• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Intervensi Rusia atas Ukraina

Dalam dokumen Intervensi Rusia Atas Ukraina (Halaman 48-56)

INTERVENSI RUSIA TERHADAP UKRAINA

B. Pelaksanaan Intervensi Rusia atas Ukraina

Jadi, meluasnya konflik hingga Sevastopol pasti memancing Rusia untuk melakukan Intervensi, ditambah lagi dengan para kelompok pendukung pro-Rusia setidaknya dalam tanda kutip memberikan semangat untuk Rusia melakukan Intervensi. Namun, kepentingan mereka yang besar terhadap pangkalan laut mereka menurut saya adalah alasan utama mereka melakukan intervensi pada awalnya.

Meluasnya konflik ke daerah sentimen pro Rusia khusunya Crimea, menyebabkan Rusia mulai berpikir untuk mengambil tindakan. Putin bahkan menegaskan Rusia tidak akan berdiam diri jika ada eskalasi kekerasan terhadap penduduk yang berbahasa Rusia yang tinggal di daerah Timur Ukraina serta

Crimea.65

Selanjutnya, Rusia memutuskan untuk mengirim pasukan ke wilayah Ukraina dengan alasan Rusia memiliki hak untuk melindungi kepentingan warga yang berbahasa Rusia di Krimea dan wilayah lainnya di Ukraina. Tindakan Rusia ini dikecam pemimpin dunia, Rusia dianggap mengganggu integritas negara Ukraina. Amerika Serikat dan Jerman langsung menghimbau Rusia untuk menarik kembali pasukan militernya

Komentar Putin ini mengundang reaksi dari Amerika Serikat dan Negara-Negara Uni Eropa.

66

Etnis muslim Tatar yang pro-Ukraina mengecam keras pendudukan militer Rusia di Ukraina. Semenjak berada di bawah pengaruh Rusia, ekonomi muslim Tatar terpinggirkan, banyak timbul kota-kota kumuh, dan ketegangan antar penduduk semakin konstan

. Walau dikecam, Rusia tidak menarik kembali pasukannya dari Krimea.

67

Insiden-insiden bersenjata lalu terjadi di wilayah Krimea, salah satunya terjadi saat Rusia mengambil alih pos perbatasan Ukraina di tepi barat Krimea. Pasukan Rusia mengepung sekitar 30 personel di pos tersebut. Juru bicara penjaga

.

Pada 9 Maret 2014 terjadi demo di Kiev, ribuan orang menduduki gedung gedung pemerintahan Ukraina dengan membawa bendera Rusia, aksi ini menyebar sampai ke daerah lain di Ukraina. Putin dituduh sebagai orang dibalik aksi ini, juga Viktor Yanukovych.

perbatasan Oleh Slobodyan mengatakan, Rusia kini mengendalikan 11 pos penjaga perbatasan di Krimea.68 Insiden-insiden yang terjadi di Krimea memaksa Barat dan Eropa memberikan bantuan terhadap Ukraina. NATO kemudian mengerahkan dua pesawat pengintai untuk memantau wilayah udara Ukraina dan gerakan kapal laut hitam Rusia. Juru Bicara dari markas NATO Letnan Kolonel Jay Janzen mengatakan satu pesawat Boeing E-3 Senty berbasis di Inggris akan memantau pergerakan udara dan laut Rusia dari daerah Polandia. Sementara satu pesawat yang berbasis di Jerman akan memantau daerah Romania. Kolonel Angkatan Darat Steve Warren mengatakan AS juga mengirimkan jet tempur 12F-16 ke Polandia untuk menambah datasemen angkatan udara di sana.69

Mykolaiv, Kherson dan Odessa melalui perwakilannya menkonfirmasi bergabung dengan Krimea. Krimea berencana untuk melakukan Referendum dan Merdeka. Referendum70 kemudia diadakan pada tanggal 16 Maret 2014 oleh parlemen Krimea dan pemerint negara, referendum bermaksud agar Crimea menjadi bagian negara Rusia. Rusia dituduh mendorong terjadinya Referendum ini.

Pada 21 Maret 2014, Putin menandatangani undang-undang untuk menyelesaikan aneksasi Rusia terhadap Ukraina. Namun selang sehari71

, Pasukan Rusia mengepung pangkalan udara di Crimea, mereka mengeluarkan ultimatum

70

Penyerahan suatu masalah kpd orang banyak supaya mereka yg menentukannya (jadi, tidak diputuskan oleh rapat atau oleh parlemen); penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dng pemungutan suara umum (semua anggota suatu perkumpulan atau segenap rakyat)

melalui udara kepada para pasukan Crimea untuk menyerah. Ukraina bahkan menuntut Rusia untuk melakukan ganti rugi atas kerugian yang ditimbulkan oleh krisis di Ukraina.

Selanjutnya, kelompok garis keras pro-Rusia yang menduduki kantor-kantor pemerintah di kota Donetsk wilayah Ukraina timur, mengancam akan mengumumkan kemerdekaan. Kejadian ini membuat Ukraina berencana untuk mengiririmkan pasukan ke wilayah tersebut, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov dalam waktu 48 jam mengancam akan menindak demosnstran yang telah bertindak anarkis dan bersifat separatis. Namun Rusia langsung mengancam Ukraina untuk tidak melakukan hal tersebut.

Konflik yang semakin memanas ini memicu terjadinya Perang Dingin, hal yang sangat ditakuti dan dihindari dari awal oleh publik internasional. Respon akan semakin memanasnya konflik di Krimea, Rumania meminta NATO untuk kembali mengirim pasukan ke Ukraina melalui perwakilan di Bucharest.Kemudian kapal perusak dipandu rudal Amerika Serikat Donald Cook dan kapal perang intelijen Prancis Dupuy de Lome memasuki Laut Hitam.72

Tak lama berselang, enam kendaraan lapis baja pengangkut tentara pada Rabu memasuki kota di wilayah Ukraina timur, Slaviansk, dengan kendaraan terdepan membawa bendera Rusia dan diatasnya diduduki pasukan bersenjata dan berseragam. Hal ini memaksa Slovakia memperketat daerah perbatasan dengan Ukraina.

Pada Rabu 16 April 2014 Tentara Nasional Ukraina menewaskan tiga militan bersenjata yang menyerang para tentara nasional Ukraina dengan melemparkan granat ke arah mereka, kejadian ini melukai 13 orang dan menahan 63 orang yang menyerang pos mereka di pelabuhan Mariupol di tenggara Ukraina di Laut Azov.

Situasi semakin memanas di Ukraina, potensi perang sipil lahir membuat beberapa negara langsung bereaksi. Kanada mengerahkan enam jet tempur CF-18 ke Eropa Timur sebagai bagian dari respon NATO terhadap krisis memburuk di Ukraina.73 Di Jenewa, Swiss empat pihak melakukan pembicaraan74

Pada 17 April sebuah perjanjian mengejutkan dibuat oleh dua pihak Rusia dan Ukraina. Perjanjian ditengahi oleh Barat, namun sayangnya tidak memberi

untuk menyerukan perdamaian di Ukraina. Pertemuan tingkat tinggi menghadirkan Wakil Senior Uni Eropa Urusan Kebijakan Keamanan dan Luar Negeri Catherine Ashton, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Penjabat Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchystsya untuk pertama kali sejak krisis meletus. Pertemuan itu diadakan dengan tujuan memulai dialog guna mencari cara menangani perkembangan yang meningkat di Ukraina. Selanjutnya Ukaina memulai usaha untuk berdamai dengan para separatis pro-Rusia. Mediator dari badan keamanan OSCE Ukraina melakukan negosiasi penyerahan diri para separatis pendukung Rusia di Ukraina timur dan Ukraina berjanji akan memberikan amnesti kepada para separatis tersebut.

panduan untuk masa depan Ukraina. Ketegangan di Ukraina sejenak perlahan mendingin, hal ini memberikan secercah harapan untuk perdamaian Ukraina.

Namun sayangnya ketegangan kembali memanas saat Rusia menggelar memulai latihan militer di dekat perbatasan dengan Ukraina pada Kamis 24 April 2014, sebagai tindakan balasa atas operasi pasukan Ukraina melawan separatis pro-Rusia dan latihan NATO di timur Eropa. Kali ini, Rusia yang mengimbau agar AS dan NATO menarik pasukan dari Ukraina. Pada 26 April pesawat militer Rusia terlihat di wilayah udara Ukraina, hal ini memicu ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat. Di perbatasan baltik, helikopter tempur Rusia mulai berlatih disaat para separatis menduduki gedung gedung pemerintahan.

Keadaan semakin memanas saat para separatis Pro-Rusia berulah di daerah Ukraina. Dimulai sejak awal Mei, puncaknya pada 2 Mei 2014 terjadi pembakaran di kota Odessa, Ukraina 31 orang dilaporkan tewas. Ukraina semakin membara,75

Rusia setelahnya meminta Dewan Keamanan PBB untuk membahas perdamaian di Ukraina. Pada 8 Mei 2014 Putin menegaskan Rusia telah menarik pasukannya dari Ukraina demi perdamaian di Ukraiana. Rusia juga menghimbau adanya penyelidikan terhadap kekerasan yang terjadi di kota-kota di Ukraina. Rusia juga telah menerima peta-jalan mengenai kemungkinan resolusi untuk krisis

Sedikitnya 42 orang tewas dan 125 terluka dalam pertempuran antara massa pendukung dan anti-Rusia di jalanan Odessa di selatan Ukraina. Puluhan demonstran pro-Rusia terpanggang dalam sebuah gedung pemerintahan yang terbakar.

Ukraina yang dirancang oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja sama di Eropa (OSCE).

Saat pembahasan mengenai perdamaian di Ukraina terjadi, Ukraina Timur yang diduduki para separatis pro-Rusia mengumumkan akan menggelar Referendum. Bahkan Putin meminta agar Referendum ditunda, namun para separatis tetap pada pendirian untuk menggelar Referendum. Tidak lama setelah itu, para pemimpin separatis resmi telah menggelar Referendum dan mengatakan 89 persen yang memberikan suaranya di Donetsk dan 96 persen di Luhansk menginginkan kemerdekan. Itu artinya, dua wilayah Ukraina menyatakan Kemerdekannya. Ini memaksa Kiev untuk melakukan dialog intens karena hal ini mengganggu pemilu yang akan dilangsungkan di Ukraina pada 25 Mei 2014. Usai Referendum, Ukraina Timur memastikan ingin bergabung dengan Rusia. Pada pemilu tersebut, Petro Poroschenko terpilih menjadi Presiden Ukraina.

Konflik semakin memanas di Ukraina, perang saudara pun terjadi antara pendukung pro-Rusia dan pro-Ukraina. Konflik melahirkan pertempuran darah, saling serang dan tembak terjadi di Ukraina. Militan pro-Rusia bahkan berhasil menembak helikopter Ukraina. Ukraina semakin membara, Rusia menghimbau dilakukan Resolusi PBB.

Semakin memanas, AS dan Uni Eropa menuduh Rusia memberikan Tank kepada para militan. Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan bahwa akan

segera memerintahkan gencatan senjata76

Agustus 2014, Pangkalan pemberontak Ukraina digempur serangan udara. Pada 7 Agustus 2014 terjadi bentrokan antara gerilyawan dengan tentara Ukraina yang mengakibatkan lima-belas tentara Ukraina telah tewas dan 79 prajurit lagi cedera. Pada 28 Agustus konvoi militer Rusia memasuki wilayah Ukraina yang memicu ketegangan antara kedua belah pihak.

sepihak kepada separatis timur sebagai bagian dari rencana mengakhiri krisis pada Rabu 18 Juni 2014.

Juli 2014, konflik semakin memanas. Bentrokan terus berlanjut, ribuan orang mengungsi, pemboman terjadi di daerah perbatasan. Pesawat militer Ukraina ditembak jatuh, Rusia diklaim membantu para separatis. Ukraina mencoba untuk merebut Donetsk kembali namun mendapat perlawanan yang sengit dari para separatis.

Pada 8 September 2014 di Ukraina Timur, terjadi bentrokan yang berarti gencatan senjata di wilayah tersebut telah dilanggar. Keadaan yang semakin memanas membuat Ukraina dan Rusia saling menyalahkan.

Perundingan terus terjadi antar pihak yang bersitegang selama konflik di Ukraina. Saling menuduh antara kedua pihak sering terjadi, yang tebaru 08 November 2014 Ukraina menuduh Rusia kirim puluhan Tank ke wilayah timur Ukraina.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengklaim negaranya siap untuk perang total melawan pemberontak di Donetsk. Pemberitaan tentang beberapa konvoi kendaraan lapis baja bertanda pasukan menyeberangi perbatasan Rusia

untuk memperkuat pemberontak. Poroshenko mengatakan kepada harian Jerman Bild77 bahwa dirinya tidak takut berperang melawan tentara Rusia. Pernyataan ini langsung direspon oleh pihak Rusia, Moskow mengatakan, tak akan membiarkan separatis pro-Rusia mengalami kekalahan di timur Ukraina. Hingga saat ini, konflik masih terjadi di Ukraina dan yang terbaru militer Amerika Serikat telah mengirimkan tiga radar ke Ukraina yang dirancang untuk mendeteksi tembakan mortir, bantuan datang atas permintaan Kiev untuk membantu memerangi pemberontak pro-Rusia.

C.Reaksi Publik Internasional Terhadap Intervensi Rusia Atas Ukraina

Dalam dokumen Intervensi Rusia Atas Ukraina (Halaman 48-56)