Persoalan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, menggambarkan bahwa posisi masyarakat nelayan sebagai masyarakat yang terpinggirkan dan terkukung oleh suatu sistem yang dibuat oleh suatu pihak tertentu yang diuntungkan. Selain itu juga, persoalan masyarakat nelayan sangat beragam dan dapat dibilang rumit. Oleh karena itu, kondisi yang demikian menjadi perhatian bagi seluruh kalangan khususnya institusi pemerintah terkait hal tersebut untuk melakukan berbagai upaya guna menanggulangi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat nelayan.
Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat nelayan serta hal apa saja yang harus dilakukan agar upaya yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan.
Dalam hal ini, Dinas kelautan dan perikanan melalui bidang tangkap mengeluarkan suatu program yaitu pembentukan kelompok usaha bersama untuk setiap wilayah yang menerima program tersebut. Dinas kelautan memberikan penyuluhan mengenai sitem kinerja kelompok usaha bersama disetiap wilayah yang menerima program.
Kemudian, melalui badan ketahanan pangan dan dan pelaksanaan penyuluhan pertanian perikanan kehutanan (BKP5K), dinas kelautan memberikan arahan dalam pelaksanaan pembentukan kelompok usaha bersama.
Pada tahun 2007, dinas kelautan dan perikanan membentuk suatu kelompok usaha bersama (KUB) di kabupaten Cirebon. Salah satu desa yang menerima program pembentukan kelompok usaha bersama adalah Desa Grogol. Desa Grogol dipilih
menjadi salah satu desa pelaksanaan KUB di kabupaten Cirebon dengan alasan Desa Grogol sebelumnya telah memiliki kelompok nelayan namun belum terikat dengan badan hukum pemerintah, kelompok tersebut yaitu BONZEN. Untuk memudahkan pembentukan kelompok usaha bersama dinas kelautan dan perikanan kabupaten setempat melalui pemerintah Desa Grogol mengajukan agar kelompok BONZEN untuk menjadi KUB karena sudah memiliki anggota dan sistem kerja yang sudah berjalan. Selain itu juga, Desa Grogol yang berada di wilayah pesisir juga menjadi salah satu alasan Desa Grogol terpilih menjadi penerima program pembentukan KUB.
Berdasarkan data yang diperoleh dari KUB, Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan kerjasama dengan KUB BONZEN dalam menjalankan program KUB di Desa Grogol tersebut, hal ini dilakukan agar KUB maju dan berkembang sesuai dengan tujuan bersama. Pelaksanaan KUB di Desa Grogol di awali dengan penyuluhan mengenai apa yang dimaksd dengan kelompok usaha bersama (KUB) yang dilakukan pihak dinas kelautan dan perikanan kabupaten Cirebon kepada masyarakat nelayan dan pemerintah desa setempat. Setelah itu, pengenalan dan ajakan kepada masyarakat untuk berpartisipasi mengikuti kegiatan KUB yang akan dibentuk.
Kemudian untuk pelaksanaan pemilihan atau perekrutan pengurus dan kelompok diserahkan kepada masing-masing kelompok nelayan, yang pada akhirnya tedapat enam pengurus utama KUB yang direkomendasikan oleh masyarakat nelayan yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, bidang pemasaran, keamanan, humas, dan bidang produksi. Dan beranggotakan sebanyak 90 anggota kelompok usaha bersama (KUB).
Dalam pelaksanaan program yang dilakukan oleh KUB, melibatkan semua pengurus dan anggota, bahkan masyarakat nelayan yang bukan anggota KUB ikut berpartisipasi dalam menjalankan program KUB. Kemudian dilakukan pula pendampingan sebagai langkah awal berjalannya kegiatan KUB. Pendampingan dilaksanakan oleh pihak dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Cirebon.
Pendampingan dilakukan bertujuan agar pembentukan KUB berjalan sesuai dengan keinginan dan sesuai prosedur pembentukan suatau kelompok. Setiap KUB memiliki 2 sampai 3 orang pendamping yang akan membantu dalam keberlangsungan kegiatan program KUB serta sebagai tim monitoring dari Dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Cirebon. Kegiatan pendampingan mencakup semua kegiatan peningkatan
kemampuan dan kreatifitas pengurus maupun anggota KUBE. Kegiatan pendampingan hanya mencakup pemberian pengarahan, saran dan masukan ketika KUBE mengalami kesulitan.
Dalam pemilihan pengurus KUB BONZEN, nelayan yang menjadi anggota KUB selalu dilibatkan dan diberikan kebebasan untuk memilih siapa yang akan menjadi pengurus yang akan memimpin jalannya kegiatan KUB. Anggota selalu dilibatkan dalam hal pengambilan keputusan. Pelaksanna KUB di Desa Grogol juga memberikan program yang sebelumnya telah disepakati dari hasil musyawarah antar pengurus KUB dan anggota KUB. Berikut program yang dijalankan KUB yaitu bidang jual beli hasil tangkapan laut, usaha simpan pinjam nelayan, dan pemasaran hasil tangkapan laut.
Dalam pelaksanaaan kegiatan KUB di Desa Grogol, KUB yang terbentuk mendapatkan bantuan dari pemerintah yaitu berupa uang tunai dan peralatan perlengkapan nelayan dalam melaut. Uang tunai yang diberikan kepada KUB BONZEN sebesar Rp 100.000.000 yang digunakan sebagai dana awal pengembangan KUB dan untuk menunjang kebutuhan KUB dalam menjalankan kegiatan program yang telah dibuat, serta untuk memenuhi kebutuhan anggota dalam hal permodalam untuk melaut. Kemudian untuk bantuan berupa peralatan KUB BONZEN mendapatkan bantuan berupa mesin sebanyak 30 (tiga puluh) unit ukuran 16-30 PK, doking perahu, PUULBOOK sebanyak 3 (tiga) buah, alat timbang sebanyak 3 (tiga) buah, dan lampu untuk berlayar sebanyak 5 (lima) buah. Untuk lebih jelas lagi mengenai penjelasan perincian bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada KUB BONZEN pada awal pembentukan dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 7. Jenis dan Jumlah Bantuan Sarana KUBE
No Jenis Barang Jumlah
1. Mesin perahu ukuran 16-30
PK 30 Unit
2. Doking Perahu 1 Buah
3. PUULBOOK 3 Buah
4. Alat Timbang 3 Set
5. Lampu gantung 5 Unit
Sumber data: data primer dari data KUB BONZEN
Selain itu juga pelaksanaan KUB di Desa Grogol yang dimulai pada tahun 2007 sampai sekarang sudah bejalan dengan baik sampai mencapai kemajuan, baik itu dalam administratif maupun keanggotaan. Dalam segi keuangan KUB sudah dapat keuntungan dari bantuan modal awal yang diberikan oleh pemerintah yaitu sebesar Rp 100.000.000 hingga sekarang simpanan KUB BONZEN sudah mencapai Rp.200.000.000 bahkan lebih. Kemudian dari keanggotaan, KUB yang awalnya hanya memilliki 30 anggota sekarang sudah bertambah menjadi 90 anggota yang mengikuti kegitan program KUB.
Dengan demikian jelaslah pada hakekatnya pelaksanaan kegiatan program KUB dijalankan secara bersama-sama sama oleh seluruh elemen yang tergabung dalam KUB supaya dapat memanfaatkan dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat nelayan dan dapat mengembangkan segala jenis usaha atau program yang sedang dijalani. Dalam pelaksanaan kegiatan, hubungan KUB dengan nelayan sendiri sangat baik karena dengan adanya KUB dapat membantu masyarakat nelayan yang menjadi anggota KUB tersebut. Salah satu bentuk bantuan yang diberikan KUB sendiri pada nelayan adalah ketika 1.) Nelayan membutuhkan modal untuk pembuatan jaring kemudian nelayan membutuhkan bantuan pinjaman sebesar Rp. 1.000.000 maka cara membayar pinjaman tersebut dengan memotong harga dari penghasilan nelayan perharinya yaitu sebesar Rp1.000 sampai Rp.2000, 2.) Memberikan bantuan kepada nelayan yang menjadi anggot KUB, ketika ada keluarga anggota KUB yang meninggal. Bantuan tersebut berupan uang sebesar Rp. 100.000.
Pada tahap awal pembuatan dan perencanaan program kelompok usaha bersama (KUB), KUB BONZEN mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa bantuan modal untuk pengembangan awal kelompok usaha bersama (KUB). Pemberian bantuan modal yang diberikan pemerintah dan sudah diterima oleh KUB, kemudian dibagikan secara merata kepada masyarakat nelayan yang menjadi anggota KUB sesuai dengan rencana usaha bersama (RUB) yang telah ditentukan, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh kelompok dan disepakati bersama masyarakat nelayan. Bantuan yang berupa peralatan melaut, yaitu seperti lampu gantung untuk melaut KUB memberikannya kepada anggota yang aktif, dalam artian anggota selalu berkontribusi pada KUB. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh sekretaris KUB dalam kutipan wawancara berikut.
“ya bantuan peralatan melaut buat anggota kaya kemaren kita dapat lampu gantung 30 unit, kita bagikan ke anggota yang aktif seperti itu. Karena buat apa ngasih bantuan ke anggota yang aktif yang tidak berkontribusi kepada KUB iya kan. Nah untuk yang tidak kebagiannya kami memberikan pengertian bahwa nanti ketika mendapatkan bantuan selanjutnya itu bergilir bagi yang belum dapat bantuan sekarang seperti itu.”
Namun, bantuan berupa modal KUB BONZEN memiliki inisiatif untuk mengubah suatu bantuan dari pemerintah itu menjadi sebuah pinjaman modal untuk setiap nelayan dengan tujuan mengajak dan menjadikan masyarakat nelayan agar lebih mandiri dan mau bergerak untuk maju. Karena, KUB beralasan ketika bantuan itu diberikan secara langsung kepada masyarakat nelayan, bantuan tersebut bisa langsung habis. Oleh karenanya KUB memilih bantuan tersebut menjadi sebuah pinjaman untuk masyarakat nelayan. Dengan hal tersebut masyarakat nelayan secara tidak langsung belajar untuk memutar modal atau bantuan yang sudah diberikan oleh pemerintah. Namun hal tersebut tetap sesuai dengan kesepakatan bersama antara pengurus dan anggota KUB, serta atas persetujuan dari dinas kelautan dan perikanan.
Bantuan modal tersebut digulirkan KUB untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan untuk kegiatan melaut. Seperti digunakan untuk membeli peralatan untuk melaut, Diantaranya yaitu untuk pembelian mesin, perahu, alat tangkap, dan sebagian lagi bantuan modal tersebut digunakan untuk kegiatan program KUB seperti kegiatan pemasaran, jual beli hasil tangkapan, dan memberikan bantuan ketika nelayan membutuhkan modal untuk kegiatan melaut.
“Awalnya kita dapat bantuan dana, kemudian kita belanjakan alat tangkap kebutuhan nelayan sesuai rancangan RUB atau sesuai dengan proposal yang kita ajukan. Dimana supaya kita mendidik masyarakat nelayan itu supaya maju. Maka dengan bahasa nelayan yang mendapatkan bantuan harus mengembalikan, ini sebuah pinjaman kalau kita manjakan dengan bahasa bantuan mereka tidak mau maju. Sistem mengajak masyarakat nelayan supaya maju itu harus seperti itu. Kita punya inisiatif untuk mengembangkan masyarakat nelayan supaya mandiri ya seperti itu, yang namanya masyarakat nelayan dapat bantuan ya sudah langsung habis toh itu bantuan ko, untuk apa saja. Oleh karena itu kami bahasakan bantuan tersebut menjadi sebuah pinjaman dengan iming-iming pinjaman maka mereka akan berfikir untuk membayar pinjaman tersebut. Padahal itu bukan pengembalian hutang melainkan tabunngan masyarakat. Nah itu yang kami gulirkan untuk usaha.
Untuk simpan pinjam, pemasaran jual beli hasil tangkap, ya dari situ keuangan dari anggota. Jadi pada intinya program KUB sendiri dibuat oleh kelompok nelayan sendiri. Ya saya inisiatifnya seperti itu. Yang namanya masyaraakat awam dapat bantuan langsung hilang uang pemerintah itu. Tapi kita membelajarkan supaya nelayan ini bisa berkembang mereka bisa mandiri, nah pembelajarannya seperti itu dengan bahasa mereka membayar hutang
padahal mereka secara tidak langsung sedang menabung, karena dengan ajakan untuk menabung langsung mereka tidak mau Seperti itu.”14
Dalam pelaksanaan kegiatan, kelompok usaha bersama (KUB) memiliki berbagai program kegiatan yang dijalankan diantaranya, kegiatan usaha penangkapan ikan, program pemasaran hasil tangkapan laut dan program simpan pinjam. Pada awalnya pelakasanaaan kegiatan KUB hanya memiliki satu program yaitu program simpan pinjam saja. Kemudian pengurus mencoba kegiatan dibidang pemasaran jual beli hasil tangkapan laut nelayan, gagasan utama kegiatan pemasaran berawal dari kegelisahan para pengurusnya.
“ya kita juga awalnya hanya program simpan pinjam, kenapa seperti itu kita juga berfikir kan awalnya simpan pinjam kita pengurus tidak dapat honor hanya untuk penambahan modal KUB saja. Kita nyoba ke pemasaran hasil tangkap anggota kami kita tampung dan kita jual nah akhirnya dari situ kami pengurus pun dapat honor, dan misalkan anggota nelayan yang disitu yang tidak ikut melaut ikut membantu juga dan kita bayar juga.”15
Dari kutipan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa program pemasaran pada awalnya bukan berdasarkan anjuran atau hasil pemikiran anggota melainkan hasil pemikiran para pengurus KUB, yang tidak memiliki peningkatan pedapatan program simpan pinjam saja. karena dari program simpan pinjam pegurus KUB tidak memiliki pendapatan. Sedangkan melalui program pemasaran hasil tangkapan pengurus KUB memiliki keuntungan dari hasil penjualan. Karena setiap penjualan oleh nelayan ke KUB, KUB kembali menjualnya ke bakul. Penjualan ke bakul tersebut yang memberikan keuntungan kepada KUB sebesar Rp.3000. keuntungan tersebut Rp.1000 untuk simpanan anggota, Rp.1000 untuk pengurus, dan Rp. 1000 untuk pengembangan dana KUB. Keuntungan Rp1000 tersebut yang menjadi simpanan pendapatan bagi pengurus KUB.
Program KUB BONZEN di Desa Grogol Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon telah diimplementasikan dari tahun 2008 sampai sekarang. Kegiatan program KUB yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bidang usaha penangkapan ikan
14Wawancara dengan bapak Mulyanto, senin 28 maret 2016.
15Wawancara dengan bapak Mulyanto, senin 28 maret 2016.
Semua anggota KUB BONZEN bermata pencaharian sebagai nelayan. Dimana anggota KUB sendiri terdiri dari Sembilan puluh (90) anggota yang tiga puluh (30) diantaranya sudah memiliki perahu sendiri/ pribadi.
Usaha penangkapan dapat dilakukan dengan berbagai jenis alat tangkap yang secara legal diperbolehkan dan teknologinya dikuasai oleh setiap anggota KUB.
Usaha penangkapan ikan dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap dan skala armada perikanan tangkap yang digunakan. Usaha penangkapan hasil laut yang dapat dilakukan oleh KUB penangkapan dengan spesifikasi jenis alat tangkap antara lain adalah:
a. Usaha penangkapan hasil laut dengan jaring b. Usaha penangkapan hasil laut dengan bubu
Tangkapan hasil laut yang dilakukan KUB, KUB membeli dari nelayan kemudian didistribusikan kembali ke bakul-bakul setempat. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara di tempat penelitian.
“Anggota kami itu kan menangkap hasil tangkapan di laut, terus jual ke KUB terus KUB yang membeli dan memasarkan.di pasarkan ke mini plan atau pengupas. Itulah yang dimaksud dengan program penangkapan hasil laut.”16
Penjualan hasil tangkapan dari nelayan ke KUB dilakukan di sekretariat KUB.
Setiap anggota nelayan yang sudah kembali ke darat, langsung menjual hasil tangkapannya kepada KUB dan dibayaran oleh KUB secara tunai. Adapun data produksi hasil tangkap yang di akukan kelompok dibukukan hingga berupa sebuah laporan. Kemudian laporan pembukuan KUB tersebut setiap tahunnya dievaluasi dan dilaporkan kepada anggota KUB. Adapun sebaran rajungan yang diperoleh oleh anggota setiap bulannya mengalami peningkatan dan penurunan hasil tangkapan, hal tersebut dikarenakan faktor cuaca dan musim rajungan yang tidak menentu. Berikut adalah tabel pendapatan rajungan di KUB BONZEN.
16Wawancara dengan bapak Mulyanto. Waktu: 2 februari 2016.
Tabel 8. Sebaran Rajungan Di KUB BONZEN pada tahun 2014
No Bulan Jumlah (Kg)
1. Januari 387,2
2. Februari 238,9
3. Maret 339,8
4. April 584,4
5. Mei 1682,2
6. Juni 765,3
7. Juli 140,6
8. Agustus 287,7
9. September 740,3
10. Oktober 1.186,1
11. November 1.771,7
12. Desember 2.658,6
Jumlah 10.782,5
Sumber: Data Primer
Keterangan:
Puncak :
Sedang :
Paceklik :
Tabel 9. Sebaran Hasil Tangkapan Berdasarkan Persentase
Sumber: Data Primer
Dalam hasil persentase di atas dapat dilihat dalam setiap tahunnya hasil tangkapan rajungan mengalami peningkatan dan penurunan hasil tangkapan yang tidak menentu.
Pendapatan hasil tangkapan rajungan nelayan paling banyak adalah pada bulan desember. Hal tersebut karena pada bulan tersebut rajungan sedang berada pada musimnya.
Tabel 10. Sebaran Rajungan Di KUB BONZEN Tahun 2015
No Bulan Jumlah (Kg)
1 Januari 1571.7
2 Februari 2110
3 Maret 863.8
4 April 451.1
5 Mei 382.2
6 Juni 1078.2
7 Juli 1548.8
8 Agustus 186.4
9 September 664.8
10 Oktober 113.6
Jumlah 8970.6
Sumber: Data Primer
Pada tahun 2015, produksi hasil tangkapan KUB mengalami penurunan yang cukup signifikan. pada tahun 2015 produksi hasil tangkapan nelayan hanya mencapai 8970,6 kg. hal tesebut di aki oleh nelayan karena ekosistem yang semakin berkurang kemudian faktor cuaca juga mempengaruhi hal tangkapan. Hasil tangkapan paling banyak terdapat pada bulan januari yaitu sebanyak 1571.7 kg. sedangkan hasil tangkapan rajungan yang palig sedikit adalah pada bulan oktober yaitu hanya mencapai 113.6 kg. musim rajungan yang terkadang tidak menentu yang membuat hasil tangkapan nelayan tidak menentu.
Tabel 11. Sebaran Hasil Tangkapan Berdasarkan Persentase
Sumber: Data Primer, laporan sebaran rajungan KUB BONZEN
Dalam hasil persentase di atas dapat dilihat dalam setiap tahunnya hasil tangkapan rajungan mengalami peningkatan dan penurunan hasil tangkapan yang tidak menentu.
Pendapatan hasil tangkapan rajungan nelayan paling banyak adalah pada bulan februari.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, hasil tangkapan rajungan paling banyak terdapat pada bulan desember. Hal tersebut membuktikan bahwa musim rajungan tidak selalu sama dan teratur setiap bulan bahkan setiap tahunnya.
Jadi, kesimpulan dari pendapatan sebaran rajungan yang diperoleh oleh KUB secara jelas dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 12. Simpulan sebaran rajungan KUB BONZEN tahun 2014-2015
No Jenis Tangkapan
2014 2015
Produksi (Ton)
Produksi (Rp)
Produksi (Ton)
Produksi (Rp)
1 Rajungan 10.782,5 593.037.500 7.090,6 283.624.000 Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa produksi hasil perikanan tangkap di KUB pada tahun 2015 mengalami penurunan, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor cuaca, pergantian angin barat laut (musim), dan musim paceklik sehingga berpengaruh pada penghasilan pendapatan masyarakat nelayan, serta
berpengaruh pula pada tingkat pendapatan pemasukan hasil tangkap ke KUB sehingga kurang maksimal dalam hal administrasinya.
2. Bidang pemasaran
Pemasaran hasil perikanan merupakan program KUB yang bergerak dalam kegiatan usaha pemasaran hasil perikanan tangkap, baik yang berdiri sendiri maupun berpadu dengan unit usaha KUB penangkapan atau pengolahan hasil perikanan. Adapun penjabaran pemasaran yang dilakukan KUB adalah sebagai berikut:
o Dalam kegiatan usahanya KUB mengelola unit pemasaran ikan hasil tangkapan anggotanya.
o KUB mengkhususkan diri untuk memasarkan hasil perikanan setiap anggotanya.
o Pada kegiatan usaha pemasaran hasil perikanan, KUB berfungsi untuk meningkatkan posisi harga tawar dari bakul. Serta penentuan harga di tentukan oleh KUB.
o KUB menjual hasil tangkapan perikanan anggotanya kepada bakul.
Sistem pemasaran hasil tangkapan di KUB, masih bersifat sederhana.
Mekanisme pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan KUB adalah setelah anggota nelayan kembali dari laut dan mendaratkan hasil tangkapannya, kemudian anggota nelayan menjual hasil tangkapan tersebut kepada KUB. Kemudian KUB menjual kembali ke bakul (pemilik modal sekaligus pengupas). Selanjutnya bakul memasarkan kembali pabrik-pabrik.
Ketika nelayan menjual rajungan ke KUB dan menjualnya ke bakul masing-masing memiliki perbedaan harga yang cukup jauh, perbedaan harga tersebut kisaran antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000. Ketika nelayan dalam setahun mampu menjual rajungan dengan jumlah banyak (besar) ke KUB maka besar pula keuntungan yang nelayan peroleh, karena secara tidak langsung nelayan mempunyai tabungan atau simpanan anggota dari hasil penjualan ke KUB. Dimana simpanan tersebut berasal dari anggota nelayan sendiri. Berbeda halnya ketika nelayan menjualnya kepada bakul, bakul membeli rajungan dengan harga yang rendah kemudian bakul akan memotong pembayaran dengan pinjaman hutang nelayan kepada bakul sebesar Rp.10.000 sampai Rp.20.000.
“Sebelum nelayan ikut KUB, mereka menjal hasil tangkapan kepada bakul-bakul setempat. Karena pada awal modal mereka meminjam kepada bakul-bakul untuk modal melaut. Hal itu ya mengharuskan nelayan menjual kembali hasil lautnya kepada bakul karena sudah ada perjanjian dan untuk memenuhi cicilan pembayaran hutang nelayan kepada bakul, sehingga pendapatan nelayan pun semakin minim karena pendapatan mereka dipotong untuk membayar hutang.”17
Alur distribusi penjualan hasil tangkapan rajungan yang dilakukan di KUB antara lain melibatkan nelayan, KUB dan bakul. Penjualan hasil tangkapan rajungan di jual oleh nelayan ke KUB, dengan pembayaran langsung tunai di tempan jual beli. Kemudian dari KUB di pasarkan kembali kepada bakul-bakul yang ada di wilayah setempat. Berikut bagan distribusi ketiga elemen dalam penjualan rajungan.
Bagan 3. Bagan alur distribusi yang dilakukan di KUB
Sumber: Data Sekunder
Proses produksi hasil tangkapan nelayan juga dilakukan oleh para pelaku produksi dalam hal ini adalah nelayan, KUB dan bakul. KUB dan bakul masih mendapatkan hasil tangkapan dalam bentuk yang masih mentah atau masyarakat biasa menyebutnya dengan berangkas. Dalam proses produksinya KUB membeli rajungan dari nelayan, kemudian menjualnya kembali ke bakul. Distribusi penjualan rajungan dari nelayan ke KUB kemudian dari KUB ke bakul, KUB menjual hasil tangkapannya dalam bentuk berangkas (rajungan utuh). KUB tidak mengolah atau mempekerjakan pengupas rajungan dikarenakan SDM nya yang masih bisa dikatakan kurang, oleh karena itu KUB menjual lagi ke bakul. Di bakul rajungan diolah atau dikupas menjadi daging. Kemudian bakul menyetorkan hasil dagingnya kepada bos besar yang ada di Desa Grogol. Dari bos besar tersebut daging rajungan disetorkan ke pabrik-pabrik yang sudah bekerja sama dengan bos tersebut, yang kemudian diekspor.
17 Wawancara dengan bapak Mulyanto, waktu: 7 oktober 2015.
Nelayan KUB Bakul
Dalam sistem produksi distribusi penjualan rajungan KUB ke bakul penentuan harga tawar sendiri ditentukan oleh KUB. Dalam hal ini harga tawar di kuasai oleh KUB. Namun, KUB juga menyesuaikan harga sesuai dengan kebutuhan pasar.
Harga rajungan yang dijual nelayan kepada bakul dalam keadaan mentah relatif lebih rendah harganya dibandingkan dengan ke KUB. Kisaran harga untuk rajungan yang dijual nelayan ke KUB berkisar Rp 40.000,-/kg, kemudian KUB menjual rajungan dalam bentuk utuh (berangkas) kembali ke bakul dengan harga Rp 43.000,/kg. Kisaran harga yang terpaut jauh ini menjadi motivasi dasar bagi nelayan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh KUB dalam sekali penjualan rajungan ke bakul adalah sebesar Rp3.000/kg, keuntungan tersebut akan kembali dikalkulasikan oleh KUB sebagai keuntungan KUB dan anggota. Dari keuntungan Rp 3.000, keuntungan Rp1.000 untuk simpanan anggota, Rp 1.000 untuk simpanan pengurus, dan Rp 1.000 lagi untuk khas pengembangan KUB. Keuntungan tersebut akan diberikan masing-masing pada anggota dan pengurus di setiap akhir tahun.
Hasil produksi baik yang dilakukan oleh nelayan, KUB maupun bakul pada akhirnya akan didistribusikan yang kemudian menjadi sebuah rangkaian kegiatan perekonomian yang tidak dapat terputus karena hal tersebut sudah menjadi suatu budaya dan kebiasaan dalam sistem perekonomian hidup masyarakat nelayan tersebut.
Proses distribusi rajungan tidak luput dari peran KUB sendiri sebagai penyalur distribusi bagi para anggota nelayan dalam memasarkan hasil tangkap rajungan.
Demikian proses distribusi rajungan yang langsung didistribusikan oleh nelayan ke KUB kemudian sampai ke bakul dalam kondisi mentah (berangkas). Untuk memperjelas alur distribusi penjualan rajungan dari nelayan sampai bisa di ekspor, dapat dilihat dari tabel berikut.