• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap kedua adalah pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran dalam membina karakter kebangsaan pada siswapsiswa SDN Bergas-kidul 03 Kec. Bergas Kab. Semarang tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada materi yang lain. Ada aturan khusus sebagai bentuk tata tertib yang harus dilalui oleh guru dalam proses pembelajaran. Salah satu tata tertib itu berupa “pembacaan doa”

sebelum memulai pembelajaran. Guru memulai pem-belajaran dengan serangkaian bacaan berdoa dan dilanjutkan dengan memberikan gambaran secara

garis besar terlebih dahulu agar siswa tahu ke mana arah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pelaksanaan pembelajaran diatur oleh guru secara sistematis. Guru mengalokasikan waktu untuk tahapan pelaksanaan pembelajaran dari awal hingga selesai. Pengaturan waktu pembelajaran ini mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya pada tahapan perencanaan. Pengaturan waktu tersebut meliputi alokasi waktu pembukaan, alokasi waktu penyampaian materi dan alokasi waktu evaluasi serta penutupan pembelajaran. Guru mengatur urutan pembelajaran ini dengan membatasi aturan waktu semisal pembukaaan selama kurun waktu 10 menit, materi 30 menit, dan penutup 5 menit.

Guru mengatur pelaksanaan pembelajaran seca-ra maksimal, baik pengatuseca-ran waktu, pengatuseca-ran tempat duduk, maupun persiapan media pembelajar-an. Hal ini menjadikan proses pelaksanaan pem-belajaran menarik bagi siswa. Siswa sangat memper-hatikan materi pelajaran Pembelajaran yang disampai-kan oleh guru dengan seksama. Siswa juga menghor-mati dan menghargai guru saat menyampaikan materi pelajaran. Guru juga mampu mengajak komunikasi pada siswa secara interaktif. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa ini menjadikan suasana pembelajaran menjadi kondusif. Banyak siswa yang aktif bertanya kepada guru, ada interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar. Siswa menanyakan materi

yang kurang dipahami dan guru memberikan penje-lasan kembali pada siswa. Tidak ada siswa yang mengantuk ataupun cerita sendiri, melainkan semua siswa memperhatikan pembelajaran.

Kondisi kelas sangat baik dengan berbagai fasilitas yang cukup lengkap sebagai penunjang pem-belajaran semisal LCD, komputer, papan tulis elektrik, dan AC. Kepala sekolah mengarahkan dan mengfasili-tasi setiap ada laporan kepadanya ketika ada berbagai permasalahan yang ada di kelas, baik siswa dan guru, maupun fasilitas penunjang pembelajaran lainnya, seperti LCD dan komputer.

Faktor pendukung dari SDN Bergaskidul 03 sudah ada sejak visi misi yang dibuat bersama-sama kepala sekolah dan guru, sehingga mau tidak mau siswa-siswi SDN Bergaskidul 03 Kec. Bergas Kab. Semarang dapat mewujudkan visi misi sekolah yang sudah ditetapkan.

Bentuk pendidikan karakter bangsa dalam pembelajaran tidak selamanya nampak secara tekstual dalam bab pembahasan pembelajaran. Secara tekstual pendidikan karakter kebangsaan terlihat dari kegiat-an-kegiatan penunjang pembelajaran, seperti upacara setiap hari Senin, upacara peringatan hari besar nasional, kegiatan kerja bakti, dan sebagainya. Namun, bentuk pendidikan karakter kebangsaan juga diselipkan pada setiap pembelajaran. Pendidikan karakter kebangsaan secara tekstual akan terlihat

pada kegiatan sekunder seperti upacara peringatan hari besar nasional, semangat kegiatan kerja bakti, semangat gotong-royong menjalin persatuan. Guru menyelipkan materi pendidikan karakter kebangsaan pada setiap pembelajaran, seperti sikap siswa untuk saling bekerjasama saat pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menunjukkan adanya pendidikan karakter dalam hal kerjasama, komunikasi antar siswa dan guru, dan pendidikan karakter mengenai hubungan dengan orang lain.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Berkowitz, Battistich, dan Bier (2008: 442) yang melaporkan bahwa materi pendidikan karakter sangat luas. Dari hasil penelitiannya dijelaskan bahwa, paling tidak ada 25 variabel yang dapat dipakai sebagai materi pendi-dikan karakter. Namun, dari 25 variabel tersebut yang paling umum dilaporkan dan secara signifikan hanya ada 10, yaitu:

(1) Perilaku seksual; (2) Pengetahuan tentang karakter (Character knowledge); (3) Pemahaman tentang moral sosial; (4) Ketrampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi emosional; (6) Hubungan dengan orang lain (Relationships); (7) Perasaan keterikan dengan sekolah (Attachment to school). (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomuni-kasi; (10) Sikap kepada guru (Attitudes toward

teachers).

Jika dibandingkan antara penelitian Berkowitz, Battistich, dan Bier dengan penelitian ini terdapat perbedaan, dimana penelitian ini lebih sempit karna fokus pada pendidikan karakter yang berorientasi

pada karakter kebangsaan, namun menyentuh hasil penelitian yang diteliti oleh Berkowitz, Battistich, dan Bier yang cakupannya lebih luas.

Guru sudah memiliki cukup pengalaman dalam pengelolaan pembelajaran sehingga tidak merasa ada kesulitan dalam pelaksanaannya. Efektifnya pelaksa-naan pembelajaran oleh guru karena mendapat dukungan dari sikap siswa yang cukup antusias dan semangat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu peralatan pembelajaran juga mendukung seperti alat peraga pembelajaran yang lengkap.

Guru menemui hambatan dalam keberlang-sungan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hambatan pelaksanaan pembelajaran tidak bersifat dominan karena hanya berupa teknis saja. Hambatan yang sering menjadi kendala pembelajaran ini berupa arus listrik yang padam tanpa adanya pemberitahuan terle-bih dahulu. Sementara belum tersedia mesin generator sebagai pengganti arus listrik saat padam. Padamnya listrik ini akan menghambat guru saat menggunakan LCD, demikian juga menjadikan ruangan menjadi gelap dan suhu panas karena AC juga tidak berfungsi. Meskipun demikian guru mengharapkan siswa men-sikapi secara bijak, karena hal itu adalah wewenang pihak PLN, dan guru pun tetap melanjutkan pelak-sanaan pembelajaran sebagaimana biasanya.

Guru mengelola pembelajaran secara interaktif. Pada pelaksanaan pembelajaran, siswa dituntun agar

aktif, kreatif dan memiliki motivasi dalam pembela-jaran. Pembelajaran dikelola secara tidak searah dan guru tidak sebagai pusat pembelajaran semata, melainkan ada interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Adanya komunikasi yang saling mendukung antara guru dan siswa.

Guru menggunakan media pembelajaran guna mendukung keberlansungan pelaksanaan pembelajar-an. Media yang digunakan cukup bervariatif dari yang sederhana hingga yang bernuansa elektronik. Seperti LCD, komputer, dan alat peraga pembelajaran.

Guru sebelum mengakhiri pembelajaran di kelas terlebih dahulu mengajak siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Guru selalu memberikan motivasi agar siswa lebih rajin dalam belajar. Terutama dalam pembentukan karakter kebangsaan dengan semangat persatuan dan nasio-nalisme yang tinggi.

4.3.3 Evaluasi yang Dilakukan oleh Guru dalam

Dokumen terkait