Silvia Framita, 105011000117
Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat. Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling dewasa ini telah menjadi salah satu pelayanan pendidikan yang dirasakan sangat diperlukan dan sudah merupakan bagian integral dari suatu program institusional yang disajukan di sekolah-sekolah. Melalui pelaksanaan bimbingan ini diharapkan siswa mampu bertindak dan bertingklah laku sesuai dengan tuntunan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Pelaksanaan bimbingan dan konseling bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi oleh guru atau tenaga kependidikan melalui kegiatan ekstra kurikuler dan layanan bimbingan dan konseling yang berkenaan dengan masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik agar perkembangan peserta didik berjalan optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi belajar siswa kelas IX di SMPN 4 Ciputat.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan deskriptif-analisis yang didukung teknik-teknik pengumpulan data dengan teknik pengambilan random sampling dengan bilangan ganjil genap. Jawaban angket tersebut dihitung dengan rumus prosentase kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Kemudian untuk mengetahui tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut data dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product moment.
Dari hasil perhitungan dengan angka korelasi sebesar 0,524 dan dengan df sebesar 90 diperoleh r tabel pada taraf 5% signifikan sebesar 0,207; sedangkan pada taraf 1 % diperoleh r tabel sebesar 0,270. Ternyata rxy (0,524) adalah lebih
besar dari pada r tabel (yang besarnya 0,207 dan 0,270). Karena rxy lebih besar
dari rtabel maka hipotesa alternatif (Ha) diterima dan hipotesa nihil (Ho) ditolak.
Berarti terdapat korelasi yang positif antara variabel X dan variabel Y. Dan korelasi tersebut tergolong korelasi yang sedang/cukup kuat. Kemudian berdasarkan tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel maka diketahui bahwa variabel X memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap variabel Y. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasinya sebesar 27,5%.
Segala puji dan syukur penulis penjatkab kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tanpa ada halangan dan rintangan
yang berarti. Sholawat dan salam semoga Allah tetap melimpahkannya kepada
Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya.
Dalam penelitan skripsi ini tidak begitu banyak kesulitanyang berarti yang
penulis hadapi, hal ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik yang
berupa sumbangan pikiran, motivasi maupun materi. Sehingga penyusunan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IX di SMPN 4 CIPUTAT” telah selesai dengan baik. Selain skripsi ini untuk memenuhi persyaratan akademik meraih gelar sarjana, mudah-mudahan juga dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan
kepada semua pihak, khususnya mereka para akademis untuk menambah
wawasan intelektualnya. Untuk itu dengan ketulusan hati penulis sampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dekan Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, M.A selaku dosen pembimbing
akademik, bapak Drs. Paimun selaku dosen pembimbing dalam penulisan
skripsi ini, dan bapak Dr. Khalimi, MA selaku penguji sidang munaqasah
yang meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan petunjuk
dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis
selesai menyusun skripsi ini.
4. Bapak/ibu dosen dan karyawan/karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru terutama guru mata
pelajaran Agama Islam dan Guru BK serta siswa-siswa SMP Negeri 4
6. Ayahanda Drs. M. Nur Zein, MPd dan Ibunda Titin Sumarni tercinta,
terima kasih yang tak terhingga. Sebuah ucapan terima kasih yang tak
dapat penulis ungkapkan meskipun dengan ungkapan kata-kata terndah.
Yang tak pernah bosan dan henti-hentinya memberikan do’a dan kasih
sayang, materi serta semangat sehingga penulis tetap bisa berdiri tegar
menghadapi segala halangan dan rintangan.
7. Kasihku tercinta Yudi Sulaeman dan adik-adikku tersayang yaitu Alan
Budiman, Khaidar Ar Roni dan Ade Ayu Larassati yang selalu
memberikan dukungan, do’a, semangat dan kebersamaan. Ketulusan hati
kalian membawa kemudahan dan berkah dalam kehidupan penulis.
8. Teman-teman seperjuanganku (PAI C 2005), khususnya Rahma, Rani,
Isty, May, Vivit, Yona, Yayah, Iif, Tami, Echa, Sinta, Adhet, Dian, dan
Cici yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh rekan dan rekanita, dan seluruh pihak yang tak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan
memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam
tulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan apabila di
dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai
hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat
tercapai sesuai dengan apa yang penulis harapkan dan cta-citakan, amiin….
Jakarta, Februari 2010
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Deskripsi Teoritik... 7
1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 7
a. Pengertian Bimbingan... 7
b. Pengertian konseling ... 9
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 12
d. Fungsi Bimbingan dan Konseling... 13
e. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling ... 14
f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling ... 15
g. Jenis-jenis Bimbingan dan konseling... 16
h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 18
2. Prestasi Belajar... 24
a. Pengertian Prestasi Belajar... 24
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 27
3. Siswa ... 32
a. Pengertian Siswa ... 32
C. Hipotesa Penelitian... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41
B. Metode Penelitian ... 41
C. Populasi dan Sampel ... 42
D. Teknik Pengumpulan Data... 42
E. Instrumen Penelitian ... 43
1. Definisi konseptual dan Definisi Operasional... 43
2. Kisi-kisi instrumen Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling ... 44
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 47
1. Teknik Pengolahan Data ... 47
2. Teknik Analisa Data... 48
G. Hipotesa Statistik ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 51
B. Analisa dan interpretasi Data ... 52
1. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Tabel Berdistribusi Frekuensi ... 53
2. Analisa dan Interpretasi Data Dengan Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment... 71
C. Keterbatasan Penelitian... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 82
B. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA...84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel. 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Bimbingan dan Konseling... 44
Tabel. 2 Kisi-kisi Wawancara Bimbingan dan Konseling ... 46 Tabel. 3 Penetapan Skor Untuk Skala Layanan Bimbingan dan Konseling ... 47
Tabel. 4 Interpretasi secara kasar/sederhana ... 49
Tabel. 5 Guru Bimbingan dan Konseling membantu memecahkan masalah
siswa... 52 Tabel. 6 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan dan
konseling secara rutin... 53
Tabel. 7 Guru Bimbingan dan Konseling cepat tanggap dalam membantu
memecahkan masalah siswa... 54
Tabel. 8 Layanan konseling secara perorangan diberikan oleh guru BK
kepada kamu ... 54
Tabel. 9 Bila ada masalah yang tidak terpecahkan saya mengkonsultasikan
kepada guru Bimbingan dan Konseling ... 55
Tabel. 10 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan pula
bimbingan secara kelompok... 56
Tabel. 11 Guru Bimbingan dan Konseling menyelenggarakan bimbingan
belajar... 56
Tabel. 12 Setelah mendapat bimbingan belajar, saya lebih mudah memahami
pelajaran ... 57
Tabel. 13 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan informasi tentang
cara belajar yang baik... 58
Tabel. 14 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan bagaimana cara
mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata
pelajaran tertentu... 58
Tabel. 15 Pada waktu-waktu tertentu guru Bimbingan dan Konseling
mengadakanperlombaan mengenai bakat masing-masing siswa ... 59
Tabel. 16 Layanan Bimbingan dan Konseling kepada siswa dilakukan secara
tuntas dan berkesinambungan ... 60
konseling menggunakan ruangan khusus... 61
Tabel. 19 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara
meningkatkan motivasi belajar kepada siswa ... 62
Tabel. 20 Guru Bimbingan dan Konseling menjelaskan cara-cara memahami
diri (kemampuan, bakat, minat belajar) ... 63
Tabel. 21 Pada awal tahun pelajaran di sekolah diadakan MOS (Masa
Orientasi Siswa) ... 64
Tabel. 22 Dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah, terdapat
layanan kunjungan ke rumah ... 64
Tabel. 23 Menjelang kelulusan di sekolah disediakan informasi tentang
sekolah menengah atas oleh guru bimbingan dan konseling ... 65
Tabel. 24 Dalam pemecahan masalah siswa guru Bimbingan dan Konseling
bekerja sama dengan pihak orang tua (wali murid) ... 66
Tabel. 25 Guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi/memecahkan
masalah, memberikan kesempatan kepada siswa menentukan
caranya sendiri ... 67
Tabel. 26 Guru Bimbingan dan Konseling pernah melakukan himpunan
data/menggali keterangan untuk keperluan pengembangan siswa.... 68
Tabel. 27 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan bimbingan tentang
cara mengerjakan tugas dengan baik... 68
Tabel. 28 Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan
pembelajaran mengenai pola hidup sederhana yang sehat dan
gotong royong ... 69
Tabel. 29 Guru Bimbingan dan Konseling pernah memberikan arahan
tentang cita-cita yang kamu inginkan ... 70
Tabel. 30 Dalam rangka meningkatkan mutu, BK meminta informasi kepada
siswa tentang pelayanan bimbingan dan konseling selama ini ... 71
Tabel. 33 Perhitungan untuk memperoleh angka indeks korelasi antara Variabel X dan Variabel Y... 75
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menghasilkan putra
putri bangsa yang cerdas dan berkompeten dalam setiap bidang yang
ditekuninya. Selain itu juga menghasilkan perubahan-perubahan yang positif
dalam pribadi siswa menuju kedewasaan, baik dalam tingkah laku, sikap
maupun cara berpikirnya.
Sekolah atau lembaga pendidikan sebagaimana telah diketahui
bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi
formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah. Di tinjau
dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dikemukakan bahwa : “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
sdemokratis serta bertanggung jawab”.1
1
UURI, SISDIKNAS, (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003) h.12
Setiap anak di Indonesia, berhak untuk mendapatkan pendidikan dan
pembelajaran. Karena belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan.2
Akan tetapi apabila dilihat dari kenyataannya banyak sekali anak-anak
Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan yang pantas. Sekali pun ada,
masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan juga
kekurangan-kekurangan diberbagai aspek, yang hal tersebut akan mempengaruhi siswa
dalam pelaksanaan proses belajarnya. Kekurangan-kekurangan itu meliputi
segi intelektual latar belakang keluarga, fisik, cara atau metode belajar yang
digunakan agar lebih cepat memahami pelajaran, maupun dalam hal
menyalurkan bakat, minat dan kemampuan siswa itu sendiri.
Setiap manusia satu dengan lainnya tidak sama, baik dalam sifat
maupun kemampuannya. Ada yang sanggup mengatasi persoalan tanpa
bantuan pihak lain, tapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi
persoalan bila tidak dibantu orang lain. Begitu pula antara siswa yang satu
dengan yang lainnya pasti mempunyai sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda, sehingga menimbulkan prestasi yang berbeda pula.
Keberhasilan belajar merupakan salah satu faktor yang menjadi tujuan
utama dari keseluruhan proses pembelajaran di lembaga pendidikan.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran merupakan tolak ukur terhadap
kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai
mata pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk penilaian hasil belajar dalam
sebuah buku laporan hasil pendidikan (rapor).
Keberhasilan belajar juga didukung oleh faktor yang berasal dari
dalam diri anak (internal) dan dari luar diri anak (ekternal).3Namun, keberhasilan belajar tersebut dapat terhambat dikarenakan masalah-masalah
yang belum ada jalan keluarnya. Oleh karena itu sekolah sebagai suatu
2
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h.89
3
lembaga pendidikan harus mampu menjembatani dan membantu siswanya
untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapinya, demi tercapainnya
keberhasilan dalam proses belajar mengajar, karena setiap siswa memiliki
pribadi yang berbeda, dan tidak semua mampu menanggung dan
menyelesaikan masalahnya sendiri.
Proses pembelajaran dapat diartikan bukan hanya mentransformasikan
ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman dan keterampilan kepada peserta
didik, melainkan juga menggali, mengarahkan dan membina seluruh potensi
yang ada dalam peserta didik, sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Proses
pembelajaran tersebut harus berjalan dengan baik dan efektif yaitu proses
pembelajaran yang menyenangkan, menggembirakan, bergairah, penuh
motivasi tidak membosankan serta menciptakan kesan yang baik pada diri
peserta didik. Untuk mewujudkan keadaan yang demikian itu, maka proses
pembelajaran harus disertai dengan memelihara motivasi,
kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, tujuan-tujuan, kesedihan-kesedihan dan
perbedaan-perbedaan perseorangan di antara peserta didik.4
Salah satu sarana untuk membantu siswa memecahkan masalahnya
adalah dengan mengadakan program Bimbingan dan Konseling di sekolah,
agar setiap siswa yang bermasalah dapat diketahui penyebabnya sehingga
dengan demikian siswa dapat terbantu.
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu,
agar ia memahami kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahannya
serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efekif di dalam
menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidupnya secara bertanggung
jawab.
Dalam hubungannya dengan pendidikan bimbingan merupakan bagian
integral dalam program pendidikan dan merupakan pelengkap bagi semua segi
pendidikan. Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan
efisien, dalam arti cepat, mudah dan efektif. Sesuai dengan perumusan di atas,
4
bimbingan memilih bidang masalah yang dihadapi atau yang dialami oleh
individu sebagai bidang operasinya.5
Diantara peran bimbingan dan konseling dalam bidang pendidikan
dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk
mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan
kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam
pengembangan kompetensi akademis dan profesional sesuai dengan bidang
yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.6
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
program Bimbingan dan Konseling sangat penting dan diperlukan untuk
membantu siswa mencapai tingkat perkembangan yang optimal, sesuai dengan
kemampuan dan dapat mengatasi segala kesulitan yang dihadapinya, agar
proses belajar dapat berjalan dengan lancar dan tercapai dengan baik.
Atas dasar itulah, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan
judul:
“PENGARUH PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP N 4 CIPUTAT”
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Permasalahan – permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi, yaitu:
a. Program layanan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat
b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.
c. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
d. Hambatan-hambatan pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N
4 Ciputat.
e. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi
belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
5
Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-Dasar Pelaksanaannya, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985),cet.1, h. 103
6
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa permasalahan tersebut, penulis membatasinya
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4 Ciputat.
b. Prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
c. Pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap prestasi
belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
d. Pelakanaan pelayanan bimbingan dan konseling difokuskan pada kelas
3 di SMP N 4 Ciputat.
3. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini yaitu :
a. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan konseling yang diberikan
di SMP N 4 Ciputat?
b. Bagaimana prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?
c. Adakah pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap
prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang
ingin diperoleh penulis dari skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP N 4
Ciputat.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa di SMP N 4 Ciputat.
c. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan bimbingan dan konseling
terhadap prestasi belajar di SMP N 4 Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi pemikiran
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi inspirasi baru yang
mendorong penulis untuk menindaklanjuti penelitian tersebut sehingga
dapat diupayakan wujud nyatanya.
c. Semoga penelitian ini dapat menjadi masukan untuk SMP N 4 Ciputat
khususnya, atau sekolah lain pada umumnya, sehingga dapat
diupayakan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari
“guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah
istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to
direct), (2) memadu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4)
menyetir (to steer).1
Menurut Arthur J. Jones, et. al, 1970 tentang bimbingan yang
dikutip oleh Drs. Dewa Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat
diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam
memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu
penerimanya (siswa atau klien) untuk dapat bertumbuh dan
berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri.2
1
Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 5
2
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8
Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif,
sebaliknya pernuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi oleh
orang-orang sekelilingnya.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
Imran ayat 159:3
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Al-Imran: 159)
Ayat di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa sebuah
bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan,
melainkan dengan lemah lembut, penuh penghayatan, dan pendekatan
kemanusiaan, yang pada akhirnya tumbuh kesadaran dan tanggung
jawab pada diri klien.
Definisi bimbingan dalam proses pendidikan, menurut Abu
Ahmadi dan Ahmad Rohani bahwa bimbingan dalam proses
pendidikan adalah proses memberikan bantuan kepada siswa agar ia
sebagai pribadi memiliki pemahaman yang benar tentang dirinya
pribadi dan dunia sekitarnya, dan dapat mengambil keputusan untuk
3
melangkah lebih maju secara optimal dalam perkembangannya dan
dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.4
Definisi bimbingan yang dikemukakan oleh Mortensen dan
Schmuller, 1976 yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed
dan Drs. Erman Amti, “Bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai
bagian dari keseluruhan pendidikan yang membantu meyediakan
kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli dengan cara
mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan
dan kesanggupannya sepenuh-penuhnya sesuai dengan ide-ide
demokratis”5
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan
kepada siswa agar siswa mampu membuat pilihan-pilihan secara
bijaksana dan mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, serta
siswa dapat mengenal, memahami, menerima dirinya sendiri secara
positif dan konstruktif terhadap tuntutan kehidupan sehingga mencapai
kehidupan yang bermakna baik secara personal maupun sosial dalam
pengembangan dirinya secara optimal.
b. Pengertian Konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin,
yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang
dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam
bahasa Anglo- Saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang
berarti “menyerahkan” atau “menyimpulkan”.
Konseling menurut Tolbert, 1959 yaitu “bahwa konseling
adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua
4
Abu Ahmadi dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. 1, h. 6
5
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar”.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang
dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi
untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli
dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.6
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang
bersifat membantu. Makna bantu di sini yaitu sebagai upaya untuk
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya
sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas
konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan klien.
Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas
hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor,
kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam
menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud, 1983: 14)
menyatakan bahwa tujuan konseling adalah membantu siswa menjadi
lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa
maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa
dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensinya sendiri.
Persepsi dan wawasan siswa berubah, dan akibat dari wawasan baru
yang diperoleh, maka timbulah pada diri siswa reorientasi positif
terhadap kepribadian dan kehidupannya.7
6
Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 99-101
7
Islam pun memandang pentingnya sebuah konseling di dalam
kehidupan manusia seperti yang difirmankan Allah SWT, dalam surat
Yunus, ayat 57-58 :
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".8( Q.S. Yunus: 57-58)
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pengertian bimbingan dan konseling secara umum adalah proses
pemberian tuntunan, bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh
pembimbing atau konselor kepada klien atau konseli secara sistematis
melalui pertemuan tatap muka diantara keduanya, yang dimaksudkan agar
konseli dapat mengembangkan kemampuan atau kecakapan dalam melihat
dan menemukan masalah yang dialami serta dapat memecahkan
masalahnya sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya serta dapat
menyesuaikan diri terhadap tuntunan hidup.
Bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan hal-hal yang
berkaitan dengan pengaruh kondisi psikis seseorang terhadap penyesuaian
dirinya di rumah atau di sekolah, serta kaitannya dengan kontak sosial
ataupun pekerjaan.
8
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Menurut Rogers dan Smith, mereka mengatakan bahwa tujuan
proses membantu adalah untuk memperlancar dan mempermudah
perkembangan dan pertumbuhan psikologis terhadap kematangan kliennya
secara sosial. Untuk dapat memperlancar dan mempermudah pertumbuhan
psikologis kliennya helper (konselor) harus memiliki kegairahan produktif
dan ingin menghibur orang lainnya.
Apabila dihubungkan dengan tujuan bimbingan dalam setting
sekolah maka dapatlah dirumuskan tujuan program layanan bimbingan
sebagai berikut, yaitu:
1) Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam
kemajuan di sekolah.
2) Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan
informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung
jawab.
3) Mewujudkan penghargaan terhadap diri orang lain.
4) Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.
5) Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
6) Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
7) Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam
bidang-bidang kehidupan lainnya.9
WS. Winkel membedakan tujuan bimbingan dan konseling dalam
dua bagian, yaitu “tujuan sementara dan tujuan akhir”. Tujuan sementara
ialah agar seseorang dapat bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi
hidupnya sekarang ini. Tujuan akhir ialah agar seseorang mampu
mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai
9
pandangannya sendiri, dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko
dari tindakan-tindakan yang dilakukannya.10
d. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia,
berbagai pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing
pelayanan itu berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan
memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan
perkembangan dan kehidupan itu, khususnya dalam bidang tertentu yang
menjadi fokus pelayanan yang dimaksud.
Fungsi suatu pelayanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan,
manfaat, ataupun keuntungan yangdiberikan oleh seorang konselor. Suatu
pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan
kegunaan ataupun tidak memberikan manfaat atau keuntungan tertentu.
Adapun fungsi- fungsi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:11
1) Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu membantu peserta didik (siswa) agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) danlingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman
ini, individu diharapakan mampu mengembangkan potensi dirinya
secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara
dinamis dan konstruktif.
2) Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan yaitu upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya
untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada
siswa tentang cara menghindari diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya.
10
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, ( Jakarta: PT. Gramedia, 1985), cet. 5, h. 17
11
3) Fungsi Pengentasan
Fungsi pengentasan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir.12
4) Fungsi Pemeliharaan
Fungsi pemeliharaan yaitu memelihara segala sesuatu yang
baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan
maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.13
5) Fungsi Pengembangan
Fungsi pengembangan yaitu fungsi bimbingan dalam
membantu siswa untuk melampaui proses dan fase perkembangan
secara wajar.14
e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan perlu diperhatikan
hal-hal berikut:
1) Bimbingan harus merupakan bagian integral (terpadu) dari proses
pendidikan di sekolah
2) Pelayanan bimbingan dilakukan secara terus menerus
3) Bimbingan dan penyuluhan berpusat pada siswa, artinya harus sesuai
dengan kebutuhan siswa
4) Bimbingan tidak bersifat memerintah, melainkan memberikan
masukan kepada siswa, dan keputusan terakhir dalam proses
bimbingan dintentukan oleh siswa yang dibimbing.
5) Dalam pelaksanaan bimbingan para petugas bimbingan hendaknya
mempergunakan berbagai pendekatan dan teknik yang tepat dalam
melaksanakan tugasnya.15
12
Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntuka Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 1, h. 16
13
Prof. Dr. H. Prayitno, M. Sc. Ed dan Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet. 2, h. 215
14
6) Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang
dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
7) Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga
alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar
pandangan bimbingan.
8) Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik dibutuhkan pengertian
yang mendalam mengenai orang yang dibimbing.
9) Fungsi bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat
memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang
dialaminya, yang hasilnya dapat berupa kemajuan daripada
keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
10)Akhirnya yang tidak boleh dilupakan ialah bahwa berhasil atau
tidaknya sesuatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang
yang minta tolong itu sendiri, pada kesedihan dan kesanggupan dan
proses-proses yang terjadi dalam diri orang itu sendiri.16
f. Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Pelayanan-pelayanan yang dapat dilaksanakan di sekolah, antara
lain sebagai berikut:
1) Layanan Pengumpulan Data
Layanan pengumpulan data yaitu kegiatan dalam bentuk pengumpulan
data, pengolahan dan penghimpunan berbagai informasi tentang
peserta didik beserta latar belakangnya.
2) Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan yang memberikan sejumlah informasi
kepada peserta didik.
3) Layanan Penempatan
15
Drs. H. Paimun, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Universitas Islam Negeri, 2006), h.21-22
16
Layanan penempatan yaitu layanan untuk membantu peserta didik agar
memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta
didik.
4) Layanan Konseling
Layanan konseling yaitu layanan kepada peserta didik yang
menghadapi masalah-masalah pribadi melalui teknik konseling.
5) Layanan Referal
Layanan referal yaitu layanan untuk melimpahkan kepada pihak lain
yang lebih mampu dan berwenang, apabila masalah yang ditangani itu
diluar kemampuan dan kewenangan personil atau guru pembimbing di
sekolah tersebut.
6) Layanan Penilaian dan Tindak Lanjut
Layanan penilaian dan teknik tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai
keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus secara
tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk menilai keberhasilan
program pendidikan secara keseluruhan. Hasil penilaian ini selanjutnya
dianalisis dan direncanakan tindak lanjut bimbingan berikutnya.17 Langkah tindak lanjut adalah merupakan suatu langkah penentuan
efektif tidaknya suatu usaha penyuluhan yang telah dilaksanakan.
Langkah ini merupakan langkah membantu siswa (klien) melakukan
program kegiatan yang dikehendaki atau membantu siswa kembali
memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan
masalahnya semula.18
g. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Bimbingan terhadap anak dilakukan untuk sesuatu tujuan tertentu
yang ingin dicapai. Tentunya bermacam-macam bentuk bimbingan yang
harus diberikan sedemikian rupa , sehingga tujuan tersebut akan tercapai.
17
H. Achmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudianto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA, kurikulum 2004, (Jakarta: PT. Grasindo Anggota IKAPI, 2005), cet. 1, h. 19-20
18
Sesuai dengan masalah yang akan dihadapi oleh seorang siswa,
maka macam bimbingan dapat dibagi dalam:
1) Bimbingan Pengajaran dan Belajar
Bimbingan pengajaran dan belajar, dengan tujuan memecahkan
persoalan berhubung dengan masalah belajar anak sekolah di sekolah
dan di luar sekolah
Dengan bimbingan belajar diharapakan siswa melakukan
penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin, sesuai
dengan kemampuan-kemampuan yang ada padanya.
2) Bimbingan Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan.19 Bimbingan ini menitikberatkan pemberian bantuan kepada
individu siswa dalam usahanya mencapai keberhasilan untuk
menguasai berbagai mata pelajaran dan nilai-nilai yang tercantum
dalam kurikulum yang sedang berlaku.20
3) Bimbingan Sosial
Bimbingan sosial bertujuan membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan dalam kehidupan sosialnya, sehingga ia mampu
mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik.
4) Bimbingan Masalah Pribadi
Bimbingan masalah pribadi bertujuan membantu siswa
mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuannya
siswa untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek
perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik
pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya.
5) Bimbingan dalam Menggunakan Waktu Senggang
19
Drs. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1987), cet. 5, h. 34-35
20
Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang yaitu
bertujuan membantu siswa dalam mengisi waktu senggang, juga
dilakukan secara individual, karena setiap siswa mempunyai bakat dan
ciri kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda.
Bimbingan diberikan dalam hal pengisian waktu senggang
dengan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang prestasi-prestasi di
sekolah maupun di bidang lain dalam pekerjaan dan rekreasi yang
sehat serta bermanfaat.
6) Bimbingan Pekerjaan
Bimbingan pekerjaan bertujuan memberikan penerangan
mengenai pekerjaan dan tugas-tugas apakah yang tercakup dalam
pekerjaan tersebut.
Bagi anak-anak yang sudah meningkat dewasa, perlu diberikan
penerangan-penerangan mengenai pekerjaan yang dapat dipilihnya
kelak, meliputi macam-macam pekerjaan, tugas-tugas dan tanggung
jawab dalam pekerjaan masing-masing.21
h. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan salah satu
komponen (bagian) dari keseluruhan penyelengaraan pendidikan di
sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai strategi dasar
sebagian tempat berpijak bagi pelaksanaan bantuan/pelayanan yang harus
diberikan kepada siswa yang bersangkutan yang memiliki masalah.
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa pelaksanaan bimbingan dan
konseling ialah suatu proses pemberian bantuan/pelayanan kepada siswa
pada setiap jenjang sekolah, dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi siswa
dalam rangka mengembangkan pribadinya secara optimal. Sehingga siswa
dapat memahami tentang diri, mengarahkan diri, serta perilaku atau
21
bersikap sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Bantuan mana yang diberikan dengan melalui cara-cara yang
efektif yang bersumberkan pada ajaran agama serta nilai-nilai agama yang
ada pada diri pribadinya.22
Langkah ini pada pokoknya merupakan seperangkat kegiatan yang
telah diprogramkan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan
berkelanjutan. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi
beberapa aspek di antaranya:
a. Persiapan penyusunan program bimbingan dan konseling
Dalam persiapan penyusunan program bimbingan dan
konseling di sekolah, langkah-langkah yang harus dilalui diantaranya
meliputi:
1) Studi Kelayakan. dalam studi kelayakan perlu dipertimbanglan beberapa aspek diantaranya sarana dan prasarana. Dari hasil
pengkajian tersebut beberapa kesimpulan (a)Suatu kegiatan layak
diksanakan, b) suatu kegiatan layak dilaksanakan, c) kegiatan layak
dilaksanakan.
2) Penyususnan Program. Program bimbingan dan konseling di sekolah di laksanakan secara terpadu, menyeluruh, terencana dan
berkelanjutan. Setiap tahun ajaran sekolah hendaknya menyusun
program bimbingan dan konseling yang selaras dengan program
sekolah secara keseluruhan.
3) Penyediaaan fasilitas Bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai suatu sistem akan membutuhkan ruang dan
waktu serta perlengkapan. Dalam penerapannya keadaan untuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling nini tidak selalu memadai
suatu hal yang lumrah pada hampir semua kegiatan. Fasilitas yang
perlu disediakan dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan
konseling adalah:
22
a) Fasilitas Fisik berupa
1. Menetapkan ruangan khusus untuk keperluan bimbingan
dan konseling dari bangunan sekolah yang ada.
2. Memanfaatkan ruang-ruang kegiatan lain untuk
kepentingan bimbingan dan konseling saat tidak dipakai.
3. Memanfaatkan lapangan, halaman atau lahan kosong
sekolah untuk kegiatan bimbingan dan konseling.
4. Menyediakan ruang penyimpanan hasil-hasil pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
5. Menyiapkan ruangan sumber bimbingan dan konseling
6. Menetapkan ruang khusus untuk penyuluhan
7. Menyediakan alat-alat perlengkapan ruangan bimbingan
dan konseling yang memadai, seperti papan pengumuman,
almari, meja, kursi dan sebagainya
b) Fasilitas teknis. Penyediaan fasilitas teknis meliputi seperti tes
psikologi, angket, kuesioner, inventori dan buku paket
bimbingan dan konseling dan buku tugas bimbingan dan
konseling serta sumber-sumber informasi, seperti: Klasifikasi
Jabatan Indonesia (KJI).
c) Penyediaan anggaran. Anggaran yang perlu dipersiapkan di
antaranya untuk pos-pos: pembiayaan personil, pengadaan dan
pengembangan alat-alat teknik, biaya operasional dan biaya
riset.
4) Pengorganisasiaan. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah perlu diorganisasikan semua kegiatan bimbingan dan
konseling. Pengorganisasian bertujuan mengatur cara kerja,
prosedur, kerja, dana pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan
bimbingan dan konseling. Unsur-unsur yang terlibat dalam
sekolah, koordinator BP beserta guru BP lainnya, wali kelas, guru
mata pelajaran, orang tua, pejabat dan tokoh masyarakat, serta
unsur-unsur yang terkait.
5) Pertemuan petugas Bimbingan dan Konseling dengan Staf Sekolah
yang terkait. Mengadakan pertemuan antara petugas bimbingan
dan konseling dengan staf sekolah lainnya yang terkait pihak-pihak
yang lain meliputi: pertemuan insidentil, pertemuan rutin, dan
pertemuan khusus.
6) Menerapkan instrumen, paket bimbingan dan konseling.
Pengadaan instrumen, paket BK dan sumber informasi mengenai
bimbingan dan konseling dilakukan dengan cara:
a) Menugaskan pada setiap siswa untuk membeli paket bimbingan
dan konseling yang telah diterbitkan oleh penerbit.
b) Menggunakan paket BK yang sama jumlahnya dengan banyak
siswa secara mandiri.
c) Mengadakan paket BK terbatas untuk satu atau dua kelas saja
(LKS) digandakan sesuai dengan jumlah siswa masih mengenai
pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.
d) Menyediakan informasi, seperti informasi mengenai
pendidikan, perguruan tinggi dan sebagainnya.
e) Instrumen tentang bakat dan minat.
b. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
meliputi beberapa sapek, diantaranya:
1) Layanan informasi, kepada: siswa, guru bidang studi, wali kelas,
orang tua/wali, instansi, masyarakat. Layanan informasi dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling memegang peranan penting,
karena informasi merupakan suatu proses yang dinamis dalam
menuju suatu sasaran pengetahuan, dengan layanan informasi akan
dirinya dalam kaitannya dengan dunia kerja, pendidikan, sosial dan
masalah-masalah kemasyarakatan lainnya.
2) Pengaturan jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa. Pengaturan
jadwal kegiatan pelaksanaan tugas siswa adalah merupakan
seperangkat kegiatan berupa pengaturan jadwal pemberian tugas
kepada siswa sehingga para siswa di sekolah tetap dapat
melakukan tugas-tugas intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler, disamping melaksanakan tugas-tugas dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.
3) Ceramah dari tokoh berkarir. Dalam memberikan informasi tentang
karir dapat pula diberikan atau dilakukan dengan mengundang
orang-orang atau tokoh-tokoh berkarir tertentu ke sekolah-sekolah
untuk memberikan ceramah.
4) Kunjungan pengumpulan informasi di berbagai perusahaan atau
pun perguruan tinggi (PTN/PTS) dari lapangan pekerjaan.
Kunjungan pengumpulan informasi dapat diartikan sebagai suatu
bentuk kegiatan mendapatkan berbagai keterangan yang
bersangkut paut dengan kehidupan, dunia kerja, pendidikan, dan
instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang dikunjungi.
5) Membuat peta dunia kerja di lingkungan daerahnya. Kegiatan
dalam pelaksanaan penyusunan program bimbingan karir di
sekolah-sekolah kiranya terlebih dahulu perlu dibuat peta dunia
kerja.
6) Konsultasi/konseling. Konseling yang dimaksud disini ialah suatu
proses pemberian bantuan kepada siswa secara individu agar dapat
memilih program studinya di sekolah secara tepat. Konseling
merupakan teknik bimbingan yang dilaksanakan memulai
c. Program penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling
Penilaian dan tindak lanjut dalam bimbingan dan konseling
adalah seperangkat kegiatan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam upaya untuk mengatasi
berbagai bentuk hambatan yang dihadapi dan dijumpai dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Kegiatan penilaian dan tindak
lanjut dalam bimbingan dan konseling meliputi:
1) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di kelas dan
tindak lanjutnya, meliputi:
a) Menilai sampai seberapa jauh para siswa mampu memilih
secara tepat program studi pilihan yang sesuai dengan minat
dan bakatnya.
b) Menilai sampai seberapa jauh siswa memiliki motivasi untuk
berprestasi.
c) Mengadakan follow-up studies terhadap lulusan, terutama berkaitan dengan kelanjutan studi dan proses memasuki dan
mengembangkan karirnya.
d) Membuat kemungkinan-kemungkinan perbaikan program
bimbingan dan konseling.
2) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di ruang
bimbingan dan tindak lanjutnya, diantaranya:
a) Menilai seberapa jauh dilaksanakan koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
b) Menilai keberhasilan mekanisme kerja antara pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c) Menilai seberapa banyak data-data siswa yang telah terkumpul,
diolah, dan bermanfaat dalam menunjang pelaksanaan
bimbingan dan konseling.
d) Menilai keberhasilan penyusunan program bimbingan dan
konseling baik yang dilaksanakan di kelas maupun di luar
e) Mengadakan follow-up studies terhadap pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah disusun.
f) Mengadakan kemungkinan perbaikan program.
3) Penilaian hasil kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah
dan tindak lanjut, diantaranya:
a) Menilai sampai seberapa jauh dapat dikumpulkannya
informasi-informasi yang dalam kegiatan bimbingan dan
konseling.
b) Menilai hasil-hasil kegiatan siswa yang telah terkumpul berupa
laporan kegiatan.
c) Menilai sampai seberapa jauh sekolah dapat melaksanakan
orientasi atau latihan kerja bagi para siswa di
instansi/masyarakat.
d) Memonitoring terhadap siswa yang melakukan orientasi atau
latihan kerja.
e) Menilai sampai seberapa jauh dalam dimanfaatkannya sumber
yang tersedia di masyarakat.
4) Penilaian program bimbingan dan konseling secara keseluruhan
dan tindak lanjutnya. Kegiatan tersebut merupakan seperangkat
kegiatan untuki mengetahui sampai seberapa jauh tingkat
keberhasilan keseluruhan bimbingan dan konseling dan
usaha-usaha untuk mengatasinya. Biasanya penilaian dan tindak lanjutnya
diselenggarakan pada akhir masa program.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan istilah yang sudah lazim dalam dunia
pendidikan, meskipun ini merupakan predikat yang masih umum dan luas
menggambarkan tentang hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar,
sehingga arti prestasi belajar tidak bisa dipisahkan dari pengertian belajar.
Oleh karena itu, akan dikemukakan pengertian dari masing-masing
kedua kata tersebut.
Prestasi artinya hasil yang telah dicapai dari yang telah
dilakukan.23
Prestasi adalah merupakan suatu bukti keberhasilan usaha yang
telah dicapai.24
Menurut M. Ngalim Purwanto prestasi adalah merupakan “sesuatu
yang digunakan untuk menilai hasil belajar yang diberikan kepada
siswa-siswanya atau dosen kepada mahasiswa-siswanya dalam waktu tertentu”.25
Hilgard mengatakan : “Learning is the prosses by which an activity originates or is changed through training procedures (Whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factory not attributable to training”. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah
dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari
perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang termasuk latihan, misalnya
perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk hasil
belajar.26
Definisi belajar mengandung pengertian bahwa belajar adalah
perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui
pengamatan, pendengaran, membaca dan meniru.27
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
23
Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454
24
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h.51
25
M. Ngalim purwanto, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Nasco, 1997),h. 6
26
Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.2, h. 35
27
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.28
Biggs dalam pendahuluan Teaching for learning
mengidentifikasikan belajar dalam 3 macam rumusan, yaitu: rumusan
kuantitatif; rumusan institusional; rumusan kualitatif.
Secara kualitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta
sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa
atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang
menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai dengan proses
mengajar.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (ditinjau mutu), ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.29
Dari berbagai pengertian belajar di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik. Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif
menetap, harus merupakan akhir dari pada proses waktu panjang. Selain
28
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h. 2
29
itu, belajar juga merupakan proses perubahan dan kecakapan pada diri
individu yang disadari, bukan dari hasil proses yang tidak disadari.
Dari pengertian-pengertian prestasi dan pengertian-pengertian
belajar maka dapat yang disimpulkan yang dimaksud prestasi belajar
adalah hasil yang telah dicapai secara optimal selama berlangsungnya
mekanisme belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar yang
diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat
berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa.
Prestasi belajar dapat diketahui dari penilaian guru terhadap hasil
belajar siswa. Penilaian tersebut dapat berbentuk penilaian terhadap
kemampuan kognitif, afeksi dan psikomotorik siswa, tes harian, tes semester, dan ujian akhir. Prestasi belajar yang dimaksud di sini adalah
nilai raport siswa.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah
laku dan atau kecakapan. Sampai di manakah perubahan itu dapat tercapai
atau dengan kata lain, berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung
kepada bermacam-macam faktor.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
belajar, yaitu:
a. Faktor-Faktor Internal 1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara
selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja,
b) Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa
yang cacat belajarnya juga tergantung. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.30
2) Faktor Psikologis a) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
Intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja,
melaikan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak
dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan
belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya
untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya unuk
memperoleh sukses.31
b) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu
objek (benda/hal). Atau sekumpulan objek. Untuk mendapat
hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang akan dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan,
30
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.54-55
31
sehingga is tidak suka lagi untuk belajar. Agar siswa dapat
belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu
sesuai dengan hobi atau bakatnya.32
c) Minat
Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama
ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa
menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainya. Kemudian,
karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi
itulah yang memungkainkan siswa tadi untuk belajar lebih giat,
dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
d) Bakat
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Sebenarnya setiap orang pasti mempunyai
bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.33 Bakat itu ditinjau terutama dari segi kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung
kepada latihan mengenai hal tersebut.34Dengan demikian, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
e) Motiva
belajar.
si
3232
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.56
33
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 135-136
34
Yang dimaksud dengan motivasi adalah segala sesuatu
yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu. Menurut Sartain motivasi yaitu suatu pernyataan yang
kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah
laku/ perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.35 Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai
motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan
dan m
aan-kebiasan
h lingkungan yang memperkuat, jadi,
latihan
f)
emperhatikan teknik di faktor
fisiolog
s ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada
mata, otak, serta organ tubuh lainnyamemperoleh tenaga
kembali.37
elaksanakan kegiatan yang berhubungan menunjang
belajar.
Jelaslah bahwa motif yang kuat sangat perlu didalam
belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat
dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebias
dan pengaru
/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.36
Cara Belajar
Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian
hasil belajarnya. Belajar tanpa m
is, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh
hasil yang kurang memuaskan.
Ada orang yang sangat rajin belajar, siang dan malam
tanpa istirahat yang cukup. Cara belajar seperti ini tidak baik.
Belajar haru
35
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997),cet. 12. h. 60
36
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.58
37
b. Faktor-Faktor Eksternal 1) Faktor
na dan sampai di mana belajar
pai oleh anak-anak.
2) Faktor
iknya, turut menentukan hasil belajar yang
3) Faktor
dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadi
dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman
Keluarga
Cara orang tua mndidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya.38Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan denografi keluarga
(letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh
siswa.39Suasana keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaima
dialami dan dica
Sekolah
Dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki
guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu
kepada anak-anak did
dapat dicapai anak.40
Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga
berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa dalam
masyarakat
nya.
Pengaruh dari teman bergaul pun siswa lebih cepat masuk
dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar
38
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.60
39
Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. 2, h. 138
40
bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta
pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana.41
3. Siswa
a. Pengertian Siswa
Siswa adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak
sebagai pelaku pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang
dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
Menurut Abu Ahmadi siswa adalah Seseorang yang tidak
bergantung pada orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang
menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, juga mempunyai sifat
dan keinginan sendiri.42
Dalam kamus umum bahasa Indonesia pengertian siswa adalah
murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah.43
Siswa dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah
setiap siswa yang belajar di sekolah. Departemen Pendidikan Nasional
(2003) menegaskan bahwa, siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Peserta didik/siswa usia SMP adalah semua anak yang berada
pada rentang usia sekitar 13-15 tahun yang sedang berada dalam jenjang
pendidikan SMP.44
Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan siswa adalah setiap
manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan
tertentu.
41
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), cet. 4, h.69-70
42
http//fatahwarteg.wordpress. com
43
Drs. Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2S, 1996), cet. 1, h. 454
44
b. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan, masa ini merupakan masa
transisi menuju dunia orang dewasa. Pada umumnya mereka masih belajar
di bangku sekolah menengah.45
Menurut Dr. Zakiah Daradjat remaja adalah suatu masa dan umur
manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga
membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada dewasa.
Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan
manusia, yaitu jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Biasanya
dimulai dengan perubahan jasmani yang menyangkut segi-segi seksuil,
biasanya terjadi pada umur antara 13-14 tahun. Perubahan itu disertai atau
diiringi oleh perubahan-perubahan lain yang berjalan sampai umur 20
tahun. Karena itulah maka masa remaja itu dapat dianggap terjadi antara
umur 13-20 tahun.46
Kemudian menurut Steinberg, remaja (adolescene) berasal dari
kata latin yang diperoleh dari kata kerja adolescene, yang berarti untuk
tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Lebih lanjut ia menjelaskan
bahwa dalam pandangan masyarakat, masa remaja adalah waktu untuk
tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidak matangan masa
kanak-kanak menuju ke arah kematangan pada usia dewasa. Sedangkan
menurut Santrock, remaja didefinisikan sebagai transisi periode
perkembngan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang
meliputi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.47
Dalam perkembangan kepribadian seseorang, remaja mempunyai
arti khusus, namun begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak
jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Ia tidak termasuk
45
T.O. Ihrom, Sosiologi Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia: 1999), cet. 1, h.117
46
Dr. Zakiah Daradjat, Problema Remaja di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978)
47
golongan anak, tidak pula termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa.48
Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan di atas, penulis
dapat menegaskan bahwa, yang dimaksud remaja adalah individu yang
sedang mengalami suatu masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa, yang meliputi semua perkembangan dan perubahan, baik fisik
maupun psikis.
c. Ciri-ciri Karakteristik Remaja
Masa remaja merupakan transisi atau peralihan dari masa anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai
perubahan, naik fisik maupu psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah
perubahan fisik, di mana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai
bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya
kapasitas reproduksi. Selain itu juga berubah secara kognitif dan mulai
melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka
menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah
suatu proses transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.
Keadaan labil ini biasa terlihat dan ciri-ciri khas remaja itu sendiri
yang membedakan mereka dari kanak-kana dan orang dewasa.
Ciri-ciri khas remaja antara lain:
1) Kecanggungan dalam bergaul dan kaku dalam bergerak, sebagai akibat
perkembangan fisik, ini biasanya menyebabkan perasaan rendah diri
pada remaja. Untuk menutup hal tersebut remaja terkadang berprilaku
berlebihan.
2) Secara keseluruhan tidak ada keseimbangan, terutama emosi yang
sangat labil. Emosional yang berubah-ubah, suasanan hati yang tidak
48