Lanjut

Layanan penilaian dan teknik tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan. Hasil penilaian ini selanjutnya dianalisis dan direncanakan tindak lanjut bimbingan berikutnya.17 Langkah tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan efektif tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan. Langkah ini merupakan langkah membantu siswa (klien) melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau membantu siswa kembali memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalahnya semula.18

g. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling

Bimbingan terhadap anak dilakukan untuk sesuatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tentunya bermacam-macam bentuk bimbingan yang harus diberikan sedemikian rupa , sehingga tujuan tersebut akan tercapai.

17

H. Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, kurikulum 2004, (Jakarta: PT. Grasindo Anggota IKAPI, 2005), cet. 1, h. 19-20

18

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), cet. 1, h. 85-86

Sesuai dengan masalah yang akan dihadapi oleh seorang siswa, maka macam bimbingan dapat dibagi dalam:

1) Bimbingan Pengajaran dan Belajar

Bimbingan pengajaran dan belajar, dengan tujuan memecahkan persoalan berhubung dengan masalah belajar anak sekolah di sekolah dan di luar sekolah

Dengan bimbingan belajar diharapakan siswa melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin, sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.

2) Bimbingan Pendidikan

Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan.19

Bimbingan ini menitikberatkan pemberian bantuan kepada individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk menguasai berbagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang tercantum dalam kurikulum yang sedang berlaku.20

3) Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial bertujuan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sosialnya, sehingga ia mampu mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik.

4) Bimbingan Masalah Pribadi

Bimbingan masalah pribadi bertujuan membantu siswa mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuannya siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya.

5) Bimbingan dalam Menggunakan Waktu Senggang

19

Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 34-35

20

Drs, Juhana Wijaya, Psikologi Bimbingan, (Bandung: PT. ERESCO, 1988),cet. 1, h. 98-99

Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang yaitu bertujuan membantu siswa dalam mengisi waktu senggang, juga dilakukan secara individual, karena setiap siswa mempunyai bakat dan ciri kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda.

Bimbingan diberikan dalam hal pengisian waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang prestasi-prestasi di sekolah maupun di bidang lain dalam pekerjaan dan rekreasi yang sehat serta bermanfaat.

6) Bimbingan Pekerjaan

Bimbingan pekerjaan bertujuan memberikan penerangan mengenai pekerjaan dan tugas-tugas apakah yang tercakup dalam pekerjaan tersebut.

Bagi anak-anak yang sudah meningkat dewasa, perlu diberikan penerangan-penerangan mengenai pekerjaan yang dapat dipilihnya kelak, meliputi macam-macam pekerjaan, tugas-tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan masing-masing.21

h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen (bagian) dari keseluruhan penyelengaraan pendidikan di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai strategi dasar sebagian tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan/pelayanan yang harus diberikan kepada siswa yang bersangkutan yang memiliki masalah. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling ialah suatu proses pemberian bantuan/pelayanan kepada siswa pada setiap jenjang sekolah, dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa dalam rangka mengembangkan pribadinya secara optimal. Sehingga siswa dapat memahami tentang diri, mengarahkan diri, serta perilaku atau

21

Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 36-38

bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Bantuan mana yang diberikan dengan melalui cara-cara yang efektif yang bersumberkan pada ajaran agama serta nilai-nilai agama yang ada pada diri pribadinya.22

Langkah ini pada pokoknya merupakan seperangkat kegiatan yang telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan berkelanjutan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa aspek di antaranya:

a. Persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling

Dalam persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah, langkah-langkah yang harus dilalui diantaranya meliputi:

1) Studi Kelayakan. dalam studi kelayakan perlu dipertimbanglan beberapa aspek diantaranya sarana dan prasarana. Dari hasil pengkajian tersebut beberapa kesimpulan (a)Suatu kegiatan layak diksanakan, b) suatu kegiatan layak dilaksanakan, c) kegiatan layak dilaksanakan.

2) Penyususnan Program. Program bimbingan dan konseling di sekolah di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan berkelanjutan. Setiap tahun ajaran sekolah hendaknya menyusun program bimbingan dan konseling yang selaras dengan program sekolah secara keseluruhan.

3) Penyediaaan fasilitas Bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem akan membutuhkan ruang dan waktu serta perlengkapan. Dalam penerapannya keadaan untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling nini tidak selalu memadai suatu hal yang lumrah pada hampir semua kegiatan. Fasilitas yang perlu disediakan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:

22

Kartini kartono, Bimbingan dan dasar-dasar pelaksanaan, (Cv. Rajawali, 1985), cet. 1, h.6

a) Fasilitas Fisik berupa

1. Menetapkan ruangan khusus untuk keperluan bimbingan dan konseling dari bangunan sekolah yang ada.

2. Memanfaatkan ruang-ruang kegiatan lain untuk

kepentingan bimbingan dan konseling saat tidak dipakai. 3. Memanfaatkan lapangan, halaman atau lahan kosong

sekolah untuk kegiatan bimbingan dan konseling.

4. Menyediakan ruang penyimpanan hasil-hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling.

5. Menyiapkan ruangan sumber bimbingan dan konseling 6. Menetapkan ruang khusus untuk penyuluhan

7. Menyediakan alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan dan konseling yang memadai, seperti papan pengumuman, almari, meja, kursi dan sebagainya

b) Fasilitas teknis. Penyediaan fasilitas teknis meliputi seperti tes psikologi, angket, kuesioner, inventori dan buku paket bimbingan dan konseling dan buku tugas bimbingan dan konseling serta sumber-sumber informasi, seperti: Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI).

c) Penyediaan anggaran. Anggaran yang perlu dipersiapkan di antaranya untuk pos-pos: pembiayaan personil, pengadaan dan pengembangan alat-alat teknik, biaya operasional dan biaya riset.

4) Pengorganisasiaan. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diorganisasikan semua kegiatan bimbingan dan konseling. Pengorganisasian bertujuan mengatur cara kerja, prosedur, kerja, dana pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah ialah kepala

sekolah, koordinator BP beserta guru BP lainnya, wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, pejabat dan tokoh masyarakat, serta unsur-unsur yang terkait.

5) Pertemuan petugas Bimbingan dan Konseling dengan Staf Sekolah yang terkait. Mengadakan pertemuan antara petugas bimbingan dan konseling dengan staf sekolah lainnya yang terkait pihak-pihak yang lain meliputi: pertemuan insidentil, pertemuan rutin, dan pertemuan khusus.

6) Menerapkan instrumen, paket bimbingan dan konseling. Pengadaan instrumen, paket BK dan sumber informasi mengenai bimbingan dan konseling dilakukan dengan cara:

a) Menugaskan pada setiap siswa untuk membeli paket bimbingan dan konseling yang telah diterbitkan oleh penerbit.

b) Menggunakan paket BK yang sama jumlahnya dengan banyak siswa secara mandiri.

c) Mengadakan paket BK terbatas untuk satu atau dua kelas saja (LKS) digandakan sesuai dengan jumlah siswa masih mengenai pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.

d) Menyediakan informasi, seperti informasi mengenai

pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya. e) Instrumen tentang bakat dan minat.

b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa sapek, diantaranya:

1) Layanan informasi, kepada: siswa, guru bidang studi, wali kelas, orang tua/wali, instansi, masyarakat. Layanan informasi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting, karena informasi merupakan suatu proses yang dinamis dalam menuju suatu sasaran pengetahuan, dengan layanan informasi akan secara langsung bisa membantu para siswa untuk memahami

dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya.

2) Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa. Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa adalah merupakan seperangkat kegiatan berupa pengaturan jadwal pemberian tugas kepada siswa sehingga para siswa di sekolah tetap dapat melakukan tugas-tugas intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler, disamping melaksanakan tugas-tugas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

3) Ceramah dari tokoh berkarir. Dalam memberikan informasi tentang karir dapat pula diberikan atau dilakukan dengan mengundang orang-orang atau tokoh-tokoh berkarir tertentu ke sekolah-sekolah untuk memberikan ceramah.

4) Kunjungan pengumpulan informasi di berbagai perusahaan atau pun perguruan tinggi (PTN/PTS) dari lapangan pekerjaan. Kunjungan pengumpulan informasi dapat diartikan sebagai suatu

Dokumen terkait