• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA

DisusunOleh :

Kharis Suhud NIM : D03212014

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Kharis suhud, NIM D03212014. Efektivitas Layanan Informasi dalam Meningkatkatkan Sikap Anti-Bullying di SMP Baitussalam Surabaya.

Kata kunci: Layanan Informasi, Sikap Anti-Bullying

Skripsi ini tentang Efektivitas Layanan Informasi dalam Meningkatkatkan Sikap Anti-Bullying di SMP Baitussalam Surabaya, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti-bullying.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi, dan wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII yang berjumlah 60 responden. Untuk menganalisis data yang terkumpul, penelitian menggunakan uji Paired Samples T-test dengan bantuan SPSS versi 21.00 for windows.

(7)

x

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Penelitian Terdahulu ... 11

F. Definisi Oprasional ... 13

G. Sistematika Pembahasan ... 14

BAB II KAJIAN TEORI ... 15

A. Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling... 15

1. Pengartian Layanan Informasi ... 15

2. Tujuan Layanan Informasi ... 16

(8)

xi

4. Metode Layanan Informasi ... 23

5. Pelaksanaan Layanan Informasi ... 24

6. Kegiatan Pendukung ... 26

B. Tinjauan Tentang Sikap Anti - Bullying ... 26

1. Pengertian Sikap Anti-Bullying ... 26

2. Bentuk-Bentuk Bullying ... 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying ... 32

4. Dampak Bullying ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Pendekatan Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Hipotesis Penelitian. ... 40

E. Subjek Penelitian ... 40

F. Jenis dan Sumber Data ... 41

G. Metode Pegumpulan Data ... 42

H. Metode Pengolahan Data ... 44

I. Tehnik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 47

(9)

xii

C. Penyajian Data. ... 58

D. Analisis Data ... 66

E. Pembahasan ... 74

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Nomor 20, pada pasal 3 Tahun 2003, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah terdapat beberapa masalah salah satunya adalah masalah Bullying. Bullying adalah tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang

lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang kali.2

1

Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. (Bandung: Refika Aditama. 2007), hal. 7. 2

(11)

2

Komisi Perlindungan Anak menyatakan bahwa tahun lalu setidaknya terdapat 2,339 kasus kekerasan fisik, psikologis dan seksual terhadap anak, dimana 300 di

antaranya adalah kasus bullying. Krahe bahkan menyatakan bahwa hampir setiap anak dan remaja mungkin pernah mengalami suatu bentuk perlakuan tidak

menyenangkan dari anak lain yang lebih tua atau lebih kuat. Namun perlu disadari bahwa, kebanyakan perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan

sering tidak dilaporkan sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang.3

Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan oleh

orang lain oleh satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya. Olweus merumuskan adanya tiga unsur dasar bullying, yaitu bersifat menyerang dan negatif, dilakukan secara berulang kali,

dan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat, dalam American Medical Association.4 Coloroso juga mengatakan bahwa bullying akan selalu mengandung tiga elemen, yaitu: kekuatan yang tidak seimbang, bertujuan untuk menyakiti, dan ancaman akan dilakukannya agresi. Sehingga seseorang dianggap menjadi korban bullying bila dihadapkan pada tindakan negatif

seseorang atau lebih yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke

3

(12)

3

waktu. Selain itu, bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu

mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya.5

Bullying biasanya terjadi berulang kali dimana dengan rasa berkuasa

tersebut pelaku lebih sering melakukan tindakan tersebut terlebih lagi melihat korban yang tidak bias melakukan perlawanan dan memilih diam yang

menyebabkan perlakuan bullying tersebut terjadi secara terus menerus. Bullying dapat terjadi karena salah paham, tindakan semacam ini kadang dianggap sesuatu

yang wajar, tanpa ada yang menyadari dampak jangka panjang yang ditimbulkan baik pada korban juga pelaku bullying. Bullying biasanya dilakukan oleh anak untuk menyakiti temannya dan umumnya terjadi berulang kali. Praktek ini bukan

merupakan suatu yang kebetulan terjadi. Biasanya dilakukan oleh anak yang merasa lebih kuat, lebih berkuasa atau bahkan merasa lebih terhormat untuk

menindas anak lain untuk mendapatkan kepuasan atau keuntungan tertentu.

Kekerasan yang dialami oleh anak-anak dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni: kekerasan fisik, kekerasan mental, dan kekerasan seksual. Sebagai

gejala sosial budaya, tindak kekerasan terhadap anak tidak muncul begitu saja dalam situasi yang kosong atau netral. Ada kondisikondisi budaya tertentu dalam

5

(13)

4

masyarakat, yakni berbagai pandangan, nilai dan norma sosial, yang

memudahkan terjadinya tindak kekerasan tersebut.

Dampak dari bullying menimbulkan tingkat keparahan yang bervariasi. Bagi korban bullying sekolah dapat menjadi tempat yang tidak menyenangkan dan berbahaya. Ketakutan yang mereka alami dapat menimbulkan depresi, harga

diri rendah, dan sering absen. Depresi pada anak-anak dan remaja diasosiasikan

dengan meningkatnya perilaku bunuh diri.

Bentuk-bentuk bullying berupa mendorong, memukul merusak pakaian atau barang milik temannya, dan penindasan tergolong bullying fisik. Bentuk bullying lainya berupa pemalakan, ejekan atau pengolok-olokan hal tersebut

termasuk kedalam kategori bullying verbal. Bullying secara relasional bentuknya berupa pandangan mata yang sinis, lirikan, pengucilan, pengabaian dan

penghindaran. Penghindaran adalah suatu tindakan penyingkiran dan merupakan alat penindasan terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar

gosip tentang dirinya, namun tetap akan mengalami dampak atau efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan.

Bebrapa perlakuan bullying tersebut menyebabkan rasa ketidaknyamanan dari para korban bullying. Biasanya anak laki-laki lebih banyak menggunakan

(14)

5

bullying dengan verbal, perlakuan bullying tersebut biasanya dilakukan oleh

kakak kelas (senior) terhadap juniornya dan juga antar sessama kelas.

Bentuk-bentuk prilaku bullying di SMP Baitussalam berupa pengucilan atau pengabaian yang dialami HM siswa kelas VII C oleh teman-teman sekelasnya, selain itu HM juga menerima ejekan dan pernah ditarik rambutnya

oleh PR (teman satu kelas HM). Bentuk bullying lainnya pengolok-olokan yang dialami VN siswa kelas VII B oleh beberapa teman yang berlangsung semenjak

awal masuk sekolah, VN merasa takut dan tidak memiliki keberanian untuk membela diri sehingga memelih untuk membolos agar terhindar dari ejekan

temannya. Selanjutnya pemalakan oleh kakak kelas yang dialami oleh DN siswa kelas VII B. DN sering dimintai uang maupun barang-barang seperti jaket, modem, dan topi. Perlakuan bullying di SMP Baitussalam biasanya terjadi dan

dilakukan oleh siswa kelas satu dan dua.6 Oleh kerena itu perlu dilakukan upaya dalam mencegah dan mengatasi permasalahan bullying, seperti pemberian

layanan informasi dimana layanan tersebut memberikan wawasan dan pemahaman siswa mengenai bullying, bentuk-bentuk bullying, dampak dari

bullying dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan bullying.

Bimbingan dan Konseling adalah proses bantuan khusus yang diberikan kepada semua siswa dalam membantu siswa memahami, mengarahkan diri,

6

(15)

6

bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan siswa di sekolah, keluarga dan masyarakat dalam rangka mencapai perkembangan diri

yang optimal. Fungsi bimbingan dan konseling, yaitu :7 fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman

terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan.

Kedua fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya

konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseling tentang cara

menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan

bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, bullying, penyalahgunaan

obat-obatan, drop out, pergaulan bebas dan lain sebagainya.

Ketiga fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya

7

(16)

7

untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara

sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam

upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan

karyawisata.

Keempat fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling

yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

Agar tercapainya fungsi Bimbingan dan konseling, konselor di SMP Baitussalam menggunakan BK pola 17, seperti yang dijelaskan oleh Ibu Eli

(Koordinator BK):

“Kegiatan bimbingan dan konseling disini menggunakan Bk pola 17 seperti layanan informasi, bimbingan karir, konseling kelompok,

konseling individu dan lain sebagainya”

(17)

8

melalui tujuh jenis layanan yaitu layanan orientasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan

informasi, layanan pembelajaran, dan layanan bimbingan kelompok. Untuk mendukung ketujuh jenis layanan itu diselenggarakan lima kegiatan pendukung,

yaitu instrumentasi bimbingan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah dan alih tangan kasus. Menurut Ibu Eli layanan informasi yang

sudah diselenggarakan di SMP Baitussalam berupa :8

“Layanan informasi yang sudah diselenggarakan seperti layanan

informasi tentang kurikulkulum dan peraturan-peraturan yang ada disekolah ini, layanan informasi ini dilaksanakan pada saat MOS (masa orientasi siswa). layanan informasi tentang permasalahan yang dihadapi siswa seperti Bullying, narkoba, informasi pergaulan bebas, bahaya AIDS, informasi keluarga dan informasi lainnya yang sekiranya dibutuhkan siswa dalam perkembangannya”.

Apabila siswa mengalami hambatan atau permasalahan maka dilakukan

layanan bimbingan dan konseling misalnya bimbingan belajar, konseling individu atau konseling kelompok disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi.

Dalam kaitannya dengan bullying, pemahaman tentang bullying melalui layanan informasi bimbingan dan konseling diperlukan dalam membantu siswa mangatasi permasalahan bullying dan menumbuhkan sikap anti bullying di

sekolah. Salah satu contoh dalam memberikan penyuluhan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian layanan informasi. layanan informasi adalah

8

(18)

9

penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat menolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan

perkembangannya. Hal tersebut berarti bahwa layanan informasi merupakan suatu bentuk kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang informan terhadap

sekelompok orang yang menerima informasi mengenai berbagai macam pengetahuan. Layanan informasi yang diberikan secara umum bertujuan agar terkuasainya informasi tertentu. Sedangkan secara khusus agar paham terhadap

informasi yang diberikan dan memanfaatkan informasi dalam penyelesaian masalahnya.9

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN SIKAP ANTI

BULLYING DI SMP BAITUSSALAM SURABAYA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu :

1. Bagaimana Layanan Informasi di SMP Baitussalam?

2. Bagaimana Kasus Bullying di SMP Baitussalam?

9Ifdil. “Layanan Informasi”

diakses dari

(19)

10

3. Bagaimana Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying di SMP Baitussalam Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui Layanan Informasi di SMP Baitussalm 2. Untuk mengetahui Kasus Bullying di SMP Baitussalam

3. Untuk mengetahui Efektifitas Layanan Informasi Dalam

Meningkatkan Sikap Anti Bullying di SMP Baitussalam Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan tentang prilaku bullying, bahwa penggunaan layanan informasi tentang bullying meningkatkan

pemahaman dan sikap anti bullying di SMP Baitussalam. 2. Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti

(20)

11

b) Manfaat bagi lembaga pendidikan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

pengelola pendidikan yang bersangkutan agar terus meningkatkan kualitas pendidikannya.

E. Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti memberikan batasan pembahasan dalam penelitian ini, yakni pada Efektifitas Layanan Informasi

Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya.

F. Penelitian Terdahulu

Dari beberapa judul penelitian yang pernah di lakukan terdapat keterkaitan

dengan judul penelitian “Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan

Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya” adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

1. Lusi

Peningkatan Kesadaran Anti-Bullying Melalui Teknik Sosiodrama Pada Siswa

Kelas Xi Sma Muhammadiyah 1 Muntilan” (Yogyakarta: eJurnal Skripsi jurusan Psikologi

(21)

Gege Argya Aka Yori. “Efektivitas Tehnik Kursi Kosong Untuk Meningkatkan Harga Diri Siswa

Korban Bullying Di SMP Baitussalam Surabaya”(Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2016)

12

Purwaka Hasan dkk. “Efektivitas Pelatihan Anti-Bullying terhadap Pengetahuan Penanganan Kasus Bullying di Sekolah pada Guru-Guru TK Jakarta” (Jakarta : Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri

Humaniora, Vo. 2, No.2, September 2013 81. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia)

13

Lulu Ardiansyah, “Peningkatan Sikap Anti-Bullying Verbal Siswa Melalui Modelling Keterampilan Sosial Verbal Dalam Pembelajaran Ips (Penelitian Tindakan Kelas Viii-8 Smp Negeri 6 Bandung)”

(22)

13

Dari penelitian terdahulu diatas memberikan pandangan lebih lanjun tentang penelitian ini, penelitian ini lebih fokus pada peningkatan sikap

anti-bullying melalui layanan informasi yang diberikan disekolah.

G. Definisi Oprasional

1. Efektifitas : ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesan),

manjur atau mujarab adalah dapat membawa hasil; berhasil guna (tindakan).14 Efektifitas dapat diartikan usaha yang menunjukkan taraf suatu tujuan atau suatu usaha dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya. Jadi efektifitas adalah keberhasilan guna dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi rencana atau program ketentuan atau aturan dan tujuan kondisi ideal.15

2. Layanan Informasi : layanan bimbingan dan konseling yang

memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).16

3. Sikap Anti Bullying : sikap merupakan keadaan dalam diri manusia

yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi

14Dendy sugiono, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka utama, 2008),

hal. 284

15Aswarni Sujud, “Matra Fungsional Administrasi Pendidikan”,

(Yogyakarta: Purbasari, 1989) hal. 154.

(23)

14

di lingkungan sekitarnya. Bullying adalah tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang

lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang kali.17 Sikap Anti bullying adalah sikap dimana seseorang anti terhadap kekerasan baik secara verbal maupun fisik dan segala bentuk bullying lainnya.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan diperlukan untuk mempermudah pembaca dan penulis dalam memahami skripsi ini. Oleh karena itu, dalam skripsi ini

penulis menyantumkan sistematika pembahasan yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

1. BAB I PENDAHULUAN, Pendahuluan terdiri dari, latar belakang

masalah, rumusan masalah, hipotesis penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, Pada bab ini, akan dipaparkan tentang beberapa pengertian yang sesuai dengan judul yang diambil, seperti

tinjauan tentang bullying, bentuk-bentuk bullying dan lain sebagainya.

17

(24)

15

3. BAB III METODE PENELITIAN, Bab yang berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam meneliti efektivitas layanan informasi

dalam meningkatkan sikap anti bullying di SMP Baitussalam Surabaya.

4. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN, Laporan berisi gambaran umum obyek penelitian, penyajian data, serta analisa data mengenai

efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying di

SMP Baitussalam Surabaya.

5. BAB V PENUTUP, Penulisan skripsi diakhiri dengan pemberian simpulan sebagai pengertian terakhir yang diambil berdasarkan

(25)

15 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Layanan Informasi Bimbingan dan Konseling 1. Pengartian Layanan Informasi.

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman atau intruksi. Layanan informasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi

(seperti; informasi belajar, sosial, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).1 Pengertian layanan informasi menurut beberapa ahli diantaranya adalah :

a. Menurut Slameto layanan informasi adalah layanan yang diberikan untuk memberikan berbagai keterangan, data, dan fakta tentang dunia luar kepada siswa dengan maksud agar ia mempunyai

pemahaman yang betul tentang dunia sekitarnya.2 Pemahaman ini penting bagi siswa untuk mengambil keputusan atau menentukan

pilihan.

b. Menurut wingkel layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) menerima dan

memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan

1

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. (Kudus: eJurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 1 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2460-1187. Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus) hal. 3 2

(26)

16

pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa.3

c. Menurut Dewa ketut sukardi layanan informasi merupakan layanan bimbingan konseling yang memungkinkan siswa dan pihak-pihak

lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada siswa (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan

sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.4

Berdasarkan beberapa pengertian layanan informasi diatas dapat

diambil kesimpulan layanan informasi merupakan penyampaian berbagai informasi kepada sasaran layanan agar individu dapat mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut demi kepentingan hidup dan

perkembangannya.

2. Tujuan Layanan Informasi.

Layanan informasi sangat diperlikan oleh siswa karea kebutuan siswa akan informasi. Tujuan dari layanan informasi adalah agar peserta didik memiliki pengetahuan (informasi) yang memadai, baik tentang dirinya

maupun tentang lingkungannya, masyarakat, serta sumber-sumber belajar lainnya. Informasi yang diperoleh peserta didik sangat diperlukan agar lebih

mudah dalam menyelasaikan permasalahan yang dihadapinya, membuat

3

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. hal. 4

4

(27)

17

perencanaan dan mengambil keputusan,5 dalam bidang pribadi, sosial, belajar, karier serta dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Contoh

permasalahan yang dihadapi siswa seperti kesulitan belajar, minder, bullying, pergaulan bebas, pemilihan sekolah lanjutan dan lain sebagainya.

Winkel juga mengemukakan pandangannya bahwa informasi yang disajikan kepada siswa dan kemudian diolah oleh siswa, membantu untuk mengenal alternative-alternatif yang ada dan variasi kondisi yang berlaku,

untuk menyelidiki semua kemungkinan dalam pilihan, tindakan dan bentuk penyesuaian diri, untuk memantapkan keputusan yang sedikit banyak sudah

diambil, untuk mengecek ketelitian dan kesesuaian pengetahuan yang sudah dimiliki, untuk mendapat tilikan terhadap rencana, gagasan dan keinginan yang kurang realities dan kurang sesuai dengan kenyataan lingkungan hidup

dan untuk dihubungkan dengan data tentang diri sendiri supaya dapat diambil ketentuan yang mantap.6

3. Macam-macam Layanan Informasi.

Macam-macam layanan informasi disesuaikan dengan kebutuhan para peserta layanan (siswa). Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup

seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling.7 Macam-macam layanan informasi menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut :

5

Ibid. hal. 259. 6

Hidayati, Richma. Layanan Informasi Karir Membantu Peserta Didik Dalam Meningkatkan Pemahaman Kari’r. hal. 4

7

(28)

18

Menurut Winkel dan Sri hastuti memberikan gambaran bahwa data dan fakta yang disajikan kepada siswa sebagai informasi biasanya dibedakan

atas tiga tipe dasar, yaitu :8

a. Informasi tentang pendidikan sekolah yang mencakup semua data

mengenai variasi program pendidikan sekolah dan pendidikan prajabatan dari berbagai jenis, mulai dari semua persyaratan penerimaan sampai dengan bekal yang dimiliki pada waktu tamat.

b. Informasi tentang dunia pekerjaan yang mencakup semua data mengenai jenis-jenis pekerjaan yang ada dimasyarakat, mengenai

gradasi posisi dalam lingkup suatu jabatan, mengenai persyaratan tahap dan jenis pendidikan, mengenai sistem klasifikasi jabatan, dan mengenai prospek masa depan berkaitan dengan kebutuhan riil

masyarakat akan/corak pekerjaan tertentu.

c. Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta

pemahaman terhadap sesama manusia mencakup semua data dan fakta mengenai tahap-tahap perkembangan serta lingkungan hidup fisik dan psikologis, bersama dengan hubungan timbal balik antara

perkembangan kepribadian dan pergaulan sosial diberbagai lingkungan masyarakat.

Informasi tentang proses perkembangan manusia muda serta pemahaman terhadap sesama manusia meliputi:

8

(29)

19

1) Pemahaman diri dan orang lain, misalnya seperti layanan informasi mengenai kepribadian, bakat dan minat atau

potensi diri.

2) Pembinaan jalinan hubungan yang sehat dengan teman

sebaya, bentuknya berupa pemberian informasi mengenai cara bergaul dan membangun hubungan persahabatan, informasi tentang dampak pergaulan bebas, informasi

mengenai bullying atau pelatihan anti-bullying serta informasi lainnya tentang berhubungan sosial.

3) Pendidikan seks (bahaya seks bebas).

4) Fase-fase dalam kehidupan manusia dewasa, contohnya seperti informasi perkembangan masa pubertas, fase-fase

perbahan yang dialami manusia mulai dari masa anak-anak, remaja, dan dewasa. informasi tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan siswa.

5) Pemahaman dan penyesuain diri terhadap kondisi dalam lingkungan keluarga.

6) Perawatan kesehatan jasmani dan penampilan diri, contohnya informasi mengenai pola hidup sehat, informasi

(30)

20

Menurut Prayitno dan Erman amti ada tiga macam layanan informasi, yaitu layanan informasi pendidikan, layanan informasi pekerjaan, dan layanan

informasi sosial budaya.9

a. Informasi pendidikan

Dalam bidang pendidikan banyak siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan :

1) Pemilihan program studi

2) Pemilihan sekolah fakultas dan jurusannya

3) Penyesuaian diri dengan program studi 4) Penyesuaian diri dengan suasana belajar

5) Putus sekolah.

Para siswa membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan yang tepat dan bijaksana.

b. Informasi jabatan

Saat-saat transisi dari dunia pendidikan kedunia kerja merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak kalangan muda. Kesulitan itu

terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru

dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.

9

(31)

21

c. Informasi sosial budaya

Penyajian informasi sosial budaya yang meliputi, macam-macam

suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, bahasa, potensi-potensi daerah dan kekhususan masyarakat atau daerah

tertentu serta bagaimana berhubungan sosoial antar teman yang baik tanpa adanya kekerasan atau prilaku lainnya yang dapat

merugikan orang lain.

Menurut Mukhlishah mengungkapkan bahwa materi yang diangkat melalui layanan informasi, diantaranya sebagai berikut :10

a. Informasi pengembangan diri, contohnya layanan informasi

tentang potensi diri, bakat dan minat, dan pengenalan kepribadiannya.

b. Informasi kurikulum dan proses belajar mengajar, materinya berisi informasi tentang kegiatan belajar mengajar, kurikulum serta aturan-aturan yang ada di sekolah.

c. Informasi pendidikan tinggi, contohnya seperti informasi studi lanjut, jalur masuk, pengenalan jurusan yang ingin diminati,

informasi beasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya.

d. Informasi jabatan, contohnya seperti informasi lowongan pekerjaan

dan informasi profesi jabatan seperti polisi, guru, kedokteran, tentara dan informasi jabatan lainnya.

10

(32)

22

e. Informasi kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, sosial budaya dan lingkungan, contohnya informasi tentang membina

hubungan pergaulan yang baik atau hubungan sosial, pelatihan anti-bullying, informasi bahaya narkotika, informasi budaya daerah

dan lain sebagainya.

Menurut Tohirin, Informasi yang menjadi isi layanan harus mencakup seluruh bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Informasi yang menjadi

isi layanan bimbingan dan konseling adalah:11

a. Informasi tentang perkembangan diri, contohnya layanan informasi tentang potensi diri, bakat dan minat, dan pengenalan

kepribadiannya.

b. Informasi tentang hubungan antar pribadi, sosial, nilai-nilai dan

moral, contohnya informasi tentang membina hubungan pergaulan yang baik atau hubungan sosial, pelatihan anti-bullying, informasi bahaya narkotika, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.

c. Informasi tentang pendidikan, kegiatan belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi, contonya informasi tentang permasalahan belajar,

informasi tentang cara belajar seperti quntum learning, speet reading, mind mapping, informasi teknologi dan lain-lain.

d. Informasi tentang dunia karir dan ekonomi, contohnya informasi jabatan dan informasi lowongan pekerjaan.

11

(33)

23

e. Informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan, contohnya informasi kebudayaan daerah, informasi tentang

kewarganegaraan Indonesia dan lain-lain.

f. Informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta

selukbeluknya. contohnya informasi tentang tata cara beribadah, informasi kehidupan beragama dan menghargai antar umat beragama.

4. Metode Layanan Informasi.

Layanan informasi dapat diselenggarakan secara langsung dan terbuka

oleh konselor dan metode yang digunakan bervariasi serta flexibel disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan dan kondisi yang ada. Metode yang bisa digunakan dalam memberikan layanan informasi adalah sebagai

berikut :12

a. Ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Melalui tehnik ini para peserta (klien) mendengarkan atau menerima ceramah dari guru bimbingan

konseling selanjutnya diikuti dengan tanya jawab.

b. Melalui media. Penyampaian informasi bisa dilakukan melalui

media tertentu seperti media tertulis, media gambar, poster, brosur, papan pengumuman media elektronik dan media lainnya.

c. Acara khusus. Layanan informasi dilakukan dengan acara khusus di sekolah dan dalam acara tersebut disampaikan berbagai

12

(34)

24

informasi berkaitan dengan hari-hari tersebut dan dilakukan berbagai kegiatan terkait yang diikuti oleh seluruh siswa.

d. Narasumber. Layanan informasi juga bisa diberikan kepada peserta didika dengan mengundang narasumber. Untuk informasi yang

tidak dikatahui oleh pembimbing, harus didatangkan atau diundang pihak lain yang lebih mengetahui dan pihak yang diundang tentu disesuaikan dengan jenis informasi yang akan diberikan.

5. Pelaksanaan Layanan Informasi

Pelaksanaan layanan informasi dilakukan melalui enam tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil, tindak lanjut, dan pelaporan. tahapan-tahanpan berisi beberapa kegiatan sebagai berikut:13

a. Perencanaan, yang mencakup kegiatan :

1) Identifikasi kebutuhan informasi bagi peserta layanan. 2) Menetapkan materi layanan informasi.

3) Menetapkan subyek sasaran layanan. 4) Menetapkan narasumber.

5) Menentapkan prosedur, perangkat dan media layanan

6) Menyiapkan kelengkapan administrasi. b. Pelaksanaan, yang mencakup kegiatan :

1) Mengorganisasikan kegiatan layanan. 2) Mengaktifkan peserta layanan.

3) Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.

13

(35)

25

c. Evaluasi, yang mencakup kegiatan : 1) Menetapkan materi evaluasi.

2) Menetapkan prosedur evaluasi. 3) Menyusun instrumen evaluasi.

4) Mengaplikasikan instrumen evaluasi. 5) mengolah hasil aplikasi instrument.

d. Analisis hasil evaluasi, yang mencakup kegiatan :

1) Menetapkan norma/standar evaluasi. 2) Melakukan analisis.

3) Menafsirkan hasil analisis.

e. Tindak lanjut, yang mencakup kegiatan : 1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut.

2) Mengkomunikasikan rencana tindak lanjut pihak terkait. 3) Melaksanakan rencana tindak lanjut.

f. Pelaporan, yang mencakup kegiatan : 1) Menyusun laporan layanan orientasi.

2) Menyampaikan laporan kepada pihak terkait.

3) Mendokumentasikan laporan.

Dalam melaksanakan layanan, seorang konselor hendaknya mampu

mengidentifikasi lima ranah penguasaan yang terdiri dari:14

14

Ifdil. Layanan Informasi. diakses dari

(36)

26

a. Wadasruh (wawasan dasar menyeluruh) meliputi: pengertian, tujuan dan manfaat layanan yang diberikan.

b. Komponen yang berperan pokok dalam layanan. c. Standar Prosedur Operasional (SPO) layanan.

d. Setting atau lokasi dan kondisi yang menyertainya. e. Penilaian dan pelaporan.

6. Kegiatan Pendukung

Layanan ini berkaitan dengan aplikasi instrumentasi untuk mengungkapkan apa yang dibutuhkan oleh peserta layanan. Berkaitan juga

dengan konferensi kasus dalam memberikan pemahaman demi terselesaikan kasus. Berkaitan dengan kunjungan rumah menyangkut tentang pendapat orangtua dan kondisi kehidupan keluarga bagi peserta layanan (bagi anak atau

anggota keluarga lainnya). Dalam Alih tangan kasus, layanan informasi dapat digunakan bagi peserta layanan yang ingn mendalami informasi tertentu yang

berkaitan dengan permasalahan yang dialaminya.15

B. Tinjauan Tentang Sikap Anti-Bullying 1. Pengertian Sikap Anti-Bullying

Sikap merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu

didalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Menurut Norman Anderson dalam teorinya Information Integration Theory

15

(37)

27

bahwa sikap dan keyakinan individu terbentuk dan dimodifikasi setiap saat individu menerima informasi baru, kemudian diinterpretasi dan diintegrasi

dengan sikap dan keyakinan sebelumnya yang dimiliki individu.16

Terbentuk dan berubahnya sikap dapat dipandang sebagai proses

persuasif. Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide yang termuat dalam pesan tersebut. Beberapa proses kognitif dapat digunakan

dalam menjelaskan proses persuasif ini, sampai akhirnya individu memutuskan setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap. Menurut McGuire

bahwa pemahaman individu terhadap pesan terjadi melalui 3 tahap yaitu: (a) perhatian terhadap pesan, (b) pemahaman terhadap isi, (c) penerimaan

terhadap kesimpulan.17

Istilah bullying belum banyak dikenal masyarakat, terlebih karena belum ada padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Beberapa istilah

dalam bahasa Indonesia yang seringkali dipakai masyarakat untuk menggambarkan fenomena bullying di antaranya adalah penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi. Bullying

berasal dari kata ”bully” (bahasa inggris) yang artinya penggertak, orang yang mengganggu orang yang lemah.18 Bullying adalah tindakan agresi yang

16

Neila Ramdhan. Pembentukan dan Perubahan Sikap (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. 2008) hal. 4.

17

Neila Ramdhan. Pembentukan Dan Perubahan Sikap. hal. 5. 18

(38)

28

dilakukan berulangkali oleh seseorang/anak yang lebik kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik, biasanya bullying terjadi berulang

kali.19

Pengertian bullying menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Menurut Sejiwa bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan

seseorang atau sekelompok orang.20

b. Bullying menurut Olweus adalah suatu perilaku negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan

yang dilakukan oleh orang lain oleh satu atau beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu

melawannya.21

c. Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso yang mengemukakan

bahwa bullying akan selalu melibatkan unsur-unsur berikut : 1) Ketidakseimbangan kekuatan. Pelaku bullying bisanya

orang yang lebih tua, lebih besar, lebih kuat, lebih mahir

secara verbal, lebih tinggi secara status sosial, atau berasal dari ras yang berbeda.

2, No. 3. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Al Azhar Indonesia. 2014) hal. 213.

19

Ponny Retno Astuti. Meredam Bullying (Jakarta: Grasindo. 2008) hal. 2 20

Sejiwa. Bullying (Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak) (Jakarta: Gramedia, 2008) Hal. 2

21

(39)

29

2) Keinginan untuk mencederai. Dalam bullying tidak ada kecelakaan atau kekeliruan, tidak ada ketidaksengajaan

dalam pengucilan korban. Bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau luka fisik, melibatkan tindakan

yang dapat melukai, dan menimbulkan rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan penderitaan korbannya. 3) Ancaman agresi lebih lanjut. Bullying tidak dimaksudkan

sebagai peristiwa yang hanya terjadi sekali saja, tapi juga repetitif atau cenderung diulangi.

4) Terror. Unsur keempat ini muncul ketika ekskalasi bullying semakin meningkat. Bullying adalah kekerasan sistematik yang digunakan untuk mengintimidasi dan memelihara

dominasi. Teror bukan hanya sebuah cara untuk mencapai bullying tapi juga sebagai tujuan bullying.22

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sikap Anti bullying adalah sikap dimana seseorang anti terhadap kekerasan baik secara verbal

maupun fisik dan segala bentuk bullying lainnya.

2. Bentuk-Bentuk Bullying

Menurut Olweus bentuk-bentuk bullying ada odua jenis yaitu :23

22

Barbara Coloroso. Penindas, Tertindas, dan Penonton; Resep Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU (Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka. 2006) hal. 44-45.

23

(40)

30

a. Direct Bullying yaitu intimidasi secara fisik dan verbal. Perilaku bullying secara fisik merupakan bentuk yang paling tampak dan

mudah diidentifikasi yakni berupa perlakuan kasar secara fisik seperti menendang, memukul, menampar dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk bullying verbal merupakan suatu perlakuan kasar yang dapat didengar seperti mengancam, memaki, mencemooh, mengolok-olok, memfitnah serta memalak dan lain sebagainya.

b. Indirect Bullying berupa kekerasan mental atau psikologis disebut juga relasional. Bullying jenis ini dilakukan melalui isolasi secara

sosial dimana bullying jenis ini dilakukan dengan cara memandang sinis, sampai dengan perlakuan mendiamkan atau mengucilkan dan

lain sebagainya.

Bentuk-bentuk bullying menurut Coloroso antara lain adalah sebagai berikut:24

a. Bullying Fisik, penindasan fisik merupakan jenis bullying yang

paling tampak dan paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik

terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Contoh bullying secara fisik adalah memukul,

mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang

24

(41)

31

menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan

semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara

serius.

b. Bullying Verbal, bullying verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak

laki-laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.

Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar-bingar yang terdengar oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak

simpatik di antara teman sebaya. Bullying verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan

pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, tuduhan-tuduhan yang tidak benar,

kasak-kusuk yang keji, serta gosip.

c. Bullying Relasional, jenis ini paling sulit dideteksi dari luar.

Penindasan relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan

(42)

32

digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat

digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini

dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

d. Cyber bullying, ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada

intinya adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuk bullyingnya berupa mengirim pesan yang

menyakitkan atau menggunakan gambar, menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa, membuat website

yang memalukan bagi si korban, si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya, video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying

Setiap manusia dalam kehidupan dan perkembangannya dipengaruhi

oleh lingkungan sekitarnya, demikian juga prilaku bullying menurut Ariesto faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antaralain adalah :25

25

(43)

33

a. Keluarga. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa, sikap melindungi orang tua yang berlebihan terhadap anaknya,

membuatmereka rentan terkena bullying, anak-anak yang memiliki orang tua terlalu mengekang lebih mungkin menjadi korban

intimidasi fisik dan psikis, atau bullying, dari teman-temannya, dan orang tua yang terlalu melindungi anak-anaknya dari pengalaman yang tidak menyenangkan akan membuat mereka lebih rentan dari

praktek bullying, serta anakanak yang memiliki orang tua yang keras merupakan anak-anak paling mungkin mengalami perlakuan

bullying. Pola hidup orang tua yang berantakan, terjadi perceraian orang tua, orang tua tidak stabil perasaan dan fikirannya, kemauan dan tingkahlakunya, orang tua saling mencaci maki, menghina,

bertengkar dihadapan anak-anaknya, bermusuhan dan tidak pernah akur, memicu munculnya depresi dan strees bagi anak. Hal ini

memicu terjadinya depersonalisasi bagi anak yang akhirnya menjadi pribadi terbelah, dan berperilaku bully. Menurut Dieter Wolke, semua orang menganggap perilaku bul ying acap terjadi di

sekolah, namun hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa intimidasi benar-benar dimulai dari rumah. dia berharap bahwa

anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang bersikap keras paling mungkin menjadi mangsa para pelaku intimidasi. Seandainya anak-anak mampu menghadapi persoalan yang sulit,

(44)

34

selalu mengambil alih, maka anak-anak itu tidak memiliki strategi mengatasinya dan lebih mungkin dia menjadi target bully.

b. Media Massa. Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Menurut

Wilson, tayang TV, film dan bahan bacaan lain, dapat memberi efek perilaku negatif seperti; anti sosial, rendahnya rasa sensitivitas pada kekerasan, meningkatkan rasa ketakutan menjadi korban

kekerassa/bullying, dan mempelajari sikap agresif. Survey yang dilakukan kompas memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru

adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan katakatanya (43%).

c. Teman Sebaya. Salah satu faktor besar dari perilaku bullying pada

remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang memberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide (baik secara aktif

maupun pasif) bahwa bullying bukanlah suatu masalah besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Menurut Djuwita Ratna pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk

tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman darikelompok sebayanya. Jadi bullying

terjadi karena adanya tuntutankonformitas. Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan denganteman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak

(45)

35

mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Lingkungan Sosial Budaya. Kondisi lingkungan sosial dapat menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Faktor kriminal

budaya merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku bullying. Suasana politik yang kacau balau, ekonomi yang tidak menentu, ketidak adilan dalam masyarakat, penggusuran,

pemerasan, perampokan, dan perkosaan, dan kemiskinan semua itu dapat memicu munculnya perilaku yang abnormal, muncul

kecemasan-kecemasan, kebingunan, dan perilaku patologis, hal ini pula yang mendorong para remaja masuk dalam kecanduan obat-obatan terlarang, alkohol dan narkoba, dan banyak yang menjadi

neurotis dan psikotis, akhirnya berperilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying

adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan

antar siswanya.

4. Dampak Bullying

Bullying tidak hanya berdampak terhadap korban, tapi juga terhadap pelaku, individu yang menyaksikan dan iklim sosial. Berikut dampat yang

(46)

36

e. Dampak bagi korban, Bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah

dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi

self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih

ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri.

Coloroso mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah

terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang-orang dewasa yang tidak dapat

atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol

hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.26

f. Dampak bagi pelaku. Coloroso mengungkapkan bahwa siswa akan terperangkap dalam peran pelaku bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang cakap untuk

26

(47)

37

memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati, serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai sehingga dapat

mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang. Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa

mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan

perilaku kriminal lainnya.27

g. Dampak bagi siswa lain yang menyaksikan bullying. Jika bullying

dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka para siswa lain yang menjadi penonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin

akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja

tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

27

(48)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang

dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Istilah metode penelitian terdiri atas dua kata, yaitu kata metode dan kata penelitian. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos

yang berarti cara atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.1 Adapun pengertian penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis

data yang dilakukan secara sistematis, untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data dilakukan secara ilmiah, baik bersifat

kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental maupun non eksperimental, interaktif maupun non interaktif.2 Sugiyono menjelaskan bahwa metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan

tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan

1

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hal. 24

2

(49)

39

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,

memecahkan, dan mengantisipasi masalah.3

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut

Sugiyono, metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.4

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang “Efektivitas Layanan Informasi dalam

Meningkatkan Sikap Anti-Bullying” di SMP Baitussalam, alamtnya di jalan Ketintang Madya No. 94 Surabaya.

C. Variabel Penelitian.

Menurut Sugiyono variabel adalah segala sesuatu yang disebut apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

3

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung : Alfabata, 2009) hal 6.

4

(50)

40

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.5 Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi dua variable yaitu:

1. Variabel independent atau variabel bebas (X) dalam hal ini adalah layanan informasi.

2. Variabel dependent atau variable terikat (Y) dalam hal ini adalah

Meningkatkan Sikap Anti Bullying.

D. Hipotsis Penelitian

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. adapun hipotesis menurut penulis adalah Layanan

informasi dalam upaya meningkatkan sikap anti bullying di SMP Baitussalam berjalan efektif.

E. Subjek Penelitian

Untuk memperoleh data yang pasti maka diperlukan adanya populasi

yag diteliti, Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti.6 Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa yang mendapatkan layanan informasi bimbingan dan konseling tentang bullying, dalam hal ini

adalah semua siswa kelas VII di SMP Baitussalam jumlahnya 87 siswa

5

Ibid. hal. 38 6

(51)

41

terbagi dalam 3 kelas, siswa perempuan di kelas VII A jumlahnya 34 siswa, siswa laki-laki di kelas VII B jumlahnya 27 siswa dan VII C jumlahnya 26

siswa. Di sekolah ini antara siswa laki-laki dan perempuan dibedakan atau dipisah kecuali siswa kelas IX. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

sebagian besar dari jumlah keseluruhan subjek penelitian yakni sebanyak 60 siswa.

F. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini meliputi dua macam data

yaitu:

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak bisa diukur secara

langsung.7 Adapun yang dimaksud dari data kualitatif adalah sebagai berikut: Gambaran umum SMP Baitussalam

Surabaya, struktur organisasi SMP Baitussalam Surabaya, visi dan misi SMP Baitussalam Surabaya.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berhubungan langsung dengan angka-angka atau bilangan.8 Adapun yang dimaksud

7

Ine I Amirman Yousda dan Arifin Zainal, Penelitian dan Statistik Pendidikan (Jakarta: Bumi Askara, 1993) hal. 129.

(52)

42

dengan jumlah kuntitatif disini adalah jumlah siswa, jumlah tenaga guru, dan lain sebagainya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber Primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada peneliti,9 yaitu informasi dari Kepala sekolah, para staf, guru maupun karyawan serta siswa-siswi SMP

Baitussalam Surabaya.

b. Sumber Sekunder, yaitu sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti,10 Seperti dokumntasi dan literatur-literatur mengenai layanan informasi Bimbingan dan

Konseling (kepustakaan).

G. Metode Pegumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam

mengumpulkan data, sebagai berikut :

1. Observasi, metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan

9

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung : Alfabata, 2009) hal 308.

10

(53)

43

dibantu dengan panca indera lainnya.11 Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan

pembelajaran, kegiatan bimbingan dan konseling, dan kondisi lingkungan sekolah di SMP Baitussalam Surabaya.

2. Wawancara, metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden/orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.12 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap informan guna mendapatkan data-data yang mendukung dalam

penelitian. Seperti data-data tentang kondosi dan lingkungan sekolah,

data mengenai layanan informasi bimbingan dan konseling,

data-data tentang kasus bullying di sekolah, dan lain sebagainya.

3. Angket, metode angket adalah metode yang berbentuk rangkaian atau

kumpulan pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk di isi, setelah di isi angket dikirim kembali/dikembalikan ke peneliti.13 Dalam hal ini penulis menggunakan kuisioner kepada responden (Siswa) untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Metode ini digunakan untuk

11

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya : Airlangga University Press, 2001), hal. 142.

12

Ibid. hal. 133 13

(54)

44

mendapatkan informasi mengenai Efektifitas Layanan Informasi Dalam Meningkatkan Sikap Anti Bullying Di SMP Baitussalam

Surabaya.

4. Dokumentasi, metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis.14 Penggunaan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi

yang berhubungan dengan data-data tentang layanan informasi yang

ada di SMP Baitussalam Surabaya dalam meningkatkan sikap Anti Bullying.

H. Metode Pengolahan Data

Sebelum melakukan analisis, data-data yang telah terkumpul terlebih dahulu dilakukan pengolahan data. Pengolahan data tersebut melalui proses

sebagai berikut:

1. Editing (penyuntingan), yaitu dengan memeriksa seluruh daftar

pertanyaan yang telah dijawab oleh responden.

2. Koding (pengkodean), yaitu memberi tanda (simbol) yang berupa angket pada jawaban responden.

3. Tabulating (tabulasi), yaitu menyusun dan menghitung data hasil pengkodean untuk disajikan dalam bentuk table.

14

(55)

45

I. Tehnik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengumpulan data kedalam pola, ketegori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan

hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam menganalisis data penulis menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber misalnya dokumen, wawancara, observasi dan data lainnya yang berhubungan dengan layanan

informasi tentang bullying. Kemudian data dibaca, dipelajari dan ditelaah. Analisa data tentang layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti

bullying ini digunakan untuk mengetahui bagaimana efektivitas layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying. Dalam hal ini, penulis menganalisis hasil angket per-item pertanyaan yang sudah di sebarkan kepada

responden atas pendapatnya tentang layanan informasi dalam meningkatkan sikap anti bullying dengan menggunakan rumus presentase sebagai berikut:15

P

=

f

N x 100%

P = Angka prosentase.

f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya.

N = Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).

15

(56)

46

Untuk mencari ada tidaknya ke-efektivitasan variabel X (layanan informasi) teradap variabel Y (peningkatan sikap anti-bullying) digunakan

rumus Uji T (paired samples).

(57)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Profil SMP Baitussalam Surabaya

a. Nama Sekolah : SMP Baitussalam

b. NSS : 204056027444

c. NPSN : 20532634

d. Status Sekolah : Swasta

e. Akreditasi : Terakreditasi B

f. Alamat : Jl. Ketintang Madya No. 94 Surabaya

g. Desa : Karah

h. Kecamatan : Jambangan

i. Kota : Surabaya

j. Propinsi : Jawa Timur

k. Kode Pos : 60232

l. Telepon : 0318294155

m. Kepala Sekolah : Kardi Minulyo, S. Pd. n. Tanggal Berdiri : 2 Mei 1996

(58)

48

Alamat Jl. Ketintang Madya II/ 2-4

Pimpinan Drs. Abd. Syukur Hasyim, M. Ag

2. Sejarah Berdirinya SMP Baitussalam Surabaya1

Yayasan Baitussalam Surabaya berdiri tanggal 4 Mei 1988 sebagai

kelanjutan pengajian Karah Jaya. Setelah Yayasan tersebut berdiri, pengajian Karah Jaya bubar. Pada waktu itu ketua pengajian Karah Jaya dan Ketua Takmir Masjid Baitussalam adalah Bapak Soewarto Hadiprodjo Ramli, SH.

Ketua Yayasan Baitussalam Surabaya yang pertama adalah Bapak Ir. H. Ismu Sudharto, dalam akte notaris A. KOHAR, SH. tanggal 4 Juni 1988 No. 33.

Masjid Baitussalam berdiri di atas tanah fasilitas umum Yayasan Badan Kesejahteraan Pegawai Jawatan Urusan Agama Propinsi Jawa Timur (YBKP Jaura Jatim) sekarang kanwil DEPAG sebagai Real Estate Non Komersiel.

Masjid dibangun oleh panitia pembangunan masjid yang mendapat bantuan sebagian besar dari karyawan departemen agama se-Jawa Timur, masyarakat

sekitar Masjid, dermawan dan sebagainya. Tanah Masjid sudah diwakafkan, sekarang dalam proses permohonan hak wakaf di kantor pertanahan kotamadya Surabaya.

Pada awal berdirinya Yayasan Baitussalam Surabaya Bapak Soewarso Widyo bendahara Yayasan pindah ke luar Jawa, kemudian bapak Soewarto

Hadiprodjo Ramli, SH sekretaris Yayasan pindah keluar Jawa pula, kemudian bapak Ir. H. Ismu Dudharto ketua Yayasan pindah ke Jakarta. Sejak berdirinya

1

(59)

49

Yayasan ini pengurus belum pernah mengadakan rapat lengkap, sehingga Yayasan belum dapat berjalan semestinya. Pada tanggal 9 Mei 1992 Yayasan

menunjuk Bapak Drs. H. Moch. Yasin sebagai panitia pembangunan gedung Madrasah/Sekolah. Letak tanah yang akan dibangun gedung Madrasah/Sekolah

disebelah utara Masjid sebagai lapangan parkir luas ±735 m2. Berdasarkan ketentuan Kota Madya Surabaya lokasi Madrasah/Sekolah awalnya disebelah timur (muka) Masjid, karena letaknya dimuka Masjid mengurangi keindahan

Masjid, kemudian diminta agar letak Madrasah/Sekolah dipindah ke sebelah utara masjid. Yayasan Baitussalam Surabaya mendapat tanah dari YBKP

JAURA JATIM untuk Masjid ±1.597,5 m2 dan untuk Madrasah/Sekolah ±735 m2 seluruhnya ±2.332,5 m2.

SMP Baitussalam Surabaya adalah Sekolah yang berada di bawah

naungan Yayasan Masjid Baitussalam. Sehingga SMP BAITUSSALAM berada dalam 1 lahan dan 1 gerbang dengan Masjid Baitussalam.Dalam perjalanannya

dari saat berdirinya hingga sekarang, SMP Baitussalam Surabaya telah mengalami 3 kali pergantian pimpinan, yaitu:

a. Drs. Imam Poedjiono menjabat semenjak pertana kali berdiri yakni

tahun 1996 - 2000.

b. Drs. Heru Subagyo menjabat mulai dari tahun 2000 - 2004.

c. Drs. H. Kusmiadi menjabat mulai dari tahun 2004 - 2015.

(60)

50

3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Baitussalam Surabaya2

a. Visi SMP Baitussalam Surabaya

Menjadi sekolah tingkat pertama yang memiliki karakteristik pendidikan agama Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi serta

ketrampilan dasar keahlian menuju kepada kemandirian siswanya. b. Misi SMP Baitussalam Surabaya

1) Meningkatkan kemampuan dasar siswa dibidang pendidikan

agama Islam, ilmu pengetahuan, teknologi serta ketrampilan dasar menuju kemandirian di masa depan.

2) Meningkatkan kemampuan profesionalisme guru di bidang profesinya sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT.

c. Tujuan SMP Baitussalam Surabaya

1) Megembangkan potensi peserta didik secara optimal, sehingga mampu bersaing dalam pendidikan dan di masyarakat

2) Membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian, beriman, dan bertaqwa, cerdas dan trampil, mampu mengembangkan diri dengan optimal secara mandiri

3) Dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik sehingga berguna bagi peserta didik pada masa mendatang di masa

mendatang di masyarakat

2

Gambar

  Tabel 1.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2  Jumlah Peserta Didik SMP Baitussalam Tahun Pelajaran 2015/2016
Sarana dan Prasarana di SMP Baitussalam SurabayaTabel 4.3 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meredam Bullying (3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak)..

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemberian layanan bimbingan kelompok teknik role playing dalam mengurangi perilaku bullying siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah Peneltian ini bertujuan untuk mendiskripsikan layanan bimbingan konseling belajar berbasis gaya belajar, dan mengetahui peningkatan prestasi

prilaku bullying peserta didik di SMP PERINTIS 2 Bandar Lampung mengalami perubahan setelah diberikannya layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik CBT

Marsudi dkk, (2003:93), layanan bimbingan konseling kelompok ialah layanan yang dilakukan dalam suasana kelompok. Layanan ini memungkinkan siswa memperoleh kesempatan

Skripsi Kurniati (2019) “Layanan Konseling Individu dalam Mengatasi Kenakalan Siswa MAN 1 Kota Pekalongan” penelitian ini membahas layanan konseling individu

Layanan yang akan diberikan adalah bimbingan pribadi dan sosial melalui konseling individu, layanan yang diberikan juga adalah layanan konseling individu karena

Melalui tujuan dari pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok terhadap perilaku bullying verbal yang dilakukan oleh siswa MTsN Deli Serdang dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok