• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, grading tanaman hingga kegiatan panen dan pasca panen tanaman. Kegiatan panen dan pasca panen yang dilakukan sesuai dengan keadaan tanaman di kebun yaitu panen dan pasca panen bibit anggrek Phalaenopsis. Skema pelaksanaan teknis budidaya anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Teknis Budidaya Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora Kebun Cikampek

Penanaman

Kegiatan penanaman meliputi aklimatisasi bibit (outflask) dan pindah tanaman (repotting). Pada umumnya runtutan kegiatan outflask dan repotting hampir sama yaitu mempersiapkan bahan tanaman dan penanaman tanaman. Penanaman tanaman disesuaikan berdasarkan umur tanaman, baik dalam botol maupun tanaman pot. Pada penanaman, terdapat dua jenis bibit yaitu asal bibit seedling (perbanyakan secara generatif) untuk tanaman peruntukan lokal dan bibit yang berasal dari mericlone (perbanyakan secara vegetatif) untuk tanaman peruntukan ekspor.

Aklimatisasi Bibit (Outflask)

RepottingTanaman : Repotting1.5" ke 2.5" dan Repotting2.5" ke 3.5"

Pemeliharaan Tanaman

GradingTanaman : GradingTanaman 1.5", 2.5" dan 3.5"

Media tanam yang digunakan untuk penanaman Phalaenopsis oleh PT. EGF ini adalah spaghnum moss yang biasa disebut moss. Moss yaitu lumut rawa yang berasal dari dataran tinggi. Moss berfungsi baik menyerap air, membuat kelembaban terjaga, ruang gerak akar lebih bebas, tidak melukai akar, akar lebih banyak dan panjang serta batang tanaman akan lebih kuat. Terdapat dua macam moss yang digunakan yaitu moss Chili dan moss China yang dapat dilihat pada Gambar 2.

(a) (b)

Gambar 2. Media Tanam Anggrek Phalaenopsis di PT Ekakarya Graha Flora. (a) Moss Chili, (b) Moss China

Jenis wadah tanam yang digunakan untuk penanaman yaitu menggunakan pot plastik bening. Penggunaan pot plastik bening ini memiliki beberapa keuntungan yaitu memudahkan dalam pengecekan media dan media dapat terkena sinar matahari langsung. Selain itu, pada pot plastik bening memiliki jumlah lubang yang sedikit untuk menjaga kelembaban media sesuai dengan sifat Phalaenopsis yang menyukai kelembaban sehingga pertumbuhan akar baik dengan jumlah akar yang banyak. Berbeda halnya dengan pot plastik hitam yang berpengaruh pada pertumbuhan daun yang baik tetapi pertumbuhan akarnya sedikit. Pot plastik bening yang digunakan untuk penanaman dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pot Plastik Bening yang Digunakan untuk Penanaman

Aklimatisasi Bibit (Outflask)

Aklimatisasi bibit (outflask) merupakan kegiatan memindahkan bibit dari botol dan ditanam di dalam pot dengan media moss. Bibit tanaman berupa bibit dalam botol yang berasal dari dua jenis perbanyakan yaitu generatif dengan seedling dan vegetatif dengan mericlone yang sebelumnya telah dikembangbiakan di laboratorium. Bibit Phalaenopsis dengan mericlone diperoleh dengan mengimpor bibit dalam botol atau kultur stem tangkai bunga yang kemudian dilakukan pindah tanam dan pengembakbiakan di laboratorium. Bibit dalam botol yang dapat ditanam dalam pot adalah bibit yang telah berumur 16 bulan atau Stage 2 (S2). Penggunaan bibit yang berasal dari mericlone dan seedling ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Penggunaan Bibit yang Berasal dari Mericlone (Kiri) dan Seedling (Kanan)

Kegiatan dalam aklimatisasi ini meliputi persiapan bibit dan penanaman bibit dalam pot. Pada persiapan bibit dilakukan beberapa kegiatan yaitu pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol, pencucian bibit dan sortasi bibit. Pencabutan atau pengeluaran bibit dari botol dilakukan dengan mengeluarkan satu persatu bibit dari botol ke dalam tray dengan menggunakan pinset. Pinset tersebut dicelupkan ke dalam larutan air dan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l untuk sterilisasi alat. Selain itu, pergantian pinset harus selalu dilakukan setelah pencabutan lima botol bibit. Tujuannya agar alat tetap steril sehingga tanaman tidak terkontaminasi oleh hama dan penyakit.

Tanaman yang telah dikeluarkan dari botol kultur kemudian dicuci sebanyak dua kali dengan air dan bakterisida (starner) dengan dosis 10 g/l yang dilakukan pada saat terakhir pencucian. Bakterisida digunakan untuk membunuh

seluruh kuman yang melekat pada tanaman dan juga supaya media agar yang melekat pada akar bibit terlepas semuanya.

Sortasi bibit merupakan salah satu kegiatan awal dari pengkelasan (grading). Kegiatan yang dilakukan pada sortasi bibit yaitu memisahkan dan memilih bibit setelah bibit tanaman dikeluarkan dari botol dan dicuci. Sortasi bibit dilakukan berdasarkan ukuran tanaman, jumlah dan ukuran daun serta kelengkapan tanaman. Ukuran bibit tanaman mulai dari tanaman gagal (reject) yang panjangnya kurang dari 5 cm, tanaman kecil panjangnya 5 cm, ukuran bibit sedang panjangnya 10 cm dan bibit besar panjangnya lebih dari 10 cm sehingga dapat dilihat tingkat kesuburan dan keseragaman tanaman dalam botol. Selain itu, kriteria lain dalam sortasi bibit yaitu tanaman minimal memiliki dua buah daun dan ukuran daun yang seimbang serta bibit tanaman harus memiliki akar, batang dan daun. Apabila bibit tanaman tidak memiliki kriteria-kriteria seperti yang telah ditetapkan, maka bibit dianggap afkir atau tanaman gagal (reject). Bibit tanaman yang telah disortasi kemudian di dalam tray dicantumkan kode tanaman dan jenis ukuran bibit.

Kegiatan penanaman bibit dilakukan setelah bibit selesai disortasi. Penanaman bibit pertama menggunakan pot plastik bening berukuran 1.5”. Cara penanaman bibit yang dilakukan yaitu membungkus bagian akar tanaman oleh media tanam spaghnum moss sebanyak segenggam tangan kemudian memasukkan bagian akar tanaman yang yang sudah dibungkus ke dalam pot dan moss dipadatkan disekitar bibit agar bibit tertanam cukup kuat dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada saat penanaman posisi bibit harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga tidak boleh kempos atau renggang. Hal ini bertujuan agar pertumbuhan akar lebih luas merata dan memiliki tanaman yang kokoh. Setelah bibit ditanam dalam pot kemudian pot diletakkan dalam talam dimana dalam satu talam memuat 36 pot. Kegiatan pengeluaran bibit dari botol dan kegiatan aklimatisasi bibit dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengeluaran Bibit dari Botol (Kiri) dan Kegiatan Aklimatisasi Bibit (Kanan)

Penulis melakukan kegiatan outflask di GH18 selama 3 hari dengan satu hari dalam persiapan bibit dan dua hari dalam penanaman bibit. Regu aklimatisasi (outflask) terdiri dari satu orang operator persiapan bibit dan lima orang operator outflask. Standar kerja atau target operator persiapan tanaman adalah sebanyak 400 botol bibit/HK dengan jumlah tanaman per botol rata-rata 20 bibit tanaman. Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 420 botol bibit/HK sedangkan prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 280 botol bibit/HK.

Pada aklimatisasi (outflask), standar kerja atau target operator sebanyak 920 pot/HK dan target outflask dalam satu bulan adalah 150 000 pot/bulan. Prestasi kerja yang diperoleh operator yaitu 852 pot/HK dan prestasi kerja penulis yang diperoleh adalah 180 pot/HK.

Pindah Tanam (Repotting)

Pindah tanam (repotting) merupakan kegiatan pemindahan tanaman ke dalam pot yang ukurannya lebih besar. Repotting tanaman bertujuan untuk memperlancar pertumbuhan anggrek Phalaenopsis. Tanaman yang akan dilakukan repotting telah memiliki rentang waktu masing-masing ukuran sekitar 4 sampai 6 bulan. Tanaman yang akan dipindah tanam umumnya pertumbuhan akarnya terlihat banyak keluar dari pot dan kelihatan terlalu sesak. Terdapat empat kegiatan repotting tanaman di PT EGF, kegiatan tersebut meliputi repotting tanaman dari pot 1.5” ke pot ukuran 2.5”, repotting tanaman dari pot 2.5” ke pot ukuran 3”, repotting tanaman dari pot 2.5” ke pot ukuran 3.5” dan repotting tanaman dari pot 3.5” ke pot ukuran 5”. Akan tetapi, repotting tanaman ke pot

ukuran 3” dan 5” dilakukan sesuai dengan permintaan pembeli atau penanaman kembali tanaman sisa ekspor bare root.

Kegiatan pada repotting tanaman mencangkup persiapan tanaman yang akan dilakukan repotting dan pemindahan tanam (repotting). Perbedaannya terletak pada umur dan bahan tanam yang digunakan yaitu tanaman pot ukuran 1.5” dan tanaman pot ukuran 2.5” yang telah berumur berumur 4 sampai 6 bulan sejak repotting. Media tanam yang digunakan pada repotting tanaman disesuaikan dengan media tanam yang digunakan sebelumnya.

a. Persiapan Repotting

Persiapan repotting dimulai dari pemberian tanda pada tanaman yang akan dipindah tanam dengan menggunakan bendera berwarna biru minimal 2 hari sebelum tanaman tersebut dipindah tanam dengan 2 hari sebelumnya telah diserahkan form instruksi repotting harian diversifikasi oleh koordinator repotting yang telah berkoordinasi dengan kepala regu grading. Setelah pemberian tanda pada tanaman selesai maka operator persiapan repotting mengambil tanaman sesuai dengan form instruksi repotting harian yang diberikan oleh kepala regu.

Kegiatan ini berlangsung tergantung dari ketersediaan tanaman yang terdapat di ruang repotting. Pada saat mempersiapkan tanaman yang akan dipindah tanam, tanaman terlebih dahulu dipotong akar tanaman yang keluar dari pot tujuannya untuk memudahkan dalam repotting untuk menghasilkan akar baru serta akar pada pot tertutup keseluruhan. Kemudian tanaman beserta media dikeluarkan dari pot dengan cara menekan pot atau mendorong media pada bagian bawah pot yang berlubang dengan besi penusuk sampai tanaman keluar dari potnya. Saat memotong akar-akar tanaman digunakan gunting stek yang telah direndam larutan Na3(PO4) dengan konsentrasi 4 g/l.

Pada penggunaan gunting stek dilakukan pergantian gunting tiap lima tanaman. Hal ini bertujuan agar alat tetap steril sehingga terhindar dari serangan hama penyakit. Tanaman yang akarnya telah digunting lalu disusun dalam tray dan diberi kode tanaman dengan satu tray tanaman diberi satu kode untuk memudahkan dalam pengaturan per kode apabila selesai proses repotting. Kemudian tray diletakkan di dekat operator penanaman untuk memudahkan dalam pengambilan tanaman.

Berbeda dengan aklimatisasi (outflask), pengkelasan (grading) tanaman yang akan dipindah tanam dilakukan oleh regu grading sehingga ketika tanaman akan dilakukan repotting sudah berdasarkan kelas (grade) yang telah ditetapkan. Selain itu, kriteria tanaman yang akan dipindah tanam yaitu tanaman tidak mengalami kerusakan pada saat pengambilan dan pengangkutan, tidak terjadi kesalahan jumlah dan kode tanaman pada saat pengambilan dan pengangkutan, tanaman terkena sinar matahari langsung dan terkena air hujan pada saat pengangkutan dihindari seminimal mungkin. Pengambilan tanaman dilakukan dengan menggunakan troli yang memiliki kapasitas 54 talam/troli dimana dalam satu talam memuat sembilan tanaman. Pada persiapan tanaman untuk repotting tidak ditetapkan target atau standar kerja per harinya. Kegiatan persiapan repotting dan repotting tanaman ukuran pot 2.5” ke 3.5” dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Persiapan Repotting (Kiri) dan Kegiatan Repotting Tanaman Ukuran Pot 2.5” ke 3.5” (Kanan)

b. Pindah Tanam (Repotting)

Kegiatan repotting tanaman dilakukan di dalam ruang repotting. Kegiatan repotting ini berupa menanam kembali tanaman dengan membungkus bagian akar tanaman dengan spaghnum moss dan memasukkan bagian akar tanaman yang sudah dibungkus ke dalam pot baru yang ukurannya lebih besar. Kemudian moss dipadatkan disekitar bibit dengan menggunakan kedua ibu jari yang ditekan. Pada saat penanaman posisi tanaman harus terletak di tengah pot dengan kondisi batang tenggelam atau tidak terlihat dan penekanan media tidak boleh terlalu padat juga tidak boleh kempos atau renggang.

Tanaman yang telah selesai dipindah tanam disusun dalam talam dengan rapi dengan arah daun menghadap ke depan untuk memudahkan pertumbuhan tanaman, menghindari daun patah dan daun lebih leluasa dalam pergerakan pertumbuhannya. Talam yang digunakan untuk pot 2.5” dapat memuat 9 pot per talam sedangkan talam yang digunakan untuk pot 3.5” dapat memuat 6 pot per talam. Selanjutnya tanaman disusun rapi di atas troli dan dikelompokkan menurut kode masing-masing tanaman agar tidak tercampur dengan kode tanaman yang lainnya. Pembuatan label tanaman untuk setiap kode tanaman yang dipindah tanam pada hari tersebut dengan menuliskan informasi mengenai kode, tanggal tanam, jumlah, warna tanaman dan peruntukan pelanggan. Terdapat dua macam label yaitu label putih untuk peruntukkan lokal dan label kuning peruntukkan khusus ekspor ke Jepang.

Pemberian tanggal tanam agar mengetahui tanggal berapa saat penanaman untuk memastikan bulan berapa tanaman akan siap dilakukan grading dan dikemas. Pemberian informasi jumlah tanaman memudahkan dalam perhitungan pada setiap bed, penempatan tanaman dalam GH serta dapat mengetahui ketersediaan tanaman yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan.

Setelah dilakukan pembuatan label pada tanaman selanjutnya tanaman yang telah dipindah tanam diangkut dengan menggunakan troli ke GH dan menyusunnya di atas bed dengan rapi dengan arah daun satu arah. Pada pengangkutan dan penyusunan tanaman di GH usahakan tidak terjadi kerusakan mekanis pada tanaman, tanaman tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung. Talam disusun rapi dengan jumlah talam yang disusun sesuai lebar bed. Pada talam pot ukuran 2.5” bed dapat memuat 7 hingga 10 baris talam, sedangkan talam pot ukuran 3.5” bed dapat memuat 5 sampai 8 baris talam. Selanjutnya dilakukan pemberian label kepada tanaman oleh kepala regu dengan satu label untuk satu kode tanaman dengan tanggal tanam yang sama dan posisi label harus menghadap ke depan. Penempatan label ke salah satu tanaman berfungsi sebagai tanda untuk menghindari kesalahan pengkodean tanaman.

Penulis melakukan kegiatan repotting tanaman pot 1.5” ke 2.5” dan 2.5” ke 3.5” di GH 18 selama 6 hari dengan masing-masing kegiatan selam 3 hari.

Terdapat tiga regu dalam proses repotting yaitu satu regu repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan dua regu repotting tanaman 2.5” ke 3.5” dengan tiap regunya terdiri dari satu orang operator persiapan tanaman dan lima orang operator penanaman. Standar kerja atau target operator repotting adalah sebanyak 630 tanaman/HK untuk repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan 420 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”. Prestasi kerja operator diperoleh yaitu 657 tanaman/HK untuk repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan 318 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”. Prestasi kerja yang diperoleh penulis adalah 225 tanaman/HK untuk repotting tanaman 1.5” ke 2.5” dan 102 tanaman/HK untuk repotting 2.5” ke 3.5”.

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budidaya tanaman anggrek Phalaenopsis. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara optimal (berbunga dengan baik) serta menjaga tanaman agar dapat bertahan hidup. Kegiatan pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis yang dilakukan PT EGF meliputi sterilisasi rak besi (bed) dan tanaman, penyiraman, pemupukan, pemeriksaan ”bapiketeng”, sortasi tanaman, sanitasi tanaman, ”bed transfer” dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Sterilisasi Rak Besi (Bed) dan Tanaman

Sebelum diletakkan tanaman diatasnya, rak besi (bed) yang kosong harus disterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan NaClO 5.25% dengan konsentrasi 22.86 ml/l. Selain sterilisasi bed, kegiatan sterilisasi juga dilakukan pada GH, bak pemupukan, ruang repotting, ruang outflask dan troli untuk mengangkut tanaman. Sterilisasi GH dilakukan jika GH dalam keadaan kosong tanpa tanaman dan setelah dilakukan sterilisasi, pintu GH harus ditutup kurang lebih selama satu hari. Kegiatan sterilisasi bak pemupukan, ruang repotting, ruang outflask dan troli dilakukan satu minggu satu kali pada saat hari minggu.

Kegiatan sterilisasi juga dilakukan pada tanaman yang baru ditanam dan juga tanaman yang baru dipindah tanam. Kegiatan sterilisasi pada tanaman dilakukan satu hari setelah tanam dengan mengunakan NaClO 5.25% dengan

konsentrasi 2.56 ml/l dan untuk satu bed yang berisi 13 000 tanaman 1.5”, membutuhkan larutan NaClO untuk sterilisasi sebanyak 256 ml/100 l. Standar kebutuhan larutan NaClO yang ditetapkan perusahaan adalah untuk tanaman 1.0” dan 1.5” yaitu 3 bed/1 000 l, tanaman 2.5” dan 3.5” yaitu 6 bed/1 000 l dan tanaman 3.0” adalah 5 bed/1 000 l. Selain sterilisasi tanaman, pada aklimatisasi tanaman dan repotting juga dilakukan aplikasi perlakuan kimia yaitu dengan penyemprotan pestisida pada tanaman. Perlakuan ini hanya dilakukan pada tanaman-tanaman dengan jenis tertentu saja.

Pada saat dilakukannya penyiraman larutan NaClO, tekanan larutan yang keluar diatur tidak terlalu kencang sehingga tidak merusak tanaman dan tidak ada tanaman yang terlewat disiram. Kegiatan sterilisasi paling lambat selesai pukul 11.00 WIB dan apabila sampai pukul 11.00 belum selesai maka sterilisasi dilanjutkan pada hari kerja berikutnya. Adapun kegiatan sterilisasi tanaman 1.5” dan peralatan sterilisasi tanaman dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kegiatan Sterilisasi Tanaman 1.5” (Kiri) dan Peralatan Sterilisasi Tanaman (Kanan)

Tujuan dilakukannya kegiatan sterilisasi ini adalah agar tanaman, peralatan, serta GH bersih dan tidak terkontaminasi dengan bakteri, cendawan maupun serangga sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kegiatan sterilisasi ini dilakukan oleh operator pemeliharaan laki-laki sebanyak satu orang dan kegiatan dilakukan secara bergilir.

Penyiraman

Kegiatan penyiraman air pada anggrek Phalaenopsis jarang dilakukan. Kegiatan penyiraman dengan air baru dilakukan ketika pengendapan hara atau

butiran-butiran pupuk pupuk terlihat pada media tanam (moss). Butiran-butiran pupuk yang tersisa pada media ini dikarenakan pengadukan yang kurang lama pada saat melarutkan pupuk. Oleh karena itu, agar pupuk tersebut dapat larut seluruhnya pada media tanam (moss) maka dilakukan penyiraman dengan air sehingga pupuk dapat larut dan dapat diserap oleh tanaman. Selain itu, penyiraman dengan air dilakukan agar tidak terjadi penumpukan unsur hara yang berasal dari pupuk sehingga tidak terjadi toksisitas pada tanaman.

Pada saat penyiraman media harus basah seluruhnya, jadi apabila setelah disiram ternyata media tidak terlalu basah, maka akan dilakukan penyiraman ulang sampai media basah seluruhnya kira-kira dilakukan 3 sampai 4 kali penyiraman. Penyiraman hanya diaplikasikan pada tanaman anggrek Phalaenopsis yang sudah tua atau umur tanaman berkisar dari 5 sampai 15 bulan sejak repotting tanaman 3.5”. Hal ini dilakukan karena pada tanaman yang sudah tua pertumbuhan akarnya sudah banyak sehingga kemungkinan resiko tanaman terkena busuk akar (fusarium) minim.

Penyiraman dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Tanaman yang akan disiram dengan air diberi tanda bendera putih dengan tulisan perlakuan pada bed yang akan disiram. Kegiatan penyiraman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 WIB sampai 11.00 WIB.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pemeliharaan tanaman anggrek Phalaenopsis. Pemupukan dilakukan dengan memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Kegiatan pemupukan dilakukan 3 sampai 4 hari sekali atau tergantung pada kondisi cuaca dan media tanam (moss). Penyiraman pupuk pada tanaman dilakukan pada pagi hari mulai pukul 07.30 sampai dengan pukul 11.00.

PT EGF menggunakan 5 jenis bahan kimia untuk pupuk yaitu pupuk Peters International 20:20:20 dengan konsentrasi 1 g/5.5 l, Ca(NO3)2 dengan konsentrasi 0.2 g/l, MgSO4 dengan konsentrasi 0.2 g/l, NiSO4 0.01 g/l, dan Bori

Acid (Biotri) 0.1 mg/l. Adapun kandungan dari pupuk Peters Internasional dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Kandungan dan Konsentrasi pada Pupuk Peters International 20:20:20

Jenis Kandungan Konsentrasi (%)

Nitrogen (N) 20 Phospat (P2O5) 20 Kalium (K2O) 20 Magnesium (Mg) 0.05 Boron (B) 0.0068 Tembaga (Cu) 0.0036 Besi (Fe) 0.05 Mangan (Mn) 0.025 Molibdenum (Mo) 0.0009 Zink (Zn) 0.0025

Sumber : PT. Ekakarya Graha Flora, 2009

Kelima jenis pupuk ini dilarutkan terlebih dahulu di dalam ember dan diaduk selama lima menit agar seluruh pupuk tercampur dan hancur seluruhnya kemudian dimasukkan ke dalam bak pemupukan yang telah terisi air dan diaduk dengan pipa pengaduk hingga larutan pupuk tercampur seluruhnya. Sebelum pupuk dimasukkan ke dalam bak (volume 2 200 l), volume air dalam bak harus diperiksa terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan penyiraman yang akan dilakukan. Standar perusahaan terhadap perhitungan kebutuhan larutan pupuk yaitu untuk tanaman ukuran 1.0” dan 1.5” adalah 3 bed/1 000 l, untuk tanaman ukuran 2.5” dan 3.5” adalah 6 bed/1 000 l dan untuk tanaman 3.0” adalah 5 bed/1 000 l.

Kegiatan pemupukan dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman secara fertigasi yaitu dengan menggunakan selang yang tekanan airnya diatur oleh operator sesuai ukuran, bentuk dan kondisi tanaman dalam bed. Jarak selang dari pot sekitar 20 cm dan penyiraman dilakukan dengan melebarkan mulut selang agar seluruh bagian tanaman tersiram oleh pupuk. Penyiraman pupuk dilakukan merata pada seluruh tanaman dengan volume pupuk setengah dari tinggi pot. Penyiraman pupuk secara fertigasi pada tanaman dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Penyiraman Pupuk secara Fertigasi pada Tanaman

Kegiatan penyiraman pupuk dilakukan oleh operator pemeliharaan tanaman yang terdiri dari tiga regu. Tiap regu terdiri dari lima orang operator dan satu orang kepala regu. Tiap operator pemeliharaan bertanggungjawab atas 30 sampai 38 bed yang jumlah tanamannya berbeda-beda tergantung ukuran tanaman dalam bed. Setiap dilakukan kegiatan penyiraman pupuk ditulis dalam buku per orangnya kemudian penggunaan kebutuhan pupuk harus dilaporkan tiap harinya kepada ketua regu.

Pemeriksaan ”Bapiketeng”

Basah pinggir kering tengah (bapiketeng) merupakan suatu kondisi media tanam (moss) dimana tidak meratanya penyerapan, yaitu bagian pinggir yang terlalu basah tetapi bagian tengah kering, setelah dilakukan penyiraman pupuk (pemupukan). Pemeriksaan bapiketeng dilakukan untuk menghindari dan mengurangi kebusukan pada akar tanaman serta menghindari timbulnya jamur atau cendawan pada media tanam (moss) yang dapat menghambat pertumbuhan akar. Kegiatan pemeriksaan bapiketeng ini dilakukan satu hari setelah pemupukan dan dilakukan setiap hari setelah pekerjaan pemupukan selesai dilakukan. Tanaman diperiksa kembali jika terdapat tanaman yang kelebihan air atau moss basah tidak merata dalam pot maka dilakukan pemeriksaan bapiketeng.

Kegiatan pemeriksaan bapiketeng pada tanaman ukuran 1.5” dan 2.5” dilakukan dengan cara memiringkan posisi pot yang media moss yang basah sehingga moss yang basah tersebut merata ke tengah dan moss juga tersinari oleh

Dokumen terkait