• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkebunan Sagu (Metroxylon sagu Rottb.) di PT. National Sago Prima, Kepulauan Meranti, Riau. (Dibimbing oleh IS HIDAYAT UTOMO dan M. H. BINTORO DJOEFRIE).

Studi ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan teknis lapang penulis khususnya mengenai manajemen pengelolaan gulma dan mempelajari permasa-lahan pengelolaan gulma serta usaha yang dilakukan untuk meningkatkan efisien-si pengelolaan gulma di perkebunan sagu (Metroxylon sagu Rottb.) PT. National Sago Prima, Kepulauan Meranti, Riau pada bulan Februari-Juni 2011.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja aktif di lapangan secara langsung sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun dan melaksanakan petak percontohan serta wawancara kepada para pekerja lepas dan staf kebun, sedangkan metode tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa arsip kebun, laporan harian, bulanan, dan tahunan.

Aspek khusus pengelolaan gulma diamati jenis pengelolaan yang dilaku- kan, jenis herbisida yang dipakai, rekomendasi dosis herbisida, manajemen tenaga kerja, pergudangan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisien- si pengelolaan gulma.

Selain itu, pada petak percontohan diamati jenis kombinasi antara penge- lolaan gulma manual dengan pengelolaan kimia yang efektif untuk mengendali-kan gulma dominan di perkebunan sagu serta gejala keracunan yang terjadi akibat pengelolaan gulma menggunakan herbisida. Kegiatan petak percontohan di-dampingi oleh pihak Research and Development (R&D). Pengamatan dilakukan pada 180 rumpun sagu sebanyak tiga ulangan dengan metode Rancangan

Ke-Lompok Lengkap Teracak (Randomized Grouped Completely Design).

Perlakuan yang diberikan di petak percontohan adalah : P1 (Kontrol); P2 (Penebasan+Paraquat 1.5 L/ha); P3 (Penebasan+Glifosat 5 L/ha); P4 (Penebasan+ Metil Metsulfuron 100 g/ha); P5 (Penebasan+Metil Metsulfuron 50 g/ha+Glifosat 2,5 L/ha).

ngan perlakuan yang diberikan. Gulma-gulma yang tumbuh kembali dipetak per-contohan ± 20 % setelah 8 MSA (Minggu Setelah Aplikasi).

Efektivitas pengelolaan gulma manual tidak berbeda nyata dengan pe-ngendalian gulma secara kimia di gawangan. Namun, pepe-ngendalian gulma kimia di piringan memberikan nilai yang berbeda nyata dengan pengendalian gulma ma-nual dalam peubah tingkat kematian dan penutupan kembali gulma seteleh 8 MSA.

Aplikasi herbisida menunjukkan adanya gejala keracunan (fitotoksisitas) terhadap sagu yang ditandai dengan perubahan warna pelepah anakan dalam dan anakan luar dari rumpun sagu. Fitotoksisitas paling rendah diperoleh dari per-lakuan herbisida campuran yang memiliki dosis separuh dari herbisida tunggal.

Usaha-usaha yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pe-ngelolaan gulma di PT. National Sago Prima dalam aspek teknis adalah me-lakukan kalibrasi alat semprot secara berkala, meme-lakukan pemetaan dominansi gulma di setiap blok kebun dan rekomendasi jenis herbisida yang diaplikasikan berdasarkan hasil analisis pemetaan dominansi gulma, sedangkan aspek non tek-nis untuk meningkatkan efisiensi pengendalian gulma adalah manajemen tenaga kerja dan manajemen K3 yang perlu mendapat perhatian.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap produk-produk pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga se-makin meningkat. Lahan yang dahulu dianggap sebagai lahan marjinal, seperti la-han gambut, menjadi salah satu sasaran perluasan untuk lala-han pertanian. Lala-han gambut memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai lahan budidaya terutama budidaya tanaman sagu (Metroxylon sago Rottb.). Sagu termasuk tanaman ung-gulan tetapi pengembangannya belum ditangani secara intensif.

Pengusahaan tanaman sagu dalam hal budidaya belum dilakukan oleh ma-syarakat dan masih merupakan warisan dari pendahulu, sedangkan pada perkebu-nan swasta telah dilakukan pengusahaan tanaman dengan teknik budidaya. Dae-rah yang memiliki luas kawasan pertanaman sagu adalah Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat dan Riau.

Tanaman sagu merupakan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif dan bahan baku industri. Selain itu, pati sagu da-pat juga dikonversi menjadi bioenergi (etanol), polilaktat (bahan baku plastik), gu-la cair, glutamat dan bahan perekat (Bintoro, 2008).

Oleh karena itu, prospek dan peluang pengembangan sagu sebagai bahan pangan, sumber energi nabati maupun bahan baku industri cukup menjanjikan. Salah satu daerah yang potensial dan telah mengusahakan pengembangan tanaman sagu untuk digunakan sebagai komoditas utamanya adalah Provinsi Riau. Sagu di Riau tersebar di daerah pesisir dan pulau-pulau seperti di Kabupaten Bengkalis, Indragiri Hilir, Kampar, Pelalawan, dan Siak. Perkebunan swasta yang telah mengusahakan tanaman sagu adalah PT. National Sago Prima yang berkedudukan di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Pertumbuhan dan perkembangan sagu akan lebih cepat jika tidak ada gangguan, misalnya oleh gulma. Kompetisi antara gulma dan tanaman sagu dapat dikurangi dalam budidaya pertanian dengan melakukan pengendalian gulma.

Aldrich (1988) melaporkan bahwa gulma dianggap terutama bersaing dengan tanamanuntuk nutrisitanah,kelembaban tanah, cahaya,dan karbondioksida.

Pengelolaan gulma di perkebunan merupakan salah satu faktor agronomi yang cukup penting. Faktor yang menjadi penyebab banyaknya gulma yang tum-buh yaitu jarak tanam yang lebih lebar antar tanaman sagu dan pemeliharaan yang tidak dilakukan secara intensif sehingga menyebabkan adanya ruang yang lebih besar bagi gulma untuk tumbuh (Rahman, 2009).

Pemeliharaan kebun menjadi aspek yang perlu diperhatikan karena se-bagian besar (16-26%) dari biaya produksi keseluruhan terserap oleh sektor peng-elolaan gulma (Chee et al.,1990). Biaya yang cukup tinggi tersebut disebabkan oleh jumlah rotasi aplikasi herbisida yang tinggi dalam pengendalian gulma se-panjang baris tanaman.

Gulma bersaing pada tahap pertumbuhan awal dari tanaman sagu. Jika per-tumbuhan gulma yang mendominasi maka perper-tumbuhan sagu menjadi tertekan, sehingga pembentukan batang dan panen menjadi lebih lama. Hal ini tidak hanya mengurangi produksi tanaman, tetapi juga meningkatkan biaya produksi.

Kombinasi antara pengendalian secara manual dan secara kimia dengan herbisida perlu diujicobakan untuk mengetahui pengendalian gulma yang paling efektif dalam menekan pertumbuhan gulma.

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang adalah meningkatkan kemampuan teknis lapangan dengan melakukan kegiatan nyata sesuai tahapan yang ada di lo-kasi magang dan meningkatkan pengetahuan di lapang serta kemampuan mana-jerial mahasiswa pada berbagai level pekerjaan.

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah mempelajari permasalahan pengeloaan gulma serta usaha untuk meningkatkan efisiensi pengendalian gulma di perkebunan sagu dan mempelajari efektivitas pengendalian gulma secara me-kanis dan kimia menggunakan herbisida.

Dokumen terkait