• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Operasional QEHS

Dalam dokumen BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-67)

4.1.5.6 Pengelolaan Quality, Environment, Health & Safety (QEHS)

4.1.5.6.2 Pelaksanaan Operasional QEHS

Pelaksanaan operasional QEHS adalah mengacu kepada objective dan target yang telah ditetapkan baik internal perusahaan maupun keterkaitan dengan pihak eksternal perusahaan.

4.1.5.6.2.1 Pengelolaan Limbah

Dalam melakukan proses produksinya seksi terkait harus mengacu kepada prinsip meminimalkan limbah yang dihasilkan. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus dicegah

memproteksi limbah harus tersedia pada proses tersebut. Secara umum limbah yang dihasilkan dari proses atau aktifitas lainnya harus dikendalikan dan tidak boleh dibuang langsung sebelum dikelola atau dinetralkan.

Mekanisme pengelolaan dan penanganan limbah disesuaikan dengan jenis, sifat dan karakteristik limbah tersebut yaitu limbah padat, cair, udara maupun sampah lingkungan (Lampiran 9). Penanganan khusus akan dilakukan terhadap limbah-limbah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Penanganan tersebut dikendalikan mulai dari limbah tersebut dihasilkan, aliran limbah sampai dengan limbah tersebut dikelola sebelum dibuang ke instansi terkait yaitu PPLI. Identifikasi khusus terhadap kemasan limbah B3 yang dihasilkan juga telah dilakukan sehingga tidak tercampur dengan jenis limbah yang lain.

Limbah B3 cair yang dihasilkan dari proses produksi khususnya yang mengandung chrome akan diolah oleh Waste Water Treatment

(WWT) sebelum dibuang ke luar lingkungan perusahaan (Gambar 4.3). Sedangkan jenis limbah oli akan dialirkan melalui oil trap (Gambar 4.4) yang sudah terpasang di berbagai lokasi. Sedangkan limbah lainnya dimasukkan ke dalam box limbah dan dikumpulkan di Pusat Daur Ulang (PDU) sebelum diserahkan ke pengumpul resmi.

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.3 Waste Water Treatment

Limbah padat yang mengandung B3 harus dipisahkan dari yang non-B3, akan tetapi untuk pengumpulan sementaranya di sentralisasi di PDU. Sebelum dikirm ke instansi resmi limbah padat B3 terlebih dahulu dilakukan pre-treatment sehingga volumenya menjadi berkurang atau kadar B3-nya turun.

Penanggulangan pencemaran udara dilakukan dengan menyediakan alat proteksi pencemaran udara pada mesin atau sumber pencemar yaitu berupa booth angin (Gambar 4.5),

dust collector atau scrubber (Gambar 4.6). Untuk

mengetahui kadar pencemaran dan nilai ambang batas udara maka secara periodik dilakukan pengukuran. Apabila ditemukan penyimpangan maka tindakan perbaikan dan pencegahannya harus segera dilakukan.

Sumber : PT. SIM

Pengelolaan sampah lingkungan yang non B3 penanganannya disesuaikan dengan jenis sampahnya, yang selanjutnya akan dikumpulkan oleh General Affair untuk disentralisasi di PDU (Gambar 4.7). Pembuangan sampah lingkungan non B3 dilakukan oleh pengumpul resmi yang telah terdaftar di pemerintah.

Sumber : PT. SIM

Gambar 4.7 Pusat Daur Ulang (PDU)

Berdasarkan bentuknya, limbah dapat digolongkan atas limbah padat dan cair. Kedua limbah tersebut, baik limbah padat maupun limbah cair akan dikategorikan menjadi 2 (dua), yakni

yang merupakan B3 dan non B3. Untuk data limbah-limbah yang ditampilkan berikut ini merupakan limbah padat B3 berasal dari sludge WWT, sedangkan kategori limbah padat non-B3 terdiri dari limbah domestik, gram Al, gram Fe dan debu dari proses Casting. Untuk kategori limbah cair B3 berasal dari Coolant, sedangkan asal limbah cair non-B3 dari limbah hasil produksi, WWT, toilet dan MCK.

Limbah padat selain yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya akan langsung ditempatkan di Pusat daur Ulang (PDU). Untuk lebih jelas mengenai alur limbah, dapat dilihat pada Matriks Limbah yang terdapat di Lampiran 9.

Tabel 4.8 Limbah Padat

Tahun

Nama Limbah padat

1999 2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Padat B3 528,400 37,750 45,300 52,850 64,000 kg Limbah Padat Proses - 170,579 316,383 452,046 533,070 kg

Tabel 4.9 Limbah Cair

Tahun

Nama Limbah Cair

2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Cair B3 154,400 260,000 2,840,000 2,960,000 liter Limbah Cair Proses - 57,290 93,699 138,886 m3

Sumber : QEHS Department

Dari Tabel 4.8 dan 4.9 diatas merupakan angka-angka total output limbah yang dihasilkan oleh PT. SIM. Bila data tersebut dibandingkan dengan kinerja produksi Tabel 4.2, akan dihasilkan output limbah per unit produk pada Tabel 4.10 dan 4.11 berikut ini.

Tabel 4.10 Limbah Padat (per unit produk)

Tahun Nama Limbah padat

1999 2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Padat B3 0.361 0.013 0.010 0.008 0.006 kg Limbah Padat Proses - 0.061 0.067 0.066 0.052 kg

Tabel 4.11 Limbah Cair (per unit Produksi)

Tahun Nama Limbah Cair

2000 2001 2002 2003 Satuan

Limbah Cair B3 0.055 0.055 0.412 0.286 liter Limbah Cair Proses - 0.031 0.024 0.020 m3

Dari visualisasi grafik dibawah ini, terlihat bahwa penurunan limbah walaupun terjadi pada limbah padat. Tentunya ini merupakan keuntungan yang diperoleh akibat penerapan program CRP yang terus menerus. Selain itu, adanya QCC juga cukup membantu dalam minimalisasi limbah padat ini. Tetapi output limbah cair yang dihasilkan ternyata kurang menggembirakan. Limbah cair B3 yang dihasilkan masih dapat dikategorikan cukup tinggi walaupun sudah sempat menurun dari tahun 2002. Upaya terus menerus untuk meminimalisasi limbah cair B3 ini harus terus dilakukan. Lain halnya dengan limbah cair non-B3, dari grafik menunjukkan trend yang menurun. Ini perlu terus dipertahankan.

Limbah Padat

(per unit produk)

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun kg

Grafik 4.7 Limbah padat

Limbah Cair

(per unit produk)

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 2000 2001 2002 2003 Tahun Limbah Cair B3 (liter) Limbah Cair (m3)

4.1.5.6.2.2 Kesiapsiagaan & Tanggap Darurat

Perusahaan idealnya membuat dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya kemungkinan kecelakaan dan situasi darurat serta tatacara mengatasi dan menanggulangi kondisi darurat tersebut. PT. SIM dalam hal ini ternyata telah memiliki struktur organisasi Penanggulangan Tanggap Darurat (Lampiran 11 dan 12) yang berguna saat terjadinya keadaan yang tidak diharapkan. Setiap karyawan telah mengerti dan memahami perannya masing-masing bila terjadi peristiwa emergency, hal ini penting sehingga kekacauan dapat diminimalisasi sehingga keadan dapat teratasi dengan baik. Prosedur tersebut di review dan disesuaikan dengan kondisi

actual di lapangan dan dilakukan minimal enam (6)

bulan sekali.

QEHS Department mengidentifikasi

situasi darurat dan menganalisa resiko yang mungkin timbul di seluruh area perusahaan yang

dalam bentuk mapping area darurat “peta daerah rawan” yang mencakup daerah rawan, peta evakuasi dan peta peralatan tanggap darurat.

Prosedur dan Instruksi kerja tersebut diuji coba dan dievaluasi keefektifannya. Sosialisasi prosedur dilakukan kepada seluruh karyawan. Prosedur kesiapsiagaan dan tanggap darurat diantaranya mencakup darurat kebakaran dini dan terkendali, darurat banjir, darurat huru-hara, darurat ledakan, dan darurat tumpahan bahan kimia.

4.1.5.6.2.3 Pengelolaan Aktifitas Pekerjaan

Khusus

Aktifitas yang dilakukan oleh masing-masing bagian ataupun oleh sub kontraktor yang berbahaya dan beresiko tinggi terhadap masalah mutu, lingkungan dan K3 baik bagi karyawan maupun perusahaan telah diatur dan dikendalikan pelaksanaannya.

Setiap departemen terkait yang bertanggung jawab terhadap pengerjaan tersebut baik dilakukan oleh internal seksi maupun oleh sub-kontraktor harus terlebih dahulu lapor ke QEHS Departemen. Setelah itu akan dikeluarkan surat ijin pengerjaan yang akan ditembuskan kepada departemen terkait termasuk security. Sebelum mengeluarkan surat ijin pengerjaan, QEHS Dept. bersama-sama dengan seksi pemohon akan memeriksa kondisi lapangan termasuk sarana yang digunakan sekaligus memberikan rekomendasi dan saran tentang aspek LK3-nya.

Untuk pengerjaan yang sangat berisiko tinggi, maka selama proses pengerjaannya akan diawasi oleh bagian keamanan. Sub-kontraktor atau bagian yang melakukan pengerjaan tersebut harus memperhatikan benar-benar masalah lingkungan dan K3 baik untuk pekerja maupun lingkungan sekitarnya.

4.1.5.6.2.4 Penanganan Insiden

Penanggulangan kecelakaan atau insiden yang terjadi di lingkungan perusahaan atau di luar lngkungan perusahaan yang menimpa karyawan PT. SIM harus segera ditanggulangi. Untuk kejadian kecelakaan dilingkungan perusahaan akan dilihat tingkat keparahannya sebelum dilakukan tindakan selanjutnya.

Frequency rate adalah tingkat kekerapan

kecelakaan per satu juta jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami cacat tetap / amputasi / meninggal).

Severity rate adalah tingkat keparahan

kecelakaan (dari jumlah hari hilang) per satu juta jam kerja (hari hilang >2x24 jam atau mengalami cacat tetap/amputasi/meninggal).

Perhitungan Critical Point K3 kategori Manufaktur (EHS Division, PT. Astra International Tbk) :

¾ Jumlah karyawan (A)

¾ Jumlah jam kerja dalam suatu periode (B) ¾ Jumlah kecelakaan yang menyebabkan > 2

hari kerja hilang (C)

¾ Jumlah hari hilang akibat kecelakaan yang mengakibatkan > 2 hari kerja hilang (D) Rumus :

Tabel 4.12 Accident Rate Standar Astra Green Company

Frequency rate Jumlah Karyawan Kategori (<100) (100-299) (300-499) (>500) Severity Rate EMAS FR<5 FR<1,5 FR<1 FR<1 SR<170 HIJAU 5[FR<10 1,5[FR<3,5 1[FR<2,5 1[FR<2 170[SR<375 BIRU 10[FR<15 3,5[FR<5,5 2,5[FR<3,5 2[FR<3 375[SR<750 MERAH 15[FR<20 5,5[FR<7 3,5[FR<4,5 3[FR<4 750[SR<1750 HITAM FR/20 FR/7 FR/4,5 FR/4 SR/1750 000 . 000 . 1 ) ( × × = B A C FR 000 . 000 . 1 ) ( × × = B A D SR

Tabel 4.13 Critical Point K3

Item 2000 2001 2002 2003 2004 *)

Jumlah Karyawan 1101 1431 1581 1952 2105

Jumlah kecelakaan 5 6 0 3 4

Jumlah hari hilang 38 42 0 17.5 19

Jam kerja total Karyawan 2959488 3846528 4249728 5246976 5658240

Frequency Rate 1.69 1.56 0.00 0.57 0.71

Severity Rate 12.84 10.92 0.00 3.34 3.36

Sumber : QEHS Department

Keterangan : *) Data Januari s/d Agustus

Critical Point K3 0 0.57 0.71 1.56 1.69 12.84 0 3.36 3.34 10.92 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2000 2001 2002 2003 2004 *) Tahun FR 0 2 4 6 8 10 12 14 SR Frequency Rate Severity Rate

Grafik 4.9 Critical Point K3

Dari data Tabel 4.13 di atas, kemudian divisualisasikan pada Grafik 4.9, peningkatan

frequency rate dan severity rate setelah pencapaian zero accident pada tahun 2002 kembali meningkat

walaupun masih dalam kategori emas. Perhatian khusus perlu diberikan pada semakin tingginya jumlah tenaga kerja khususnya level operator yang

ditugaskan pada jam lembur. Sejumlah karyawan yang terus menerus mengalami lembur menyebabkan operator merasa lelah (fatique) dan berimplikasi pada kelengahan pada unsur safety. Penekanan masalah Safety sejak awal mulai bekerja harus ditekankan benar-benar, setelah itu juga perlu dilakukan sanksi yang sangat serius bagi pelanggar terutama masalah pemakaian Self Protection

Equipment/Alat Pelindung Diri (Gambar 4.8).

Sumber : PT. SIM

Terjadinya kecelakaan tidak hanya merugikan si korban, namun juga dapat mempengaruhi keberlangsungan perusahaan yang mengakibatkan terjadinya kehilangan yang sangat besar meliputi waktu, produksi, penjualan, delivery

rate, biaya, image perusahaan, dan masih banyak

lagi.

Visualisasi untuk informasi K3 ditampilkan pada papan informasi K3 (Gambar 4.9) seperti misalnya kecelakaan yang terjadi yang tujuannya untuk menyadarkan karyawan agar berhati-hati dalam bekerja sehingga terhindar dari kecelakaan.

Sumber PT. SIM

Gambar 4.9 Papan Informasi K3

4.1.5.6.2.5 Review & Improvement

Process review pengelolaan QEHS

adalah mengacu kepada proses dan mekanisme

review Showa Manufacturing System secara

keseluruhan yaitu melalui saluran dan media yang sama. Akan tetapi review yang ditekankan disini adalah review yang benar-benar bersifat operasional dan implementasi di lapangan. Input

pengelolaan QEHS dilakukan minimal sebulan sekali. Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan sistem pengelolaan QLK3 yang efektif dan efisien. Sumber melakukan pengembangan adalah rekomendasi internal audit, pandangan pihak terkait internal dan eksternal serta tuntutan standar manajemen untuk perbaikan. Pengembangan harus benar-benar diarahkan kepada kesempurnaan dan efektifitas pengelolaan QEHS.

Dalam dokumen BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 48-67)

Dokumen terkait