BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A SMP BAITUSSALAM
SURABAYA
SKRIPSI
Oleh : Elok Faiqoh
D03211038
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A SMP BAITUSSALAM
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Tarbiyah dan Keguruan
Oleh : Elok Faiqoh
D03211038
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PRODI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Nama : Elok Faiqoh
NIM : D03211038
Fak/Jur : Tarbiyah dan Keguruan/KI
Judul : UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MELALUI
LAYANAN BIMBINGAN KONSELING BELAJAR
BERBASIS GAYA BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII /A
SMP BAITUSSALAM SURABAYA
Ini telah diperiksa akan disetujui untuk diujikan.
Surabaya, 03 Juli 2015
Pembimbing
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dekan,
Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag NIP.196311161989031003
Penguji I,
Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag NIP.196210211992031003
Penguji II,
Dr. H. Masyhudi Ahmad, M.Pd.I NIP.195606221986031002
Penguji III,
Dra. Liliek Channa, M.Ag NIP.195712181982032002
Penguji IV,
Nama : Elok Faiqoh
NIM : D03211038
Jurusan : Kependidikan Islam/ BK
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
merupakan hasilkarya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Surabaya, 03 Juli 2015
Yang membuat pernyataan
vii
ABSTRAK
Elok Faiqoh. 2015. Judul : “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya“.
Dalam proses pembelajaran, kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Yakni, “ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Bila gaya belajar siswa baik dan efesien, maka bisa juga tingkat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efesien, maka boleh jadi tingkat pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan rendah. Dengan adanya upaya dari guru BK yaitu dengan memberikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar bisa membantu siswa dalam mengetahui gaya belajar seperti apa yang sesuai dengan diri mereka sehingga bisa memberikan dampak positif pada semangat belajar siswa dan prestasi belajarnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Pada Siswa Kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.
Tujuan dari penelitian ini adalah Peneltian ini bertujuan untuk mendiskripsikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar, dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif yang merekonstruksikan ucapan dan tingkah laku orang atau subyek studi. Dimana prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah-langkah bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar sudah sesuai dengan teori umum yang dinyatakan oleh para ahli. Begitu pula hasil prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan adanya layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai siswa sebelum diadakan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yaitu 75,6 dan hasil sesudah dilaksanakan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yaitu 80. Hasil prestasi ini dapat disimpulkan dengan jumlah siswa 32 yang mengalami peningkatan prestasi sebanyak 28 siswa yang menurun 2 siswa dan yang tetap 2 siswa.
Kata Kunci: Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar,
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Operasional ... 6
F. Sistematika Pembahasan ... 8
BAB II : LANDASAN TEORI A. Prestasi Belajar ... 10
1. Definisi Prestasi Belajar ... 10
3. Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar ... 29
C. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33
B. Informan Penelitian ... 34
C. Metode Pengumpulan Data ... 35
D. Teknik Analisa Data ... 37
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum obyek Penelitian ... 40
1. Profil SMP Baitussalam Surabaya... 40
2. Visi Misi SMP Baitussalam Surabaya ... 40
3. Struktur Organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya ... 42
4. Peserta Didik Dan Guru BK DI SMP Baitussalam Surabaya ... 44
5. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya ... 44
B. Penyajian Data ... 55
3. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sesudah Dilaksanakan
Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar
Di SMP Baitussalam Surabaya ... 63
C. Analisa Data. ... 67
1. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar .... 67
2. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sebelum Dialaksanakan
Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar
Di SMP Baitussalam Surabaya ... 68
3. Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A Sesudah Dialaksanakan
Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar
Di SMP Baitussalam Surabaya ... 70
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran-Saran ... 74
A.Latar Belakang
Pada era globalisasi perkembangan dimensi kehidupan terjadi sangat cepat.
Perkembangan yang sangat cepat juga berpengaruh terhadap dimensi pendidikan.
Agar mampu terlibat persaingan era globalisasi, maka Indonesia perlu meningkatkan
kualitas mutu pendidikan
Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran. Ajaran Al-Qur’an syarat dengan nilai-nilai pengetahuan
yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai fenomena masyarakat,
lingkungan, pendidikan dan pergaulan yang harus dipikirkan. Dengan adanya simbol
tuntutan berpikir itu, membersitkan makna bahwa manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan untuk mengetahui berbagai fenomena yang telah diciptakan oleh Tuhan
yang Agung.1
Mutu pendidikan merupakan hal penting yang terdiri atas proses dan hasil,
bahan ajar, metodologi yang digunakan, sarana prasarana, administrasi, juga berbagai
sumber daya dan upaya penciptaan suasana yang nyaman untuk belajar merupakan
berbagai input untuk mencapai mutu dalam proses pendidikan. Hasil pendidikan
1
Djunaidatul Munawwaroh, Tanenji, Filsafat Pendidikan Islam (prespektif islam dan umum),
dalam konteks mutu pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai dalam kurun
waktu tertentu.
Prestasi belajar merupakan tolak ukur keberhasilan dalam suatu proses belajar
mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Salah
satunya ada pada gaya belajar siswa.
Belajar ternyata mempunyai gaya yang berbeda-beda. Diantaranya gaya belajar
auditory, visual, kinestetik, dan lain-lain. Bila kita paham gaya belajar kita, boleh
jadi kita lebih pintar dari seharusnya.
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaiknya siswa itu sendiri
mengetahui gaya belajar mereka, sehingga siswa tidak salah menempatkan gaya
belajar mereka yang tidak sesuai dengan gaya belajar mereka yang sebenarnya. Pihak
sekolah maupun guru, terutama guru BK juga harus lebih memperhatikan
karakteristik siswa terutama gaya belajar mereka. Sehingga guru tidak memaksa
siswa dengan gaya belajar yang membuat mereka bosan, karena tidak sesuai dengan
gaya belajar mereka. Karena kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap
pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Yakni, “ada yang cepat, sedang, dan ada
pula yang lambat. Oleh karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara yang
berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama”2 Di SMP
Baitussalam Surabaya banyak guru yang kurang memperhatikan gaya belajar peserta
didik sehingga mereka merasa pelajaran yang disampaikan kurang menarik yang
berakibat mereka tidak paham dan mengerti apa yang guru sampaikan.
Memperhatikan gaya belajar semua siswa sangatlah penting, dengan begitu
guru tidak akan menganggap gaya belajar mereka yang bervariasi sebagai gangguan
dalam pembelajaran. Oleh karena itu mengetahui gaya belajar setiap siswa serta
berupaya memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang baik bagi seorang guru adalah
merupakan “suatu usaha yang sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan
keberhasilan belajar”3
Kartini Kartono mengungkapkan bahwa”cara belajar yang dilakukan siswa ada
yang efesien dan ada juga yang kurang efesien, cara belajar yang efesien akan
mencapai hasil belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai cara yang
tidak efesien.4
Hasil riset menunjukkan bahwa “murid yang belajar menggunakan gaya belajar
mereka yang dominan, saat menegerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih
tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya
belajar mereka.5
Dengan kata lain, adanya gaya atau cara belajar siswa yang berbeda-beda bisa
menyebabkan prestasi belajar siswa disekolah berbeda pula. Bila gaya belajar siswa
baik dan efesien, maka bisa juga tingakat hasil belajar siswa pun tinggi. Begitu pula
3 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1995), Cet. I, hal, 101.
4 Kartini Kartono, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. I, hal, 4.
5 Adi W. Gunawan, Genius Learnig Strategy: Pentunjuk Praktis Untuk Merapkan Accelerated
sebaliknya, apabila gaya belajar siswa kurang baik dan efesien, maka boleh jadi
tingkat pencapaian hasil belajar siswa di sekolah pun akan rendah.
Dengan demikian, maka guru bimbingan konseling mengadakan layanan
bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar.
Oleh karena itu penulis memberi judul :
“Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar”
Penulis membatasi kajiannya, di kelas VIII/ A SMP Baitussalam Surabaya,
yang dikenal sudah melaksanakan seperti ini sekitar setahun yang lalu. Karenanya,
penulispun menganggap layak untuk diteliti sebagai wujud pertanggung jawaban
akademik.
B.Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah penulis mengemukakan permasalahan dalam
skripsi sebagai berikut:
1. Bagaimana layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar yang
dilaksanakan guru BK di kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya?
2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar sebelum dilaksanakan layanan bimbing
konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa di kelas VIII/A SMP
3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar sesudah dilaksanakan layanan bimbing
konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa di kelas VIII/A SMP
Bitussalam Surabaya?
C.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar
yang dilaksanakan guru BK di kelas VIII/A SMP Baitussalam Surabaya.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa melaui upaya guru BK dalam memberi
layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar pada siswa kelas VIII/A
SMP Bitussalam Surabaya
D.Manfaat Penelitian
Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan belajar siswa
pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti
a. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti serta tambahan pengetahuan
sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan
kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan
b. Untuk memenuhi beban SKS dan sebagai bahan penyusunan skripsi serta ujian
munaqosah yang merupakan tugas akhir penulis untuk memperoleh gelar
sarjana strata satu (S1) pada jurusan Kependidikan Islam kosentrasi Bimbingan
Konseling.
2. Bagi SMP Baitussalam Surabaya
a. Sebagai bahan masukan dalam rangka peningkatan penyelenggaraan bimbingan
konseling belajar yang berdasarkan gaya belajar masing-masing siswa.
b. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan penyelenggaraan bimbingan
konseling belajar yang berbasiskan gaya belajar di SMP Baitussalam Surabaya.
3. Bagi UIN Sunan Ampel Surabaya
a. Untuk memberi masukan tentang perkembangan pelaksanaan layanan
bimbingan konseling di lembaga pendidikan islam salah satunya di SMP
Baitussalam Surabaya.
E.Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan. Konsep ini sangat penting
karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan
hal serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali
oleh orang lain.6
Dalam mengartikan judul skripsi ini penulis akan uraikan maksud judul untuk
menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman.
1. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang
dari tidak tahu menjadi tahu.7
Sedangkan prestasi belajar yang penulis maksud maksud dalam skripsi ini
adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam nilai raport, yang ditunjukkan dengan
skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang
menggambarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh siswa.
Adapun nilai-nilai yang diambil adalah pada kelas VII semester akhir dan
kelas VIII semester awal.
2. Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar
Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar merupakan
pemberian bantuan berdasarkan cara dan kebiasaan belajar yang lebih di sukai
untuk memperoleh pengalaman dan informasi yang dapat menghasilkan
perubahan.
Jadi yang penulis maksud pada skiripsi ini adalah layanan bimbingan
konseling belajar yang didasarkan pada gaya belajar yang berbeda-beda.
7
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan pada tulisan ini, dapat di gambarkan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini berisi tentang, latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan
sistematika pembahasan.
Bab II : Landasan Teori, Bab ini akan membahas tentang prestasi belajar yaitu
pembahasan mengenai definisi prestasi belajar, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar. Kedua, tentang layanan bimbingan
konseling belajar berbasis gaya belajar, yairu pembahasan mengenai
bimbingan konseling belajar yang meliputi: definisi bimbingan konseling
belajar, pendekatan/teknik bimbingan konseling belajar, dan
langkah-langkah yang dilakukan dalam bimbingan konseling beajar. Kemudian
pembahsan mengenai gaya belajar yang meliputi: definisi gaya belajar,
dan macam-macam gaya belajar. Dan pembahasan mengenai bimbingan
konseling belajar berbasis gaya belajar. Ketiga tentang layanan bimbingan
konseling belajar berbasis gaya belajar dalam meningkatkan prestasi.
Bab III : Metode Penelitian, berisi tentang prosedur penelitian yang meliputi: jenis
penelitian, informan penelitian, tahap penelitian, metode pengumpulan
data, dan teknik analisa data.
Bab IV : Laporan Hasil Penelitian, Bab ini melaporkan tentang Gambaran umum
Bab V : Sebagai bab terakhir, bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi dan
saran-saran dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang mungkin dapat
A.Prestasi Belajar
1. Definisi prestasi belajar
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti usaha. Dalam literature, prestasi selalu
menghubungkan dengan akitivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M.
Gagne dalam artikel oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah bahwa dalam setiap
proses akan selelalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan
sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.8
Muhibbin Syah menjelaskan prestasi belajar adalah taraf keberhasilan
sebuah proses mengajar-belajar (the teching-learning process) atau taraf
kebrhasilan sebuah program pembelajaran/penyajian materi, dan kenaikan kelas.9
Oemar Hamalik mengemukakan, prestasi belajar adalah bila seseorang
telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tersebut,
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.10
8 Abu Muhammad Ibnu Abdullah, Prestasi Belajar, (http://spesialis-torch.com/content/view/120/29/2008), diakses pada tanggal 24/05/15.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
yaitu taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar yang dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan dinyatakan dalam raport.
Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan
nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai
digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang
menunjukkan kedaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Kegiatan belajar, dan pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor baik dari dalam individu (faktor intern) maupun dari luar
individu (faktor ekstern).
Menurut Drs. Dewa Ketut Sukardi mengatakan bahwa, Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. Faktor intern, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk
fisik maupun mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil
tidaknya seseorang dalam belajar.
b. Faktor ekstern, ialah faktor yang bersumber dari luar indidvidu yang
bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat
pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun lingkungan
alamiahnya.
Kedua faktor tersebut diatas dapat mempengaruhi seseorang yang sedang
belajar. Yang dimaksud mempengaruhi disini, karena faktor intern dan ekstern
tersebut diatas dapat mendorong dan dapat pula menghambat seseorang yang
sedang belajar. Dalam situasi belajar seseorang menghadapi motif dari luar dan
lingkungan untuk memperoleh pengalaman.11
Menurut Slameto mengatakan bahwa, Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern meliputi:
a. Faktor jasmaniah, berupa kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis, berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan, berupa kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.12
Menurut Suryabrata, secara garis besar mengatakan bahwa, Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
11 Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar Di Sekolah, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 30 .
a. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi
faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berasal dari keadaan
jasmani diri individu itu sendiri, biasanya berhubungan erat dengan
fungsi-fungsi fisik misalnya kesehatan panca indera dan lain-lain. Faktor psikologis
berhubungan dengan hal- hal yang bersifat psikis misalnya motivasi, minat,
bakat, dan kemampuan kognitif.
b. Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi
faktor sosial dan faktor non-sosial. Faktor sosial yang dimaksud adalah faktor
manusia (sesama manusia). Faktor nonsosial meliputi keadaan cuaca, udara,
lokasi tempat belajar, alat-alat yang dipergunakan untuk belajar.13
Dari pendapat yang dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor intern
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti: fisik, mental, dan
psikologis. Sedangkan dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar
individu seperti: faktor sosial dan faktor non sosial.
B.Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar 1. Bimbingan Konseling Belajar
a. Definisi Bimbingan Konseling Belajar
Bimbingan konseling belajar adalah salah satu bidang dalam bimbingan
dan konseling yang diarahkan untuk membantu individu/siswa dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar. Bimbingan belajar
dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar - mengajar yang
kondusif agar terhindar dari kesulitan belajar.14
Menurut Tjatjo Thaha, bimbingan konseling belajar adalah layanan
belajar yang berfungsi memberikan petunjuk untuk menyusun program belajar
dan memecahkan berbagai masalah dalam belajar.15
Menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono, bimbingan konseling
bealajar adalah layanan inti dari kegiatan sekolah untuk berhasilnya proses
belajar bagi setiap siswa.16
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
bimbingan dan konseling belajar adalah jenis bimbingan yang dilakukan untuk
membantu individu/siswa dalam hal pendidikan (secara umum) dan dalam hal
belajar (dalam arti sempit).
b. Pendekatan / Teknik bimbingan konseling belajar
Menurut Dewa Ketutu Sukardi, secara garis besarnya teknik-teknik yang
dipergunakan dalam bimbingan konseling belajar mengambil dua macam
pendekatan, yaitu:
14 Prof. Dr. H. Prayitno, M.Sc.Ed, Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan&Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,2009), Cet. 2, hal. 279.
15 Prof. Drs. H. Tjatjo Thaha, Msi, Bimbingan&Konseling dan Belajar&Pembelajaran Di
Perguruan Tinggi, (Palu: Pustaka Agung Palu, 2003), hal. 98.
1) Bimbingan kelompok (Group guidance)
Yang dimaksud dengan bimbingan kelompok (group guidance), ialah
suatu teknik pelayanan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing kepada
sekelompok murid dengan tujuan membantu seseorang atau sekelompok
murid yang menghadapi masalah-masalah belajarnya dengan menempatkan
dirinya di dalam suatu kehidupan/kegiatan kelompok yang sesuai.17
Adapun bentuk-bentuk bimbingan kelompok menurut Winkel antara
lain:
a) Pelajaran bimbingan (group guidance class)
Secara garis besarnya pelajaran bimbingan bisanya dilaksanakan
disekolah sebagai berikut: pada jam tertentu (yang sudah ditentukan
dalam jadwal) ahli bimbingan masuk kelas dan memberikan pelayanan
bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah
yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran yang lain, misalnya cara-cara
belajar yang baik.
Metode yang diterapkan dimuka kelas pun bukan melulu hanya
bersifat nasihat, wejangan atau ceramah tetapi melibatkan murid dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya. Maka disini dituntut kepada
kepala sekolah untuk menyediakan waktu dalam jadwal yang disusunnya
sesuai dengan kebutuhan, yang kadang sulit memasukkan mata pelajaran
bimbingan dalam jadwal karena terlalu padatnya bidang studi yang harus
diselesaikan setiap semesternya.18
b) Karya wisata (fiel-trip)
Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak
menguntungkan. Dengan karya wisata murid dapat mengenal secara
langsung dari dekat situasi atau obyek-obyek yang menarik perhatiannya,
dalam hubungannya dengan pelajaran disekolah. Dengan karyawisata
murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam
kehidupan kelompok, berorganisasi, kerjasama, dan tanggung jawab.
Sebelum karyawisata dilakukan hendaknya guru-guru telah
memberikan orientasi umum mengenai obyek yang akan dikunjungi dan
mengadakan perencanaan yang matang mengenai pemilihan obyek yang
menarik dan ada hubungannya dengan pelajaran disekolah.19
c) Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok
kecil yang lebih kurang terdiri dari 4 sampai lima orang murid. Murid
yang telah bergabung dalam kelompok kecil itu mendiskusikan bersama
berbagai permasalahan termasuk didalamnya masalah belajar.
Masalah yang mungkin dapat didiskusikan dalam diskusi kelompok
misalnya: Kesukaran dalam belajar, masalah pengisian waktu luang,
18 Ibid, hal. 158
masalah menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), masalah-masalah OSIS.
Dan lain-lain.
Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan
oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok.20
d) Home room
Seperti diketahui bahwa home room merupakan salah satu teknik
bimbingan. Home room merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam suatu ruangan (kelas) guna kegiatan bimbingan belajar dalam
usaha untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap
muri-murid. Dalam kegiatan ini, ahli bimbingan/konselor sekolah dan
murid dapat lebih dekat, seperti dalam suasana di rumah.
Kegiatan home room dapat pula dipergunakan sebagai salah satu
cara dalam bimbingan belajar. Melalui kegiatan ini pembimbing dan
murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek tentang belajar. Dalam
kesempatan ini diadakan tanya jawab, membuat rencana suatu kegiatan
yang berhubungan dengan belajar, menampung berbagai pendapat dari
murid lain, dengan demikian murid dapat mengutarakan masalahnya
dengan leluasa dan terbuka.21
e) Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang
memberikan kesempatan pada murid untuk mendramatiskan sikap,
tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam
hubungan sosial sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu sosiodrama
dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang
mengganggu belajar dengan kegiatan drama sosial.
Tujuan pengguanaan sosiodrama dalam teknik bimbingan adalah:
Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang menghadapi
suatu situasi sosial, menggambarkan bagaimana cara memecahkan suatu
masalalah sosial, menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis
terhadap tingkah laku yang harus atau jangan diambil dalam suatu situasi
sosial tertentu, memberikan pengalaman untuk menghayati situasi-situasi
tertentu, dan memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari
berbagai sudut pandangan tertentu.22
f) Ceramah dari narasumber
Dalam memberikan informasi tentang kegiatan belajar, dapat pula
dilakukan dengan mendatangkan orang-orang tertentu ke sekolah untuk
memberikan ceramah mengenai: bagaimana kurikulum yang berlaku,
bagaimana prospeknya dimasa mendatang.
Cara ini lebih efesien karena mudah dilaksanakan, dan murid
memperoleh informasi sebanyak mungkin dalam waktu yang tidak terlalu
lama.23
2) Bimbingan individual (individual guidance)
Konseling individu merupakan pemberian bantuan melalui kegiatan
konseling. Konseling merupakan kegiatan yang amat penting. Bahkan
dinyatakan bahwa usaha penyuluhan (counseling) adalah jantung hati dari
usaha bimbingan secara keseluruhan. Dengan pelayanan ini murid
berhadapan langsung dengan konselor untuk membicarakan masalahnya
(face to face relation).
Tugas membantu murid mencari penyelesaian terhadap suatu masalah
atau kesukaran dalam belajar melalui wawancara konseling dituntut yang
dituntut persyaratan tertentu.24 Persyaratan yang dituntut disini termasuk
sikap dan keterampilan konselor dalam hubungan dengan konseling.
Menurut Prayitno ada beberapa syarat yaitu:
a) Sikap dalam hubungan konseling
Sikap yang harus dimiliki dalam hubungan dengan konseling adalah
keyakinan konselor tentang hakikat manusia, sikap konselor menerima
klien sebagaimana adanya, sikap penuh pengertian terhadap klien, dan
sikap konselor terhadap norma dan nilai-nilai.
23Ibid, hal. 161
Berdasarkan hal tersebut diatas maka sikap yang harus dimiliki oleh
penyuluh (konselor) dalam hubungannya dengan konseling, pendekatan
yang dipakainya atau apa yang dilakukannya dalam batas-batas tertentu.
Semuanya mempengaruhi hubungan antara konselor dengan klien.
Konselor memegang kunci bagi dimulainya dan dikembangkannya
hubungan tersebut.25
b) Keterampilan yang harus dimiliki dalam hubungan konseling
Macam-macam keterampilan yang harus dimiliki dalam hubungan
konseling, yaitu: Membina keakraban (rapport), merasakan apa yang
menjadi perasaan klien (empati), kemampuan memperhatikan.
Kemampuan yang tinggi dalam keterampilan-keterampilan ini akan
mampu mengembangkan hubungan yang baik antara konselor dengan
klien.26
Oemar Hamalik juga mengemukakan, ada beberapa teknik yang
dapat dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan konseling belajar yaitu,
dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan kelompok dan bimbingan
individual atau kedua bentuk itu dilaksanakan secara berurutan dan
berfariasi. Bimbingan kelompok dilakukan terhadap kelompok siswa
yang terutama menemukan masalah atau kesulitan yang sama atau
sejenis. Pelaksanaannya dilakukan bersama-sama dimana guru atau siswa
25 Ibid, hal, 162.
lainnya bertindak sebagai pembimbing. Bimbingan individual dilakukan
secara perseorangan berdasarkan jenis masalah atau kesulitan dan kedaan
pribadi siswa dengan menyediakan waktu dan tempat yang agak khusus.27
Tjatjo Thaha juga berpendapat, ada tiga jenis pendekatan dalam
proses bimbingan dan konseling, yaitu:
a) Pendekatan langsung
Pendekatan ini berpusat pada konselor, maka dalam pendekatan
ini konselorlah yang mengambil inisiatif dalam proses konseling.
Konselor juga menentukan cara-cara pemecahan masalah klien.
Konselor memberi arahan dan saran-saran yang telah dipertimbangkan.
b) Pendekatan tidak langsung
Pendekatan ini berpusat pada klien, maka dalam pendekatan ini
klienlah yang mengambil peranan. Sedangkan konselor mengamati
dnegan seksama apa yang disampaikan oleh klien. Dalam proses
konseling, konselor mencatat dan hasilnya akan dianalisis untuk
mencari pemecahannya dngan tepat.
c) Pendekatan Elektik
Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan langsung
dan pendekatan tidak langsung, yaitu pada kondisi atau kasus klien
tertentu dapat diterapkan pendekatan langsung, dan pada kasus lain
dapat diterapkan pendekatan tidak langsung.28
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono,
teknik-teknik bimbingan konseling belajar dapat dibagankan sebagai berikut:
1) Teknik individual, terdiri dari: Pendekatan langsung, pendekatan
tidak langsung dan, pendekatan Eclective (pendekatan gabungan
dari pendekatan langsung dan tidak langsung).
2) Teknik kelompok, terdiri dari: Pelajaran bimbingan, karya wisata,
diskusi kelompok, home room, sosiodrama, psikodrama, upacara29
Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa ada dua teknik/pendektan dalam bimbingan konseling
belajar yaitu teknik individual dan teknik kelompok.
c. Langkah-langkah yang dilakukan dalam bimbingan konseling belajar Layanan bimbingan konseling belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
Menurut Oemar Hamalik, pelaksanaan bimbingan konseling belajar
dilakukan dengan langkah-langkah umum sebagai berikut:
1) Melakukan penjajakan berbagai masalah atau kesulitan yang sedang
dihadapai oleh para siswa, yang selanjutnya berusaha menemukan dan
merumuskan masalah yang paling terasakan bagi siswa.
28 Tjatjo Thaha, Bimbingan dan Konseling Belajara dan Pembelajaran Di Perguruan Tinggi, (Palu: Pustaka Agung, 2009), hal. 51-53
2) Melakukan studi tentang berbagai faktor penyebab terjadinya masalah atau
kesulitan yang selanjutnya menetapkan satu atau beberapa faktor yang
diduga paling dominan.
3) Menetapkan cara-cara yang digunakan untuk melakukan bimbingan kepada
siswa.
4) Melakukan bimbingan dalam bentuk bantuan, arahan, gerakan, nasihat, dan
cara-cara yang sesuai dan yang telah ditetapakan sebelumnya.
5) Siswa sendiri memcahkan masalah atau kesulitan yang sedang dialaminya.
6) Melakukan penilaian dan teknik tertentu untuk mengetahui tingkat
keberhasilan bimbingan yang telah dilaksanakan dan bagaimana tindak
lanjutnya.30
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widoso Supriyono,
langkah-langkah dalam bimbingan konseling belajar meliputi: Menetukan maslah,
pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, treatment/terapi, dan
tindak lanjut.31
Jadi dapat diambil kesimpulan, langkah-langkah yang ditempuh dalam
bimbingan konseling belajar adalah: Menetukan masalah, mencari sebab-sebab
terjadinya masalah, melakukan proses pemberian bantuan, pengentasan, dan
tindak lanjut.
2. Gaya Belajar
a. Definisi Gaya Belajar
Menurut M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Gaya belajar merupakan
cara belajar yang khas bagi siswa. Oleh karena itu, kemampuan seseorang
untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada
yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. mereka seringkali harus
menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran
yang sama.32
Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara
tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi
dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar
setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika,
misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang
tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.33
Sedangkan menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu
cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang
diterimanya dalam proses belajar.34
32 M. Nur Ghufron, Rini Risnawati. S, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), Cet. II,hal. 42.
33 Hamzah Uno, dkk. Landasan Pembelajaran, (Gorontalo: Nurul Jannah, 2004), hal. 212. 34
Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi.35
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
adalah cara yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan
perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi pada proses belajar.
b. Macam-macam gaya belajar
Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang
dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di
Jamaica, New York, dan para pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti,
Richard Bandler, John Grinder, dan Michael Grinder, telah mengidentifikasi
tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda:
1) Visual, yaitu belajar melalui melihat sesuatu. Misalkan melihat gambar atau
diagram, pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.
2) Auditori yaitu, belajar melalui mendengar sesuatu. Misalkan mendengarkan
kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.
3) Kinestetik. Yaitu belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung.
Seperti bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.36
35 DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, Quantum Learning. Edisi Revisi. (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 110-112.
36
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti
disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki, adalah sebagai berikut:
1) Gaya Belajar Visual (Visual learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai
dengan ciri- ciri perilaku sebagai berikut: rapi dan teratur, berbicara dengan
cepat, mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,
teliti dan rinci, mementingkan penampilan, lebih mudah mengingat apa yang
dilihat daripada apa yang didengar, mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi
visual, memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik, biasanya
tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang
belajar, sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta
instruksi secara tertulis), merupakan pembaca yang cepat dan tekun, lebih
suka membaca daripada dibacakan, dalam memberikan respon terhadap
segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan
menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan, jika sedang
berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama
berbicara, lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain, sering
menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak”, lebih suka
mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah, lebih tertarik
pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik, sering kali
menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam
kata-kata, dan kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
2) Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial ditandai dengan
ciri-ciri perilaku sebagai berikut: sering berbicara sendiri ketika sedang
bekerja (belajar), mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,
menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca, lebih
senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca, jika membaca maka
lebih senang membaca dengan suara keras, dapat mengulangi atau
menirukan nada, irama dan warna suara, mengalami kesulitan untuk
menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita, berbicara dalam
irama yang terpola dengan baik, berbicara dengan sangat fasih, lebih
menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya, belajar dengan
mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang
dilihat, senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang
lebar, mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi, lebih pandai mengeja atau mengucapkan
kata-kata dengan keras daripada menuliskannya, dan lebih suka humor atau
gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
3) Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik ditandai dengan
perhatian fisik, menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka,
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain, banyak gerak fisik,
memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar, belajar melalui praktek
langsung atau manipulasi, menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau
melihat langsung, menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca
ketika sedang membaca, banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),
tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama, sulit
membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut, menggunakan
kata-kata yang mengandung aksi, pada umumnya tulisannya jelek, menyukai
kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik), dan ingin
melakukan segala sesuatu.37
Sedangkan menurut Alisuf Sabri, macam-macam gaya belajar siswa dapat
dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1) Gaya belajar siswa pada permulaan belajar
Gaya belajar tersebut pada masing-masing siswa berkaitan erat pada
pengalaman pendidikan dan perkembangan pribadinya.
2) Gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran
Yaitu dimana siswa mempunyai kecenderungan menerima pelajaran
dilakukan dengan beraturan atau tidak beraturan.artinya dalam menerima
pelajaran ada siswa yang dapat mengkonsep pelajaran yang diterima, tetapi
ada juga yang tidak.
3) Gaya belajar siswa dalam menyerap pelajaran
Yakni kecenderungan siswa menyerap pelajaran melalui menghafal,
memikirkan, dan memahami semua konsep informasi yang telah didapat.
4) Gaya belajar siswa dalam memecahkan masalah
Yakni kecenderungan siswa dalam memcahkan masalah akan didapat
melalui perasaan saja, dan adapula yang didapat melalui cara yang
sistematis untuk menyelesaikan masalah.38
3. Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar
Bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar merupakan proses
pemberian bantuan (layanan) kepada siswa melalui kegiatan konseling agar siswa
dapat menyelasaikan belajarnya melalui cara belajarnya masing-masing.
Slameto menyatakan, bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungannya.39
Sedangkan menurut Witherington yang dikutip Nana Syaodih
Sukamadinata, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
38 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasrkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hal.103.
39
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.40
Zeni Neni Izka juga mengemukakan, definisi belajar adalah proses
perubahan dari belum mampu menjadi sebelum mampu, terjadi dalam jangka
waktu tertentu.41
Maka belajar dapat diartikan sebagai proses yang menghasilkan perubahan
yang bersifat menetap dan menyeluruh sebagai hasil dari adanya respon individu
terhadap situasi tertentu, namun juga berwujud keterampilan, kecakapan, sikap,
tingkah laku, pola pikir, kepribadian, dan lain-lain.
Belajar ternyata mempunyai gaya yang berbeda-beda. Diantaranya gaya
belajar auditory, visual, kinestetik, dan lain-lain. Menurut M. Nur Ghufron dan
Rini Risnawati, Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.42
Sedangkan menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu
cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya
dalam proses belajar.43
Sedangkan menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian
mengatur serta mengolah informasi.44
40
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT 5Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 155.
41 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2006), cet. I, hal. 76
Maka gaya belajar dapat diartikan sebagai cara yang cenderung dipilih
siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap
dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
Karena gaya belajar setiap siswa itu berbeda-beda, maka perlu
dilaksanakan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar. Sebab ini akan
dapat membantu siswa terentaskan dari masalah-masalah belajarnya, khususnya
pada cara belajar mereka.
Secara khusus, pelayanan bimbingan dan konseling belajar berbasis gaya
belajar bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mengungkapan sebab-sebab
timbulnya masalah belajar dan merencanakan kegiatan penyelesaian belajar
melalui cara belajarnya yang disukai masing-masing siswa. Untuk mencapai
tujuan tersebut, tentu saja membutuhkan kesungguhan guru pembimbing
(konselor) sebagai tenaga yang bertanggung jawab sekaligus sebagai pelaksana
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
C.Layanan Bimbingan Konseling Belajar Berbasis Gaya Belajar dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar
maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang
diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Prestasi belajar yaitu taraf keberhasilan sebuah proses belajar-mengajar yang
dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan dinyatakan dalam
raport. Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan
nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes
terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan kedaan
tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa.
Gaya belajar juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Karena gaya
belajar merupakan cara yang cenderung dipilih oleh siswa untuk bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi pada proses belajar.
Untuk menghasilkan perubahan dan meningkatkan taraf keberhasilan sebuah
proses belajar-mengajar yang dicapai oleh siswa, maka perlu dilakukan layanan
bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar.
Tetapi terlebih dahulu harus mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan
prestasi dan gaya belajar, seperti faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar
diri individu.
Layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar dilaksanakan
melalui beberapa tahap yaitu: Menetukan masalah, mencari sebab-sebab terjadinya
Metode dalam suatu penelitian merupakan faktor yang sangat penting dan
menentukan agar hasil yang dicapai dalam penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
Yang dimaksud dengan metode penelitian adalah ilmu yang membahas metode ilmiah dalam
mencari, mengembangkan, dan menggunakan kebenaran suatu pengetahuan.45 Karena itu
metode ini membahas teoretik berbagai metode yang digunakan. Penggunaan metode
penelitian merupakan hal yang urgen dalam penelitian ilmiah sebab dengan metode dapat
mempermudah proses pengumpulan data, dan juga dapat mempermudah menentukan berhasil
tidaknya suatu tujuan penelitian serta dapat menumbuhkan kualitas dari hasil penelitian.
Atas dasar pengertian diatas, maka dalam hal ini akan dibahas beberapa hal yang
berhubungan dengan metodologi penelitian sebagai landasan operasional. Adapun metode
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merekonstruksikan ucapan
dan tingkah laku orang atau subyek studi. Sebagaimana yang diucapkan oleh Bogdan
dan Taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya
sebagai bagian dari suatu keutuhan.46
Penelitian ini selain digunakan untuk memahami fakta juga untuk melaporkan
hasil penelitian sebagaimana adanya dan penelitian ini bersifat fleksibel, timbul dan
berkembangnya sambil jalan dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.
Melalui penelitian ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualitas,
realisasi social, dan persepsi sasaran penelitian.47
B. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah subyek dari mana data yang diperoleh.48 Yang
dimaksud dengan informan penelitian dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
data yang diperoleh, informan penelitian ini juga dapat disebut responden, yaitu orang
yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti. Dalam penelitian ini
penulis mengambil beberapa informan penelitian, antara lain:
1. Guru BK SMP Baitussalam
2. Wali kelas VIII/A SMP Baitussalam
3. Guru mata pelajaran SMP Baitussalam
4. Siswa kelas VIII/A SMP Baitussalam
46
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hal
5.
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta 2002), hal 11.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode adalah cara untuk cara untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan.
Karena baik buruknya suatu penelitian sebagian tergantung pada teknik pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah:
1. Metode Observasi
Yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena
yang diteliti.49 Dalam metode ini pengamatan merupakan teknik yang paling
efektif sebelum melakukan penelitian untuk memperoleh suatu data, dengan
metode observasi hasil yang diperoleh lebih jelas dan terarah sesuai dengan apa
adanya. Dengan melakukan pengamatan peneliti mengetahui dan memahami
gambaran yang utuh tentang obyek penelitian. Agar diperoleh pengamatan yang
jelas untuk menghindari kesalahfahaman dengan obyek, maka penulis mengamati
secara langsung untuk mengetahui kejadian yang sebenarnya.
Adapun hal yang di observasi penulis mengenai kedaan lingkungan lembaga,
layanan tentang bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar, serta prestasi
siswa di kelas VIII/A.
2. Metode Interview (wawancara)
Interview adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
sepihak antara pewawancara dengan responden (informan) yang dikerjakan
dengan sistematis dan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(pedoman wawancara).50 Wawancara sesungguhnya merupakan angket secara
lisan, karena penulis mengemukakan informasinya secara lisan dalam hubungan
tatap muka untuk memperoleh jawaban.
Pada umumnya wawancara terdiri dari 3 jenis, yaitu :
a. Wawancara terstruktur, yaitu proses wawancara yang harus sesuai mungkin
dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah disiapkan.51
b. Wawancara semi-terstruktur, yaitu proses wawancara yang memerlukan
pedoman wawancara yang hanya berupa topic-topik pembicaraannya saja yang
mengacu pada satu temasentral yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan
tujuan wawancara.52
c. Wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara tidak menggunakan pedoman
wawancara. Seringkali disebut wawancara bebas.
Jenis wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tidak terstruktur
yang tidak menggunakan pedoman wawancara. Metode wawancara ini penulis
lakukan sebagai langkah awal dari penelitian sebagai salah satu teknik
pengumpulan data atau informasi dalam penulisan skripsi ini. Metode ini peneliti
gunakan untuk mengumpulkan data mengenai kurikulum BK di SMP Baitussalam
Surabaya, gaya belajar siswa, pelaksanaan layanan bimbingan konseling belajar
50Ibid., hal 193.
51 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta : Salemba Humnika, 2011), hal. 122.
berbasis gaya belajar, tahapan-tahapan yang dilakukan, nilai rapot, data hasil tes,
catatan-catatan siswa, jadwal BK, dan dokumentasi.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan laporan tertulis tentang suatu peristiwa yang isinya
terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap suatu peristiwa yang sudah
berlalu.53 Dokumentasi yaitu alat pengumpul data, dengan cara mengambil data
dari dokumen yang tersedia. Pelaksanaan metode ini, peneliti menyelidiki buku,
arsip, catata-catatan dan sebagainya.
Dalam metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data atau informasi yang
tidak ditemukan dalam wawancara ataupun observasi yang meliputi: profil
sekolah, visi misi, struktur organisasi, sarana prasarana, buku raport, buku absensi,
dan hasil tes psikologi tentang gaya belajar.
D. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan
selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk
diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit,
mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan
data. Selanjutnya alur analisis data yang penulis gunakan adalah :
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian dan
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari
catatan-catatan lapangan.
Terkait dengan penelitian di SMP Baitussalam Surabaya, peneliti akan
menyederhanakan dan mentransformasikan data yang telah diperoleh (melalui
pengamatan, wawancara semi terstruktur dengan informan yang dalam hal ini
adalah guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran, dan siswa kelas VIII/A) dengan
cara menyeleksi, meringkas atau uraian singkat dan menggolongkannya dalam
suatu pola yang lebih luas sampai akhirnya kesimpulan akhir dapat ditarik dan
diverifikasi.
2. Penyajian data
Bagian kedua dari analisis data adalah penyajian data. Menurut Mathew dan
Michael, penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.54 Pada bagian kedua ini, setelah mereduksi data peneliti sudah dapat
mengumpulkan informasi yang dapat memberikan peluang untuk mengambil
kesimpulan. Sehingga data dapat tersaji dengan baik tanpa adanya data yang
sudah tidak dibutuhkan.
54
3. Penarikan kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Verifikasi dapat dilakukan untuk mencari pembenaran dan
persetujuan, sehingga validitas dapat tercapai.
Setelah data terkumpul dilakukan pemilihan secara selektif disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Selain itu, dilakukan
pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti kembali data-data yang
didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik dan dapat segera dipersiapkan
untuk proses berikutnya. Secara sistematis dan konsisten bahwa data yang
diperoleh dituangkan dalam suatu rancangan konsep yang kemudian dijadikan
dasar utama dalam analisis.
Dalam Verifikasi ini penulis menggunakan verifikasi induktif dimana
penelitian tidak dimulai dari teori, akan tatapi dimulai dari fakta. Peneliti terjun
ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan
dari fenomena yang ada di lapangan.55
A.Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil SMP Baitussalam Surabaya
a. Nama Sekolah : SMP Baitussalam Surabaya
b. Alamat : Surabaya
c. Kecamatan : Kec. Jambangan
d. Kab/Kota : Surabaya
e. Provinsi : Jawa Timur
f. No. Telp /HP/fax : Telp 031-8294155 , Fax 031-8298742
g. NSS/ NPSN : 204056027444/ 20532634
h. Akreditasi : Terakreditasi B
i. Tahun didirikan : 2 Mei 1995
j. Email : [email protected]
2. Visi Misi SMP Baitussalam Surabaya Visi :
“Menghasilkan Lulusan yang Berakhlak Mulia, Cerdas, Disiplin, Berkualitas dan
Berwawasan lingkungan”
Misi :
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif sehingga siswa dapat
mengembangkan kecerdasan yang dimiliki secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
b. Mewujudkan proses pendidikan yang berkualitas, efektif dan relevan, sehingga
siswa memiliki kecakapan hidup yang dikembangkan berdasarkan multi
intelegensi mereka.
c. Menumbuhkembangkan semangat keunggulan yang berdaya saing kepada
seluruh warga sekolah.
d. Mewujudkan peserta didik yang bertaqwa disiplin, berkualitas, berkepribadian,
mandiri, inovatif, kreatif, menyenangkan, berorientasi global, serta berakhlak
mulia.
e. Meningkatkan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan yang didukung
dengan pelatihan dan pengembangan profesionalisme.
f. Menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan mendukung serta menjamin
proses belajar mengajar yang kondusif, inovatif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
g. Menumbuhkan penghayatan, pengamalan terhadap ajaran agama dan budaya
bangsa sehingga terbentuk siswa berkarakter.
h. Menumbuhkan sikap dan kebiasaan hidup bersih, sehat, dan peduli lingkungan
i. Menerapkan manajemen partisipatif yang berbasis sekolah dengan melibatkan
seluruh warga sekolah dan stakeholder melalui peningkatan mutu kelembagaan
dan organisasi sekolah yang bersifat terbuka dan demokratik.57
3. Struktur organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya Tabel 4.1
Struktur Organisasi BK SMP Baitussalam Surabaya
57 Dokumentasi berupa file profil SMP Baitussalam Surabaya yang dilihat pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 08.00 WIB
Tya Gita Ayuning Tyas, SH
- - - = Garis Konsultasi
________ = Garis Komando
KETERANGAN:
1. KEPALA SEKOLAH: Penanggung jawab pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolahnya
2. KOORDINATOR BK/GURU PEMBIMBING: Pelaksana utama yang mengkoordinir semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah
3. GURU MATA PELAJARAN: Beserta pelatih adalah pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang peserta didik
untuk kepentingan bimbingan dan konseling
4. WALI KELAS/GURU PEMBINA: Guru yang diberi tugas khusus disamping mengajar untuk mengelola status kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab
membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelasnya.
5. PESERTA DIDIK: Peserta didik yang berhak menerima pengejaran, latihan dan pelayanan bimbingan dan konseling.
6. TATA USAHA: Pembantu Kepala sekolah dalam penyelenggara adsministrasi, ketatausahaan sekolah dan pelaksanaan adsministrasi bimbingan dan konseling
pendidikan di satuan penddikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur
pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.58
4. Peserta didik dan guru BK di SMP Baitussalam Surabaya
Peserta didik di SMP Baitussalam Surabaya berada pada tahap perkembangan
masa remaja, pada umumnya mereka berusia antara 12-16 tahun. Jumlah
keseluruhan peserta didik adalah sebanyak 273 anak dengan masing-masing putra
sebanyak 142 anak dan putri sebanyak 131 anak dengan rincian sebagai berikut:
a. Kelas VII berjumlah 2 kelas masing-masing terdapat kelas 7a: 33 putri, 7b: 36 putra
b. Kelas VIII berjumlah 4 kelas masing-masing terdapat kelas 8a: 32, 8b:30, 8c:28, 8d:
26
c. Kelas IX berjumlah 4 kelas masing-masing terdapat 9a: 22, 9b:22, 9c: 22, 9d: 22
Sedangkan guru BK di SMP Baitussalam ada 2 guru yaitu Ibu Ely Arifah,
S.Psi, M.Si. sebagai koordinator BK lulusan S2 UNAIR juruasan psikologi dan
Ibu Tya Gita Ayuning Tyas, SH sebagai guru pembimbing merupakan lulusan S1
UNAIR jurusan hukum..
5. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya
a. Kurikulum BK Di SMP Baitussalam Surabaya
Kurikulum bimbingan dan konseling yang digunakan di SMP Baitussalam
Surabaya adalah kurikulum 2013 (K-13). Sebagaimana hasil wawancara dengan
koordinator guru BK ibu Ely mengatakan bahwa,
”kurikulum BK yang digunakan di SMP Baitussalam Surabaya adalah mengacu pada K-13 yang pelaksanaannya menggunakan 17+ yang terletak pada 4 bidang yaitu, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. dengan tambahan pendidikan karakter yang merujuk pada ”Buku Paket Pedoman Penunjang kurikulum 2013 (K-13), Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling” yang diterbitkan langsung
oleh Departemen Pendidikan Nasional tahun 2013.”59
Adapun tujuan dari kurikulum BK di SMP Baitussalam Surabaya adalah
sebagaimana juga dijelaskan oleh Bapak Kardi selaku kepala sekolah
mengatakan bahwa,
”Kurikulum BK disini memang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau menjadi anggota masyarakat yang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang merupakan bentuk realisasi dari kurikulum 2013, tujuan pendidikan ini dinyatakan dalam bentuk kemampuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik.60
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka SMP Baitussalam Surabaya
berupaya untuk mengembangkan kualitas peserta didik. Berdasarkan hasil
observasi yang telah dilakukan dapat dijelaskan bahwa salah satu upaya yang
dilakukan adalah pengembangan diri yang merupakan kegiatan pendidikan
diluar mata pelajaran. Namun kegiatan ini termasuk bagian dari kurikulum
sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh buTya selaku guru BK,
”Kegiatan pengembangan diri ini dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,
kegiatan belajar dan pengembangan karir peserta didik.”61
59
Hasil wawancara dengan Bu Elly selaku guru BK pada tanggal 23 Februari 2015 pukul 08:15
60 Hasil wawancara dengan Bapak Kardi selaku kepala sekolah pada tanggal 23 Febriari 2015 pukul 09:15
Dapat disimpulkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling yang
merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam
menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah. Dengan demikian usaha
pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilaksanakan secara optimal agar
perkembangan peserta didik dapat memenuhi tuntutan tujuan pendidikan.
b. Pola bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam
Dari data hasil dokumentasi, pola bimbingan dan konseling yang
digunakan di SMP Baitussalam adalah sebagaimana gambar berikut:62
Tabel 4.2
Pola Bimbingan dan Konseling SMP Baitussalam Surabaya Tahun Pelajaran 2014-2015
Bimbingan dan konseling di SMP Baitussalam Surabaya dilaksanakan
berdasarkan pola 17+, dimana terdiri dari beberapa bidang bimbingan
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Ely selaku koordinator guru BK,
“ Disini bentuk bimbingan konseling sudah menggunakan pola 17+
yang mana terdiri dari 5 bidang bimbingan yaitu, pertama bidang bimbingan pribadi yang merupakan pelayanan bimbingan pribadi di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik agar mengenal, menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman.
Kedua bidang bimbingan sosial yang merupakan pelayanan bimbingan sosial di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam memahami diri yang berkaitan dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab sosial.
Ketiga bidang bimbingan belajar yang merupakan pelayanan
bimbingan belajar di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan program belajar di tingkat SMP dan sederajat dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya dan menyiapkanya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Keempat bidang bimbingan karier yang merupakan pelayanan bimbingan karier di SMP Baitussalam Surabaya yang bertujuan membantu peserta didik agar mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan, memahami lingkungan pendidikan dan sektor pekerjaan sebagai lingkungan yang efektif serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam kehidupan masyarakat.
Serta bidang agama yang merupakan tambahan bidang dari yang sebelumnya BK pola 17 menjadi BK pola 17+ yang membantu peserta didik untuk lebih meningkatkan kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Serta sebagai pendukung di dalam pendidikan
karakter.63
Banyak sekali layanan-layanan yang digunakan dalam proses bimbingan
dan konseling dalam pola 17+ ada 5 layanan yang masing-masing memiliki isi