• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembibitan

Pengambilan Anakan Sagu (Sucker)

Anakan sagu merupakan bahan tanam yang dapat diperoleh dari dalam kebun (inhouse) ataupun dari kebun masyarakat (outsource). Anakan sagu yang akan dijadikan bibit harus memiliki beberapa kriteria. Bibit yang digunakan se-baiknya diambil dari induk yang memiliki potensi produksi tinggi, bibit masih segar dengan pelepah yang masih hijau, bibit tua dengan ciri banir (bonggol) yang keras, pelepah dan pucuk yang masih hidup, perakaran yang cukup, panjang pe-lepah minimal 30 cm, dan tidak terserang hama serta banir berbentuk L (Bin-toro,2008). Anakan sagu yang dijadikan bibit diambil dari anakan yang berada di bawah permukaan tanah karena bekas luka pada induk dapat tertutup tanah.

Prestasi kerja para pekerja borongan adalah 0,75 menit/bibit dan dapat mengambil 70-80 bibit per hari sedangkan mahasiswa dapat mengambil bibit da-lam waktu 5-7 menit/bibit. Cepat da-lambatnya pengambilan bibit ditentukan oleh beberapa faktor seperti posisi banir dalam tanah, kondisi piringan, dan ketersedia-an bibit dalketersedia-an satu rumpun.

Pengambilan anakan sagu untuk dijadikan bibit harus berdasarkan SOP (Standard Operating Procedure) pengambilan anakan (Lampiran 4). Bibit sagu yang berasal dari masyarakat dibeli oleh PT. National Sago Prima dengan harga Rp.1 900-2 500 per bibit. Bibit sagu tersebut dibeli dari masyarakat sekitar kebun seperti Teluk Kepau, Teluk Buntal, Kepau Baru, dan Sungai Pulau. Kriteria bibit yang akan dibeli umumnya sama dengan kriteria bibit dari dalam kebun.

Persemaian Bibit Sagu

Persemaian bibit sagu yang digunakan oleh PT. National Sago Prima adalah persemaian sistem kanal. Fungsi dari persemaian bibit sagu adalah untuk menyeleksi antara bibit baik dan buruk. Bibit sebelum disemai terlebih dahulu di- rendam dalam larutan fungisida. Bibit direndam selama ± 3 menit dalam larutan fungisida (Dithane-45) dengan konsentrasi 2 gram/liter air dan dikeringkan

se-lama ± 15 menit. Bibit yang telah direndam dipotong bagian daun hingga tinggi bibit dari banir 30-40 cm. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi transpirasi bibit selama di persemaian dan mempercepat terbentuknya tunas baru.

Bibit yang telah siap semai disusun dalam rakit berukuran 3 m x 1 m de-ngan ketinggian rakit 30-40 cm. Rakit terbuat dari batang pelepah daun yang telah mengering. Bibit disusun rapat dalam rakit agar tidak tumbang. Satu rakit biasa-nya dapat memuat 70-90 bibit yang berukuran 2-3 kg.

Bagian banir bibit sagu yang disemai harus terendam air saat di rakit per-semaian tetapi pucuk daun dan titik tumbuh daun tidak boleh terendam karena akan menyebabkan kematian bibit (Gambar 4). Ketersediaan air pada kanal me-limpah karena bibit terendam hingga batang bibit. Ketersediaan air mutlak di-perlukan karena menurut Pinem (2008) persemaian bibit di kolam dengan tinggi air yang macak-macak membuat bibit sagu stres dan pertumbuhan terhambat.

Lokasi persemaian yang ideal yaitu di daerah kanal tersier yang airnya mengalir. Pemilihan lokasi kanal tersier agar bibit tidak terganggu oleh aktivitas kebun (transportasi, sensus, pemeliharaan, dan panen) dan air mengalir agar sir-kulasi udara dan hara dalam air lancar. Lokasi persemaian juga sebaiknya cukup ternaungi oleh tajuk/kanopi tanaman sagu yang terdapat dipinggir blok penanam-an. Lokasi yang ternaungi dapat mengurangi transpirasi bibit sagu.

Gambar 4. Persemaian bibit sagu dalam rakit

Bibit yang telah disemai dalam rakit harus diberi label pada tiap rakitnya. Pemberian label dimaksudkan agar data dan informasi tentang bibit dapat dike-tahui dan dikontrol. Tiap label terdiri atas data dan informasi bibit seperti nomor rakit, jumlah bibit, sumber bibit, tanggal semai dan perkiraan tanggal tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan perkebunan sagu merupakan kegiatan rutin yang harus dijalankan agar produktivitas tanaman tetap terjaga. Kegiatan pemeliharaan yang terencana dan terlaksana dengan tepat waktu akan meningkatkan efisiensi biaya pemeliharaan. Pemeliharaan dalam perkebunan sagu meliputi penyulaman, peng-endalian gulma manual dan kimia, penegpeng-endalian hama dan penyakit, pen-jarangan anakan dan pengelolaan air.

Penyulaman

PT. National Sago Prima melakukan kegiatan penyulaman tanaman karena pada tiap blok tanaman terdapat bibit sagu yang mati. PT. National Sago Prima bekerja sama dengan PT. Prima Kelola Agribisnis dan Agroindustri (PKAA) dan Balai Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) untuk melaksanakan kegiatan penyulaman.

Kegiatan penyulaman pada tahun 2011 terfokus pada divisi I, II, III dan IV. Penyulaman akan dilakukan pada divisi yang lain setelah keempat divisi ter-sebut selesai. Kegiatan penyulaman tanaman yang dilakukan meliputi: persiapan bahan tanam, persiapan lahan penyulaman dan penanaman bibit.

Pengendalian Gulma Manual

Gulma merupakan tanaman yang kehadirannya menggangu tanaman uta-ma dalam suatu area perkebunan. Guluta-ma keberadaanya tidak diinginkan karena sangat mengganggu pertumbuhan tanaman sagu. Pengendalian gulma mutlak di-lakukan sebagai upaya perawatan tanaman.

Pengendalian gulma juga harus memperhatikan periode kritis tanaman. Periode kritis adalah fase dalam tanaman yang jika terjadi gangguan maka pertumbuhan dan produksi akhir akan menurun. Tanaman sagu memiliki periode kritis pada awal pertumbuhan bibit di lapang hingga membentuk punggung gajah

(rosette stage). Pengendalian gulma manual di PT. National Sago Prima di-laksanakan dengan menggunakan sistem penebasan di gawangan bersih dan pe-nebasan di piringan (Tabel 1).

Tabel.1 Kriteria kondisi gulma perkebunan sagu

Sumber : SOP Weeding PT.Natinal Sago Prima

Pengendalian gulma manual dilakukan dengan mengunakan tenaga kerja kontrak maupun tenaga kerja harian lepas. Gulma yang ada di sekitar piringan dan gawangan ditebas dengan mengunakan parang. Gulma dibersihkan dari piringan hingga batas 5 cm dari permukaan tanah dengan jari-jari 1 m dari rumpun sagu.

Tenaga kerja penebasan gawangan merupakan tenaga kerja kontrak, yang biasanya dikerjakan oleh tenaga laki-laki sebanyak 10 orang per kelompok. Tenaga kerja tersebut dipimpin oleh seorang kontraktor yang bertanggung jawab terhadap seluruh perjanjian kerja dengan perusahaan. Pembayaran tenaga harian kontrak dibedakan berdasarkan kategori penutupan gulma.

Kategori penutupan gulma dibedakan menjadi tiga yaitu: blok dengan gulma ringan (Rp 65 000/ ha), blok dengan gulma sedang (Rp 100 000/ ha), dan blok dengan gulma berat (Rp 180 000/ ha). Panjang gawangan bersih yang ditebas sepanjang 500 m dengan jarak tanam 8 m x 8 m. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu blok tanaman antara 1.0-1.5 bulan.

Rotasi gawangan dan piringan dilaksanakan selama enam bulan sekali. Target kerja yang harus dicapai oleh tenaga harian kontrak adalah 2 gawangan (1000 m)/ HK. Sistem gawangan dan piringan dinilai lebih ekonomis, tetapi belum mampu menekan pertumbuhan gulma, kurang efektif dan efisien dalam laksanaan teknik budidaya, serta belum mampu memudahkan dalam kegiatan pe-ngangkutan hasil panen.

Pengendalian gulma di piringan bertujuan untuk memberikan ruang untuk anakan sagu agar tumbuh optimal dan mempermudah dalam kegiatan pemupukan. Penebasan gawangan atau jalur bersih dilakukan untuk mempermudah mobilisasi baik untuk pengakutan pupuk, penyulaman, sensus maupun kegiatan panen. Uraian Kondisi Berat Kondisi Sedang Kondisi Ringan Piringan Gawangan

Piringan tertutup gul-ma.

Tertutup gulma, sulit dilalui, dan terhalang gelondongan kayu. >50% piringan tertutup gulma. 50–75% tertutup gul-ma, mudah dilalui dan tidak terganggu gelon-dongan kayu.

Piringan bersih dari gul-ma.

Rintisan masih lebar, mudah dilalui dan bersih dari gelondongan kayu.

Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan pe-nebasan gawangan dan piringan. Kendala yang dihadapi disebabkan oleh kondisi lahan gambut yang cukup tebal, banyak gulma berkayu yang tumbuh di tengah lorong dan tidak lurusnya jalur tanaman sagu (Bintoro et al., 2010). Kendala dalam penebasan gawangan dan piringan dapat diatasi dengan pemeliharaan yang rutin dilaksanakan tepat waktu sehingga keberadaan gulma dapat dikendalikan.

Pengendalian gulma dengan manual (Gambar 5) memiliki keuntungan ya-itu tidak merusak ekosistem tanaman sagu dan kerugiannya adalah gulma lebih cepat tumbuh kembali terutama jika penebasan dilakukan pada awal musim hujan, waktu yang lebih lama dalam pengerjaan dan memerlukan biaya besar untuk me-lakukannya.

Gambar 5. Pengendalian gulma manual di piringan

Pengendalian Gulma Kimia

PT. National Sago Prima menerapkan sistem pengendalian gulma secara terpadu guna menghasilkan pengendalian gulma yang efektif dan efisien. Pengen-dalian gulma secara kimia merupakan tidak lanjut dari pengenPengen-dalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan mengunakan herbi-sida. Herbisida yang digunakan adalah herbisida kontak dengan bahan aktif para-quat dan herbisida sistemik dengan bahan aktif metil metsulfuron. Penyemprotan mengunakan herbisida dengan dosis yang digunakan yaitu paraquat 1.5 l / ha dan metil metsulfuron 62.5 g / ha, dengan volume semprot 400 l/ ha.

Alat yang digunakan adalah knapsack sprayer SOLO-15 (kapasitas 15 lit-er) dan GS-16 (kapasitas 16 litlit-er) dengan warna nozel semprot biru. Knapsack sprayer SOLO-15 mampu menyemprot jalur bersih (gawangan) sejauh 250 m

untuk satu knapsack. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam apli-kasi herbisida yakni kecepatan berjalan, kondisi gulma dan kondisi lahan yang di-semprot. Penyemprotan dilakukan jika cuaca cerah dan tidak ada hujan selama tiga hari berturut-turut.

Penyemprotan herbisida dilakukan oleh tenaga karyawan harian lepas di sekitar piringan dan gawangan (jalur bersih). PT. National Sago Prima melaksana-kan penyemprotan setelah 2 minggu penebasan gulma secara manual. Kegiatan penyemprotan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat larutan herbisida sesuai dosis yang diterapkan PT. National Sago Prima yakni paraquat 1.5 l / ha dan metil metsulfuron 62.5 g/ha . Pelarut yang digunakan adalah air gambut yang diperoleh dari kanal primer atau kanal sekunder. Penyemprotan dilakukan dengan berjalan secara perlahan. Tinggi nozel semprot ke permukaan tanah 30 cm atau sesuai de-ngan ketinggian gulma.

Rata-rata karyawan harian lepas menyemprot sebanyak 9 knapsack spray-er/hari untuk luasan 0.6 ha (gawangan dan piringan). Tenaga kerja penyemprot yang dibutuhkan 1.6 HK/ ha sehingga prestasi kerja rata-rata buruh harian lepas adalah 80 HOK/blok untuk pengendalian gulma di gawangan dan piringan.

Hasil penyemprotan tergantung dari jenis kelamin, umur, kondisi gulma, dan kondisi lapangan. Mahasiswa magang bertugas sebagai pengawas semprot satu orang BHL. Pengawasan tersebut meliputi cara semprot, cara pengukuran dosis, pengadukan herbisida, kecepatan berjalan, dan menghitung jumlah rumpun hasil semprot/ tanki semprot.

Pengendalian secara kimia memiliki keuntungan yakni cepat, efisien, gul-ma tidak cepat tumbuh kembali, dan memerlukan lebih sedikit biaya dibandingkan manual. Kerugian pengendalian gulma secara kimia adalah dampak ekologi yang ditimbulkan pada rumpun sagu yang terkena semprotan (gejala fitotoksisitas) dan penggunaan herbisida dapat mengganggu keseimbangan ekosistem sagu. Upaya terbaik yang dilakukan adalah dengan pengendalian gulma secara terpadu yakni pengendalian manual dan dilanjutkan dengan pengendalian kimia.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang menyerang tanam sagu di PT. National Sago Prima adalah kumbang Oryctes rhinoceros L., belalang, ulat api, kera, dan babi hutan sedang-kan penyakit yang menyerang salah satunya adalah karat daun. Pengendalian hama di kebun sagu PT. National Sago Prima menggunakan insektisida Lentrex EC 400 dengan konsentrasi 2 cc/l air. Penyemprotan dilakukan dengan mengguna-kan alat semprot (knapsack sprayer) yang dilaksanakan secara rutin setiap enam bulan sekali.

Pengendalian hama ulat api dan penyakit karat daun belum maksimal dan belum menemukan metode yang tepat. PT. National Sago Prima masih mencari cara terbaik mengendalikan hama dan penyakit baik secara hayati maupun bio-logis. Pemeliharaan kebersihan perkebunan menjadi kunci dalam pengendalian hama dan penyakit.

Pengelolaan Air

Pengelolaan air merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya tanaman sagu di lahan gambut karena jika tanah gambut mengalami kekeringan maka tidak akan dapat kembali seperti semula sehigga keberadaan air sangat di-jaga. PT. National Sago Prima menggunakan kanal-kanal air untuk memisahkan tiap blok dalam satu divisi. Kanal berfungsi untuk menjaga ketersediaan air se-hingga aliran air di permukaan bisa didistribusikan ke seluruh areal kebun. Kanal juga berfungsi sebagai jalur transportasi bagi pocai untuk mengangkut karyawan dan pompong yang digunakan sebagai jalur menarik tual menuju logpond.

Terdapat tiga jenis kanal yang ada di PT. National Sago Prima yaitu kanal primer (main canal) dan kanal sekunder (collector canal) dan kanal tersier (kanal cabang). Kanal utama (main canal) adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 6 m dan dalam 4 m yang berfungsi sebagai jalur transportasi utama (penghubung antar divisi). Kanal sekunder (collector canal) adalah kanal yang memiliki lebar 5 m dengan kedalaman 3 m dan berfungsi sebagai kanal penghubung antara kanal ter-sier dan kanal primer. Kanal terter-sier adalah kanal yang memiliki ukuran lebar 3-4 m dan dalam 2-3 m yang berfungsi untuk aktivitas pengangkutan bibit dan pupuk serta untuk antisipasi kebakaran.

Kegiatan pencucian kanal dilakukan untuk membuat kanal menjadi lebih dalam. Kegiatan land clearing dan erosi dari lahan gambut membuat kanal men-jadi lebih dangkal sehingga menghambat jalur transportasi maupun jalur panen sagu. Kegiatan pencucian kanal rutin dilaksanakan mengunakan alat berat berupa excavator. Excavator mengangkat sisa batang kayu dan endapan gambut dari da-lam kanal dan menimbunnya di pinggir kanal. Pencucian kanal dilakukan oleh te-naga kontraktor. PT. National Sago Prima menyewa excavator dan operatornya dalam kegiatan pencucian kanal. Satu exavator dioperasikan oleh seorang operator dan dibantu seorang asisten operator.

Areal PT. National Sago Prima memiliki beberapa kubah gambut (peat dome) di lokasi lahan konservasi yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air. Ketersediaan air sepanjang tahun di kebun dikelola oleh PT. National Sago Prima dengan memiliki beberapa DAM dan pintu air.

Pintu air berfungsi sebagai pengatur ketinggian air di seluruh areal kebun sehingga ketersediaan air tetap terjaga, oleh sebab itu air di lahan gambut tidak di-salurkan langsung ke laut. Ketersediaan air melimpah pada saat musim hujan dan sering menggenangi lahan sehingga sebagian air akan disalurkan melalui jalur pe-limpasan yang mengarah ke laut. Alat water level digunakan untuk mengetahui tinggi muka air kanal dan dipasang dibeberapa titik. Pengecekan water level seca-ra rutin dilakukan setiap hari.

Penjarangan anakan

Tanaman sagu adalah tanaman yang dapat berkembang biak dengan anak-an yanak-ang tumbuh di sekeliling pohon induk. Pertumbuhanak-an anak-anakanak-an sagu yanak-ang terlalu banyak menyebabkan rumpun menjadi semak sehingga dapat menganggu per-tumbuhan dan perkembangan pohon induk karena terjadi kompetisi antar anakan dan pohon induk dalam pengambilan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh. Menurut Bintoro (2010) anakan dibedakan menjadi 3 jenis yaitu anakan untuk bibit, anakan calon induk dan anakan dibuang. Anakan dibuang adalah anakan yang akan dibuang untuk menjaga pertumbuhan pohon induk.

Penjarangan anakan adalah pembersihan secara selektif atas tanaman seperti cabang dan tunas atau bagian pertumbuhan bawah tanaman, contohnya

anakan sagu yang tidak produktif. Tujuan yang mendasari kegiatan penjarangan anakan antara lain untuk menjaga kesehatan dan vigor pertumbuhan bagi tanaman baru, membentuk tanaman, memelihara ukuran tanaman, dan mengoptimalkan hasil metabolisme bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bintoro, 2008).

Penjarangan anakan bertujuan untuk meninggalkan 7-9 anakan produktif tiap rumpun yang dipelihara untuk keberlanjutan produksi batang sagu sehingga sagu bisa dipanen setiap tahun. Kriteria anakan yang ditinggalkan adalah anakan yang memliki perakaran yang kuat dan letaknya berjauhan dengan pohon induk. Pekerja dapat melakukan penjarangan anakan 20-30 rumpun/HK tergantung dari kondisi rumpun dan lahan yang dikerjakan.

Pemangkasan

Pemangkasan anakan dalam rumpun sagu bertujuan untuk mengurangi kompetisi antara tanaman induk dan anakan sagu yang terlalu rapat. Selain itu, pe-mangkasan juga berfungsi untuk mengatur anakan produktif yang tetap dipelihara untuk masa panen selanjutnya.

Tanaman sagu merupakan tanaman berumpun sehingga tidak memerlukan penanaman ulang dan panen dapat dilakukan secara terus menerus dengan menge-lola jumlah anakan (suckers atau tillers) (Rostiwati et al., 1998). Prestasi kerja karyawan harian kontrak untuk kegiatan adalah 15 rumpun/hari. Tahapan yang dilaksanakan dalam proses pemangkasan anakan (prunning) adalah :

1. Tanaman sagu yang dibuang adalah tanaman yang melekat dengan

tanam-an induk ytanam-ang aktanam-an diptanam-anen.

2. Membersihkan gulma di sekitar piringan agar pemangkasan lebih mudah. 3. Membersihkan pelepah yang sudah kering dari rumpun sagu.

4. Pengaturan rumpun sagu agar saling menjauh sehingga tidak saling tum-pang tindih.

5. Tidak melakukan pemangkasan pelepah terbawah yang masih hijau.

Andany (2009) menyatakan bahwa rata-rata pertambahan jumlah anakan setiap bulan yaitu tiga anakan tiap rumpun sagu sehingga anakan sagu yang tidak diperlukan harus dipangkas. Pemangkasan tersebut dapat mengurangi kerapatan

tajuk tanaman sagu sehingga sinar matahari dapat diterima olah tanaman dengan maksimal.

Sensus Tanaman

Kegiatan sensus tanaman sagu merupakan kegiatan pendataan kondisi tanaman yang ada di lapang. Kegiatan sensus dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti keadaan tanaman yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi perusahaan. Kegiatan sensus dibedakan menjadi dua jenis yakni sensus hidup-mati dan sensus panen/produksi. PT. National Sago Prima melakukan sensus hidup-mati bibit yang telah ditanam di lapang selama 4 - 6 bulan.

Sensus hidup-mati

Sensus hidup-mati merupakan kegiatan sensus/pendataan presentase tanaman hidup atau mati. Sensus hidup mati bertujuan untuk mengetahui jumlah tanaman hidup dan mati serta sebagai data acuan dalam menentukan jumlah bibit yang diperlukan untuk menyulam suatu blok. Sensus dilakukan terhadap semua blok pada tiap divisi.

Data sensus hidup-mati diambil dengan cara mensensus 50 % dari total ba-ris tanaman dalam tiap satu blok. Sensus dapat dilakukan oleh satu orang pekerja jika blok atau gawangan cukup bersih. Sensus dilakukan oleh 2 orang jika wangan masih banyak kayu, ranting dan pelepah yang melintang di tengah ga-wangan. Satu orang bertugas sebagai pencatat sensus dan satu orang lagi sebagai perintis jalan.

Tiap tim masuk dalam gawangan yang telah ditentukan ketua regu ke-mudian gawangan diberi tanda berupa pelepah atau kayu sebagai tanda bahwa ga-wangan tersebut sudah disensus. Pencatan dalam sensus hidup mati meliputi nama blok, arah sensus, nomor baris, nomor pancang, jumlah tanaman hidup dan mati. Karyawan perusahaan dapat mensensus 4-8 lorong/hari tergantung pada kondisi kebersihan blok yang disensus. Prestasi mahasiswa dalam satu hari dapat me-nyensus 2-4 lorong (1 lorong = 2 baris tanaman).

Sensus Produksi

Sensus produksi adalah sensus terhadap rumpun sagu yang meliputi tinggi dan jumlah anakan. Sensus produksi dilakukan untuk memprediksi hasil yang dapat dipanen, waktu panen dan inventarisasi jumlah anakan. Prediksi hasil panen dapat dilihat dari tinggi tanaman. Prediksi waktu panen dilihat dari tinggi tanaman dan fase tanaman yang ada di lapang.

Sensus dilakukan dengan mengambil data sensus 50 % dari total baris ta-naman dalam satu blok. Sensus produksi dalam teknis pelaksanaanya sama de-ngan sensus hidup-mati hanya data yang dicatat yang berbeda. Fase pertumbuhan yang dicatat meliputi fase nyorong dan berbunga sedangkan anakan yang dicatat adalah anakan yang memiliki bobot 3-5 kg, 5-10 kg dan > 10 kg.

Kegiatan sensus diawali dengan pembagian gawangan, kemudian gawang-an diberi tgawang-anda denggawang-an pelepah atau kayu. Teknik dalam pengukurgawang-an tinggi ta-naman mengunakan alat berupa bambu yang telah diberi ukuran. Namun, pada kenyataan di lapang pengukuran tinggi mengunakan perkiraan dari seorang pen-catat sensus.

Penentuan bobot anakan dilakukan dengan mengukur lebar pelepah daun yang berada 50 cm dari permukaan tanam. Jika lebar 3-5 cm maka bobot anakan 3-5 kg, 5-8 cm bobot anakan 5-10 kg dan lebar > 8 cm bobot anakan > 10 kg. Ke-giatan sensus produksi pada tahun 2011 tidak dilaksanakan karena perusahaan masih menggunakan data sensus produksi tahun 2010.

Pemanenan Sagu

Panen sagu di PT. National Sago Prima memerlukan waktu 10-12 tahun untuk menghasilkan sekitar 6-7 tual/batang serta dapat dipanen sebanyak 26 ba-tang/ha/tahun (Jong, 2001). Tual adalah satuan dari batang sagu berukuran 42 in-chi yang merupakan produk primer dari kebun NSP. Tanaman sagu yang siap di-panen ditunjukkan dari perubahan yang terjadi pada daun, duri, pucuk, dan ba-tang. Tanaman sagu dipanen ketika daun-daun sagu telah memendek (fase nyorong) hingga mencapai fase inisiasi bunga (Gambar 6).

Tanaman sagu yang sesuai kriteria panen diberi tanda silang berwarna merah pada saat sensus produksi. Tanaman sagu ditebang menggunakan kapak dengan tujuan agar penebang dapat menentukan arah tebang yang sesuai sehingga batang sagu yang dipanen tidak merusak anakan di sekitarnya.

Gambar 6. Fase pemendekan daun (kiri) danFase inisiasi bunga (kanan)

Panen sagu di PT. NSP dikelola oleh 3 pihak : divisi, kontarktor, dan SL (Supply and Logistic). Divisi bertanggung jawab dalam menentukan batang sagu yang sudah siap panen. Selanjutnya, panen akan dilakukan oleh pemborong (kontraktor panen) dari mulai penebangan, pemotongan hingga penarikan tual menuju kanal kolektor. Tual di kanal akan ditarik menuju DAM 1 hingga keluar Surat Pengantar Tual (SPT) 1.

Tual umumnya diikat dengan menggunakan tali sepanjang 16 m dan setiap tali dapat mengikat sekitar 30 tual. Tual kemudian akan ditarik sampai di tempat penampungan tual (logpond) oleh kontraktor pengeluaran hingga keluar SPT 2. Tual di logpond dapat mencapai 5000 tual dan akan diambil oleh pembeli setelah terjadi kesepakatan harga. Tual resmi dijual dan menjadi hak pembeli setelah ke-luar BASTS (Berita Acara Serah Terima Tual Sagu).

Pihak yang terlibat dalam pembuatan BASTS adalah pengangkut, pembeli,

Dokumen terkait