• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KELAS II A MEDAN

D. Pelaksanaan Pembinaan Narapidana

Berdasarkan pasal 1 angka 1 PP No. 31 tahun 1999, tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan serta pasal 1 angka 2 PP No. 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan disebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku,

53

profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik lembaga pemasyarakatan.

Pada umumnya pembinaan yang diberikan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan meliputi :54

1. Pembinaan pendidikan dan kepribadian/Intelektual

Usaha pembinaan ini dilakukan agar pengetahuan serta kemampuan berpikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menunjang kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan intelektual (kecerdasan) dapat dilakukan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Pendidikan formal adalah yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang telah ada dan ditetapkan oleh pemerintah agar dapat meningkatkan kualitas warga binaan Pemasyarakatan.

Pendidikan non formal diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan melalui kursus-kursus, latihan ketrampilan dan sebagainya.

Bentuk pendidikan non formal yang paling mudah ialah kegiatan-kegiatan ceramah umum, dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk memperoleh informasi dari luar, misalnya : membaca koran/majalah, menonton TV, mendegarkan radio dan sebagainya.

54

Soejono Soekanto, Perspektif Teoritis Studi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta : CV. Pers, 1984) hlm 18

2. Pembinaan jasmani dan rohani 55

Pembinaan jasmani yaitu dengan memberikan kegiatan yang dapat menyehatkan badan dari narapidana tersebut, seperti olah raga, volly, tennis meja, senam dan lain-lain. Yang mana kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat kesehatan jasmani yang bersangkutan.

Sedangkan pembinaan rohani berupa pembinaan yang dilakukan untuk pemenuhan rohani berupa pembinaan yang dilakukan untuk pemenuhan rohani berupa bimbingan agama sesuai dengan agama meraka masing-masing, bagi yang beragama Islam diberikan pelajaran agama Islam dan begitu juga dengan agama lainnya seperti Katolik, Kristen atau Hindu/Budha. Mereka mendapatkan siraman rohani untuk kepercayaan masing-masing tampak ada perkecualian. Dengan adanya siraman rohani ini maka mereka sadar betul akan kehadiran yang maha pencipta yang menciptakan alam semesta dan isinya.

Pembinaan rohani tentang bimbingan dan pendidikan agama yang umum di Lembaga Pemasyarakatan :

1. Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan berkewajiban untuk memelihara dan menjaga ketertiban dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama bagi narapidana.

55

Soejono Soekanto ; R.Otje Salman, Disiplin Hukum dan Disiplin Sosial (Jakarta : Rajawali Pers, 1987) hlm 30.

2. Setiap Petugas tidak diperkenankan untuk menghalang-halangi atau mencegah bagi narapidana untuk melakukan perintah-perintah Agamanya dan mengikuti bimbingan ataupun pendidikan Agama.

3. Setiap Petugas harus bersedia untuk menampung segala keluhan-keluhan ataupun pengaduan-pengaduan narapidana tentang pelaksanaan kewajiban menurut agamanya, dan dalam mengikuti bimbingan ataupun pendidikan Agama.

4. Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan tidak diperkenankan untuk mendorong ataupun mengasut atau membujuk seseorang narapidana untuk berpindah Agama.

5. Dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama, kepala lembaga Pemasyarakatan setempat dapat mengadakan kerjasama dengan Jawatan Agama setempat atau perseorangan.

6. Pelaksanaan kerja sama lebih lanjut akan ditetapkan dalam petunjuk-petunjuk pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama dibawah ini.

7. Tiap Narapidana diperbolehkan untuk membaca Kitab-kitab suci menurut kayakinan Agama masing-masing.

8. Penyebarluasan brosur-brosur yang menyangkut bimbingan dan pendidikan Agama kepada narapidana harus terlebih dahulu dengan sepengetahuan dan seizin Kepala Lembaga pemasyarakatan.56

56

9. Kegiatan penyuluhan rohani meliputi : a Penyuluhan / Pendidikan, b. Penyuluhan / pendidikan umum.

10. Kegiatan dan kunjungan yang dilakukan oleh Yayasan atau Lembaga Sosial sehubungan dengan kegiatn penyuluhan rohani harus mendapat ijin dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

11. Untuk keperluan penyuluhan / pendidikan agama atau penyuluhan / pendidikan umum, Kepala lembaga Pemasyarakatan dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah setempat.

12. Dalam pelaksanaan penyuluhan / pendidikan tersebut butir 11, tenaga penyuluh / pendidik harus mengisi buku absensi dan mencatat materi pokok yang akan diberikan dalam buku yang telah disediakan.

13. Pokok-pokok materi ceramah, penyuluhan dan pendidikan harus diketahui Kepala lembaga Pemasyarakatan dan kegaitannya tidak boleh menyinggung perasaan atau menimbulkan keresahan bagi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP).

14. Setiap kegiatan penyuluhan / pendidikan perlu diawasi agar tidak dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat menggangu keamanan dan ketertiban Lembaga pemasyarakatan maupun keamanan Negara.

15. Untuk kegiatan penyuluhan / pendidikan agama dan penyuluhan / pendidikan umum disediakan sarana dan ruangan yang diperlukan.

16. Apabila dipandang perlu, ikut sertanya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam berbagai kegaitan tersebut diatur dan agar diadakan konsultasi dengan pihak yang menahan.

17. Petugas Keamanan dan ketertiban berkewajiban membantu agar pelaksanaan pendidikan dan penyuluhan dapat berjalan secara terlatih dan lancar.57

Pembinaan Jasmani di Lembaga Pemasyarakatan :58

1. Untuk menjaga kondisi jasmani, kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) diberikan kegiatan olah raga, kesenian dan rekreasi di dalam Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan fasilitas yang tersedia, dengan tidak menutup kemungkinan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) membawa sendiri peralatan yang diperlukan sepanjang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban Lembaga Pemasyarakatan.

2. Senam pagi bagi narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang dipimpin oleh petugas Lembaga pemasyarakatan dilaksanakan sekurang- kurangnya dua kali seminggu.

3. Penyelenggaraan Olah Raga berupa Bola Volley, Bulu Tangkis, Tennis Meja, Sepak Bola, Catur dan lain-lain, dilakukan di dalam Lembaga dibawah pengawasan petugas

4. Kegiatan kesenian meliputi jenis-jenis kesenian yang sesuai dengan kebudayaan nasional

57

Ady Suyatno, Op.cit hlm 36-37

58

5. Rekreasi bagi narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di dalam Lembaga Pemasyarakatan berupaya untuk memberikan hiburan dengan cara; a. Menyelenggarakan kesenian yang dilakukan oleh narapidana dan Warga

Binaan Pemasyarakatan (WBP) atau yang didatangkan dari luar, terutama menjelang atau pada hari-hari besar nasional

b. Menyelenggarakan pemutaran film, video atau televisi.

6. Memberikan kesempatan kepada narapidana dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) untuk melakukan kegaitan sosial yang bersifat sukarela (misalnya ikut dalam kegiatan sosial donor darah)

Pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Medan yaitu :59

1. Pelaksanaan bimbingan dan pendidikan agama sehari-hari dilakukan oleh bagian bimbingan sosial pada Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan, dengan dibantu oleh petugas Keamanan.

Narapidana yang mengikuti bimbingan dan pendidikan Agama harus dicatat dalam Buku Register yang tersedia.

2. Setelah bimbingan dan pendidikan Agama selesai dilakukan, petugas keamanan harus segera meneliti dan memeriksa kembali nama dan jumlah Narapidana yang telah mengikuti bimbingan dan pendidikan.

3. Petugas Bagian Keamanan harus selalu menjaga agar pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama berlangsung secara tertib dan lancar.

59

4. Setiap kunjungan perseorangan maupun instansi ke Lembaga Pemasyarakatan dalam pelaksanaan bimbingan dan pendidikan Agama, harus dengan sepengetahuan Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang bersangkutan.

5. Perseorangan ataupun instansi yang bersangkutan harus mengisi Buku Tamu terlebih dahulu di Ruangan Jaga sebelum memperoleh izin dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan

6. Tiap narapidana diperbolehkan untuk membaca buku-buku yang tersedia di Perpustakaan Lembaga Pemasyarakatan.

7. Tiap-tiap buku yang dipinjam hanya dapat dibaca di ruangan yang telah disediakan untuk itu.

8. Waktu untuk mengikuti Pendidikan Umum adalah : tiap hari selama-lamanya 3 (tiga) jam.

9. Pembinaan keterampilan

Pembinaan ketrampilan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan60

a. Setiap narapidana, tanpa membedakan menurut lamanya pidana, usia dan status sosial harus memperoleh kesempatan atau mengikuti Pendidikan Ketrampilan di Lembaga Pemasyarakatan.

b. Kesempatan untuk mengikuti Pendidikan ketrampilan ini tidak dapat diberikan, apabila Narapidana tersebut sedang sakit, atau sedang menjalankan hukuman disiplin.

60

c. Kesempatan untuk mengikuti Pendidikan ketrampilan hanya dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan, kecuali bagi narapidana yang :

1) Sedang menjalani Lepas bersyarat 2) Sedang menjalani Assimilasi tahap ke III Dapat dilakukan diluar Lembaga Pemasyarakatan

d. Setiap 3 (tiga) bulan sekali, Kepala Bagian Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan membuat laporan tertulis kepada Kepala lembaga Pemasyarakatan setempat pada formulir yang tersedia.

e. Bagi Narapidana yang telah selesai mengikuti Pendidikan Ketrampilan ini harus diberikan Surat Keterangan pada formulir yang tersedia,

Pemberian Surat Keterangan dimaksud dilakukan apabila : 1) Narapidana yang bersangkutan memperoleh Lepas bersyarat 2) Narapidana yang sedang menjalani Assimilasi tahap ke III

3) Narapidana yang bersangkutan telah selesai menjalani pidananya (habis masa pidananya)

4) Pembinaan seni

5) Rekreasi, dan olah raga

Setiap narapidana wanita berhak mengikuti rekreasi yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan. Rekreasi ini dapat dilakukan di dalam maupun di luar

Lembaga Pemasyarakatan, rekreasi di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat berupa : olahraga, kesenian dan lain-lain.61

Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan berupa alat kesenian Nasyid, yang dapat dipergunakan oleh para anak didik. Dan dapat juga mendatangkan tim kesenian atau tim olahraga dari luar Lembaga Pemasyarakatan.

Petunjuk pelaksanaan rekreasi bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan62

a. Setiap narapidana, tanpa membedakan usia, status dan lamanya pidana, berhak memperoleh rekreasi, kecuali narapidana yang :

1) Sedang menjalani hukuman disiplin; 2) Sedang menjalani cuti;

3) Sedang sakit

b. Rekreasi di Lembaga Pemasyarakatan yang diperbolehkan adalah : 1) Kegiatan olahraga;

2) Kegiatan kesenian

c. Setiap Petugas Lembaga Pemasyarakatan, wajib memperhatikan dan mengawasi pelaksanaan rekreasi bagi narapidana, agar tidak menimbulkan kericuhan atau kegaduhan antar narapidana.

d. Pelaksanaan rekreasi dilakukan oleh Kepala Sub Bimpas Bagian Pendidikan e. Setiap 3 (tiga) bulan sekali, Kepala Seksi pembinaan menyampaikan laporan

tertulis pada formulir yang tersedia kepada kepala Lembaga Pemasyarakatan.

61

Ady Suyatno, Op.cit, hlm 8.

62

f. Untuk keperluan rekreasi ini kepala Lembaga Pemasyarakatan dengan sepengetahuan dan seizin Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia RI cq Kadiv pemasyarakatan setempat dapat mengundang atau mendatangkan team olah raga atau kesenian dari luar Lembaga Pemasyarakatan. 6. Latihan Kerja dan Produk

Setiap pekerjaan yang diberikan merupakan sarana pendidikan bagi narapidana wanita agar menjadi manusia yang terampil. Dan sekaligus merupakan bekal hidup bagi narapidana wanita itu apabila mereka bebas nanti.

Dan pekerjaan yang diberikan bermanfaat serta sesuai dengan bakat dan keahlian sebagai wanita.

Sebagaimana hasil wawancara dengan narasumber Ibu Martiningsih pada tanggal 27 Maret 2008, pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, antara narapidana biasa, narapidana anak dan narapidana residivis tidak ada perbedaan dalam memberikan pembinaan, hanya yang beda adalah cara pendekatannya, di mana terhadap narapidana residivis pendekatannya lebih ditekankan secara individual misalnya yang dilakukan oleh pembina (wali).63 Hal ini untuk menghindari adanya kesenjangan diantara para narapidana. Di samping itu juga karena kedudukan narapidana dalam hal mendapatkan remisi tidak dibedakan lagi, dimana narapidana residivis bisa memperoleh remisi (Dasar Kepres No. 174 tahun 1999, tentang remisi).

63

Hasil Wawancara dengan Kalapas Wanita Medan, Martiningsih, di ruang kerjanya pada tanggal 27 Maret 2008.

Berdasarkan sifatnya, bentuk pembinaan yang telah dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan, sebagaimana menurut keterangan narasumber, maka dapat dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Pembinaan Materiil, terdiri atas :

a. Pemberian keterampilan berupa pembuatan keset dari busa, pembuatan kristik, pembuatan dompet rajutan dan kue kering, merangkai bunga kering. b. Kegiatan-kegiatan olahraga, berupa senam, volly ball, bulu tangkis, tennis

meja.

2. Pembinaan non materiil, berupa pembinaan kepribadian seperti :

a. Pengajian rutin, kebaktian, dan kegiatan keagamaan yang disesuaikan dengan agama dan kepercayaan narapidana masing-masing.

b. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara (upacara bendera setiap hari senin).

c. Pendampingan narapidana oleh wali narapidana.

Selanjutnya penulis menanyakan tentang adakah upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan untuk meningkatkan pembinaan bagi narapidana. Menurut Ibu Martiningsih tanggal 27 Maret 2008 adapun upaya-upaya pembinaan narapidana yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan adalah sebagai berikut :64

64

Hasil Wawancara dengan Kalapas Wanita Medan, Martiningsih, di ruang kerjanya pada tanggal 27 Maret 2008.

a. Pembinaan kepribadian :

1) Pembinaan kesadaran beragama yang diwujudkan dalam bentuk pengajian rutin bagi narapidana yang beragama Islam, kebaktian bagi narapidana yang beragama kristen, dan bagi yang beragama lain disesuaikan dengan kepercayaannya masing-masing.

2) Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara : Dalam tahap pembinaan ini narapidana diberitahukan tentang apa-apa yang menjadi hak dan kewajibannya selama menjalankan pidananya di Lembaga Pemasyarakatan serta hak-hak dan kewajibannya setelah mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan kelak.

3) Pendampingan narapidana oleh wali narapidana : Dalam menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, seluruh narapidana memiliki wali, yang selanjutnya disebutkan wali narapidana. Wali narapidana ini adalah petugas Lembaga Pemasyarakatan sendiri. Seorang wali narapidana bertanggung jawab terhadap beberapa orang narapidana (tidak kurang sepuluh narapidana). Wali narapidana ini melakukan pembinaan secara berkelompok, adapun tugas wali narapidana masih menurut Ibu Martiningsih adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku narapidana sekaligus memberikan nasehat-nasehat atau memecahkan masalah-masalah yang dipertanyakan oleh narapidana yang berkaitan dengan problem narapidana itu sendiri.

b. Kegiatan olahraga

Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam pembentukan jiwa narapidana agar memiliki kesehatan dan jiwa yang sehat pula. Kegiatan olahraga ini meliputi senam, bola volly, bulu tangkis, tenis meja. Walaupun sederhana pelaksanaan olahraga ini telah disediakan sarana prasarananya di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan.

c. Kepramukaan dan Sekolah Umum

Bentuk dari kegiatan ini adalah mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan kependidikan, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan di tempat Kursus Pendidikan Sekolah Dasar (KPSD). Sebagai sarana penunjang disediakan pula perpustakaan yang dalam program ini Lembaga Pemasyarakatan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini penyediaan buku untuk perpustakaan. Sedangkan untuk pendidikan Pramuka di LP Wanita Medan belum terlaksana, namun masih dalam penjajakan.

Disamping itu tujuan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan adalah untuk melatih narapidana wanita menjadi disiplin dan dapat mewujudkan narapidana yang mandiri, hormat dengan sesama narapidana dan menghargai sesama.

Sedangkan pendidikan umum dimaksudkan untuk menambah intelektual, bebas dari kebodohan. Bentuk kegiatannya berupa paket A yaitu untuk memberantas buta huruf bagi narapidana wanita yang sebelumnya tidak bisa membaca menjadi bisa membaca dan juga menambah ilmu bagi narapidana

wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan yang dilaksanakan setiap hari jam 09.00 sampai 11.30 Wib.

Dan ini sangat berguna bagi narapidana wanita, karena setelah bebas mereka tidak buta huruf lagi dan dapat membaca surat dari keluarganya, dan ilmu pengetahuan yang lainnya semakin bertambah dan menguntungkan bagi narapidana wanita tersebut. Biasanya surat dari keluarga dibacakan oleh teman, sekarang mereka dapat membacanya sendiri, sehingga disinilah narapidana menimba ilmu pengetahuan yang semakin lama semakin berkembang untuk menuju apa yang dicita-citakannya dan diwujudkan sesuai dengan ketentuan- ketentuan yang diterapkan di Lembaga Pemasyarakatan tersebut.

d. Pendidikan Budi Pekerti

Dalam prakteknya, kegiatan ini hampir tidak kelihatan oleh mata, karena meliputi tingkah laku dan tanggung jawab narapidana. Dan untuk pelaksanaannya wali narapidana yang berhubungan langsung dengan kegiatan ini.

Dalam penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis di lembaga pemasyatakatan, yang berhubungan dengan pembinaan, pada dasarnya pembinaan yang dilakukan dapat penulis katakan cukup mendapat perhatian dari narapidana, adapun kegiatan pembinaan tersebut adalah :

1) Pembinaan kesadaran beragama :

Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan yang dilakukan narapidana yang hadir di acara yang diadakan tersebut sangat banyak, yang hadir adalah juga narapidana wanita yang hukuman lama. Disini terlihat jelas bahwa

kegiatan yang bersifat keharusan dan sadar terlaksana dengan baik. Menurut pengamatan penulis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, hal demikian terjadi karena adanya tindakan dari petugas, sehingga narapidana beranggapan bahwa kegiatan tersebut merupakan suatu keharusan bagi narapidana. Tapi juga menambah ilmu keagamaan mereka.

Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan dalam kesadaran beragama, narapidana Wanita Medan sangat antusias sekali, namun demikian pihak petugas serta jajarannya belum mengadakan kerja sama dengan Departemen Agama Kota Medan. Sehingga sampai saat ini belum terlihat adanya kesepakatan yang konkrit untuk mendirikan Majelis Taklim sebagai suatu sarana organisasi warga binaan yang anggotanya terdiri dari narapidana wanita yang beragama Islam, karena dengan cara demikian bagi warga binaan dapat ditingkatkan iman Islamnya. Narapidana ditingkatkan iman Islamnya mengerti tentang agama Islam, bisa membaca Al’quran.

Pembinaan kesadaran beragama juga diberikan oleh Yayasan Aisyah Kota Medan. Ini telah terlaksana sejak 1998, menurut Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan, Martiningsih. Kerjasama dalam memberikan kesadaran beragama terhadap narapidana wanita ini sangat berdampak positif terhadap perkembangan mental dari narapidana wanita selama berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan.

Di samping pembinaan yang dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan, dilakukan juga pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan. Kegiatan yang dilakukan

di luar Lembaga Pemasyarakatan adalah ikut berpartisipasinya narapidana dalam kegiatan-kegiatan di luar Lembaga Pemasyarakatan, seperti Cuti Menjelang Bebas (CMB), Cuti Mengunjungi Keluarga (CMK), serta Pembebasan Bersyarat (PB), dan kegiatan assimilasi lainnya yang berhubungan dengan olah raga.

Dalam pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wanita Medan ini tidak semua narapidana diikutsertakan, sebab yang dapat mengikuti atau memperoleh pembinaan ini adalah narapidana yang sudah menjalani setengah masa pidana dan dinyatakan layak, dalam pengertian narapidana memiliki perilaku yang baik serta bisa dipertanggungjawabkan.

Salah satu bentuk pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan adalah assimilasi. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh narapidana yang ingin mendapat assiminasi antara lain adalah :

a) Telah menjalani masa pidana dalam jangka waktu ½ dari masa pidana b) Berkelakuan baik, dan

c) Aktif melakukan kegiatan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan

Yang kemudian untuk jadwal ditentukan oleh pembina yang bersangkutan di Lembaga Pemasyarakatan.65

Yang kemudian penulis lebih lanjut mengadakan wawancara dengan salah seorang pejabat di Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara pada tanggal 31 Maret 2008 yang membidangi Pemasyarakatan yaitu Bapak

65

KadivPas Sugihartoyo berpendapat bahwa pelaksanaan sistem pembinaan bagi narapidana itu belum disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh butir-butir daripada UU No. 12 Tahun 1995. Hal ini karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan. Dan bukan hanya itu, bahwa disini juga petugas selaku pembina yang diharapkan dapat menyampaikan materi pembinaan masih sangat kurang memahami fungsi dan tanggung jawabnya sebagai petugas di Lembaga Pemasyarakatan. Bapak Sugihartoyo mengatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan sampai saat ini belum membuat koordinasi dengan pihak luar dalam hal penanggulangan pembinaan yang dibutuhkan narapidana. Dan juga sejauh itu bahwa Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah belum pernah memberikan perhatian dalam hal pembinaan bagi narapidana, untuk itu diharapkan pihak Lembaga Pemasyarakatan Wanita harus lebih kooperatif dalam hal membuat kerjasama agar pembinaan dapat tercapai. Yang dalam hal ini diharapkan dapat membuat kerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Dinas Sosial Sumatera Utara.

Pembinaan diluar Lembaga Pemasyarakatan ditujukan kepada narapidana wanita yang mendapat pidana bersyarat. Narapidana wanita yang mendapat pidana bersyarat apabila vonis telah mempunyai kekuatan hukum, dan narapidana telah menjalani hukuman 2/3 dari putusan hakim si terpidana dan dibimbing oleh Bapas (Balai Pemasyarakatan).

Balai pemasyarakatan berada di bawah Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Balai pemasyarakatan akan mencatat identitas dari narapidana wanita yang mendapat pidana bersyarat tersebut dan di daftarkan kedalam buku register pembinaan.

Balai pemasyarakatan akan memerintahkan PK (Pembimbing Kemasyarakatan) untuk melaksanakan pembinaan terhadap klien atau narapidana tersebut.

Dalam melaksanakan pembinaan, PK (Pembimbing Kemasyarakatan) akan mendapat Litmas (Penelitian Kemasyarakatan) terhadap narapidana tersebut.

Penelitian kemasyarakatan berisi tentang bagaimana asal-usul narapidana, bagaimana tanggapan keluarganya terhadap narapidana, bagaimana tanggapan masyarakat sekitar tempat dia melaksanakan tindak pidana dan tanggapan tentang tingkah lakunya, kenapa dia berbuat tindak pidana tersebut, apa pula tanggapan tokoh masyarakat yang berada di sekitar tempat tinggal narapidana bersyarat tersebut, semua akan dibuat menjadi suatu resume untuk langkah pembinaan apa yang cocok bagi narapidana wanita tersebut.

Jika Litmas (Penelitian Kemasyarakatan) yang bersangkutan sudah dibuat maka Balai Pemasyarakatan tersebut memerintahkan klien tersebut untuk melaporkan diri pada PK (Pembimbing Kemasyarakatan) akan melakukan kunjungan pembinaan kerumah atau tempat kerja klien ataupun ke sekolah-sekolah atau tempat-tempat lain yang mempunyai hubungan yang erat dengan perikehidupan klien yang bersangkutan, sepanjang tidak mengganggu klien yang bersangkutan.

Adapun pelaksanaan Bimbingan lanjutan sesuai ketentuan-ketentuan lainnya yaitu :

1. Adapun klien dari balai Bispa masih menjalani masa pengawasan dan bimbingannya, belum dapat diberi Bimbingan lanjutan oleh Dinas Sosial.

2. Bilamana Klien Balai Bispa, seperti Klien : Pidana bersyarat (Anak atau Dewasa), Lepas atau Lepas bersyarat (Anak atau Dewasa) anak yang oleh Hakim dikembalikan kepada orang tua/walinya, dan Klien Cuti menjelang lepas mutlak (Cuti pre-release treatment), sudah selesai menjelang masa bimbingannya, mereka dapat diberi Bimbingan lanjutan oleh Dinas Sosial.

3. Pemberian Bimbingan lanjutan dapat diberikan kepada Klien tersebut di atas, jika Klien yang bersangkutan telah menyatakan bersedia diberi Bimbingan lanjutan. 4. PK (Pembimbing Kemasyarakatan) menyerahkan daftar data calon Klien yang

bersedia diberi Bimbingan lanjutan kepada Dinas Sosial setempat, dilampiri data