• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BELAJAR BERBASIS GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII/A SMP BAITUSSALAM SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BELAJAR BERBASIS GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII/A SMP BAITUSSALAM SURABAYA."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A SMP BAITUSSALAM

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh : Elok Faiqoh

D03211038

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)

BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A SMP BAITUSSALAM

SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah dan Keguruan

Oleh : Elok Faiqoh

D03211038

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PRODI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(3)

Nama : Elok Faiqoh

NIM : D03211038

Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/KI

Judul : UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BELAJAR

BERBASIS GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A

SMP BAITUSSALAM SURABAYA

Ini telah diperiksa akan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 03 Juli 2015

Pembimbing

(4)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,

Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag NIP.196311161989031003

Penguji I,

Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag NIP.196210211992031003

Penguji II,

Dr. H. Masyhudi Ahmad, M.Pd.I NIP.195606221986031002

Penguji III,

Dra. Liliek Channa, M.Ag NIP.195712181982032002

Penguji IV,

(5)

Nama : Elok Faiqoh

NIM : D03211038

Jurusan : Kependidikan Islam/ BK

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

merupakan hasilkarya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 03 Juli 2015

Yang membuat pernyataan

(6)

vii

ABSTRAK

Elok Faiqoh. 2015. Judul : “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya“.

Dalam proses pembelajaran, kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Yakni, “ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Bila gaya belajar siswa baik dan efesien, maka bisa juga tingkat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efesien, maka boleh jadi tingkat pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan rendah. Dengan adanya upaya dari guru BK yaitu dengan memberikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar bisa membantu siswa dalam mengetahui gaya belajar seperti apa yang sesuai dengan diri mereka sehingga bisa memberikan dampak positif pada semangat belajar siswa dan prestasi belajarnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.

Tujuan dari penelitian ini adalah Peneltian ini bertujuan untuk mendiskripsikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar, dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif yang merekonstruksikan ucapan dan tingkah laku orang atau subyek studi. Dimana prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar sudah sesuai dengan teori umum yang dinyatakan oleh para ahli. Begitu pula hasil prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan adanya layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai siswa sebelum diadakan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yaitu 75,6 dan hasil sesudah dilaksanakan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yaitu 80. Hasil prestasi ini dapat disimpulkan dengan jumlah siswa 32 yang mengalami peningkatan prestasi sebanyak 28 siswa yang menurun 2 siswa dan yang tetap 2 siswa.

Kata Kunci: Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar,

(7)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

F. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II : LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar ... 10

1. Definisi Prestasi Belajar ... 10

(8)

3. Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar ... 29

C. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ... 31

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Informan Penelitian ... 34

C. Metode Pengumpulan Data ... 35

D. Teknik Analisa Data ... 37

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum obyek Penelitian ... 40

1. Profil SMP Baitussalam Surabaya... 40

2. Visi Misi SMP Baitussalam Surabaya ... 40

3. Struktur Organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya ... 42

4. Peserta Didik Dan Guru BK DI SMP Baitussalam Surabaya ... 44

5. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya ... 44

B. Penyajian Data ... 55

(9)

3. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sesudah Dilaksanakan

Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar

Di SMP Baitussalam Surabaya ... 63

C. Analisa Data. ... 67

1. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar .... 67

2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sebelum Dialaksanakan

Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar

Di SMP Baitussalam Surabaya ... 68

3. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sesudah Dialaksanakan

Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar

Di SMP Baitussalam Surabaya ... 70

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran-Saran ... 74

(10)

A.Latar Belakang

Pada era globalisasi perkembangan dimensi kehidupan terjadi sangat cepat.

Perkembangan yang sangat cepat juga berpengaruh terhadap dimensi pendidikan.

Agar mampu terlibat persaingan era globalisasi, maka Indonesia perlu meningkatkan

kualitas mutu pendidikan

Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan

pendidikan dan pengajaran. Ajaran Al-Qur’an syarat dengan nilai-nilai pengetahuan

yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai fenomena masyarakat,

lingkungan, pendidikan dan pergaulan yang harus dipikirkan. Dengan adanya simbol

tuntutan berpikir itu, membersitkan makna bahwa manusia harus mempunyai ilmu

pengetahuan untuk mengetahui berbagai fenomena yang telah diciptakan oleh Tuhan

yang Agung.1

Mutu pendidikan merupakan hal penting yang terdiri atas proses dan hasil,

bahan ajar, metodologi yang digunakan, sarana prasarana, administrasi, juga berbagai

sumber daya dan upaya penciptaan suasana yang nyaman untuk belajar merupakan

berbagai input untuk mencapai mutu dalam proses pendidikan. Hasil pendidikan

1

Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam (prespektif islam dan umum),

(11)

dalam konteks mutu pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai dalam kurun

waktu tertentu.

Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan dalam suatu proses belajar

mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Salah

satunya ada pada gaya belajar siswa.

Belajar ternyata mempunyai gaya yang berbeda-beda. Diantaranya gaya belajar

auditory, visual, kinestetik, dan lain-lain. Bila kita paham gaya belajar kita, boleh

jadi kita lebih pintar dari seharusnya.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaiknya siswa itu sendiri

mengetahui gaya belajar mereka, sehingga siswa tidak salah menempatkan gaya

belajar mereka yang tidak sesuai dengan gaya belajar mereka yang sebenarnya. Pihak

sekolah maupun guru, terutama guru BK juga harus lebih memperhatikan

karakteristik siswa terutama gaya belajar mereka. Sehingga guru tidak memaksa

siswa dengan gaya belajar yang membuat mereka bosan, karena tidak sesuai dengan

gaya belajar mereka. Karena kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap

pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Yakni, “ada yang cepat, sedang, dan ada

pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara yang

berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama”2 Di SMP

Baitussalam Surabaya banyak guru yang kurang memperhatikan gaya belajar peserta

(12)

didik sehingga mereka merasa pelajaran yang disampaikan kurang menarik yang

berakibat mereka tidak paham dan mengerti apa yang guru sampaikan.

Memperhatikan gaya belajar semua siswa sangatlah penting, dengan begitu

guru tidak akan menganggap gaya belajar mereka yang bervariasi sebagai gangguan

dalam pembelajaran. Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta

berupaya memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah

merupakan “suatu usaha yang sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan

keberhasilan belajar”3

Kartini Kartono mengungkapkan bahwa”cara belajar yang dilakukan siswa ada

yang efesien dan ada juga yang kurang efesien, cara belajar yang efesien akan

mencapai hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai cara yang

tidak efesien.4

Hasil riset menunjukkan bahwa “murid yang belajar menggunakan gaya belajar

mereka yang dominan, saat menegerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih

tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya

belajar mereka.5

Dengan kata lain, adanya gaya atau cara belajar siswa yang berbeda-beda bisa

menyebabkan prestasi belajar siswa disekolah berbeda pula. Bila gaya belajar siswa

baik dan efesien, maka bisa juga tingakat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula

3 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, hal, 101.

4 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. I, hal, 4.

5 Adi W. Gunawan, Genius Learnig Strategy: Pentunjuk Praktis Untuk Merapkan Accelerated

(13)

sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efesien, maka boleh jadi

tingkat pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan rendah.

Dengan demikian, maka guru bimbingan konseling mengadakan layanan

bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar.

Oleh karena itu penulis memberi judul :

“Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar”

Penulis membatasi kajiannya, di kelas VIII/ A SMP Baitussalam Surabaya,

yang dikenal sudah melaksanakan seperti ini sekitar setahun yang lalu. Karenanya,

penulispun menganggap layak untuk diteliti sebagai wujud pertanggung jawaban

akademik.

B.Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah penulis mengemukakan permasalahan dalam

skripsi sebagai berikut:

1. Bagaimana layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yang

dilaksanakan guru BK di kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya?

2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar sebelum dilaksanakan layanan bimbing

konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa di kelas VIII/A SMP

(14)

3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar sesudah dilaksanakan layanan bimbing

konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa di kelas VIII/A SMP

Bitussalam Surabaya?

C.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar

yang dilaksanakan guru BK di kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa melaui upaya guru BK dalam memberi

layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa kelas VIII/A

SMP Bitussalam Surabaya

D.Manfaat Penelitian

Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan belajar siswa

pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat

dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti

a. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti serta tambahan pengetahuan

sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan

kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan

(15)

b. Untuk memenuhi beban SKS dan sebagai bahan penyusunan skripsi serta ujian

munaqosah yang merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar

sarjana strata satu (S1) pada jurusan Kependidikan Islam kosentrasi Bimbingan

Konseling.

2. Bagi SMP Baitussalam Surabaya

a. Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan penyelenggaraan bimbingan

konseling belajar yang berdasarkan gaya belajar masing-masing siswa.

b. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan penyelenggaraan bimbingan

konseling belajar yang berbasiskan gaya belajar di SMP Baitussalam Surabaya.

3. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya

a. Untuk memberi masukan tentang perkembangan pelaksanaan layanan

bimbingan konseling di lembaga pendidikan islam salah satunya di SMP

Baitussalam Surabaya.

E.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang

didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting

karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan

hal serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali

oleh orang lain.6

(16)

Dalam mengartikan judul skripsi ini penulis akan uraikan maksud judul untuk

menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman.

1. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang

dari tidak tahu menjadi tahu.7

Sedangkan prestasi belajar yang penulis maksud maksud dalam skripsi ini

adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam nilai raport, yang ditunjukkan dengan

skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang

menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa.

Adapun nilai-nilai yang diambil adalah pada kelas VII semester akhir dan

kelas VIII semester awal.

2. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar

Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar merupakan

pemberian bantuan berdasarkan cara dan kebiasaan belajar yang lebih di sukai

untuk memperoleh pengalaman dan informasi yang dapat menghasilkan

perubahan.

Jadi yang penulis maksud pada skiripsi ini adalah layanan bimbingan

konseling belajar yang didasarkan pada gaya belajar yang berbeda-beda.

7

(17)

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada tulisan ini, dapat di gambarkan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini berisi tentang, latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan

sistematika pembahasan.

Bab II : Landasan Teori, Bab ini akan membahas tentang prestasi belajar yaitu

pembahasan mengenai definisi prestasi belajar, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar. Kedua, tentang layanan bimbingan

konseling belajar berbasis gaya belajar, yairu pembahasan mengenai

bimbingan konseling belajar yang meliputi: definisi bimbingan konseling

belajar, pendekatan/teknik bimbingan konseling belajar, dan

langkah-langkah yang dilakukan dalam bimbingan konseling beajar. Kemudian

pembahsan mengenai gaya belajar yang meliputi: definisi gaya belajar,

dan macam-macam gaya belajar. Dan pembahasan mengenai bimbingan

konseling belajar berbasis gaya belajar. Ketiga tentang layanan bimbingan

konseling belajar berbasis gaya belajar dalam meningkatkan prestasi.

Bab III : Metode Penelitian, berisi tentang prosedur penelitian yang meliputi: jenis

penelitian, informan penelitian, tahap penelitian, metode pengumpulan

data, dan teknik analisa data.

Bab IV : Laporan Hasil Penelitian, Bab ini melaporkan tentang Gambaran umum

(18)

Bab V : Sebagai bab terakhir, bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi dan

saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat

(19)

A.Prestasi Belajar

1. Definisi prestasi belajar

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, dalam bahasa

Indonesia menjadi prestasi yang berarti usaha. Dalam literature, prestasi selalu

menghubungkan dengan akitivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M.

Gagne dalam artikel oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah bahwa dalam setiap

proses akan selelalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan

sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.8

Muhibbin Syah menjelaskan prestasi belajar adalah taraf keberhasilan

sebuah proses mengajar-belajar (the teching-learning process) atau taraf

kebrhasilan sebuah program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas.9

Oemar Hamalik mengemukakan, prestasi belajar adalah bila seseorang

telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tersebut,

misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi

mengerti.10

8 Abu Muhammad Ibnu Abdullah, Prestasi Belajar, (http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/2008), diakses pada tanggal 24/05/15.

(20)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

yaitu taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar yang dicapai oleh

seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan dinyatakan dalam raport.

Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan

nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai

digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang

menunjukkan kedaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Kegiatan belajar, dan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor baik dari dalam individu (faktor intern) maupun dari luar

individu (faktor ekstern).

Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa, Faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a. Faktor intern, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk

fisik maupun mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil

tidaknya seseorang dalam belajar.

b. Faktor ekstern, ialah faktor yang bersumber dari luar indidvidu yang

bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat

(21)

pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun lingkungan

alamiahnya.

Kedua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang

belajar. Yang dimaksud mempengaruhi disini, karena faktor intern dan ekstern

tersebut diatas dapat mendorong dan dapat pula menghambat seseorang yang

sedang belajar. Dalam situasi belajar seseorang menghadapi motif dari luar dan

lingkungan untuk memperoleh pengalaman.11

Menurut Slameto mengatakan bahwa, Faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan

faktor ekstern. Faktor intern meliputi:

a. Faktor jasmaniah, berupa kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan, berupa kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan

faktor masyarakat.12

Menurut Suryabrata, secara garis besar mengatakan bahwa, Faktor-faktor

yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

11 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 30 .

(22)

a. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi

faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berasal dari keadaan

jasmani diri individu itu sendiri, biasanya berhubungan erat dengan

fungsi-fungsi fisik misalnya kesehatan panca indera dan lain-lain. Faktor psikologis

berhubungan dengan hal- hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat,

bakat, dan kemampuan kognitif.

b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi

faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor

manusia (sesama manusia). Faktor nonsosial meliputi keadaan cuaca, udara,

lokasi tempat belajar, alat-alat yang dipergunakan untuk belajar.13

Dari pendapat yang dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti: fisik, mental, dan

psikologis. Sedangkan dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar

individu seperti: faktor sosial dan faktor non sosial.

B.Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar 1. Bimbingan Konseling Belajar

a. Definisi Bimbingan Konseling Belajar

Bimbingan konseling belajar adalah salah satu bidang dalam bimbingan

dan konseling yang diarahkan untuk membantu individu/siswa dalam

(23)

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Bimbingan belajar

dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar - mengajar yang

kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar.14

Menurut Tjatjo Thaha, bimbingan konseling belajar adalah layanan

belajar yang berfungsi memberikan petunjuk untuk menyusun program belajar

dan memecahkan berbagai masalah dalam belajar.15

Menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono, bimbingan konseling

bealajar adalah layanan inti dari kegiatan sekolah untuk berhasilnya proses

belajar bagi setiap siswa.16

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

bimbingan dan konseling belajar adalah jenis bimbingan yang dilakukan untuk

membantu individu/siswa dalam hal pendidikan (secara umum) dan dalam hal

belajar (dalam arti sempit).

b. Pendekatan / Teknik bimbingan konseling belajar

Menurut Dewa Ketutu Sukardi, secara garis besarnya teknik-teknik yang

dipergunakan dalam bimbingan konseling belajar mengambil dua macam

pendekatan, yaitu:

14 Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed, Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan&Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2009), Cet. 2, hal. 279.

15 Prof. Drs. H. Tjatjo Thaha, Msi, Bimbingan&Konseling dan Belajar&Pembelajaran Di

Perguruan Tinggi, (Palu: Pustaka Agung Palu, 2003), hal. 98.

(24)

1) Bimbingan kelompok (Group guidance)

Yang dimaksud dengan bimbingan kelompok (group guidance), ialah

suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada

sekelompok murid dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok

murid yang menghadapi masalah-masalah belajarnya dengan menempatkan

dirinya di dalam suatu kehidupan/kegiatan kelompok yang sesuai.17

Adapun bentuk-bentuk bimbingan kelompok menurut Winkel antara

lain:

a) Pelajaran bimbingan (group guidance class)

Secara garis besarnya pelajaran bimbingan bisanya dilaksanakan

disekolah sebagai berikut: pada jam tertentu (yang sudah ditentukan

dalam jadwal) ahli bimbingan masuk kelas dan memberikan pelayanan

bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah

yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran yang lain, misalnya cara-cara

belajar yang baik.

Metode yang diterapkan dimuka kelas pun bukan melulu hanya

bersifat nasihat, wejangan atau ceramah tetapi melibatkan murid dalam

memecahkan masalah yang dihadapinya. Maka disini dituntut kepada

kepala sekolah untuk menyediakan waktu dalam jadwal yang disusunnya

sesuai dengan kebutuhan, yang kadang sulit memasukkan mata pelajaran

(25)

bimbingan dalam jadwal karena terlalu padatnya bidang studi yang harus

diselesaikan setiap semesternya.18

b) Karya wisata (fiel-trip)

Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak

menguntungkan. Dengan karya wisata murid dapat mengenal secara

langsung dari dekat situasi atau obyek-obyek yang menarik perhatiannya,

dalam hubungannya dengan pelajaran disekolah. Dengan karyawisata

murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam

kehidupan kelompok, berorganisasi, kerjasama, dan tanggung jawab.

Sebelum karyawisata dilakukan hendaknya guru-guru telah

memberikan orientasi umum mengenai obyek yang akan dikunjungi dan

mengadakan perencanaan yang matang mengenai pemilihan obyek yang

menarik dan ada hubungannya dengan pelajaran disekolah.19

c) Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok

kecil yang lebih kurang terdiri dari 4 sampai lima orang murid. Murid

yang telah bergabung dalam kelompok kecil itu mendiskusikan bersama

berbagai permasalahan termasuk didalamnya masalah belajar.

Masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam diskusi kelompok

misalnya: Kesukaran dalam belajar, masalah pengisian waktu luang,

18 Ibid, hal. 158

(26)

masalah menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), masalah-masalah OSIS.

Dan lain-lain.

Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan

oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok.20

d) Home room

Seperti diketahui bahwa home room merupakan salah satu teknik

bimbingan. Home room merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

dalam suatu ruangan (kelas) guna kegiatan bimbingan belajar dalam

usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap

muri-murid. Dalam kegiatan ini, ahli bimbingan/konselor sekolah dan

murid dapat lebih dekat, seperti dalam suasana di rumah.

Kegiatan home room dapat pula dipergunakan sebagai salah satu

cara dalam bimbingan belajar. Melalui kegiatan ini pembimbing dan

murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar. Dalam

kesempatan ini diadakan tanya jawab, membuat rencana suatu kegiatan

yang berhubungan dengan belajar, menampung berbagai pendapat dari

murid lain, dengan demikian murid dapat mengutarakan masalahnya

dengan leluasa dan terbuka.21

(27)

e) Sosiodrama

Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang

memberikan kesempatan pada murid untuk mendramatiskan sikap,

tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam

hubungan sosial sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu sosiodrama

dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang

mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.

Tujuan pengguanaan sosiodrama dalam teknik bimbingan adalah:

Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi

suatu situasi sosial, menggambarkan bagaimana cara memecahkan suatu

masalalah sosial, menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis

terhadap tingkah laku yang harus atau jangan diambil dalam suatu situasi

sosial tertentu, memberikan pengalaman untuk menghayati situasi-situasi

tertentu, dan memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari

berbagai sudut pandangan tertentu.22

f) Ceramah dari narasumber

Dalam memberikan informasi tentang kegiatan belajar, dapat pula

dilakukan dengan mendatangkan orang-orang tertentu ke sekolah untuk

memberikan ceramah mengenai: bagaimana kurikulum yang berlaku,

bagaimana prospeknya dimasa mendatang.

(28)

Cara ini lebih efesien karena mudah dilaksanakan, dan murid

memperoleh informasi sebanyak mungkin dalam waktu yang tidak terlalu

lama.23

2) Bimbingan individual (individual guidance)

Konseling individu merupakan pemberian bantuan melalui kegiatan

konseling. Konseling merupakan kegiatan yang amat penting. Bahkan

dinyatakan bahwa usaha penyuluhan (counseling) adalah jantung hati dari

usaha bimbingan secara keseluruhan. Dengan pelayanan ini murid

berhadapan langsung dengan konselor untuk membicarakan masalahnya

(face to face relation).

Tugas membantu murid mencari penyelesaian terhadap suatu masalah

atau kesukaran dalam belajar melalui wawancara konseling dituntut yang

dituntut persyaratan tertentu.24 Persyaratan yang dituntut disini termasuk

sikap dan keterampilan konselor dalam hubungan dengan konseling.

Menurut Prayitno ada beberapa syarat yaitu:

a) Sikap dalam hubungan konseling

Sikap yang harus dimiliki dalam hubungan dengan konseling adalah

keyakinan konselor tentang hakikat manusia, sikap konselor menerima

klien sebagaimana adanya, sikap penuh pengertian terhadap klien, dan

sikap konselor terhadap norma dan nilai-nilai.

23Ibid, hal. 161

(29)

Berdasarkan hal tersebut diatas maka sikap yang harus dimiliki oleh

penyuluh (konselor) dalam hubungannya dengan konseling, pendekatan

yang dipakainya atau apa yang dilakukannya dalam batas-batas tertentu.

Semuanya mempengaruhi hubungan antara konselor dengan klien.

Konselor memegang kunci bagi dimulainya dan dikembangkannya

hubungan tersebut.25

b) Keterampilan yang harus dimiliki dalam hubungan konseling

Macam-macam keterampilan yang harus dimiliki dalam hubungan

konseling, yaitu: Membina keakraban (rapport), merasakan apa yang

menjadi perasaan klien (empati), kemampuan memperhatikan.

Kemampuan yang tinggi dalam keterampilan-keterampilan ini akan

mampu mengembangkan hubungan yang baik antara konselor dengan

klien.26

Oemar Hamalik juga mengemukakan, ada beberapa teknik yang

dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan konseling belajar yaitu,

dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan kelompok dan bimbingan

individual atau kedua bentuk itu dilaksanakan secara berurutan dan

berfariasi. Bimbingan kelompok dilakukan terhadap kelompok siswa

yang terutama menemukan masalah atau kesulitan yang sama atau

sejenis. Pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dimana guru atau siswa

25 Ibid, hal, 162.

(30)

lainnya bertindak sebagai pembimbing. Bimbingan individual dilakukan

secara perseorangan berdasarkan jenis masalah atau kesulitan dan kedaan

pribadi siswa dengan menyediakan waktu dan tempat yang agak khusus.27

Tjatjo Thaha juga berpendapat, ada tiga jenis pendekatan dalam

proses bimbingan dan konseling, yaitu:

a) Pendekatan langsung

Pendekatan ini berpusat pada konselor, maka dalam pendekatan

ini konselorlah yang mengambil inisiatif dalam proses konseling.

Konselor juga menentukan cara-cara pemecahan masalah klien.

Konselor memberi arahan dan saran-saran yang telah dipertimbangkan.

b) Pendekatan tidak langsung

Pendekatan ini berpusat pada klien, maka dalam pendekatan ini

klienlah yang mengambil peranan. Sedangkan konselor mengamati

dnegan seksama apa yang disampaikan oleh klien. Dalam proses

konseling, konselor mencatat dan hasilnya akan dianalisis untuk

mencari pemecahannya dngan tepat.

c) Pendekatan Elektik

Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan langsung

dan pendekatan tidak langsung, yaitu pada kondisi atau kasus klien

(31)

tertentu dapat diterapkan pendekatan langsung, dan pada kasus lain

dapat diterapkan pendekatan tidak langsung.28

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono,

teknik-teknik bimbingan konseling belajar dapat dibagankan sebagai berikut:

1) Teknik individual, terdiri dari: Pendekatan langsung, pendekatan

tidak langsung dan, pendekatan Eclective (pendekatan gabungan

dari pendekatan langsung dan tidak langsung).

2) Teknik kelompok, terdiri dari: Pelajaran bimbingan, karya wisata,

diskusi kelompok, home room, sosiodrama, psikodrama, upacara29

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan

bahwa ada dua teknik/pendektan dalam bimbingan konseling

belajar yaitu teknik individual dan teknik kelompok.

c. Langkah-langkah yang dilakukan dalam bimbingan konseling belajar Layanan bimbingan konseling belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan bimbingan konseling belajar

dilakukan dengan langkah-langkah umum sebagai berikut:

1) Melakukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan yang sedang

dihadapai oleh para siswa, yang selanjutnya berusaha menemukan dan

merumuskan masalah yang paling terasakan bagi siswa.

28 Tjatjo Thaha, Bimbingan dan Konseling Belajara dan Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (Palu: Pustaka Agung, 2009), hal. 51-53

(32)

2) Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau

kesulitan yang selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang

diduga paling dominan.

3) Menetapkan cara-cara yang digunakan untuk melakukan bimbingan kepada

siswa.

4) Melakukan bimbingan dalam bentuk bantuan, arahan, gerakan, nasihat, dan

cara-cara yang sesuai dan yang telah ditetapakan sebelumnya.

5) Siswa sendiri memcahkan masalah atau kesulitan yang sedang dialaminya.

6) Melakukan penilaian dan teknik tertentu untuk mengetahui tingkat

keberhasilan bimbingan yang telah dilaksanakan dan bagaimana tindak

lanjutnya.30

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono,

langkah-langkah dalam bimbingan konseling belajar meliputi: Menetukan maslah,

pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, treatment/terapi, dan

tindak lanjut.31

Jadi dapat diambil kesimpulan, langkah-langkah yang ditempuh dalam

bimbingan konseling belajar adalah: Menetukan masalah, mencari sebab-sebab

terjadinya masalah, melakukan proses pemberian bantuan, pengentasan, dan

tindak lanjut.

(33)

2. Gaya Belajar

a. Definisi Gaya Belajar

Menurut M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Gaya belajar merupakan

cara belajar yang khas bagi siswa. Oleh karena itu, kemampuan seseorang

untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada

yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. mereka seringkali harus

menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran

yang sama.32

Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara

tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi

dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar

setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika,

misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang

tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.33

Sedangkan menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu

cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang

diterimanya dalam proses belajar.34

32 M. Nur Ghufron, Rini Risnawati. S, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Cet. II,hal. 42.

33 Hamzah Uno, dkk. Landasan Pembelajaran, (Gorontalo: Nurul Jannah, 2004), hal. 212. 34

(34)

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu

kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta

mengolah informasi.35

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar

adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan

perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta

mengolah informasi pada proses belajar.

b. Macam-macam gaya belajar

Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang

dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di

Jamaica, New York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti,

Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, telah mengidentifikasi

tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda:

1) Visual, yaitu belajar melalui melihat sesuatu. Misalkan melihat gambar atau

diagram, pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.

2) Auditori yaitu, belajar melalui mendengar sesuatu. Misalkan mendengarkan

kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.

3) Kinestetik. Yaitu belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.

Seperti bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.36

35 DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, Quantum Learning. Edisi Revisi. (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 110-112.

36

(35)

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti

disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki, adalah sebagai berikut:

1) Gaya Belajar Visual (Visual learners)

Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai

dengan ciri- ciri perilaku sebagai berikut: rapi dan teratur, berbicara dengan

cepat, mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,

teliti dan rinci, mementingkan penampilan, lebih mudah mengingat apa yang

dilihat daripada apa yang didengar, mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi

visual, memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik, biasanya

tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang

belajar, sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta

instruksi secara tertulis), merupakan pembaca yang cepat dan tekun, lebih

suka membaca daripada dibacakan, dalam memberikan respon terhadap

segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan

menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan, jika sedang

berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama

berbicara, lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering

menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak”, lebih suka

mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah, lebih tertarik

pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik, sering kali

menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam

(36)

kata-kata, dan kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan.

2) Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial ditandai dengan

ciri-ciri perilaku sebagai berikut: sering berbicara sendiri ketika sedang

bekerja (belajar), mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,

menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, lebih

senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca, jika membaca maka

lebih senang membaca dengan suara keras, dapat mengulangi atau

menirukan nada, irama dan warna suara, mengalami kesulitan untuk

menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita, berbicara dalam

irama yang terpola dengan baik, berbicara dengan sangat fasih, lebih

menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya, belajar dengan

mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang

dilihat, senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang

lebar, mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

berhubungan dengan visualisasi, lebih pandai mengeja atau mengucapkan

kata-kata dengan keras daripada menuliskannya, dan lebih suka humor atau

gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.

3) Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik ditandai dengan

(37)

perhatian fisik, menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka,

berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain, banyak gerak fisik,

memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui praktek

langsung atau manipulasi, menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau

melihat langsung, menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca

ketika sedang membaca, banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),

tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama, sulit

membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut, menggunakan

kata-kata yang mengandung aksi, pada umumnya tulisannya jelek, menyukai

kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik), dan ingin

melakukan segala sesuatu.37

Sedangkan menurut Alisuf Sabri, macam-macam gaya belajar siswa dapat

dibagi menjadi empat jenis yaitu:

1) Gaya belajar siswa pada permulaan belajar

Gaya belajar tersebut pada masing-masing siswa berkaitan erat pada

pengalaman pendidikan dan perkembangan pribadinya.

2) Gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran

Yaitu dimana siswa mempunyai kecenderungan menerima pelajaran

dilakukan dengan beraturan atau tidak beraturan.artinya dalam menerima

pelajaran ada siswa yang dapat mengkonsep pelajaran yang diterima, tetapi

ada juga yang tidak.

(38)

3) Gaya belajar siswa dalam menyerap pelajaran

Yakni kecenderungan siswa menyerap pelajaran melalui menghafal,

memikirkan, dan memahami semua konsep informasi yang telah didapat.

4) Gaya belajar siswa dalam memecahkan masalah

Yakni kecenderungan siswa dalam memcahkan masalah akan didapat

melalui perasaan saja, dan adapula yang didapat melalui cara yang

sistematis untuk menyelesaikan masalah.38

3. Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar

Bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar merupakan proses

pemberian bantuan (layanan) kepada siswa melalui kegiatan konseling agar siswa

dapat menyelasaikan belajarnya melalui cara belajarnya masing-masing.

Slameto menyatakan, bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungannya.39

Sedangkan menurut Witherington yang dikutip Nana Syaodih

Sukamadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

38 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasrkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hal.103.

39

(39)

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.40

Zeni Neni Izka juga mengemukakan, definisi belajar adalah proses

perubahan dari belum mampu menjadi sebelum mampu, terjadi dalam jangka

waktu tertentu.41

Maka belajar dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan

yang bersifat menetap dan menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu

terhadap situasi tertentu, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap,

tingkah laku, pola pikir, kepribadian, dan lain-lain.

Belajar ternyata mempunyai gaya yang berbeda-beda. Diantaranya gaya

belajar auditory, visual, kinestetik, dan lain-lain. Menurut M. Nur Ghufron dan

Rini Risnawati, Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.42

Sedangkan menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu

cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya

dalam proses belajar.43

Sedangkan menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar

merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian

mengatur serta mengolah informasi.44

40

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 155.

41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. I, hal. 76

(40)

Maka gaya belajar dapat diartikan sebagai cara yang cenderung dipilih

siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap

dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

Karena gaya belajar setiap siswa itu berbeda-beda, maka perlu

dilaksanakan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar. Sebab ini akan

dapat membantu siswa terentaskan dari masalah-masalah belajarnya, khususnya

pada cara belajar mereka.

Secara khusus, pelayanan bimbingan dan konseling belajar berbasis gaya

belajar bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengungkapan sebab-sebab

timbulnya masalah belajar dan merencanakan kegiatan penyelesaian belajar

melalui cara belajarnya yang disukai masing-masing siswa. Untuk mencapai

tujuan tersebut, tentu saja membutuhkan kesungguhan guru pembimbing

(konselor) sebagai tenaga yang bertanggung jawab sekaligus sebagai pelaksana

layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

C.Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam

memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar

maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang

diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.

(41)

Prestasi belajar yaitu taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar yang

dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan dinyatakan dalam

raport. Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan

nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes

terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan kedaan

tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.

Gaya belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena gaya

belajar merupakan cara yang cenderung dipilih oleh siswa untuk bereaksi dan

menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta

mengolah informasi pada proses belajar.

Untuk menghasilkan perubahan dan meningkatkan taraf keberhasilan sebuah

proses belajar-mengajar yang dicapai oleh siswa, maka perlu dilakukan layanan

bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar.

Tetapi terlebih dahulu harus mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan

prestasi dan gaya belajar, seperti faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar

diri individu.

Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar dilaksanakan

melalui beberapa tahap yaitu: Menetukan masalah, mencari sebab-sebab terjadinya

(42)

Metode dalam suatu penelitian merupakan faktor yang sangat penting dan

menentukan agar hasil yang dicapai dalam penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam

mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan.45 Karena itu

metode ini membahas teoretik berbagai metode yang digunakan. Penggunaan metode

penelitian merupakan hal yang urgen dalam penelitian ilmiah sebab dengan metode dapat

mempermudah proses pengumpulan data, dan juga dapat mempermudah menentukan berhasil

tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil penelitian.

Atas dasar pengertian diatas, maka dalam hal ini akan dibahas beberapa hal yang

berhubungan dengan metodologi penelitian sebagai landasan operasional. Adapun metode

yang diperlukan adalah sebagai berikut :

A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merekonstruksikan ucapan

dan tingkah laku orang atau subyek studi. Sebagaimana yang diucapkan oleh Bogdan

dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

prilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan

(43)

individu secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan

individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya

sebagai bagian dari suatu keutuhan.46

Penelitian ini selain digunakan untuk memahami fakta juga untuk melaporkan

hasil penelitian sebagaimana adanya dan penelitian ini bersifat fleksibel, timbul dan

berkembangnya sambil jalan dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.

Melalui penelitian ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas,

realisasi social, dan persepsi sasaran penelitian.47

B. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah subyek dari mana data yang diperoleh.48 Yang

dimaksud dengan informan penelitian dalam penelitian ini adalah subyek dari mana

data yang diperoleh, informan penelitian ini juga dapat disebut responden, yaitu orang

yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Dalam penelitian ini

penulis mengambil beberapa informan penelitian, antara lain:

1. Guru BK SMP Baitussalam

2. Wali kelas VIII/A SMP Baitussalam

3. Guru mata pelajaran SMP Baitussalam

4. Siswa kelas VIII/A SMP Baitussalam

46

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hal

5.

47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta 2002), hal 11.

(44)

C. Metode Pengumpulan Data

Metode adalah cara untuk cara untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan.

Karena baik buruknya suatu penelitian sebagian tergantung pada teknik pengumpulan

data. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah:

1. Metode Observasi

Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena

yang diteliti.49 Dalam metode ini pengamatan merupakan teknik yang paling

efektif sebelum melakukan penelitian untuk memperoleh suatu data, dengan

metode observasi hasil yang diperoleh lebih jelas dan terarah sesuai dengan apa

adanya. Dengan melakukan pengamatan peneliti mengetahui dan memahami

gambaran yang utuh tentang obyek penelitian. Agar diperoleh pengamatan yang

jelas untuk menghindari kesalahfahaman dengan obyek, maka penulis mengamati

secara langsung untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya.

Adapun hal yang di observasi penulis mengenai kedaan lingkungan lembaga,

layanan tentang bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar, serta prestasi

siswa di kelas VIII/A.

2. Metode Interview (wawancara)

Interview adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab

sepihak antara pewawancara dengan responden (informan) yang dikerjakan

dengan sistematis dan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(45)

(pedoman wawancara).50 Wawancara sesungguhnya merupakan angket secara

lisan, karena penulis mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan

tatap muka untuk memperoleh jawaban.

Pada umumnya wawancara terdiri dari 3 jenis, yaitu :

a. Wawancara terstruktur, yaitu proses wawancara yang harus sesuai mungkin

dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah disiapkan.51

b. Wawancara semi-terstruktur, yaitu proses wawancara yang memerlukan

pedoman wawancara yang hanya berupa topic-topik pembicaraannya saja yang

mengacu pada satu temasentral yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan

tujuan wawancara.52

c. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara tidak menggunakan pedoman

wawancara. Seringkali disebut wawancara bebas.

Jenis wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tidak terstruktur

yang tidak menggunakan pedoman wawancara. Metode wawancara ini penulis

lakukan sebagai langkah awal dari penelitian sebagai salah satu teknik

pengumpulan data atau informasi dalam penulisan skripsi ini. Metode ini peneliti

gunakan untuk mengumpulkan data mengenai kurikulum BK di SMP Baitussalam

Surabaya, gaya belajar siswa, pelaksanaan layanan bimbingan konseling belajar

50Ibid., hal 193.

51 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humnika, 2011), hal. 122.

(46)

berbasis gaya belajar, tahapan-tahapan yang dilakukan, nilai rapot, data hasil tes,

catatan-catatan siswa, jadwal BK, dan dokumentasi.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya

terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap suatu peristiwa yang sudah

berlalu.53 Dokumentasi yaitu alat pengumpul data, dengan cara mengambil data

dari dokumen yang tersedia. Pelaksanaan metode ini, peneliti menyelidiki buku,

arsip, catata-catatan dan sebagainya.

Dalam metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi yang

tidak ditemukan dalam wawancara ataupun observasi yang meliputi: profil

sekolah, visi misi, struktur organisasi, sarana prasarana, buku raport, buku absensi,

dan hasil tes psikologi tentang gaya belajar.

D. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan

selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk

diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit,

mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan

data. Selanjutnya alur analisis data yang penulis gunakan adalah :

(47)

1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari

catatan-catatan lapangan.

Terkait dengan penelitian di SMP Baitussalam Surabaya, peneliti akan

menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah diperoleh (melalui

pengamatan, wawancara semi terstruktur dengan informan yang dalam hal ini

adalah guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran, dan siswa kelas VIII/A) dengan

cara menyeleksi, meringkas atau uraian singkat dan menggolongkannya dalam

suatu pola yang lebih luas sampai akhirnya kesimpulan akhir dapat ditarik dan

diverifikasi.

2. Penyajian data

Bagian kedua dari analisis data adalah penyajian data. Menurut Mathew dan

Michael, penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.54 Pada bagian kedua ini, setelah mereduksi data peneliti sudah dapat

mengumpulkan informasi yang dapat memberikan peluang untuk mengambil

kesimpulan. Sehingga data dapat tersaji dengan baik tanpa adanya data yang

sudah tidak dibutuhkan.

54

(48)

3. Penarikan kesimpulan / Verifikasi

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Verifikasi dapat dilakukan untuk mencari pembenaran dan

persetujuan, sehingga validitas dapat tercapai.

Setelah data terkumpul dilakukan pemilihan secara selektif disesuaikan

dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Selain itu, dilakukan

pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang

didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan

untuk proses berikutnya. Secara sistematis dan konsisten bahwa data yang

diperoleh dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang kemudian dijadikan

dasar utama dalam analisis.

Dalam Verifikasi ini penulis menggunakan verifikasi induktif dimana

penelitian tidak dimulai dari teori, akan tatapi dimulai dari fakta. Peneliti terjun

ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan

dari fenomena yang ada di lapangan.55

(49)

A.Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil SMP Baitussalam Surabaya

a. Nama Sekolah : SMP Baitussalam Surabaya

b. Alamat : Surabaya

c. Kecamatan : Kec. Jambangan

d. Kab/Kota : Surabaya

e. Provinsi : Jawa Timur

f. No. Telp /HP/fax : Telp 031-8294155 , Fax 031-8298742

g. NSS/ NPSN : 204056027444/ 20532634

h. Akreditasi : Terakreditasi B

i. Tahun didirikan : 2 Mei 1995

j. Email : [email protected]

2. Visi Misi SMP Baitussalam Surabaya Visi :

“Menghasilkan Lulusan yang Berakhlak Mulia, Cerdas, Disiplin, Berkualitas dan

Berwawasan lingkungan”

(50)

Misi :

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif sehingga siswa dapat

mengembangkan kecerdasan yang dimiliki secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimiliki.

b. Mewujudkan proses pendidikan yang berkualitas, efektif dan relevan, sehingga

siswa memiliki kecakapan hidup yang dikembangkan berdasarkan multi

intelegensi mereka.

c. Menumbuhkembangkan semangat keunggulan yang berdaya saing kepada

seluruh warga sekolah.

d. Mewujudkan peserta didik yang bertaqwa disiplin, berkualitas, berkepribadian,

mandiri, inovatif, kreatif, menyenangkan, berorientasi global, serta berakhlak

mulia.

e. Meningkatkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang didukung

dengan pelatihan dan pengembangan profesionalisme.

f. Menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan mendukung serta menjamin

proses belajar mengajar yang kondusif, inovatif untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

g. Menumbuhkan penghayatan, pengamalan terhadap ajaran agama dan budaya

bangsa sehingga terbentuk siswa berkarakter.

h. Menumbuhkan sikap dan kebiasaan hidup bersih, sehat, dan peduli lingkungan

(51)

i. Menerapkan manajemen partisipatif yang berbasis sekolah dengan melibatkan

seluruh warga sekolah dan stakeholder melalui peningkatan mutu kelembagaan

dan organisasi sekolah yang bersifat terbuka dan demokratik.57

3. Struktur organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya Tabel 4.1

Struktur Organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya

57 Dokumentasi berupa file profil SMP Baitussalam Surabaya yang dilihat pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 08.00 WIB

Tya Gita Ayuning Tyas, SH

(52)

- - - = Garis Konsultasi

________ = Garis Komando

KETERANGAN:

1. KEPALA SEKOLAH: Penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya

2. KOORDINATOR BK/GURU PEMBIMBING: Pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah

3. GURU MATA PELAJARAN: Beserta pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang peserta didik

untuk kepentingan bimbingan dan konseling

4. WALI KELAS/GURU PEMBINA: Guru yang diberi tugas khusus disamping mengajar untuk mengelola status kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab

membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelasnya.

5. PESERTA DIDIK: Peserta didik yang berhak menerima pengejaran, latihan dan pelayanan bimbingan dan konseling.

6. TATA USAHA: Pembantu Kepala sekolah dalam penyelenggara adsministrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan adsministrasi bimbingan dan konseling

(53)

pendidikan di satuan penddikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur

pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.58

4. Peserta didik dan guru BK di SMP Baitussalam Surabaya

Peserta didik di SMP Baitussalam Surabaya berada pada tahap perkembangan

masa remaja, pada umumnya mereka berusia antara 12-16 tahun. Jumlah

keseluruhan peserta didik adalah sebanyak 273 anak dengan masing-masing putra

sebanyak 142 anak dan putri sebanyak 131 anak dengan rincian sebagai berikut:

a. Kelas VII berjumlah 2 kelas masing-masing terdapat kelas 7a: 33 putri, 7b: 36 putra

b. Kelas VIII berjumlah 4 kelas masing-masing terdapat kelas 8a: 32, 8b:30, 8c:28, 8d:

26

c. Kelas IX berjumlah 4 kelas masing-masing terdapat 9a: 22, 9b:22, 9c: 22, 9d: 22

Sedangkan guru BK di SMP Baitussalam ada 2 guru yaitu Ibu Ely Arifah,

S.Psi, M.Si. sebagai koordinator BK lulusan S2 UNAIR juruasan psikologi dan

Ibu Tya Gita Ayuning Tyas, SH sebagai guru pembimbing merupakan lulusan S1

UNAIR jurusan hukum..

5. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya

a. Kurikulum BK Di SMP Baitussalam Surabaya

Kurikulum bimbingan dan konseling yang digunakan di SMP Baitussalam

Surabaya adalah kurikulum 2013 (K-13). Sebagaimana hasil wawancara dengan

koordinator guru BK ibu Ely mengatakan bahwa,

(54)

”kurikulum BK yang digunakan di SMP Baitussalam Surabaya adalah mengacu pada K-13 yang pelaksanaannya menggunakan 17+ yang terletak pada 4 bidang yaitu, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. dengan tambahan pendidikan karakter yang merujuk pada ”Buku Paket Pedoman Penunjang kurikulum 2013 (K-13), Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling” yang diterbitkan langsung

oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2013.”59

Adapun tujuan dari kurikulum BK di SMP Baitussalam Surabaya adalah

sebagaimana juga dijelaskan oleh Bapak Kardi selaku kepala sekolah

mengatakan bahwa,

”Kurikulum BK disini memang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau menjadi anggota masyarakat yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang merupakan bentuk realisasi dari kurikulum 2013, tujuan pendidikan ini dinyatakan dalam bentuk kemampuan atau

kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.60

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka SMP Baitussalam Surabaya

berupaya untuk mengembangkan kualitas peserta didik. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa salah satu upaya yang

dilakukan adalah pengembangan diri yang merupakan kegiatan pendidikan

diluar mata pelajaran. Namun kegiatan ini termasuk bagian dari kurikulum

sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh buTya selaku guru BK,

”Kegiatan pengembangan diri ini dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,

kegiatan belajar dan pengembangan karir peserta didik.”61

59

Hasil wawancara dengan Bu Elly selaku guru BK pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 08:15

60 Hasil wawancara dengan Bapak Kardi selaku kepala sekolah pada tanggal 23 Febriari 2015 pukul 09:15

(55)

Dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling yang

merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam

menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah. Dengan demikian usaha

pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan secara optimal agar

perkembangan peserta didik dapat memenuhi tuntutan tujuan pendidikan.

b. Pola bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam

Dari data hasil dokumentasi, pola bimbingan dan konseling yang

digunakan di SMP Baitussalam adalah sebagaimana gambar berikut:62

Tabel 4.2

Pola Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya Tahun Pelajaran 2014-2015

(56)

Bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam Surabaya dilaksanakan

berdasarkan pola 17+, dimana terdiri dari beberapa bidang bimbingan

sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Ely selaku koordinator guru BK,

Disini bentuk bimbingan konseling sudah menggunakan pola 17+

yang mana terdiri dari 5 bidang bimbingan yaitu, pertama bidang bimbingan pribadi yang merupakan pelayanan bimbingan pribadi di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik agar mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman.

Kedua bidang bimbingan sosial yang merupakan pelayanan bimbingan sosial di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami diri yang berkaitan dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial.

Ketiga bidang bimbingan belajar yang merupakan pelayanan

bimbingan belajar di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan program belajar di tingkat SMP dan sederajat dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya dan menyiapkanya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Keempat bidang bimbingan karier yang merupakan pelayanan bimbingan karier di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik agar mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan, memahami lingkungan pendidikan dan sektor pekerjaan sebagai lingkungan yang efektif serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam kehidupan masyarakat.

Serta bidang agama yang merupakan tambahan bidang dari yang sebelumnya BK pola 17 menjadi BK pola 17+ yang membantu peserta didik untuk lebih meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta sebagai pendukung di dalam pendidikan

karakter.63

Banyak sekali layanan-layanan yang digunakan dalam proses bimbingan

dan konseling dalam pola 17+ ada 5 layanan yang masing-masing memiliki isi

Gambar

Tabel 4.1 Struktur Organisasi BK
Tabel 4.2 Pola Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam  Surabaya
Tabel 4.3 Jadwal Bimbingan Konseling SMP Baitussalam Surabaya
Tabel 4.5 Mekanisme Kerja SMP Baitussalam Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar menulis, mengidentifikasi faktor-faktor

Adakah hubungan yang signifikan antara perhatian orangtua, layanan bimbingan dan konseling, dan motivasi belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh persepsi bimbingan konseling terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP N 2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebermanfaatan layanan bimbingan dan konseling berdasarkan bidang bimbingan dan konseling terhadap siswa kelas VIII SMP Stella Duce 1

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang kegiatan bimbingan konseling terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP N

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk media aplikasi Pengenalan Bimbingan dan Konseling berbasis android sebagai media layanan informasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru kelas sebagai pelaksana bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD

Kegiatan layanan bimbingan konseling secara menyeluruh meliputi enam bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, bimbingan karir,