• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis selama mengajar di SMA N 4 Surakarta menggunakan metode dikte dan metode latihan. Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan dalam 9 pertemuan, 5 pertemuan untuk materi, 1 pertemuan untuk pretest dan 3 pertemuan untuk test .

Berikut jadwal kegiatan belajar mengajar: Tabel 3.1

Daftar Jadwal Mengajar Pertemuan

Ke

Tanggal Materi

1 7 Februari 2012 Perpustakaan berada dimana (1) 2 14 Februari 2012 Perpustakaan berada dimana (2) 3 21 Februari 2012 Satuan bilangan (1)

4 28 Februari 2012 Satuan bilangan (2)

5 3 April 2012 Pre Test, pinyin, shengdiao (1)

6 10 April 2012 Pinyin dan Shengdiao

7 17 April 2012 Tes 1

8 24 April 2012 Tes 2

9 1 Mei 2012 Tes 3

Sumber: Pribadi

1.Pertemuan pertama (7 Februari 2012)

Pada pertemuan pertama, penulis memulai kegiatan belajar mengajar dengan memperkenalkan diri menggunakan bahasa Mandarin. Penulis menyapa

commit to user

para siswa dengan kalimat “ 大家早上好(dàjiā zǎoshàng hǎo) ”. Para siswa

menjawab “ 好 (hǎo)”, kemudian penulis langsung membetulkan jawaban para

siswa dan meminta mereka mengucapkan sekali lagi dengan kalimat “ 早上好

(zǎoshang hǎo)” para siswa di SMA N 4 Surakarta memang sudah mendapat pelajaran bahasa Mandarin sejak kelas X semester pertama dan masing–masing kelas mendapat satu kali tatap muka selama seminggu. Setelah melakukan perkenalan secara singkat, pada pertemuan ini guru pamong mengadakan ulangan harian. Hal ini dimanfaatkan oleh penulis untuk mengamati keadaan kelas.

2. Pertemuan kedua (14 Februari 2012)

Pertemuan ketiga, penulis melanjutkan materi minggu sebelumnya. Sebelum melanjutkan materi, penulis mereview pelajaran minggu lalu, yaitu dengan memberi beberapa pertanyaan seputar kosakata yang telah mereka pelajari sebelumnya. Setelah itu para siswa membaca sebuah diaolog yang isinya menanyakan arah. Kemudian siswa menjawab soal berdasarkan dialog di buku latihan mereka dan membahasnya bersama.

3. Pertemuan ketiga (21 Februari 2012)

Pertemuan ketiga ini, para siswa belajar tentang satuan bilangan. Mereka terlihat sedikit aneh tentang satuan bilangan dalam bahasa Mandarin, karena dalam bahasa Mandarin penggolongan satuan bilangan berbeda dengan bahasa Indonesia. Para siswa hanya mempelajari beberapa satuan bilangan saja, seperti 个(ge), 张(zhang), 把 (ba), 本 (ben), 盆 (pen), 位 (wei), 粒 (li), 件 (jian).

commit to user

Para siswa terlihat tertarik dengan materi ajar tersebut dan terdengar beberapa kali mereka mengucapkan satuan bilangan tersebut.

4. Pertemuan keempat (28 Februari 2012)

Pada pertemuan ini, penulis melanjutkan materi sebelumnya dan menambah sedikit materi untuk persiapan UTS (Ulangan Tengah Semester) yang akan diadakan pada tanggal 5 Maret 2012–10 Maret 2012. Dalam kesempatan ini, beberapa siswa mengajukan pertanyaan seputar materi yang akan menjadi soal pada UTS mendatang. Ada juga yang meminta untuk mengulangi materi minggu lalu secara sekilas.

5. Pertemuan kelima (3 April 2012)

Pada pertemuan ini penulis sudah memulai untuk penelitiannya. Pertama, penulis mengadakan pretest, yaitu membubuhi shengdiao dengan jumlah soal 20 buah. Setiap siswa mendapat satu lembar kertas yang isinya kosakata dalam bentuk pinyin tanpa shengdiao, kemudian penulis membacakan kosakata tersebut dan para siswa membubuhi shengdiao di atas kosakata tersebut. Memang, para siswa sudah mendapat pelajaran ini di awal mereka belajar bahasa Mandarin, tetapi pelajaran bahasa Mandarin di SMA N 4 Surakarta tidak terlalu ditekankan dalam masalah shengdiao. Sisa waktu pelajaran, penulis lakukan untuk menjelaskan materi sehubungan dengan penelitian.

6. Pertemuan keenam (10 April 2012)

Pertemuan keenam, penulis menjelaskan tentang empat macam nada dan perubahannya vokal dan konsonan dalam bahasa Mandarin, kemudian

commit to user

memberikan latihan–latihan untuk para siswa. Siswa cukup memahami materi tersebut dengan baik.

7. Pertemuan ketujuh (17 April 2012)

Pada pertemuan ketujuh, penulis mengulangi materi tentang empat nada dalam bahasa Mandarin dan perubahnnya. Kemudian para siswa diberi tes 1 dengan jumlah soal 20 buah tentang nada dan perubahnnya. Penulis mendiktekan kosakata, kemudian para siswa membubuhi nada pada kosakata tersebut. Setiap soal dibacakan 3 kali.

8. Pertemuan kedelapan (24 April 2012)

Pertemuan ini, siswa mengulangi materi tentang vokal bahasa mandarin, kemudian siswa diberi tes 2 dengan jumlah soal 20 buah, yaitu mengisi kosakata yang rumpang dengan vokal yang tersedia. Caranya, penulis mendiktekan kosakata tersebut dan para siswa menulis apa yang mereka dengar. Setiap soal dibacakan 3 kali.

9. Pertemuan kesembilan (1 Mei 2012)

Pada pertemuan terakhir ini, para siswa diberi tes 3 dengan jumlah soal 20 buah, yaitu mengisi kosakata yang rumpang dengan konsonan yang tersedia. Caranya, penulis mendiktekan kosakata, kemudian para siswa mengisi konsonan yang kosong tersebut. Setiap soal dibacakan 3 kali.

D. Evaluasi Pembelajaran

Penulis melakukan evaluasi setiap akhir pembahasan materi Kompetensi Dasar (KD). Evaluasi dilakukan untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajar siswa dan

commit to user

mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam belajar dan mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyimak shengdiao (nada baca) dan pinyin. Evaluasi juga sangat penting bagi penulis untuk menentukan hasil perbandingan evaluasi pembelajaran I, II, III. Namun, sebelum diadakannya tes I, II, III, penulis mengadakan

pretest untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.

Berdasarkan evaluasi materi pembelajaran menyimak shengdiao (nada baca) dan pinyin kelas X SMA Negeri 4 Surakarta, maka penulis melakukan perbandingan hasil evaluasi pembelajaran sebelum dan sesudah menggunakan metode dikte dan latihan. Hasil evaluasi yang diperoleh antara lain:

Tabel 3.2

Hasil Evaluasi Pembelajaran

No. Nama Siswa Nilai

Pretest Nilai Tes 1 Nilai Tes 2 Nilai Tes3

1 Aji Saka Nugraha 47 90 95 75

2 Astiyana Arum Larasati 75 80 100 75

3 Bagas Maulana 47 90 100 85

4 Bayu Vigintan Yuswi 75 95 95 70

5 Chanda Pandestria W 53 75 100 75

6 Clarissa Pricilia S 47 70 100 75

7 Deyla Okti Drastiana 53 90 90 70

commit to user

9 Eva Yulia Rustanti 73 80 90 80

10 Fajar Yoga Prasetya 47 90 100 65

11 Farras Ali Mu’Tashim 53 95 100 70

12 Fatmawati 60 85 100 85

13 Hudzaifah Ajeng L 67 80 100 70

14 Kahfi Ikradesi 73 80 95 70

15 Khoirun Nisa Krissanty 75 90 85 85

16 Kusumaningtyas Tika S 70 90 100 70

17 Lintang Chandra Dewi 70 100 100 80

18 Mar’Atul Hidayati 65 85 95 70

19 Muhammad Hassan R S 67 80 95 70

20 Naufal Ilyas Abdul H 73 75 100 70

21 Naurarifa Cahya Putri 53 75 95 70

22 Nusa Adi Gumilang 73 70 90 70

23 Odesa Lucky C 40 100 100 65

24 Restuning Gustiasih 80 90 100 85

25 Reza Kholifah Aprilian 60 70 80 65

26 Rizqa Rastian Pratama 53 95 95 70

27 Safira Fadhilah Putri 87 95 100 90

28 Suci Soraya 67 100 100 95

29 Suryawisnu Magandha 70 85 100 70

30 Tedtie Roumany 87 80 85 85

31 Triska Desi Sundari 80 100 100 90

32 Uzair 70 75 100 70

commit to user

Data tersebut dapat digunakan untuk mengetahui keefektifan penggunaan metode dikte dan latihan dalam pelajaran bahasa Mandarin menyimak shengdiao (nada baca) dan pinyin. Nilai rata–rata kelas yang didapat dari ujian pretest ini adalah 65,53. Setelah melakukan pretest, penulis menggunakan metode dikte dan latihan dalam pembelajaran. Kemudian penulis melakukan tes akhir. Nilai rata-rata kelas pada tes terakhir adalah 85,31. Terdapat kenaikan nilai rata-rata kelas antara pretest dengan tes akhir, yaitu sebanyak 19,78.

Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dikte dan latihan cukup efektif dalam pelajaran bahasa Mandarin menyimak shengdiao (nada baca) dan

pinyin.

E. Hambatan dan Solusi

Dalam proses kegiatan belajar mengajar tentu saja guru praktikan mengalami beberapa hambatan. Hambatan-hambatan yang dialami oleh guru praktikan dan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan metode dikte dan latihan yaitu:

1. Dari awal pembelajaran bahasa Mandarin, para siswa tidak terlalu ditekankan dalam hal nada baca, jadi agak terlalu sulit dalam mempelajarinya, karena butuh waktu yang tidak sedikit dalam memahami nada baca dalam bahasa Mandarin.

2. Tidak jarang beberapa siswa terlambat masuk kelas setelah jam istirahat kira– kira 10 menitan mungkin dikarenakan pelajaran bahasa Mandarin bukan termasuk pelajaran yang penting, padahal pelajaran bahasa Mandarin dapat membantu mendongkrak nilai pelajaran lain yang tidak terlalu bagus pada saat ujian semesteran.

commit to user

3. Kurang terdukungnya penggunaan metode dikte dikarenakan keadaan kelas yang kurang tenang selama pelajaran berlangsung, padahal pada dasarnya sumber utama dari metode dikte tersebut adalah suara guru, sedangkan jika keadaan kelas kurang tenang, hal tersebut dapat menghambat jalannya kegiatan belajar mengajar.

Selama melaksanakan kegiatan praktik mengajar di SMA N 4 Surakarta, penulis menemui berbagai hambatan dalam menggunakan metode dikte dan metode latihan. Dari hambatan tersebut penulis menemukan beberapa cara mengatasi hambatan– hambatan tersebut, yaitu:

1. Membiasakan para siswa membaca kosakata ataupun kalimat dengan nada baca yang tepat meskipun cara membacanya harus perkata.

2. Menumbuhkan rasa disiplin pada siswa dengan masuk kelas tepat waktu serta memberi pengertian pada siswa bahwa belajar bahasa mandarin itu bermanfaat, tidak hanya pada ilmunya saja tapi juga dapat membantu nilai pelajaran lain yang kurang dalam ujian semesteran.

3. Menciptakan keadaan kelas yang tenang dan kondusif selama proses kegiatan belajar mengajar supaya penggunaan metode dikte dapat terlaksana dengan baik. Selain itu, penulis mencoba untuk bersuara keras tapi jelas serta menggunakan bahasa yang baik dan dapat memutus–mutus kalimat dalam penggunan metode dikte itu sendiri.

commit to user BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait