BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan sebuah studi fenomenologi yang menggunakan
pendekatan deskreptif kualitatif. Studi fenomenologi memberikan penjelasan
tentang pengalaman hidup pada beberapa individu tentang sebuah fenomenologi
(Creswell, 1998). Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang
tertentu secara faktual dan cermat. Penelitian deskriptif tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi, tapi hanya
memaparkan situasi atau peristiwa (Isac & Michael dalam Paramyta, 2004).
Penelitian deskriptif ditujukan untuk :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada.
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku.
3. Membuat perbandingan atau evaluasi.
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif,
seperti transkripsi wawancara dan catatan lapangan.
B. BATASAN ISTILAH
Istilah yang digunakan pada penelitian ini yakni fase dukacita. Fase
dukacita adalah fase yang biasa dialami oleh orang-orang yang berduka. Fase
dukacita yang dimaksud pada penelitian ini yakni :
a. Terkejut
Fase ini dimulai ketika seseorang baru mendengar kabar kematian Fase ini
ditandai dengan mati rasa, tidak percaya, tangisan yang terus-menerus, serta
tidak mampu berpikiran jernih. Hal ini berlangsung selama beberapa jam
setelah mendengar kabar tersebut hingga sepuluh hari ke depan.
b. Kekacauan
Fase ini ditandai dengan adanya penyangkalan atas kematian, kerinduan, susah
tidur, merasa tidak memiliki tenaga, dan seringkali merasa kesepian. Pada
umumnya, seseorang akan berada pada tahapan ini selama satu minggu hingga
dua belas bulan setelah kematian.
c. Pulih kembali
Fase ini merupakan fase akhir dari dukacita. Seseorang telah mampu keluar
dari masa berdukanya. Kondisi ini akan dialami setelah beberapa bulan hingga
1 tahun setelah peristiwa kematian.
C. SUBJEK PENELITIAN
Prosedur pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif umumnya
menampilkan karakteristik :
1. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada
kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam
hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman
konseptual yang berkembang dalam penelitian (Sarantakos dalam
Poerwandari, 2001).
Subjek penelitian ini dipilih berdasarkan lapisan masyarakat yang ada di
Toraja yakni :
a. Tana’ Bulaan (bangsawan tinggi) : 3 orang
b. Tana’ Bassi (bangsawan menengah) : 3 orang
c. Tana’ Karurung (rakyat biasa) : 3 orang
d. Tana’ Kua-kua (hamba) : 3 orang
Subjek-subjek tersebut masing-masing terdiri dari dua orang keluarga
dekat (istri/suami dan anak) serta satu orang kerabat/bukan keluarga (teman,
tetangga). Keluarga merupakan pihak yang paling dekat hubungan emosinya
dengan almarhum. Perasaan yang timbul akibat terputusnya hubungan dengan
almarhum diharap akan memberikan gambaran tentang pengalaman emosi
mereka. Kerabat adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan almarhum
diharap akan menambah perolehan data sehingga akan semakin memperkaya
gambaran tentang fase dukacita pada masyarakat Toraja.
Seluruh subjek merupakan subjek yang telah dewasa, dengan
pertimbangan bahwa mereka telah lebih banyak melihat dan mengalami upacara
kematian itu sendiri. Pemilihan subjek sebagai sampel penelitian berdasarkan
variasi maksimum dan diharapkan dapat bersifat representatif terhadap fenomena
yang diteliti. Proses pengambilan sampel dilakukan secara snowball / chain
sampling (pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta
informasi pada orang yang telah diwawancarai / dihubungi sebelumnya) yang
dilakukan sampai mendapatkan tiga subjek penelitian dalam setiap upacara.
D. METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data penelitian menggunakan metode wawancara.
Danandjaja (1988) mengemukakan bahwa wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden.
Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Wawancara kualitatif
dilakukan apabila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang
makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang
diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Banister dkk.
dalam Poerwandari, 2001). Keunggulan metode wawancara adalah :
1. Peneliti bisa secara langsung mengamati pesan-pesan yang tampak dari
2. Responden dapat langsung melakukan probing (pemeriksaan), klarifikasi
jawabannya, dan memberikan umpan balik.
3. Responden juga dapat berbicara lebih banyak dan lebih termotivasi karena
hadirnya orang lain (Paramyta, 2004).
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur
dengan menggunakan pedoman umum. Peneliti tidak membuat pertanyaan secara
eksplisit melainkan mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan
urutan pertanyaan. Metode pencatatan data yakni dengan narrative recording
untuk memperoleh data yang luas dan komprehensif dari perilaku natural subjek.
Metode pencatatan ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan perilaku yang
akan diamati, mengidentifikasikan hal-hal yang akan mempengaruhi, mencatat
ekspresi verbal dan non verbal, mencatat perilaku yang muncul, mencatat
rangkaian kejadian, dan mendeskripsikan perilaku.
Faktor-faktor yang akan diungkap dalam wawancara adalah sebagai
berikut :
Tabel 1
Faktor-faktor yang Diungkap dalam Wawancara
No. Faktor-faktor yang diungkap Deskripsi Pertanyaan
1 Identitas Identitas yang meninggal 1. Nama
2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Tempat tinggal 7. Tingkatan sosial
2 Identitas Identitas diri subjek 1. Nama
2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Tempat tinggal 7. Tingkatan sosial 3 Dukacita Fase-fase dukacita yang 1. Apa yang dilakukan /
dialami bagaimana reaksinya saat pertama kali mendengar kematian almarhum ? Apakah kematian itu dapat langsung diterima ?
2. Berapa lama tenggelam dalam kesedihan ? 3. Bagaimana pengaruh kematian ini terhadap kegiatan sehari-hari ? Apakah hingga saat ini masih merasa terpengaruh ?
4. Apakah kematian almarhum masih terus terbayang dalam
mempersiapakan upacara ? 5. Bagaimana perasaan bapak/ibu saat ini?