• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Kegiatan Storytelling Di Perpustakaan TK/SD Al-Izhar Sudah sejak lama (sejak perpustakaan sekolah didirikan) para pustakawan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

TINJAUAN UMUM PERPUSTAKAAN TK/SD AL-IZHAR PONDOK LABU

A. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Storytelling

1. Pelaksanaan Kegiatan Storytelling Di Perpustakaan TK/SD Al-Izhar Sudah sejak lama (sejak perpustakaan sekolah didirikan) para pustakawan

dan guru-guru di lingkungan sekolah Islam Al-Izhar menyadari bahwa keberadaan perpustakaan sangat penting dalam sebuah sekolah. Karena itu, mereka berusaha untuk selalu menyediakan sarana, prasarana dan koleksi juga kegiatan-kegiatan untuk mengajak anak menyadari fungsi perpustakaan di sekolah tersebut. Pustakawan selalu berinovasi dan berkreasi bagaimana supaya siswa sejak usia dini mungkin menyukai dan menemukan banyak pengetahuan di perpustakaan, dengan berbagai program promosi yang salah satunya adalah dengan mengadakan kegiatan storytelling.

Storytelling telah dianggap sebagai sarana yang tepat dalam mempromosikan dan mengenalkan perpustakaan dan koleksinya kepada para siswa, begitu menurut tanggapan pustakawan di perpustakaan sekolah tersebut. “Storytelling itu adalah ilmu yang berhubungan dengan psikologi. Sebab, dengan storytelling kita bisa mengetahui dan membaca tingkah laku siswa/anak-anak melalui sikap mereka ketika kegiatan storytelling sedang berlangsung,” demikian menurut pendapat Ibu Sri Dharma Lokandari, S.S selaku Kepala Bagian Perpustakaan Al-Izhar saat wawancara penulis dengan beliau.

a. Frekuensi dan Pelaksanaan Kegiatan Storytelling

Pelaksanaan storytelling di Perpustakaan TK/SD Al-Izhar dalam satu semester bisa lebih dari 10 kali, apalagi ketika masuk bulan bahasa.48 Karena

48

pada bulan bahasa ini banyak kegiatan yang diadakan oleh perpustakaan, salah satunya adalah storytelling oleh pustakawan dan storytelling oleh siswa sendiri kepada siswa-siswa yang lain. Perpustakaan tidak pernah menjadwal secara rinci kapan akan mengadakan storytelling. Biasanya diadakan untuk memperingati acara-acara tertentu dan ketika guru wali kelas meminta diadakan storytelling, sehingga tidak ada jadwal secara tetap. Karena itu juga tidak ada laporan tertulis mengenai storytelling yang dibuat oleh perpustakaan. Meskipun begitu, kegiatan storytelling selalu diutamakan di perpustakaan, yang bertindak sebagai storyteller/pencerita berasal dari pihak pustakawan, guru, bahkan para siswa sendiri. Tujuan perpustakaan dan guru dalam mempersilahkan siswa menjadi storyteller adalah untuk menanamkan sikap dan rasa percaya diri anak-anak sejak kecil untuk tampil di muka umum dan bercerita kepada khalayak ramai (lihat lampiran 1-6).

Bahkan sebenarnya kegiatan yang ada di Perpustakaan TK/SD al-Izhar tidak hanya storytelling saja, tetapi juga booktalk dan reading aloud. Booktalk adalah kegiatan menceritakan penggalan isi cerita buku secara garis besar saja, sedangkan reading aloud adalah kegiatan membacakan buku cerita dengan nyaring sambil memegang buku yang diceritakan tersebut (lihat lampiran 4 sebagai contoh). Keterangan mengenai kegiatan ini terdapat pada penjelasan mengenai penggunaan media cerita. Dan melalui jawaban para siswa serta pustakawan di bagian B (Storytelling bagi Pustakawan dan Para Siswa).

b. Tujuan Dilaksanakan Storytelling

Kegiatan storytelling paling rutin diadakan ketika pada masa orientasi siswa baru dan ketika peringatan bulan bahasa. Storytelling diadakan pada saat orientasi siswa baru adalah sebagai sarana pengenalan perpustakaan dan koleksinya kepada para siswa baru, dimaksudkan agar para siswa baru terutama siswa baru untuk tingkat TK dan SD memperoleh pengalaman yang menyenangkan ketika pertama kali mereka memasuki dan mengenal perpustakaan sehingga mereka tidak merasa asing dan takut, karena anak-anak biasanya sedikit takut memasuki sebuah ruangan baru. “Anak-anak terkadang takut untuk memasuki sebuah ruangan baru, bukan karena tidak percaya diri tetapi karena mereka masih merasa asing dengan ruang dan gedung yang baru mereka lihat,” demikian menurut pendapat Ibu Hapsari, pustakawan bagian TK/SD Al-Izhar. Tujuan storytelling dalam acara tersebut untuk menstimulasi anak dan memberikan kesan bahwa perpustakaan adalah ruang yang menyenangkan bagi mereka, sehingga diharapkan anak akan menyukai perpustakaan untuk selanjutnya.

Sedangkan diadakannya kegiatan storytelling pada peringatan bulan bahasa yang jatuh di bulan Oktober adalah untuk mengisi kegiatan yang berkaitan dengan bahasa. Dalam menyambut bulan bahasa, Perpustakaan Al- Izhar mengadakan banyak kegiatan yang salah satunya adalah storytelling. Karena storytelling adalah kegiatan yang dapat memberikan manfaat dalam menambah perbendaharaan siswa akan bahasa dan kata-kata, membangun kemampuan berbicara dan dapat meningkatkan potensi kecerdasannya.

Storytelling pada bulan bahasa ini diberikan tidak hanya oleh guru atau pustakawan kepada para siswa, tetapi juga para siswa kepada teman-teman, adik kelas dan kakak kelasnya. Karena pada kegiatan bulan bahasa ini diadakan lomba storytelling yang ditujukan kepada para siswa mulai dari tingkat TK sampai SD kelas 6 (lihat lampiran 7). Tujuannya seperti yang telah disebutkan di awal adalah untuk memupuk rasa percaya diri siswa berbicara di depan umum. Karena umumnya mereka akan merasa senang ketika bisa didengar oleh khalayak ramai. Kegiatan storytelling di lingkungan sekolah Al- Izhar selalu dikoordinir oleh pihak perpustakaan yang bekerjasama dengan guru-guru. Tetapi sayangnya kegiatan ini tidak dijadwal secara pasti, sehingga tidak didapatkan data jadwal storytelling yang pernah dilakukan selama ini di perpustakaan tersebut.

c. Tempat Dilaksanakan Storytelling

Tempat diadakannya storytelling untuk hari-hari belajar tidak selalu di perpustakaan, tapi juga di kelas dan aula disesuaikan dengan tema dan kegiatan yang akan diadakan setelah storytelling. Misalnya ketika akan bercerita mengenai cerita nabi, maka lebih tepat diadakan di ruang praktek agama sehingga anak lebih bisa berimajinasi dengan didukung oleh ruangan. Untuk tema cerita, disesuaikan dengan kenyataan yang sedang terjadi sekarang ini, contohnya mengenai global warming, dan lain-lain. Kemudian cerita-cerita bertemakan budi pekerti (contohnya Bawang Merah Bawang Putih, dan lain-lain) dan living values, cerita nabi-nabi, dan kebanyakan cerita yang mengajarkan sifat-sifat kebaikan untuk mengajarkan sikap dan

kepribadian yang baik pada siswa. Bahkan tema mata pelajaran untuk hari tersebut disampaikan dengan storytelling, sehingga siswa lebih mengerti dan menarik minat mereka dalam belajar (lihat lampiran).

d. Penggunaan Media Cerita

Perpustakaan selalu mengutamakan penggunaan koleksi perpustakaan sebagai sumber cerita untuk mengajak siswa mencintai buku dan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Karena salah satu tujuan storytelling sebagai promosi di Perpustakaan Al-Izhar adalah untuk mempromosikan koleksi yang dimiliki kepada para siswa. Koleksi perpustakaan yang digunakan sebagai bahan materi cerita dalam kegiatan ini biasanya buku cerita bergambar, cerita para tokoh dunia, cerita-cerita rakyat Indonesia dan dari luar negeri (contohnya cerita Pohon Apel), dan untuk novel dan atau cerita pendek disesuaikan dengan tema pendidikan, maksudnya cerita dalam novel tersebut dipilih yang menyangkut dengan pelajaran misalnya seperti pelajaran sastra.49

Untuk buku chapter book atau buku novel, pustakawan/guru hanya akan menceritakan mengenai garis besar cerita buku tersebut saja untuk kemudian memberitahukan kepada siswa bahwa buku tersebut merupakan koleksi perpustakaan dan bagi siswa yang ingin membaca ceritanya secara lengkap, dapat meminjam langsung di perpustakaan. Inilah yang disebut dengan booktalk. Biasanya, jika pustakawan/siswa bercerita dengan menggunakan buku, buku tersebut akan diceritakan sambil dipegang untuk buku cerita bergambar sehingga siswa akan bisa melihat gambar-gambar

49

tokoh di buku cerita tersebut. Ada juga kegiatan membacakan cerita-cerita pendek dari buku kumpulan dongeng yang tidak bergambar ataupun cerita dari potongan koran yang disebut dengan reading aloud. Disebut demikian karena pencerita hanya membaca cerita tersebut dengan suara yang keras agar dapat didengar oleh siswa-siswa. Tetapi media yang digunakan oleh para siswa adalah buku (lihat lampiran 4), boneka (lihat lampiran 2, 5, dan 7), kreasi sendiri (lihat lampiran 1) dan gambar yang dibuat sesuai dengan tema cerita (lihat lampiran 6).

e. Pengaturan Tempat Duduk Siswa

Untuk pengaturan tempat duduk siswa dalam acara storytelling, pustakawan selalu memperhatikan keadaan dan sifat siswa terlebih dahulu. Untuk anak yang cenderung aktif ditempatkan di pinggir barisan, anak yang sedang kurang sehat ditempatkan di barisan belakang dan didampingi oleh guru untuk menjaga kemungkinan yang terjadi (lemas, lesu dan mengantuk), sedangkan siswa yang tertib dan duduk mendengarkan dengan seksama diletakkan di barisan depan dan tengah sehingga mereka tidak terganggu oleh yang lain (lihat lampiran 3).

f. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Storytelling

Sebelum mengadakan storytelling tentunya diperlukan persiapan agar acara dapat berjalan lancar. Pustakawan Al-Izhar juga melakukan persiapan- persiapan sebelum acara storytelling. Persiapan yang dilakukan meliputi: 1) Harus mengetahui kelas mana yang akan menjadi audiens kegiatan dan

2) Menentukan tema cerita yang akan dibawakan.

3) Mempersiapkan buku materi cerita. Apakah dari koleksi perpustakaan atau dari tempat lain (membawa koleksi pribadi, membeli di toko buku). 4) Menyiapkan alat peraga. Alat peraga dibuat sesuai dengan cerita yang

akan dibawakan. Dengan menggunakan stereoform, gambar/lukisan pustakawan, dan menggunakan kostum.

5) Menyesuaikan dan menentukan ruangan/tempat cerita. Seperti telah disebutkan, tempat disesuaikan dengan tema cerita. Di ruang praktek agama untuk cerita keagamaan, di ruang musik untuk cerita yang mengenai musik dan tari.

6) Memperhatikan kondisi storyteller. Diusahakan ketika akan bercerita sedang dalam kondisi fit dan sehat sehingga cerita dapat berjalan dengan lancar.

7) Memperhatikan intonasi suara ketika bercerita. Dengan mempelajari cerita dan tokoh-tokohnya maka akan bisa ditentukan intonasi suara yang cocok.

8) Kondisi ruangan dan audiens. Mengecek ruangan yang akan ditempati setelah ditentukan, harus dalam keadaan bersih dan baik serta mampu menampung jumlah audiens.

g. Perubahan Sikap Siswa yang Dirasakan Pustakawan

Sejauh ini kegitan storytelling di Perpustakaan TK/SD Al-Izhar telah efektif meningkatkan kunjungan siswa ke perpustakaan. Terbukti dengan terjadinya peningkatan kunjungan siswa ke perpustakaan dan meningkatnya

pinjaman buku oleh siswa. Disebabkan karena siswa baru maupun lama menyukai acara storytelling tersebut. Pustakawan mampu mengetahui bahwa kegiatan dan layanan storytelling tersebut berhasil dan disukai siswa dengan melihat antusias siswa ketika acara sedang berlangsung kemudian perubahan sikap yang mereka tunjukkan.

“Biasanya ketika memasuki ruangan anak-anak gaduh dan berisik. Tetapi setelah storytelling biasanya mereka akan diam dan lebih kalem. Bahkan ada yang tadinya nakal, setelah storytelling menjadi baik dan rajin berkunjung ke perpustakaan untuk meminjam buku. Ada juga yang mendapat kenaikan prestasi dan nilai ujian setelah diceritakan tentang sifat-sifat orang saleh dan bagaimana cara berdoa agar mendapat kekuatan dan bantuan dari Allah SWT selama ujian. Karena di sini (Al- Izhar) yang diceritakan bukan hanya cerita-cerita dari buku, tetapi cerita apa saja yang dibutuhkan siswa. Biasanya mereka akan menjadi anak yang lebih tenang dan lebih percaya akan kekuasaan Allah SWT.”50

Dokumen terkait