• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Tinjauan tentang Pelaksanaan Pembelajaran Anak Berkebutuhan

5. Pelaksanaan Pembelajaran Anak Tunalaras

Pelaksanaan pembelajaran dalam seting kelas inklusif, dimana terdapat anak yang berkebutuhan khusus dan anak normal, maka kegiatan pembelajarannya harus menerapkan prinsip khusus sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Menurut

Garnida (2015: 122) pelaksanaan pembelajaran pada kelas inklusif bagi anak berkebutuhan khusus (termasuk anak tunalaras) antara lain.

a. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran 1) Menetapkan tujuan

Tujuan yang ingin dicapai merupakan tahap awal dalam merencanakan kegiatan pembelajaran.

2) Merencanakan Pengelolaan Kelas

a) Menentukan penataan ruang kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b) Menentukan cara pengorganisasian anak agar setiap anak dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Merencanakan Pengorganisasian Bahan a) Menetapkan bahan ajar yang akan diajarkan.

b) Menentukan bahan pengayaan serta bahan remidial untuk anak. 4) Merencanakan Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran

a) Merumuskan tujuan pembelajaran. b) Menentukan metode mengajar.

c) Menentukan urutan/langkah-langkah mengajar(kegiatan pembukaan, kegiatan inti, kegiatan penutup).

5) Merencanakan penggunaan sumber belajar

a) Menentukan sumber bahan pelajaran misalnya buku paket, buku pelengkap. b) Menentukan sumber belajar misalnya globe, foto, benda asli, dan lainnya. 6) Merencanakan Penilaian

b) Membuat alat penilaian dengan menuliskan soal-soal. c) Menentukan tindak lanjut.

b. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran 1) Berkomunikasi dengan Peserta Didik a) Melakukan apersepsi.

b) Menjelaskan tujuan mengajar.

c) Menjelaskan isi/materi pembelajaran.

d) Mengklarifikasi penjelasan apabila ada anak yang belum paham. e) Menanggapi respon atau pertanyaan anak.

f) Menutup pembelajaran.

2) Mengimplementasikan Metode, Sumber Belajar, dan Bahan Latihan a) Menggunakan metode mengajar yang bervariasi.

b) Menggunakan berbagai sumber belajar.

c) Memberikan tugas/latihan dengan memperhatikan perbedaan individual. d) Menggunakan ekspresi lisan atau penjelasan tertulis yang dapat

mempermudah siswa memahami materi. 3) Mendorong Anak untuk Aktif

a) Memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif ,isalnya dengan mengajukan pertanyaan, memberi tugas, atau berdiskusi.

b) Memberi penguatan kepada anak.

c) Memberikan pengayaan tugas tambahan serta pemberian latihan khusus atau remidi.

4) Mendemonstrasikan Penugasan Materi

a) Mendemonstrasikan penugasan secara meyakinkan dengan menggunakan media yang sesuai.

b) Menjelaskan hubungan materi dengan kehidupan.

5) Mengelola Waktu, Ruang, Bahan, dan Perlengkapan Pengajaran. a) Menggunakan waktu pembelajaran secara efektif.

b) Mengelola ruang kelas sesuai karakteristik anak dan tujuan pembelajaran. c) Menggunakan bahan pengajaran secara efisien.

d) Menggunakan perlengkapan pengajaran secara efektif dan efisien. 6) Mengelola Pembelajaran Kelompok yang Kooperatif

a) Pembelajaran langsung pada seluruh kelas. b) Pembelajaran individual.

c) Pembelajaran untuk kelompok kecil. d) Pembelajaran yang kooperatif. c. Melakukan Evaluasi

a) Melakukan penilaian selama proses kegiatan pembelajaran baik secara lisan, tertulis, maupun pengamatan.

b) Mengadakan tindak lanjut hasil penilaian.

Menurut Tarmansyah (2007: 189), beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (termasuk anak tunalaras) yaitu pengelolaan kegiatan kelas, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, serta evalusai dan tindak lanjut.

a. Pengelolaan kegiatan kelas

Kegiatan kelas yang diatur akan membuat anak didik belajar lebih baik teratur dan terjadwal dengan baik. Mujis & David (2008: 117) menyatakan bahwa pengelolaan kelas/manajemen kelas erat kaitannya dengan cara mengatasi perilaku buruk peserta didik. Guru merancang kegiatan dalam kelas sehingga anak bersama guru akan sama-sama mematuhi dan melaksanakan kegiatan yang dirancang dengan baik. Smith (2009: 161) menyatakan bahwa sesuatu yang penting dalam keberhasilan inklusi bagi anak penyandang hambatan emosi dan perilaku di kelas reguler adalah sikap guru. Hal yang perlu dilakukan guru kelas melalui pengelolaan kelas agar anak berkebutuhan khusus dapat berhasil di sekolah inklusif yaitu guru menggunakan waktu pembelajaran sesuai jadwal, guru bersikap tanggap dalam memberikan bantuan kepada anak, dan menggunakan sedikit waktu dalam melakukan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya.

Penggunaan waktu sesuai jadwal dalam proses pembelajaran bagi anak tunalaras dimulai ketika awal pembelajaran dan akhir pembelajaran. Cara guru memberikan tanggapan bagi anak tunalaras dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru menanyakan apakah tugas sudah dikerjakan atau belum atau anak tunalaras sudah bisa mengerjakan atau belum. Menurut Kemis & Rosnawati (2013: 92) bahwa guru bersikap tanggap dalam memberikan bantuan kepada siswa dapat dilakukan dengan cara guru duduk di dekat siswa dan menunjukkan kesiapannya dalam membantu siswa. Perpindahan aktifitas setelah pelajaran ke pelajaran lain dengan lancar akan membuat susana kelas tetap kondusif. Menurut

Mujis dan David (2008: 123) transisi atau peralihan perlu dilakukan secepat dan selancar mungkin, guru dapat menetapkan prosedur untuk peralihan pelajaran.

Mengelola kegiatan kelas menurut Tarmansyah (2007: 189) diantaranya mengatur tempat duduk dan membuat jadwal kelompok belajar. Menurut Evertson & Emmer (2011: 269), para siswa yang membutuhkan pengawasan yang lebih dekat atau lebih dari pada jumlah penjelasan yang biasanya sebaiknya didudukkan dibaris depan ruangan. Sedangkan menurut Depdiknas (Suharsimi, 2009: 151), pengaturan tempat duduk yang bervariasi seperti duduk berkelompok membentuk lingkaran atau duduk di bangku bersama-sama sehingga mereka dapat melihat satu sama lain.

Jadwal kelompok belajar juga merupakan salah satu kegiatan pengelolaan kelas dalam kelas inklusif. Pembagian kelompok belajar yang ideal akan membantu ABK dalam memahami materi dari teman sebaya. Kelompok yang ideal dimaksudkan bahwa dalam anggota kelompok terdapat anak yang memiliki kemampuan akademis yang baik, sedang, dan rendah. Adanya kelompok belajar juga akan melatih anak tunalaras dalam berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

b. Perencanaan Pembelajaran

Menurut Suryosubroto (2002: 27) pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Perencanaan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus termasuk anak tunalaras adalah dengan membuat Program Pembelajaran Individual (PPI). Menurut Parwoto (2007: 71) perencanaan pembelajaran

hendaknya memfokuskan secara langsung pada berbagai sasaran pembelajaran yang diperoleh dari Program Pengajaran Individual (PPI). Menurut Mumpuniarti (2007: 77) idealnya semua anak berkebutuhan khusus dilayani dengan Program Pendidikan Individual (PPI), karena pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan pendidikan yang berbeda secara individual. Secara garis besar PPI meliputi:

1) Deskripsi tingkat kemampuan anak 2) Tujuan umum dan tujuan khusus

3) Rincian layanan pendidikan khusus dan layanan yang terkait, termasuk seberapa besar anak dapat berperan serta dalam pendidikan di kelas biasa. 4) Tanggal dimulainya setiap program, termasuk perkiraan waktu selesai dan

evaluasinya.

5) Kriteria untuk menentukan ketercapaian tujuan.

Perencanaan pembelajaran bagi anak tunalaras dilakukan dengan membuat Program Pembelajaran Individual (PPI) yang disusun oleh guru kelas, guru bidang studi, psikolog atau psikiatris, orang tua, terapis dan pihak lain yang terkait dengan proses belajar-mengajar (Garnida, (2015: 111). Penyusunan PPI dilakukan diawal semester dan dievaluasi pada ssat program berakhir. PPI bersifat progresif dan fleksibel dengan memperhatikan penanganan yang paling sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak. Merencanakan kegiatan pembelajaran diantaranya yaitu.

1) Menetapkan tujuan.

Menurut Smart (Aziz, 2015: 132) guru harus merumuskan tujuan kegiatan pembelajaran secara matang agar anak mampu mengikuti kegiatan secara mendalam.

2) Merencanakan pengorganisasian bahan ajar: menetapkan pokok bahasan, menentukan bahan pengayaan serta bahan remidi.

3) Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran: merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode mengajar, menentukan media pembelajaran, menentukan urutan/langkah-langkah mengajar (kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup).

4) Merencanakan penggunaan sumber belajar: menentukan sumber bahan ajar, menentukan sumber belajar.

5) Merencanakan penilaian: menentukan bentuk penilaian, membuat alat penilaian, menentukan tindak lanjut.

c. Pelaksanaan Pembelajaran 1) Kegiatan awal

a) Melakukan apersepsi.

Triani & Amir (2013: 27-28), cara memulai pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus salah satunya selalu didahului dengan apersepsi atau mengkaitkan konsep yang sudah dipahami oleh anak sebelumnya.

b) Memberikan motivasi anak tunalaras.

Menurut Marno & Idrus (2010: 83), menimbulkan motivasi ketika pembelajaran berlangsung dapat dilakukan dengan cara bersemangat dan antusias yang tinggi, menimbulkan rasa ingin tau, mengemukakan ide yang bertentangan, serta memperhatikan dan memanfaatkan hal yang menjadi perhatian anak didik.

c) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada anak didik. 2) Kegiatan inti

a) Kegiatan pembelajaran.

b) Menggunakan metode pembelajaran yang efektif.

Sagala (2010: 201) menjelaskan bahwa hal yang penting dalam metode ialah bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.

c) Menggunakan media.

Pemilihan media pembelajaran yang tepat bagi anak tunalaras menurut Meimulyani & Caryoto (2013: 85) yaitu media yang digunakan untuk permainan misalnya ular tangga, puzzle, sedangkan media lain berupa dongeng.

d) Teknik mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan. 3) Kegiatan penutup

a) Menyimpulkan materi pembelajaran dengan anak tunalaras. b) Melakukan evaluasi.

c) Memberikan tindak lanjut kepada anak tunalaras (memberikan pekerjaan rumah, diminta belajar di rumah, diminta belajar kelompok, dan lainnya). d. Evaluasi dan Tindak Lanjut

1) Menganalisis evaluasi anak tunalaras.

2) Mengadakan tindak lanjut hasil evaluasi anak tunalaras dengan melakukan remidial ataupun pengayaan.

Marthan (2007: 104) menyatakan bahwa program perbaikan atau remidial dimaksudkan agar anak mencapai ketuntasan belajar atau menguasai 75% tujuan pembelajaran. Sependapat dengan itu, Aziz (2015: 131) menyatakan bahwa salah

satu strategi efektif yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran ABK salah satunya adalah program remidial.

3) Melaksanakan program bimbingan khusus kepada anak tunalaras atau pemberian jam tambahan.

Kustawan (2013: 151) menyatakan bahwa anak didik berkebutuhan khusus memerlukan tambahan waktu dalam mengerjakan ulangan, ujian, tes, dan tugas lain.

Anak tunalaras hakikatnya adalah anak yang memiliki hambatan perilaku sosial dan emosi. Dalam pelaksanaan pembelajaran terhadap anak tunalaras guru juga harus mampu melakukan pendekatan secara emosional kepada anak tunalaras. Hal ini dapat dilakukan guru dengan menciptakan interaksi antar pribadi diantaranya guru dapat memberikan penghargaan (reward), memberikan apresiasi berupa pujian, memberikan bimbingan khusus anak tunalaras, memberikan dorongan kepada anak untuk semangat belajar, serta membantu anak untuk berinteraksi dengan temannya atau guru. Hidayat dan Wawan (2013: 90), memberikan suatu pujian terhadap hasil karya anak juga akan membentu perasaan anak menjadi bahagia sehingga mengurangi beban anak.

Menurut Marthan (2007: 196-197) menyatakan bahwa kerjasama antara guru dan orang tua sangatlah dibutuhkan dalam memantau kemajuan anak berkebutuhan khusus. Hal ini didukung oleh Shepherd (2010: 202) yang menjelaskan bahwa guru haruslah melakukan interaksi dengan orang tua dengan melakukan hubungan antara guru dan orang tua. Maka dari itu selain melakukan pendekatan kepada anak tunalaras, guru juga harus melakukan pendekatan kepada

orang tua anak yang berkebutuhan. Orang tua dapat memantau perkembangan anak tunalaras dalam kegiatannya di rumah. Selain guru dan orang tua, sekolah juga harus melakukan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dalam menangani anak tunalaras.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran diatas, agar pelaksanaan pembelajaran anak tunalaras dapat dilaksanakan dengan baik, maka peneliti menyimpulkan pelaksanaan pembelajaran anak berkebutuhan khusus tunalaras sebagai berikut.

1. Pengelolaan kegiatan kelas

a. Pengaturan tempat duduk anak tunalaras.

b. Pembuatan jadwal kelompok belajar anak tunalaras. 2. Perencanaan Pembelajaran

a. Perumusan tujuan khusus bagi anak tunalaras. b. Merencanakan bahan ajar bagi anak tunalaras. c. Menentukan metode mengajar bagi anak tunalaras. d. Menentukan media pembelajaran bagi anak tunalaras. e. Merencanakan format penilaian bagi anak tunalaras. 3. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Kegiatan awal

1) Melakukan apersepsi.

2) Memberikan motivasi anak tunalaras.

3) Menyampaikan tujuan pembelajaran kepada anak didik. b. Kegiatan inti

1) Kegiatan pembelajaran bagi anak tunalaras. 2) Pembagian kelompok dalam pembelajaran. 3) Menggunakan metode pembelajaran yang efektif. 4) Menggunakan media bagi anak tunalaras.

5) Teknik mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan. c. Kegiatan penutup

1) Menyimpulkan materi pembelajaran dengan anak tunalaras. 2) Melakukan evaluasi/penilaian.

3) Memberikan tindak lanjut kepada anak tunalaras (memberikan pekerjaan rumah, diminta belajar di rumah, diminta belajar kelompok, dll).

4. Evaluasi dan Tindak Lanjut

a. Menganalisis evaluasi dan mengadakan tindak lanjut hasil evaluasi anak tunalaras dengan melakukan remidial ataupun pengayaan anak tunalaras. b. Melaksanakan program bimbingan khusus kepada anak tunalaras.

c. Interaksi antar pribadi dengan anak tunalaras.

Dokumen terkait