• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

a. Penggunaan Metode Pembelajaran Bervariatif Saat Kegiatan Pembelajaran Berlangsung

Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tahap perkembangan siswa, maka proses pembelajaran akan terserap dengan baik oleh siswa itu sendiri. Metode merupakan kunci dalam kegiatan pembelajaran.

Keefektifan proses pembelajaran salahsatunya juga ditentukan dengan metode apa yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa. Ketika guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang variatif, antuasias siswa meningkat. Maka dari itu, guru harus mampu melihat kebutuhan anak dalam rangka pembelajaran dan juga mampu mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran yang ada agar anak dapat mengembangkan pengetahuan yang sesuai dengan harapan.

Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti semua guru telah menggunakan metode pembelajaran yang variatif mulai dari ceramah, tanya- jawab, diskusi, eksperimen, dan penugasan. Hal tersebut juga selaras dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Semua guru telah menggunakan berbagai metode pembelajaran. Diantara banyak metode yang digunakan guru,

76

metode ceramah merupakan metode pokok yang digunakan oleh guru dalam melakukan pembelajaran.

Ibu Smdrt: ”Kalau metode pokok ceramah mbak kalo di kelas 1, tapi selain ceramah dibantu oleh banyak banget, seperti yang saya terapkan tadi emm.. ceramah, pengamatan, tanya-jawab, penugasan. Kami memberikan tugas atau PR. Jadi paling tidak ada empat atau lebih dari tiga. Tapi yang pokok ceramah.” (Senin, 30 Januari 2017). Ibu Ttk: “Yang jelas ceramah, kemudian juga ada eskperimen misalnya

membuat pelangi, membuat rangkaian seri, tentang tata surya. Selain itu ada juga tanya jawab, diskusi”. (Senin, 6 Februari 2017).

Selain ceramah, biasanya guru banyak menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA karena materi untuk Sekolah Dasar masih erat kaitannya dengan lingkungan sekitar sehingga metode eksperimen dianggap paling cocok oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan beberapa pendapat siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA biasanya guru mengadakan kegiatan di luar ruangan/ di luar kelas selama kegiatan tersebut dapat diakomodasi guru. Kegiatan di luar kelas untuk mata pelajaran IPA ini biasanya melakukan pengamatan dan melakukan percobaan atau eksperimen. Berikut ini merupakan jawaban siswa ketika diwawancara oleh peneliti.

Ll : “Biasanya diskusi, eksperimen IPA tentang tumbuhan, ciri-ciri daun.” (Rabu, 1 Februari 2017).

To : “Iya. Pernah ngamati di luar kelas terus biasanya menggambar IPA, belajar kelompok juga.” (Senin, 13 Februari 2017).

Tti : “Iya, diskusi, ceramah, membacakan hasil diskusi, kaya

pembiasan cahaya praktik di luar kelas. (Jumat, 10 Februari 2017). Banyak sekali variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. Pembelajaran yang baik tidak sekedar ceramah saja namun juga menggunakan bernagai metode pembelajaran juga diuraikan oleh siswa sebagai beikut:

77

Hnf : “nerangin di depan, diskusi, mengamati benda, tanya-jawab, emm... maju di depan kelas nyocokin.” (Rabu, 1 Februari 2017). Ptr : “Menjelaskan di depan kelas, berkelompok, keliling, tanya-

jawab.” (Rabu, 8 Februari 2017).

Nvl :” Biasanya nerangin di depan kelas, diskusi, tanya-jawab.” (Jumat, 3 Februari 2017).

Selain hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa, peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait metode apa saja yang biasanya guru gunakan dalam proses pembelajaran, hal ini untuk memperkuat dari hasil wawancara dengan guru. Kepala sekolah di SD N 2 Sanden sering melakukan keliling kelas untuk melihat proses pembelajaan di dalam kelas ketika berlangsung, sehingga tentunya kepala sekolah mengetahui metode apa saja yang digunakan guru dalam mengajar. Menurut pemaparan dari kepala sekolah, guru menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran. Namun tetap ada metode yang pokok yang digunakan oleh guru yaitu ceramah. Berikut ini merupakan pendapat dari Kepala Sekolah:

”Iya mbak. Biasanya ya ada ceramah juga iya, tugas, terus apa itu melakukan penelitian itu, emmm... eksperimen terus membuat produk juga, tanya jawab sudah pasti. Ya... guru sudah melaksanakan berbagai metode dalam mengajar. Tapi tetap ada yang paling pokok dalam menggunakan metode, misalnya ceramah harus selalu ada. Secara keseluruhan guru sudah menerapkan berbagai metode yang mendukung dalam rangka memudahkan anak dalam memahami materi.” (Senin, 6 februari 2017).

Baik guru maupun kepala sekolah menyadari bahwa dalam melakukan kegiatan pembelajaran ceramah merupakan metode yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga para guru walaupun menggunakan banyak metode, beberapa guru menganggap metode ceramah merupakan metode yang tidak bisa ditinggalkan.

Tentunya dalam pembelajaran guru mendapatkan hambatan, salahsatunya mengenai implementasi metode yang digunakan guru. Beberapa kesulitan guru

78

dalam mengimplementasikan metode tersebut adalah: siswa mudah bosan jika hanya menggunakan metode ceramah, sehingga guru menggunakan berbagai metode, jika guru tidak memahami metode yang digunakan maka implementasi akan susuah/ terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat guru kelas yang mengatakan:

Ibu Ksw ”Kalau metode ceramah itu masalahnya anak bosen, jadi paling baik itu diselang-seling ada metode diskusi. Jadi kurikulum 2013 ini kan anak kan mbak yang menentukan, bukan guru yang ngajar. Anak-anak menemukan sendiri.” (Selasa, 31 Januari 2017).

Ibu Ttk: “Kalau guru pandangannya tidak luas, maka untuk

mengimplementasikan metode tersebut agak susah. Apalagi ada anak yang malas, maka guru harus mampu mengarahkan siswa untuk tetap bisa mengikuti pelajaran.” (Senin, 6 Februari 2017).

b. Pengelolaan Kelas Ketika Pembelajaran Berlangsung

Indikator untuk menjadi guru profesional salahsatunya terkait pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu mengenai kemampuan guru dalam mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung. Kemampuan guru dalam mengelola kelas tidak akan terlepas dari tanggung jawab guru sebagai pendidik. Tuntutan profesionalitas tidak hanya sekedar terkait kemampuan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran atau penguasaan materi secara mendalam, namun jauh dari itu tugas guru juga dilihat bagaimana efektifitas pegelolaan kelas itu sendiri. Sehingga hal pokok seperti yang tercantum di atas tidak bisa dikesampingkan.

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama beberapa kali, semua guru mampu mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung. Guru mampu membuat pembelajaran berjalan secara kondusif, walaupun ada siswa yang susah untuk fokus terhadap materi pelajaran atau siswa ramai sendiri, guru mempunyai cara tersendiri untuk menangani siswa-siswa tersebut. Misalnya selalu bertanya

79

apakah pekerjaan sudah selesai dan mengontrol lebih ketat bagi siswa-siswa dalam kategori “istimewa” di mata guru. Karena selama satu semester lebih guru menghadapi siswa-siswanya sehingga guru tahu setiap kepribadian siswa dan bagaimana cara penanganannya. Namun juga perlu digasrisbawahi, bahwa guru akan membiarkan siswa (tidak memperingatkan) ketika siswa siswa ramai dalam konteks membahas materi pelajaran. Misalnya saja ketika melakukan eksperimen atau percobaan.

Guru dapat mengelola kelas dengan baik juga didasari oleh beberapa faktor, misalnya guru telah mengetahui karakakteristik setiap siswa, guru mengetahui kebutuhan siswa sehingga penanganan dalam kelas bisa baik. Hal ini sesuai dengan hasil waancara yang peneliti lakukan kepada guru.

Ibu Ynt: ”Ya Insya Allah, kan menjadi guru harus menyelidiki psikologi anak, saya bisa meneriman anak 2 bulan. Jadi anak ini karakternya ini, kemudian mid semester pertama baru tahu terus dilanjut setelah mid semester anak tahu kekurangan apa. Maka mid semester sangat dibutuhkan anak sampai dimana pemahamannya.” ( Kamis, 16 Februari 2017).

Seringkali siswa tidak dapat fokus terhadap pelajaran. Ini merupakan salahsatu hambatan ataupun kesulitan yang dialami guru. Maka dari itu, cara untuk mengembalikan kefokusan siswa agar kembali fokus terhadap materi yang diajarkan dengan cara memanggil siswa tersebut kemudian memberikan pertanyaan kepada siswa, hal ini sebagai pancingan terutama di kelas satu, dimana anak-anak kelas satu untuk duduk tenang memperhatikan tidaklah mudah, sehingga kerap sekali guru melempar pertanyaan kepada beberapa siswa yang kefokusannya sudah mulai hilang. Hal ini juga senada yang dikatakan oleh guru kelas satu (Ibu Smrt) yang menyatakan

80

”Ya pertama saya panggil namanya yang kedua saya beri pertanyaan untuk mengetahui umpan balik, iya to, tadi saya bicara apa atau menanyakan apa, kan geragapan anak yang tidak memperhatikan. Itu semua agar anak fokus untuk pelajaran, kosentrasi itu memang diperlukan. Hehehe.” (Senin, 30 Januari 2017).

Selain itu, menurut hasil wawancara dengan siswa, ketika ada salahsatu temannya yang tidak mau memperhatikan atau ramai sendiri maka guru juga tidak tinggal diam, dan tetap meneruskan pembelajaran, namun guru juga menasihati siswa-siswa. Seperti pernyataan siswa di bawah ini.

Hld: “Ya dikasih tahu kalau tidakboleh ramai. Dikasih pertanyaan kadang.” (Senin, 13 Februari 2017).

Arj: “Biasanya kalau ada yang ramai disuruh membaca, yang tidak memperhatikan juga disuruh membaca.” (Jumat, 3 Februari 2017). Dw: “Dinasehati terus disuruh diam. Engga pernah marah kalau ramai.

Cuma dipanggil namanya biar fokus lagi.” (Rabu, 8 Februari 2017). c. Melakukan Evaluasi Akhir

Guru telah melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap materi pembelajaran. Evaluasi ini ada yang dilakukan hari itu juga ada menunggu sampai satu KD selesai baru guru melakukan evaluasi. Biasanya kegiatan evaluasi ini sering disebut sebagai ulangan harian ketika dilakukan setelah selesai semua materi dalam satu KD. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, setiap selesai pembelajaran guru melakukan evaluasi baik lisan maupun tertulis, hanya ada satu guru yang tidak melakukan evaluasi karena waktunya tidak mencukupi, sehingga guru tidak melakukan evaluasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat guru yang menyatakan:

Ibu Smrt (guru kelas 1): ”Setiap akhir pembelajaran dan juga seminggu sekali, kalau tematik itu seminggu sekali, setiap hari Sabtu dan ini kan bukan hari sabtu jadi masih pembelajaran. Biasanya lisan atau seperti yang saya tulis ini, lisan juga untuk penilaian, kemudian

81

nanti terus saya nilai atau ada tindak lanjut juga kayak PR.” (Senin, 30 Januari 2017).

Ibu Ttk (wali kelas 6): “Iya mbak. Nanti sudah ada programnya. Sudah dirancang dalam RPP, biasanya berupa ulangan harian atau evaluasi berbentuk lisan di akhir pembelajaran”. (Senin, 6 Februari 2017).

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh siswa kelas 1 dan kelas 6 yaitu:

Why (siswa kelas 1): “Iya.” ( Jumat, 3 Februari 2017).

Nvl (siswa kelas 6): ”Iya. Biasanya soal evaluasi abis diterangin. Biasanya soal paling banyak 50, tapi kadang ada 20, 25, 40.” (Jumat, 3 Februari 2017).

Menurut hasil wawancara kepala sekolah, Kepala Sekolah menyatakan:

“Iya, pasti. Karena untuk mengetahui pemahaman anak terkait pelajaran yang pernah disampaikan, jadi untuk mengevaluasi juga siapa anak yang sudah mampu, dan anak yang belum mampu. Tapi teknik dan tata cara pelaksanaan juga berbeda setiap guru, jadi untuk pelaksanaan menjadi kewenangan guru dalam melakukan evaluasi tersebut. Tapi, kalau evaluasi ya pasti ada mbak.”(Senin, 6 Februari 2017).

d. Mengetahui Kebutuhan Anak Didik yang Berkaitan dengan Kegiatan Pembelajaran

Menurut hasil observasi, semua guru mengetahui apa yang siswa butuhkan dalam rangka pembelajaran. Guru mengetahui siswa yang masih perlu mendapatkan bimbingan dan mana yang dalam menangkap materi sudah jelas. Misalnya saja seperti kasus yang ada di kelas satu, dimana salahsatu siswa mengalami gangguan dalam pendengaran, sehingga guru harus lebih intens membimbing siswa tersebut dengan cara memberikan jam tambahan pada siswa yang bersangkutan setelah selesai jam pelajaran sekolah. Hal ini dikatakan oleh wali kelas satu:

82

Ibu Smrt: ”Itu ada anak yang pendengarannya kurang, katanya itu cacatnya sejak lahir, kan bulan Agustus ada imunisasi, dari pihak puskesmas bilang harus rutin ke puskesmas. Terus saya bilang ke orangtuanya, dan orangtuanya sudah menyadari. Sampai teman-temannya itu bilang ingus kok lewat telinga, maka saya suruh untuk menutup kapas tapi samapi sekarang belum. Saya suruh duduk di depan tidak mau, saya suruh maju tidak mau, pokoknya maunya duduk di belakang. Kalau dipaksa malah nangis, jadi engga mau nulis. Aduhh. Ya saya pokoknya mau masuk sekolah dulu. Targetnya mau masuk sekolah dulu. Nilainya masih banyak yang di bawah KKM itu. Kalau menyalin sudah bisa, kalau membaca belum karena belum hafal huruf. Dari hasil ulangan lha kok malah semakin di bawah KKM, maka saya harus memberikan bimbingan sampai dia itu setidak-tidaknya setingkat dengan KKM, ya mungkin soalnya lebih mudah daripada yang dikerjakan oleh teman-teman. Itu sama dengan yang lainnya, kalau hasil ulangan masih kurang saya berikan jam tambahan.” (Senin, 30 Januari 2017).

Selain hal di atas, dari hasil observasi, guru akan lebih memberikan penekanan kepada siswa yang masih butuh bimbingan apalagi untuk kelas enam. Guru selalu meyakinkan satu per satu siswa bahwa setiap soal yang mereka kerjakan sudah bisa dipahami dengan baik. Guru selalu menganalisis hasil pekerjaan siswa sehingga guru mengetahui materi apa saja yang menjadi kelemahan siswa sehingga guru bisa meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengetahui materi yang perlu ditekankan lagi.

Selain itu, waktu di kelas lima ada siswa yang tangannya luka karena mengalami kecelakaan, maka dari itu guru membolehkan siswa untuk membawa gadget agar lebih mudah ketika menulis. Hal tersebut merupakan salahsatu indikator bahwa guru mengetahui kebutuhan siswanya.

Hal di atas juga sesuai dengan hasil wawancara dari Kepala Sekolah yang menyatakan:

83

“ Ya sebetulnya pasti mbak. Iya tapi ada satu atau dua kurang pasti ya, karena anak sebanyak itu, jadi ada satu atau dua yang guru tidak bisa detail tahu.” (Senin, 6 Februari 2017).

Dokumen terkait