• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian

2. Pelaksanaan Kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

Kurikulum KTSP mulai diberlakukan di SMK Murni 1 Surakarta pada tahun ajaran 2007/2008. Dasar pelaksanaan KTSP adalah Permendiknas No. 22, 23, 24 tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kempetensi Lulusan dan pelaksanaan Permendiknas No. 22, 23 tahun 2006. SMK Murni 1 Surakarta pada tahun ajaran 2007/2008 menggunakan kurikulum KTSP untuk kelas X atau tingkat pertama.

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I dan III (wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“ Saat diberlakukannya KTSP, sekolah ini juga segera menggunakan kurikulum tersebut. KTSP berlaku tahun 2007, pada tahun ajaran baru, KTSP mulai dilaksanakan untuk kelas X, adapun kelas XI, XII masih menggunakan kurikulum 2004 atau KBK.”

Kurikulum KTSP ini merupakan kelanjutan otonomi daerah sekaligus otonomi pendidikan, maka masing-masing sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan dirinya. Otonomi tersebut diberikan agar setiap satuan pendidikan memiliki keleluasan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan setempat.

KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2004 (KBK). Perbedaannya terletak pada kelompok normatif dan adaptif. Pada KBK, kelompok normatif dan adaptif sudah diatur dalam kurikulum tersebut, tetapi dalam KTSP kelompok normatif dan adaptif diatur hanya berupa SKL (Standar Kompetensi Lulusan), guru mengembangkan dalam bentuk silabus. Sedangkan untuk kelompok produktif, pemerintah belum memberikan SKL, sehingga guru mengembangkan kurikulum tersebut mengacu pada kurikulum sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 14 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“ Di dalam penyusunan KTSP….a…untuk program normatif dan adaptif sudah diberikan acuan tentang standar kompetensi lulusan, tapi untuk program produktif yaitu keahlian pemesinan maupun keahlian otomotif belum ada. Di SMK ini mas…masih mangacu pada kurikulum 2004 atau KBK.”

Hal tersebut juga diungkapkan oleh informan II bahwa untuk program produktif baik keahlian otomotif maupun pemesinan mengacu pada kurikulum sebelum KTSP. Hal tersebut dilakukan karena pemerintah belum memberikan SKL bagi program-program produktif. Sehingga pihak sekolah mengambil kebijakan bahwa dalam menyusun kurikulum khususnya program produktif mengacu pada kurikulum sebelumnya.

Dalam pelaksanaan kurikulum KTSP di SMK Murni 1 Surakarta dapat ditinjau sebagai berikut:

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran KTSP yang dilakukan sekolah meliputi kegiatan pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Guru-guru di SMK Murni 1 Surakarta telah melakukan pengembangan silabus dan penyusunan RPP sesuai bidang studi masing- masing melalui MGMP Sekolah. Format silabus dan RPP yang digunakan oleh SMK Murni 1 Surakarta adalah format yang telah dibuat Badan Standar Naional Pendidikan (BSNP). Pengembangan silabus dimulai dengan memetakan standar kompetensi dan kompetensi dasar, merumuskan indikator, mengindetifikasi materi pokok, menetapkan alokasi waktu, penilian dan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Informan III (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ mas…sebelum melakukan PBM, guru dituntut untuk membuat silabus. Nah pembuatan silabusnya ya sesuai dengan ada pada KTSP yang dicontohkan pemerintah, tetapi dalam pembuatan silabus tidak persis atau cuma kopi paste saja. Ya….tegantung kreavitas dari guru masing-masing mas”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II bahwa sebelum melakukan pengembangan silabus dan penyusunan RPP, terdahulu guru bidang studi mendapat pengarahan dari bidang kurikulum sekolah tentang cara pengembangan silabus dan penyusunan RPP. Kemudian para guru bidang studi diwajibkan mengembangkan silabus dan RPP sesuai dengan acuan yang ada. Misalnya: dalam pelajaran produktif mata pelajaran alat ukur, dalam hal ini yang dikembangkan adalah indikatornya, untuk kompetensinya menyesuaikan dengan standar kompetensi Keahlian. Informan I juga

menyatakan bahwa pengembangan silabus dan RPP haruslah dikembangkan seluas- luasnya dengan dikaitkan dan disesuaikan pada kehidupan sehari-hari. Misal pelajaran menggambar pada sub bahasan tentang banding atau gambar bukaan, guru dapat memberikan penjelasan penerapan di dunia usaha dan industri. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga dapat terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas seorang guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkuangan agar menunjang terjasinya perubahan perilaku bagi siswa baik dari segi metode mengajar sampai dengan media yang digunakan.

Materi dalam KTSP berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Jadi materi yang diajarkan disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam proses pembelajaran menuntut adanya aktivitas dan kreativatas guru dalam mencipatkan lingkungan yang kondusif sehingga mampu miningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. Guru dapat membangkitkan motivasi siswa dengan cara merangsang semangat siswa melalui semangat mengajarnya dan dengan mengkaitkan materi dengan dunia nyata. Metode dan strategi belajar mengajar yang bervariasi perlu dikembangkan agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran dan materi yang disampaikan dapat terserap oleh siswa. Pengembangan kreativitas juga dapat dilakukan dengan memberikan lebih banyak praktek dari pada teori. Misal dalam materi yang mengacu pada praktek yaitu menggunakan alat ukur, siswa akan lebih mudah memahami dengan cara langsung menerapkan alat ukur tersebut saat melakukan pengukuran suatu benda. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan IV dan V (wawancara tanggal 19 Mei 2009) menjelaskan bahwa :

“dalam pelaksanaan KTSP, memang guru dituntut dapat mengembangkan kreativitasnya baik melalui metode mengajar maupun strategi belajar mengajar sehingga siswa itu tidak bosen, tidak ngantuk, ya….punya motivasi yang kuat untuk bisa gitu lo mas…, sebab ini berkaitan erat dengan praktek, misal pelajaran alat ukur atau menggunakan alat-alat perkakas, pelajaran-pelajaran ini bila tidak bisa, ya….secara tidak langsung menghambat jalannya pelajaran khususnya dalam praktek”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II dan III menyatakan bahwa sebagai pengajar (guru) sangat dibutuhkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar baik dari metode pembelajaran maupun strategi belajar mengajarnya sehingga siswa mampu menerima pelajaran atau materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu juga perlu adanya sinkronisasi antara teori dengan praktek, maka para guru selalu mengadakan kerjasama atau saling menginformasikan antara guru teori dengan guru praktek.

Hasil observasi kelas, peneliti menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar guru selalu memberikan dorongan, nasehat, serta pengarahan kepada siswa agar dapat membangkitkan semagat siswa dalam belajarnya. Selain itu juga guru telah menggunakan metode yang bervariasi dalam menyampaikan matei yang diajarkannya serta senantiasa berusaha untuk mengkondusifkan lingkungan belajar. Hal ini diharapkan dapat memberikan motivasi siswa untuk mencapai tujuan belajar sehingga pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang dimiliki siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Model pembelajaran yang dilaksanakan di SMK Murni 1 Surakarta dalam mengimplementasikan KTSP, antara lain :

1) Sistem pembelajaran individu. Artinya pengetahuan, sikap dan ketrampilan benar- benar dinilai.

2) Pembelajaran separo kelas. Artinya setengah siswa mengikuti pelajaran dan setengahnya lagi mengikuti praktek.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan III (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ Dalam pelaksanaan pembelajaran mas….sistem atau model yang digunakan di SMK ini yaitu sistem pembalajaran individu dan separo kelas. Kalau pembelajaran individu itu ya….penilaiannya secara sendiri-sendiri baik pengetahuannya, skillnya maupun sikapnya. Kalau separo kelas itu biasanya digunakan pada waktu praktek pemesinan,yaitu saat pembelajaran atau saat pelajaran menggambar teknik mas, biasanya 4 jam pelajaran,terus setelah berjalan 2 jam pelajaran,yang separo keluar untuk praktek dan separonya melanjutakan pelajarannya. Nah besuknya pada waktu yang sama berganntian yang praktek”.

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan IV dan V bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran khusunya yang ada prakteknya, di SMK Murni 1 Suarkarta menggunakan separo kelas, hal ini bertujuan memaksimalkan keadaan dan kondisi yang ada serta lebih mudah memonitoring siswa dalam melaksnakan praktek.

Dalam pengembangan program KTSP, pelaksanaan pembelajaran di SMK murni 1 Surakarta tidak hanya di kelas saja, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas. Pembelajaran di kelas dimaksudkan untuk mengmbangkan potensi akademis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja. Sedangkan pembelajaran di luar kelas yaitu pembelajaran diserahkan pihak luar melalui Praktek Kerja Nyata (Prakerin) yang dilaksanakan selama 4 bulan. Di SMK Murni 1 Surakarta dalam pelaksanaan Prakeri dilaksanakan dua tahap,yaitu tahap pertama dilaksanakan siswa kelas XI pada awal semester genap selama dua bulan. Tahap kedua dilaksanakan kelas XII pada awal semester gasal. Pembelajaran di dunia kerja ini dimaksudkan agar siswa menguasai kompetensi terstandar,mengembangkan sikap dan nilai profesional sebagai tenaga kerja yang berkualitas, baik bekerja pada pihak lain maupun sebagai pekerja mandiri. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 19 Mei 2009) :

“ ….PSG itu sama saja sekarang kita sebut dengan PKL atau Prakerin, yaitu siswa ditempatkan pada tempat yang yang sudah ada suatu kerja sama selama 4 bulan. Tahap pertama dikerjakan kelas XI saat semester genap, tahap berikutnya setelah kenaikan kelas atau awal semester gasal. Nah selama PSG ini mas….siswa dibiarkan saja itu tidak, tapi siswa selalu dimonitoring oleh pembimbing PSG. Ya seperti anda mas….minimal guru pembimbing melakukan penyerahan siswa pada pihak bengkel/perusahaan, pengontrolan dan pengambilan siswa untuk melaksanakan PBM. Dan perlu diketahui mas, bahwa Prakerin ini harus dikerjakan sebagai syarat peserta UAN. Tujuan PSG ini mas, agar siswa itu mengerti bahwa dalam kenyataan atau dunia kerja seeprti itu dan diharapkan siswa betul-betul bias berkompeten di bidangnya masing-masing”.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa dan tingkat keberhasilan dari siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Dalam implementai KTSP terdapat tiga aspek yang dinilai yaitu Pengetahuan (Kognitif), Sikap (Afektif) dan Ketrampilan (Psikomotorik). Ketiga aspek tersebut nilainya berdiri sendiri- sendiri, untuk aspek pengetahuan dan ketrampilan nilainya berupa angka sedangkan untuk aspek sikap berupa huruf.

Evaluasi dalam KTSP dilaksanakan setelah kompotensi itu selesai diajarkan kepada siswa, sehingga setiap guru berbeda waktu pelaksanaan evaluasinya. Guru-guru di SMK Murni 1 Surakarta sebagian besar sudah melaksanakan evaluasi belajar setiap akhir

kompetensi untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pencampaian kompetensinya. Hasil wawancara dengan Informan I (wawancara tanggal 16 Mei 2009) :

“ Masalah evaluasi mas,…sebanarnya perbedaan antara KBK dan KTSP sedikit, yaitu tentang nilai evaluasi. Kalau dalam KBK ketiga aspek yaitu pengetahuan, ketrampilan, dan sikap menjadi satu. Ya….ketiga aspek tadi dijumlah terus dirata-rata. Untuk KTSP ketiga aspek tersebut berdiri sendiri- sendiri. Nah evaluasi ini dilaksanakan setelah kompetensi sudah selesai, kalau saya melakukannya demikian, tapi guru-guru yang ada disini sebagian besar juga demikian.”

Hal tersebut juga dilengkapi oleh Informan II, dan III bahwa dalam evaluasi pembelajaran dilaksanakan sehabis materi atau setiap kompetensi dasar sudah selesai diberikan. Informan IV dan V juga menjelaskan bahwa pelajaran produktif yang ada prakteknya, setelah siswa melakukan pembelajaran praktek, juga akan diuji secara individu atau diadakan ujian praktek secara perorangan. Bagi siswa yang hasil evaluasinya belum mencapai standar, maka diadakan program tindak lanjut berupa program remidi. Apabila siswa tetap tidak bisa, maka nilainya apa adanya. Hasil akhir penilaian yang merupakan kegiatan untuk menilai keberhasilan pembelajaran yamg dilaksanakan oleh siswa, ditulis dalam sebuah buku yang sering disebut dengan raport sebagai bentuk laporan dari pihak sekolah kepada wali siswa mengenai prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Pelaksanaan kurikulum KTSP program Teknik Pemesinan dalam meningkatkan prestasi belajar di SMK Murni 1 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 dapat dilihat pada hasil rata-rata evaluasi siswa kelas X dan XI sebagai berikut :

No

Program Pendidikan Dan Pelatihan / Kompetensi

Semester Gasal Semester Genap Nilai Hasil Belajar Nilai Hasil Belajar Pngth Prktk Skp Pngth Prktk Skp A. 1. NORMATIF 1 P. Agama 7.06 - B 7.09 - B 2 Pkn 6.81 - C 6.89 - C 3 B. Indonesia 6.7 - C 7.02 - B 4 Penjaskes 7.22 7.36 B 7.56 7.56 B 5 Seni Budaya 7.05 - B 7.13 - B II. ADAPTIF 1 B. Inggris 6.26 - C 6.2 6.2 C 2 Matematika 6.52 - C 6.25 - C

3 IPA 6.67 - C 6.75 - C

Dokumen terkait