• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media tanam yang digunakan untuk membuat persemaian dan di pottray adalah top soil: kompos blotong dengan perbandingan 1:1. Kemudian media dibersihkan dari kotoran seperti gulma, kayu serta dedaunan dan diayak hingga halus. Media tanam di pottray disterilisasikan dengan cara mencampurkan media tanam dengan fungisida Dithane 2%.

Persiapan Bedengan Persemaian

Bedengan untuk penelitian ini berukuran lebar 1 m dan panjang 20 m. Bedengan diisi dengan media untuk persemaian yang telah disiapkan setebal ± 7 cm.

Persiapan Bahan Tanaman

Penelitian ini menggunakan tebu varietas BZ 134 berumur 6, 7, 8 dan 9 bulan. Pengambilan mata tunas dilakukan dengan alat bor chisel mortisier dengan posisi mata tunas terletak di tengah- tengah dari panjang stek dan cincin ruas tidak semuanya ikut. Bibit yang diambil bagian atas batang tebu yang terdiri dari 4 mata tunas.

Treatment Bud Chips

Sebelum dilakukan penanaman bud chips dilakukan Treatment direndam dalam larutan fungisida nordox 2 g/l air selama 10 menit. Setelah 10 menit, bud chips yang direndam diambil dari dalam larutan fungisida dan ditiriskan. Kemudian direndam dengan BAP (6 benzyl amino purine) sesuai perlakuan selama 15 menit.

Penanaman Bibit Bud Chips di Lahan Semai

Bud chips yang telah selesai direndam dengan perlakuan zpt disemai di bedengan dengan posisi mata tunas di atas dengan jarak tanam 2 x 2 cm. Bud chips disemai di bedengan selama 14 hari.

Pemindahan Bud Chip ke dalam pottray

Bibit yang berumur ± 14 hari di dalam bedengan ditandai mulai keluar tunas 5 cm. Bud chips kemudian dipindahkan ke pottray yang memiliki 60 lubang tanam yang telah diisi dengan media top soil: kompos blotong 1:1. Pengisian media dilakukan sampai 3/4 dari volume pottray. Di bawah pottray diberi mulsa agar mengurangi pertumbuhan gulma.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Untuk menghindari bibit dari cekaman kekeringan maka dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila turun hujan maka tanaman tidak perlu disiram.

Penyiangan

Penyiangan dengan cara manual yaitu mencabut gulma di sekitar tanaman tebu dalam pottray yang ditumbuhi gulma.

Pemupukan

Pemupukan I dilakukan 5 hari setelah tanam di pottray dengan dosis pupuk urea, TSP dan KCl dengan dosis 2 g yang dilarutkan dalam 1 liter air. Masing- masing pupuk 2 g yang dilarutkan ke dalam 1 liter air diaplikasikan untuk 10 pottray sesuai dengan ketentuan kebun (PTPN 2), sehingga dosis untuk

1 pottray adalah 0,6 g/100 ml air. Pemupukan ke- II diberikan 30 hari setelah tanam di pottray dengan dosis dan aplikasi yang sama.

Pengamatan Parameter Persentase bibit tumbuh (%)

Pengamatan persentase bibit yang tumbuh diamati setiap hari sampai 14

HST, ditandai dengan mulai keluar tunas 5 cm atau daun tunas mulai membuka 1 – 2 helai. Bibit yang tumbuh dihitung dalam setiap bedengan, dengan rumus :

Bibit yang tumbuh

Bibit yang ditanam seluruhnya X 100%

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh terakhir. Tinggi tanaman diukur 2 MSPT – 10 MSPT dengan interval pengukuran 2 minggu sekali.

Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat bibit berumur 2 MSPT dengan interval 2 minggu sampai bibit berumur 10 MSPT. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.

Kehijauan daun (g/ml)

Pengukuran jumlah klorofil daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada umur 10 MSPT. Pengukuran jumlah klorofil daun dilakukan pada daun yang paling tengah dan diukur pada tiga titik yaitu ujung, tengah dan pangkal daun kemudian dirata - ratakan. Jumlah klorofil daun diukur dengan menggunakan Cholorophyl opti science.

Total luas daun (cm²)

Total luas daun dihitung dengan metode kertas timbang. Pengukuran ini dilakukan dengan menggambar daun pada kertas patron (kertas HVS yang sudah diketahui berat dan luasnya). Kemudian kertas digunting sesuai gambar dan ditimbang beratnya. Total luas daun dihitung menggunakan rumus:

Berat patron

Berat kertas HVS x Luas kertas HVS

Volume akar (ml)

Pengamatan volume akar dilakukan setelah tanaman berumur 10 MSPT. Volume akar dihitung dengan cara memotong bagian akar dari bibit bud chips tebu dan dibersihkan. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya. Maka, volume akar dapat diperoleh dengan rumus :

Volume akar = Volume Akhir – Volume Awal

Kadar air daun (%)

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang dinyatakan dalam persen (%). Pengamatan kadar air daun dilakukan pada saat tanaman berumur 10 MSPT. Perhitungan dilakukan dengan cara mengering ovenkan daun tanaman yang dijadikan sampel pada suhu 50 0C selama 48 jam, yang telah dihitung berat awal segarnya. Kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh berat akhir kering. Lalu dihitung berat sampel setelah dikeluarkan dari oven. Rumus mencari kadar air yaitu:

KA = Bobot awal segar – Bobot akhir kering

Rasio tajuk akar (g)

Pengamatan rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan akar yang dilakukan pada umur 10 MSPT. Akar dipisahkan dengan organ bagian atas tajuk. Bagian akar dan tajuk dimasukkan ke dalam amplop lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50 0C selama 48 jam, kemudian ditimbang berat kering tajuk, dan berat kering akar lalu dibandingkan. Nilai rasio tajuk akar dapat diperoleh dengan rumus :

Nilai Rasio Tajuk Akar = (Berat Kering Tajuk Tanaman) (Berat Kering Akar Tanaman)

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)

Laju pertumbuhan relatif diukur setiap 2 minggu sekali pada 2 MSPT hingga 10 MSPT dengan

rumus : In W2 - In W1 (g/g/hari) t2-t1

keterangan:

In W1= Bobot kering tanaman pada t1 In W2= Bobot kering tanaman pada t2 t1 = Waktu pengamatan pertama t2 = Waktu pengamatan kedua (Sitompul dan Guritno, 1995).

Laju asimilasi bersih (g/cm2/hari)

Laju asimilasi bersih diukur setiap 2 minggu sekali pada 2 MSPT hingga 10 MSPT dengan rumus:

In A2 - In A1 x W2-W1 t2-t1 A2-A1

Keterangan:

In A1 =Luas daun pada t1 In A2 = Luas daun pada t2 A1=Luas daun pada t1 A2= Luas daun pada t2

W1= Bobot kering tanaman pada t1 W2= Bobot kering tanaman pada t2 t1 = Waktu pengamatan pertama t2 = Waktu pengamatan kedua (Sitompul dan Guritno, 1995).

Dokumen terkait