BAB II KAJIAN TEORITIS
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas penggunaanya. Istilah prestasi belajar diberikan kepada keadaan yang
menggambarkan tentang hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar, sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.
Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing kedua kata tersebut.
Prestasi artinya hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan.23
Prestasi adalah merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang telah dicapai.24
Menurut M. Ngalim Purwanto prestasi adalah merupakan “sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada siswa-siswanya atau dosen kepada mahasiswa-siswanya dalam waktu tertentu”.25
Hilgard mengatakan : “Learning is the prosses by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factory not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan, misalnya perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil belajar.26
Definisi belajar mengandung pengertian bahwa belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.27
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
23
Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454
24
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h.51
25
M. Ngalim purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997),h. 6
26
Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.2, h. 35
27
Drs. Martinis Yamin, M.Pd, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h.99
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.28
Biggs dalam pendahuluan Teaching for learning
mengidentifikasikan belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif.
Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau mutu), ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.29
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu panjang. Selain
28
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h. 2
29
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 90-91
itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.
Dari pengertian-pengertian prestasi dan pengertian-pengertian belajar maka dapat yang disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.
Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap kemampuan kognitif, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah nilai raport siswa.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu:
a. Faktor-Faktor Internal 1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.30
2) Faktor Psikologis a) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya unuk memperoleh sukses.31
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal). Atau sekumpulan objek. Untuk mendapat hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,
30
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.54-55
31
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 134
sehingga is tidak suka lagi untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.32
c) Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkainkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
d) Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sebenarnya setiap orang pasti mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.33 Bakat itu ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.34Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
e) Motiva
belajar.
si
3232
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.56
33
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 135-136
34
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), cet.7, h. 168
Yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Menurut Sartain motivasi yaitu suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.35 Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan m
aan-kebiasan h lingkungan yang memperkuat, jadi, latihan
f)
emperhatikan teknik di faktor fisiolog
s ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak, serta organ tubuh lainnyamemperoleh tenaga kembali.37
elaksanakan kegiatan yang berhubungan menunjang belajar.
Jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu didalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebias
dan pengaru
/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.36
Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa m
is, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar haru
35
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),cet. 12. h. 60
36
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.58
37
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h.57-58
b. Faktor-Faktor Eksternal 1) Faktor
na dan sampai di mana belajar pai oleh anak-anak.
2) Faktor
iknya, turut menentukan hasil belajar yang
3) Faktor
dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadi
dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman
Keluarga
Cara orang tua mndidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya.38Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan denografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.39Suasana keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaima
dialami dan dica
Sekolah
Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak did
dapat dicapai anak.40
Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat
nya.
Pengaruh dari teman bergaul pun siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar
38
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.60
39
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 138
40
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),cet. 12. h.104
bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.41