• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Jual Beli Tanah Di Kecamatan Juhar

PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH DI KECAMATAN JUHAR

E. Pelaksanaan Jual Beli Tanah Di Kecamatan Juhar

Dalam hukum adat, hubungan antara manusia dengan tanah bertalian erat. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi sosial tanah. Dimana masyarakat di Kecamatan Juhar menggantungkan hidupnya dari pertanian ataupun berkebun. Kepemilikan tanah diperoleh oleh masyarakat Juhar dari turun temurun yang merupakan warisan.

Hal ini dapat dilihat dari proses terjadinya hak milik adat itu sendiri. Erman Rajagukguk dalam pendapatnya mengenai terjadinya tanah adat menjadi hak milik di daerah Jawa Barat, dikarenakan dahulu penduduk desa diijinkan menggarap tanah bersama, dengan syarat harus dipenuhi hal-hal tertentu seperti pelaksanaan tugas ronda, perbaiki jalan, memelihara makam desa ikut serta dalam pembangunan desa dan sebagainya. Orang-orang yang mendapatkan tanah tersebut disebut gogol, sikep

atau kuli. Bila akan menggarap harus mendapat ijin dari masyarakat desa.59

Pada masyarakat Karo, berdasarkan hak ulayat yang melekat, masyarakat dapat membuka dan menggarap hutan yang diusahai secara turun temurun sehingga yang akhirnya menjadi hak milik. Namun sebelum tanah hutan atau belukar digarap, warga desa harus memberitahu kepada Kepala Adat atau Kepala Desa tentang rencana membuka tanah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

59

Erman Rajagukguk, Hukum Agraria, Hukum Penguasaan Tanah Dan Kebutuhan Hidup, (Semarang: Chandra Pratama, 1995), hal 79

tanah yang akan digarap tersebut sudah ada yang menguasai atau belum, tapi pada saat ini hal tersebut diatas tidak dijumpai lagi60

Menurut hukum adat berbagai cara untuk mendapatkan hak milik atas tanah misalnya dengan membuka hutan atau belukar, mewaris, penerimaan tanah secara pembelian, penukaran, penerimaan hadiah, mendapatkan hak milik karena lampau waktu (verjaring).61

Dari ketentuan diatas, secara umum diperolehnya suatu hak milik adat terjadi karena pembukaan hutan, pewarisan, hibah dan sebagainya. Namun pada dasarnya setiap kepemilikan hak millik tanah adat dimulai dari pembukaan hutan atau semak belukar, kemudian setelah hak membuka hutan di dapat, dan tanah tersebut benar-benar telah menjadi miliknya maka baru dapat dialihkan baik kepada ahli warisnya atau dihibahkan kepada orang lain, ataupun berdasarkan hak yang dimilikinya tanah tersebut dapat diperjual belikan.

Dengan adanya hak-hak perorangan atas tanah adat, maka timbulah berbagai cara peralihan hak diantaranya pewarisan, hibah, ganti rugi, gadai dan wakaf. Salah satu bentuk peralihan hak atas tanah tersebut adalah jual beli.

Demikian juga pada masyarakat Karo yang berada di Kecamatan Juhar khususnya di desa Juhar Ginting dan Juhar Tarigan, perolehan tanah dalam masyarakat tersebut diperoleh dari garapan yang telah diusahai secara turun temurun dan pewarisan.

60

Hasil wawancara dengan Bapak Pimanta Surbakti, Tokoh Adat Desa Juhar Ginting, pada tanggal 21 April 2009

61

Kecamatan Juhar adalah salah satu Kecamatan yang terletak di wilayah Kabupaten Karo. Kecamatan Juhar ini terdiri dari 24 desa. Namun dalam penelitian ini lokasi yang dipilih hanya 2 desa yaitu Desa Juhar Ginting dan Juhar Tarigan. Pemilihan kedua desa ini karena kedua desa tersebut adalah yang paling banyak penduduknya dan dari segi perekonomian lebih maju dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang terdapat di Kecamatan Juhar tersebut. Status tanah yang berada di kecamatan tersebut kebanyakan masih surat jual beli yang mempergunakan kertas segel yang lama dan bahkan ada yang tidak mempunyai surat-surat sama sekali. Namun kepemilikannya diakui oleh masyarakat setempat.

Dalam pelaksanaan jual beli tanah di Kecamatan Juhar, masih melakukan jual beli tanah, baik tanah persawahan, tanah ladang (kebun) ataupun pertapakan, dengan jual beli di bawah tangan. Jual beli tanah dilakukan melalui Kepala Desa/Kepala Kampung hanya dengan memakai kertas segel atau dengan mempergunakan materai yang ditempel di atas surat jual beli. Surat jual beli di bawah tangan tersebut hanya ditandatangani oleh pihak penjual dan pembeli serta Kepala Desa/Kepala Kampung. Hal ini dilakukan karena jual beli melalui Kepala Desa/Kepala Kampung merupakan hal yang lazim dilakukan. Masyarakat menganggap bahwa Kepala Desa/Kepala Kampung adalah orang yang benar-benar mengetahui asal-usul tanah sebagai objek jual beli tersebut. Disamping itu jual beli tanah melalui Kepala Desa/Kepala Kampung tidak mengalami proses yang berbelit-belit, murah dan cepat.62

62

Hasil wawancara dengan Bapak Kalpin Ginting, Kepala Desa Juhar Ginting, pada tanggal 22 April 2009

Pembuktian batas-batas tanah yang akan dijual hanya melalui penunjukan batang pohon yang terletak paling ujung dari tanah tersebut. Misalnya keluarga si pemilik tanah pada waktu itu ada menanam pohon durian atau pohon mangga sebagai batas tanah miliknya. Pohon inilah yang dijadikan sebagai patok batas tanah.63

Jual beli tanah di Kecamatan Juhar hampir rata-rata dilakukan dengan memakai jual beli di bawah tangan dengan memakai kertas segel dan dilakukan hanya di depan Kepala Desa/Kepala Kampung sebagai saksi. Kepala Desa dalam hal ini sifatnya hanya sebagai pihak yang mengetahui adanya jual beli tersebut. Bukan mengetahui sejarah tanah ataupun asal usul kepemilikan tanah yang di jual belikan. Sangat jarang masyarakat melakukan jual beli tanah melalui akta Camat. Untuk jual beli tanah yang belum bersertifikat pihak Kecamatan sudah menyiapkan format asli yang dibuat oleh pemerintah. Masyarakat menganggap jual beli tanah melalui Camat harus melalui birokrasi yang berbelit-belit dan biaya tinggi.64

Di dalam masyarakat Karo dengan adanya jual beli itu dengan dihadiri saksi- saksi sudah mengikat pada pihak ketiga karena pada umumnya warga masyarakat desa itu sudah mengetahuinya.

63Hasil wawancara dengan Ibu Serbawati br Tarigan, Kepala Desa Juhar Tarigan, pada tanggal 22 April 2009.

64

Hasil wawancara dengan Camat Kecamatan Juhar Ir. Rena Sembiring, pada tanggal 23 April 2009

Adapun fungsi kehadiran Kepala Desa dalam hal menangani jual beli tanah yang dilakukan masyarakat adat Karo merupakan suatu keharusan agar setiap peralihan hak dapat diketahui Pemerintah dan masyarakat. Dengan dilakukannya jual beli tanah dihadapan Kepala Desa itu telah menunjukkan itikad baik dari para pihak, suatu asas yang dijunjung tinggi dalam hukum adat.

BAB IV