• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu(Saccharum officinarum L.) Pada Berbagai Umur Bahan Tanaman dengan Pemberian BAP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu(Saccharum officinarum L.) Pada Berbagai Umur Bahan Tanaman dengan Pemberian BAP."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT

BUD CHIPS

TEBU (Saccharum officinarum

L. )

PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN

PEMBERIAN BAP

SKRIPSI

NITA JULIANA S.

100301195/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTUMBUHAN BIBIT

BUD CHIPS

TEBU (Saccharum officinarum

L.)

PADA BERBAGAI UMUR BAHAN TANAMAN DENGAN

PEMBERIAN BAP

SKRIPSI

NITA JULIANA S.

100301195/ BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Proposal :Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Berbagai Umur Bahan

Tanaman dengan Pemberian BAP. Nama :NITA JULIANA S.

Nim :100301195

Program Studi :Agroekoteknologi

Minat :Budidaya Tanaman dan Perkebunan

Disetujui Oleh:

(Ir. Meiriani, MP.) (Dr. Ir. Chairani Hanum, MP.)

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

Mengetahui

(4)

ABSTRAK

NITA JULIANA SILITONGA : Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu pada Berbagai Umur Bahan Tanaman dengan Pemberian BAP” dibimbing oleh MEIRIANI dan CHAIRANI HANUM.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit bud chips tebu pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP. Penelitian ini dilaksanakan di lahan PTPN II Tanjung jati, Kabupaten Langkat (±8 – 10 m dpl) pada Juni - September 2014, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) factorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi BAP dengan 4 taraf (0; 50; 100; dan 150 ppm) dan faktor kedua yaitu pada berbagai umur bahan tanaman bud chips dengan 4 taraf (6; 7; 8; dan 9 bulan). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak duncan (DMRT). Peubah amatan yaitu persentase bibit tumbuh ,tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, rasio tajuk akar, kadar air daun, volume akar, dan kehijauan daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan umur bud chips terbaik adalah 7 bulan pada jumlah daun 10 MSPT dan kehijauan daun. Pemberian BAP terbaik adalah 100 ppm pada kehijauan daun. Interaksi antar berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP terbaik pada kombinasi perlakuan umur bahan tanaman 7 bulan dan pemberian BAP 100 ppm.

(5)

ABSTRACT

NITA JULIANA SILITONGA: Seedling Growth of Sugarcane Bud Chips at Different Age Plant Materials by Giving BAP "supervised by MEIRIANI and CHAIRANI HANUM.

This research purposes to know seedlings growth of sugarcane bud chips (Saccharum officinarum L.) at different Age Plant Materials by Giving BAP. The research was carried out at PTPN II Tanjung Jati, Kabupaten Langkat (± 8-10 m dpl) on June - September 2014, using a factorial randomized block design (RAK) with two factors and three replication. The first factor BAP concentration with 4 levels (0; 50; 100; and 150 ppm) and the second factor is the various age of plant bud chips materials with 4 levels (6; 7; 8; and 9 months). Data were analyzed with ANNOVA and continued with Duncan Multiple RangeTest (DMRT). The Variables observation are percentage of germination, plant height, number of leaves, total leaf area, net assimilation rate, relative growth rate, the ratio of the root crown, the water content of leaf, root volume, and the green leaf.

The results of research determines that the growth of the bud chips best age is 7 months on the number of leaf 10 MSPT and greenish leaf. The best giving BAP is 100 ppm in the green leaf. Interaction between different age of plant material by the best giving BAP are the combination treatment of plant material 7 months of age and the provision of 100 ppm BAP.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada 29 Juli 1991 di Tarutung, anak keempat dari enam bersaudara dari ayahanda Maruhum Silitonga dan Ibunda Linda Lbn. Tobing.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain pada tahun 1997-2003 menempuh pendidikan dasar di SD Sw. HKBP 1 Sibolga; tahun 2003-2006 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Sibolga; tahun 2006-2009 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Sibolga; tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih program studi BPP (Budidaya Pertanian dan Perkebunan) Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan diantaranya anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen (UKM KMK) FP USU 2010/2014.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari proposal penelitian ini adalah”Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu (Saccharum officinarum L.) Pada Berbagai Umur Bahan

Tanaman dengan Pemberian BAP” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir.Meiriani, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Chairani Hanum,

MP. Selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu dan memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing skripsi dan pihak lain yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, April 2015

(8)

DAFTAR ISI

Penanaman bibit bud chips di lahan semai ... 15

Pemindahan bud chips ke dalam pottray ... 16

Pemeliharaan Penyiraman ... 16

(9)

Pemupukan ... 16

Pengamatan parameter Tinggi tanaman(cm) ... 17

Jumlah daun (helai) ... 17

Kehijauan daun (g/ml)... 17

Total luas daun (cm2) ... 18

Volume akar (ml) ... 18

Kadar air daun (%) ... 18

Rasio tajuk akar (g) ... 19

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) ... 19

Laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Grafik hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemberian BAP ... 24 2. Grafik hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 25 3. Grafik Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan

umur bahan tanaman pada berbagai pemebrian BAP pemberian BAP ... 29 4. Grafik Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Persentase perkecambahan (%) bud chips umur 7 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP ... 20 2. Tinggi bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 21 3. Jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 22 4. Volume akar bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 25 5. Rasio tajuk dan akar bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 26 6. Total luas daun (cm2) bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 27 7. Kehijauan daun (g/ml) bibit tebu umur 10 MSPT pada berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 27 8. Kadar air daun bibit tebu umur 10 MSPT pada berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 30 9. Laju pertumbuhan relatif bibit tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 31 10. Laju asimilasi bersih bibit tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Bagan plot penelitian... 40 2. Jadwal kegiatan percobaan ... 41

3. Deskripsi varietas tebu BZ 134 ... 42 4. Data tinggi tanaman (cm) 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 43 5. Sidik ragam data tinggi tanaman 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 43 6. Data tinggi tanaman (cm) 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 44 7. Sidik ragam data tinggi tanaman 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 44 8. Data tinggi tanaman (cm) 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 45 9. Sidik ragam data tinggi tanaman 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 45 10.Data tinggi tanaman (cm) 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 46 11.Sidik ragam data tinggi tanaman 8 MSPT karena perlakuan berbagai

umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 46 12.Data tinggi tanaman (cm) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 47 13.Sidik ragam data tinggi tanaman 10 MSPT karena perlakuan berbagai

umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 47 14.Data jumlah daun (helai) 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 48 15.Sidik ragam data jumlah daun 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 48 16.Data jumlah daun (helai) 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

(13)

17.Sidik ragam data jumlah daun 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 49 18.Data jumlah daun (helai) 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 50 19.Sidik ragam data jumlah daun 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 50 20.Data jumlah daun (helai) 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 51 21.Sidik ragam data jumlah daun 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 51 22.Data jumlah daun (helai) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 52

23.Sidik ragam data jumlah daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 52 24.Data volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 53 25.Sidik ragam data volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai

umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 53 26.Data transformasi (√x + 0.5) volume akar (ml) 10 MSPT karena

perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 54 27.Sidik ragam data transformasi volume akar (ml) 10 MSPT karena

perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 54 28.Data rasio tajuk akar (g) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ... 55 29.Sidik ragam data rasio tajuk akar (g) 10 MSPT karena perlakuan berbagai

umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...55 30.Data total luas daun (cm2) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur

bahan tanaman dengan pemberian BAP ...56 31.Sidik ragam data total luas daun (cm2) 10 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...56 32.Data kehijauan daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

(14)

33.Sidik ragam data kehijauan daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...57 34.Data kadar air daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan

tanaman dengan pemberian BAP ...58 35.Sidik ragam data kadar air daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai

umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...58 36.Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 2-4 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...59 37.Sidik ragam data laju pertumbuhan relatif 2-4 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...59 38.Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 2-4

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...61 41.Sidik ragam data laju pertumbuhan relatif 4-6 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ...61 42.Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 4-6

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 63 45.Sidik ragam data laju pertumbuhan relatif 6-8 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 63 46.Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 6-8

(15)

47.Sidik ragam data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 64 48.Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 8-10 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 65 49.Sidik ragam data laju pertumbuhan relatif 8-10 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 65 50.Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 8-10

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 67 53.Sidik ragam data laju asimilasi bersih 2-4 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 67 54.Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 2-4 MSPT

karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP .. 68 55.Sidik ragam data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

/hari) 2-4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 68 56. Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 69 57.Sidik ragam data laju asimilasi bersih 4-6 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 69 58.Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 4-6 MSPT

karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP .. 70 59.Sidik ragam data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 70 60.Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan

(16)

61.Sidik ragam data laju asimilasi bersih 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 71 62.Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP .. 72 63.Sidik ragam data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 72 64.Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 8-10 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 73 65.Sidik ragam data laju asimilasi bersih 8-10 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 73 66.Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

/hari) 8-10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP ... 74 67.Sidik ragam data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2

(17)

ABSTRAK

NITA JULIANA SILITONGA : Pertumbuhan Bibit Bud Chips Tebu pada Berbagai Umur Bahan Tanaman dengan Pemberian BAP” dibimbing oleh MEIRIANI dan CHAIRANI HANUM.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit bud chips tebu pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP. Penelitian ini dilaksanakan di lahan PTPN II Tanjung jati, Kabupaten Langkat (±8 – 10 m dpl) pada Juni - September 2014, menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) factorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu konsentrasi BAP dengan 4 taraf (0; 50; 100; dan 150 ppm) dan faktor kedua yaitu pada berbagai umur bahan tanaman bud chips dengan 4 taraf (6; 7; 8; dan 9 bulan). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak duncan (DMRT). Peubah amatan yaitu persentase bibit tumbuh ,tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan relatif, rasio tajuk akar, kadar air daun, volume akar, dan kehijauan daun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan umur bud chips terbaik adalah 7 bulan pada jumlah daun 10 MSPT dan kehijauan daun. Pemberian BAP terbaik adalah 100 ppm pada kehijauan daun. Interaksi antar berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP terbaik pada kombinasi perlakuan umur bahan tanaman 7 bulan dan pemberian BAP 100 ppm.

(18)

ABSTRACT

NITA JULIANA SILITONGA: Seedling Growth of Sugarcane Bud Chips at Different Age Plant Materials by Giving BAP "supervised by MEIRIANI and CHAIRANI HANUM.

This research purposes to know seedlings growth of sugarcane bud chips (Saccharum officinarum L.) at different Age Plant Materials by Giving BAP. The research was carried out at PTPN II Tanjung Jati, Kabupaten Langkat (± 8-10 m dpl) on June - September 2014, using a factorial randomized block design (RAK) with two factors and three replication. The first factor BAP concentration with 4 levels (0; 50; 100; and 150 ppm) and the second factor is the various age of plant bud chips materials with 4 levels (6; 7; 8; and 9 months). Data were analyzed with ANNOVA and continued with Duncan Multiple RangeTest (DMRT). The Variables observation are percentage of germination, plant height, number of leaves, total leaf area, net assimilation rate, relative growth rate, the ratio of the root crown, the water content of leaf, root volume, and the green leaf.

The results of research determines that the growth of the bud chips best age is 7 months on the number of leaf 10 MSPT and greenish leaf. The best giving BAP is 100 ppm in the green leaf. Interaction between different age of plant material by the best giving BAP are the combination treatment of plant material 7 months of age and the provision of 100 ppm BAP.

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tebu adalah tanaman penghasil gula yang menjadi salah satu sumber karbohidrat. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehingga terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. Hal tersebut terbukti pada tahun 2012 - 2013 produksi gula dalam negeri mengalami penurunan sebesar 40.696 ton. Data produksi gula 2013 hanya mencapai 2.550.991 ton dengan luas wilayah 469.227 Ha. Penyebab rendahnya produksi gula dalam negeri diantaranya penyiapan bibit dan kualitas bibit tebu (BPS, 2013).

Kebutuhan bibit selama satu tahun mencapai 256 milyar bibit pada luas lahan 469.227 ha. Pada kenyataannya jumlah tersebut belum dapat dipenuhi oleh produsen bibit unggul tebu dalam negeri. Persediaan bibit tebu dalam negeri mengalami produktivitas yang rendah. Rata-rata produktivitas tebu yang ditanam sekitar 76,5 ton/ha dengan rendemen gula sekitar 7%. Produktivitas dan rendemen ini masih dibawah potensi produktivitas dan rendemen yang ada, yaitu diatas 100

ton/ha untuk pertanaman tebu dengan rendemen gula diatas 10% (Indrawanto, et al., 2010).

(20)

Biasanya bahan tanaman untuk bud chips yang digunakan adalah berumur 6 bulan dengan pertimbangan pada umur tersebut jumlah mata tunas dianggap memadai dan daya tumbuhnya optimal karena masih muda/ meristematis sehingga masih aktif dalam pembentukan tunas. Tetapi kendala teknis di lapangan seperti lahan di lapangan belum siap, kurangnya tenaga kerja dan transportasi tidak memungkinkan untuk menanam bud chips berumur 6 bulan sehingga digunakan bibit bud chips berumur 7, 8 dan 9 bulan.

Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan

organ tanaman. Salah satu jenisnya adalah BAP (6 benzyl amino purine).

Sitokinin merupakan hormon tumbuhan turunan adenin. Dari hasil percobaan

terbukti bahwa 75% spesies tanaman membentuk tunas jika menggunakan ZPT

BAP (Oksana,et al., 2000). Sehingga pemberian ZPT BAP pada berbagai bibit

tebu metode bud chips dapat merangsang tunas dan memacu pembelahan sel untuk pertumbuhan bibit.

Hasil penelitian Jauhari (2008) menyatakan bahwa pada pembibitan jambu mete dengan pemberian BAP konsentrasi 100 ppm memberikan respons yang paling optimal terhadap tinggi tanaman, panjang daun, jumlah daun dan bobot tajuk serta bobot akar.

(21)

Dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pertumbuhan bibit bud chips tebu (Saccharum officinarum L.) pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP.

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bibit bud chips tebu (Saccharum officinarum L.) pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP.

Hipotesis penelitian

Terdapat perbedaan respons dari bibit bud chips tebu (Saccharum officinarum L.) dengan umur yang berbeda dengan perlakuan ZPT

BAP.

Kegunaan penelitian

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman tebu memiliki akar serabut, hal ini sebagai salah tanda bahwa tanaman ini termasuk dalam kelas monokotil. Tumbuhnya perakaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek disebut pula akar bibit yang masa hidupnya tidak lama dan tumbuh pada cincin akar dari stek batang. Sedangkan akar tunas merupakan akar pengganti akar bibit. Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus kebawah, ada yang mendatar dekat permukaan tanah (Indrawanto, et al., 2010).

Batang tebu memiliki ruas-ruas dari bagian pangkal sampai pertengahan, sedangkan bagian pucuk ruasnya pendek, warna batang hijau kekuningan dan kerap kali berlilin. Diameter batang antara 3 – 5 cm dengan tinggi batang antara 2 – 5 meter dan tidak bercabang (Andaka, 2011).

Tanaman ini memiliki daun yang tidak lengkap, karena terdiri dari helai daun dan pelepah daun saja. Kedudukan daun berpangkal pada buku, panjang daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, helai daun melengkung < ½ dan berbentuk garis, bertepi kasar, warna daun hijau tua dan sendi segitiga daun berwarna kekuningan. Panjang daun 1 – 2 meter, sedangkan lebar 4 – 7 cm, ujungnya meruncing, tepinya seperti gigi dan mengandung kersik yang tajam (Menteri Pertanian, 2007).

(23)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman tebu membutuhkan penyinaran 12 – 14 jam setiap harinya. Suhu ideal bagi tanaman tebu berkisar antara 24 ºC – 34 ºC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 10 ºC (Soejono, 2004).

Kecepatan angin sangat berperan dalam mengatur keseimbangan kelembaban udara dan kadar CO2 disekitar tajuk yang mempengaruhi proses fotosintesis. Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam di siang hari berdampak positif bagi pertumbuhan tebu, sedangkan angin dengan kecepatan melebihi 10 km/jam akan mengganggu pertumbuhan tanaman tebu bahkan tanaman tebu dapat patah dan roboh (Indrawanto, et al., 2010).

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan berkisar antara 1.000 – 1.300 mm per tahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per bulan) selama 5 – 6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan 125 mm dan 4 – 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan generatif dan pemasakan tebu (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013).

Tanah

(24)

>1200 m di atas permukaan laut pertumbuhan tanaman relatif lambat. Kondisi lahan terbaik untuk tebu adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2%

apabila tanahnya ringan dan sampai 5% apabila tanahnya lebih berat (Soejono, 2004).

Kemasaman tanah yang baik untuk tebu adalah 6 – 7,5 akan tetapi masih toleran pada kemasaman tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih rendah dari 4,5. Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas. Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar unsur Fe dan Al dapat dikurangi (Marliani, 2011).

Bibit tebu

Bibit pucuk diambil dari bagian pucuk tebu. Jumlah mata tunas yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air ((Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013).

Penanaman tebu pada lahan kering diperlukan bibit varietas tebu yang memiliki sifat-sifat, antara lain: tahan kekeringan, mudah berkecambah, bertunas

banyak, rendemen tinggi, mudah diklentek, dan tahan roboh (Indrawanto, et al., 2010).

Bud Chips

(25)

mata tunas, diperbanyak melalui pendederan, yang dipindahkan ke kebun dalam bentuk tunas tebu umur 2 bulan. Bud chips populer dalam 2 tahun terakhir ini karena keunggulannya bisa melipat gandakan bibit dalam jumlah banyak dan waktu relatif cepat. Metode pembibitan bud chips diadopsi dari proses pembibitan tebu di Columbia (Toharisman, 2013).

Bud Chips merupakan metode baru menanam tebu dengan menanam bibit

tebu satu mata tunas yang ditanam pada pottray selama 2,5 – 3 bulan (Rois, 2013).

Keunggulan bibit tebu bud chips adalah pada saat bud chips dipindahkan ke lapangan, tebu mampu membentuk anakan 10 – 20 anakan. Anakan tersebut akan tumbuh sempurna sampai panen 8 – 10 batang per rumpun, yang lebih menguntungkan bahwa bibit bud chips dalam pembentukan anakan serempak pada umur 1 – 3 bulan. Pertumbuhan tanaman tebu sejak awal tumbuh seragam menjadikan tingkat kemasakan tebu di lapangan sama dan mampu meningkatkan

rendemen dan produksi persatuan luas tanam (Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat, 2013).

ZPT BAP

(26)

akar selanjutnya diangkut oleh xylem menuju sel-sel target pada batang. Ahli biologi tumbuhan juga menemukan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga menunda penuaan daun, bunga dan buah dengan cara mengontrol dengan baik proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Penuaan pada daun melibatkan penguraian klorofil dan protein-protein, kemudian produk tersebut diangkut oleh floem ke jaringan meristem atau bagian lain dari tanaman yang membutuhkannya (Parnata, 2004).

Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain : a) Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.

b) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.

c) Mendorong pertumbuhan tunas samping, dominasi apikal dan perluasan daun. d) Menunda penuaan daun.

e) Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa istirahat biji (breaking dormancy) serta merangsang pertumbuhan embrio.

f) Pada beberapa spesies tumbuhan, peningkatan pembukaan stomata (Fahmi, 2013).

Pemberian BAP konsentrasi tinggi dapat menghambat perkembangan akar sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Sitokinin (BAP) dalam konsentrasi tinggi akan dapat menghambat inisiasi akar sehingga kemampuan tanaman dalam menyerap hara juga akan terbatas (Satria, 2004).

(27)

tempat yang diberi perlakuan dan mencegah terombaknya klorofil (Bandriyanti, et al., 2003).

Zat pengatur tumbuh mempunyai sifat merangsang, menghambat dan mengubah proses fisiologis dalam tanaman. Oleh sebab itu salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan penggunaan zat pengatur tumbuh bagi tanaman adalah konsentrasi pemberiannya. Apabila konsentrasi yang digunakan terlalu tinggi menyebabkan kematian bagi tanaman, sedangkan konsentrasi pemberian yang terlalu rendah menyebabkan menurunnya efek zat pengatur tumbuh tersebut (Fahruddin, 2011).

Sitokinin dapat menghambat dormansi apikal dan merangsang poliferasi tunas ketiak dan munculnya tunas baru, dengan penghambatan dormansi apikal maka pertumbuhan tanaman mengarah kepada pertumbuhan lateral sehingga akan mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman (Wattimena, 1998).

Sitokinin juga dapat merangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein, beberapa di antara protein ini dapat berperan sebagai enzim yang dibutuhkan untuk terjadinya mitosis (Lizawati, et al., 2009).

Agusta (1995) mengatakan bahwa sitokinin (BAP) berfungsi dalam merangsang pertumbuhan tunas, berpengaruh terhadap metabolisme sel dan merangsang sel. Selanjutnya pendapat ini didukung Wattimena (1988) yang menyatakan bahwa sitokinin berperan dalam merangsang pembelahan sel, mendorong pembentukan buah dan biji, mendorong inisiasi tunas lateral dan mengurangi dormansi apikal.

(28)
(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan PTPN II Tanjung Jati, Kecamatan Binjai Barat, Binjai dengan ketinggian tempat 50 – 60 meter di atas permukaan laut, pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) umur 6, 7, 8 dan 9 bulan, tanah topsoil, kompos

blotong, fungisida berbahan aktif nordox 2 g/l air, fungisida Dithane 2%, pupuk (urea, TSP, KCl) masing-masing 2 g/l air, ZPT BAP dan air.

Alat yang digunakan adalah hot water treatment (HWT), cangkul, gembor, pottray, plank penelitian, penggaris, gunting, spanduk, kalkulator, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu:

Faktor I: Konsentrasi ZPT Sitokinin BAP, yaitu: B0 = kontrol

(30)

Faktor II: Umur Bahan Tanaman, yaitu: U1 = 6 Bulan

U2 = 7 Bulan U3 = 8 Bulan U4 = 9 Bulan

Kombinasi perlakuan adalah 16 perlakuan, yaitu:

B0U1 B1U1 B2U1 B3U1

B0U2 B1U2 B2U2 B3U2

B0U3 B1U3 B2U3 B3U3

B0U4 B1U4 B2U4 B3U4 Jumlah ulangan : 3 Ulangan

Jumlah plot : 48 Plot

Jumlah tanaman/plot : 60 tanaman Jumlah tanaman sampel/plot : 6 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 2880 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 288 tanaman Jarak antar plot : 10 cm Jarak antar blok : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linier sebagai berikut: Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

(31)

Dimana;

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i, yang mendapat perlakuan efektif umur bibit pada taraf ke-j dan pengaruh konsentrasi sitokinin BAP pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah umum ρi = Efek blok ke-i

αj = Efek efektif umur bibit pada taraf ke-j

βk = Efek konsentrasi sitokinin BAP pada taraf ke-k

(αβ)jk = Efek interaksi umur bibit (U) pada taraf ke-j dan konsentrasi sitokinin

BAP pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada unit percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan umur

(32)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan untuk membuat persemaian dan di pottray adalah top soil: kompos blotong dengan perbandingan 1:1. Kemudian media dibersihkan dari kotoran seperti gulma, kayu serta dedaunan dan diayak hingga halus. Media tanam di pottray disterilisasikan dengan cara mencampurkan media tanam dengan fungisida Dithane 2%.

Persiapan Bedengan Persemaian

Bedengan untuk penelitian ini berukuran lebar 1 m dan panjang 20 m. Bedengan diisi dengan media untuk persemaian yang telah disiapkan setebal ± 7 cm.

Persiapan Bahan Tanaman

Penelitian ini menggunakan tebu varietas BZ 134 berumur 6, 7, 8 dan 9 bulan. Pengambilan mata tunas dilakukan dengan alat bor chisel mortisier dengan posisi mata tunas terletak di tengah- tengah dari panjang stek dan cincin ruas tidak semuanya ikut. Bibit yang diambil bagian atas batang tebu yang terdiri dari 4 mata tunas.

Treatment Bud Chips

Sebelum dilakukan penanaman bud chips dilakukan Treatment direndam dalam larutan fungisida nordox 2 g/l air selama 10 menit. Setelah 10 menit, bud chips yang direndam diambil dari dalam larutan fungisida dan ditiriskan.

(33)

Penanaman Bibit Bud Chips di Lahan Semai

Bud chips yang telah selesai direndam dengan perlakuan zpt disemai di bedengan dengan posisi mata tunas di atas dengan jarak tanam 2 x 2 cm. Bud chips disemai di bedengan selama 14 hari.

Pemindahan Bud Chip ke dalam pottray

Bibit yang berumur ± 14 hari di dalam bedengan ditandai mulai keluar tunas 5 cm. Bud chips kemudian dipindahkan ke pottray yang memiliki 60 lubang tanam yang telah diisi dengan media top soil: kompos blotong 1:1. Pengisian media dilakukan sampai 3/4 dari volume pottray. Di bawah pottray diberi mulsa agar mengurangi pertumbuhan gulma.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Untuk menghindari bibit dari cekaman kekeringan maka dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila turun hujan maka tanaman tidak perlu disiram.

Penyiangan

Penyiangan dengan cara manual yaitu mencabut gulma di sekitar tanaman tebu dalam pottray yang ditumbuhi gulma.

Pemupukan

(34)

1 pottray adalah 0,6 g/100 ml air. Pemupukan ke- II diberikan 30 hari setelah tanam di pottray dengan dosis dan aplikasi yang sama.

Pengamatan Parameter

Persentase bibit tumbuh (%)

Pengamatan persentase bibit yang tumbuh diamati setiap hari sampai 14

HST, ditandai dengan mulai keluar tunas 5 cm atau daun tunas mulai membuka 1 – 2 helai. Bibit yang tumbuh dihitung dalam setiap bedengan, dengan rumus :

Bibit yang tumbuh

Bibit yang ditanam seluruhnya X 100%

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh terakhir. Tinggi tanaman diukur 2 MSPT – 10 MSPT dengan interval pengukuran 2 minggu sekali.

Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada saat bibit berumur 2 MSPT dengan interval 2 minggu sampai bibit berumur 10 MSPT. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.

Kehijauan daun (g/ml)

(35)

Total luas daun (cm²)

Total luas daun dihitung dengan metode kertas timbang. Pengukuran ini dilakukan dengan menggambar daun pada kertas patron (kertas HVS yang sudah diketahui berat dan luasnya). Kemudian kertas digunting sesuai gambar dan ditimbang beratnya. Total luas daun dihitung menggunakan rumus:

Berat patron

Berat kertas HVS x Luas kertas HVS

Volume akar (ml)

Pengamatan volume akar dilakukan setelah tanaman berumur 10 MSPT. Volume akar dihitung dengan cara memotong bagian akar dari bibit bud chips tebu dan dibersihkan. Volume akar merupakan selisih dari volume air yang naik setelah akar dimasukkan ke gelas ukur dengan volume air sebelumnya. Maka, volume akar dapat diperoleh dengan rumus :

Volume akar = Volume Akhir – Volume Awal

Kadar air daun (%)

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan, yang

dinyatakan dalam persen (%). Pengamatan kadar air daun dilakukan pada saat tanaman berumur 10 MSPT. Perhitungan dilakukan dengan cara mengering ovenkan daun tanaman yang dijadikan sampel pada suhu 50 0C selama 48 jam, yang telah dihitung berat awal segarnya. Kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh berat akhir kering. Lalu dihitung berat sampel setelah dikeluarkan dari oven. Rumus mencari kadar air yaitu:

KA = Bobot awal segar – Bobot akhir kering

(36)

Rasio tajuk akar (g)

Pengamatan rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan akar yang dilakukan pada umur 10 MSPT. Akar dipisahkan dengan organ bagian atas tajuk. Bagian akar dan tajuk dimasukkan ke dalam amplop lalu dimasukkan ke dalam oven pada suhu 50 0C selama 48 jam, kemudian ditimbang berat kering tajuk, dan berat kering akar lalu dibandingkan. Nilai rasio tajuk akar dapat diperoleh dengan rumus :

Nilai Rasio Tajuk Akar = (Berat Kering Tajuk Tanaman) (Berat Kering Akar Tanaman)

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)

Laju pertumbuhan relatif diukur setiap 2 minggu sekali pada 2 MSPT hingga 10 MSPT dengan

rumus : In W2 - In W1 (g/g/hari) t2-t1

keterangan:

In W1= Bobot kering tanaman pada t1 In W2= Bobot kering tanaman pada t2 t1 = Waktu pengamatan pertama t2 = Waktu pengamatan kedua (Sitompul dan Guritno, 1995).

Laju asimilasi bersih (g/cm2/hari)

Laju asimilasi bersih diukur setiap 2 minggu sekali pada 2 MSPT hingga 10 MSPT dengan rumus:

(37)

Keterangan:

In A1 =Luas daun pada t1 In A2 = Luas daun pada t2 A1=Luas daun pada t1 A2= Luas daun pada t2

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan pada umur 7 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Persentase perkecambahan (%) bud chips umur 7 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP

Perlakuan Presentase

Persentase perkecambahan bud chips umur 7 HST menunjukkan bahwa pemberian BAP sampai 100 ppm (B2) pada umur tanaman 6 bulan (U1) dan 8 bulan (U3) meningkatkan persentase perkecambahan sedangkan pada umur tanaman 7 bulan dan 9 bulan persentase perkecambahan meningkat jika pemberian BAP 50 ppm (B1).

Tinggi Bibit (cm)

(39)

tanaman dan pemberian BAP serta interaksi antara umur bahan tanaman dengan pemberian BAP berngaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 2 – 10 MSPT.

Tinggi bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

(40)

ppm meningkatkan tinggi bibit, tetapi pemberian 150 ppm menurunkan kembali tinggi bibit.

Bibit tertinggi pada 2 – 6 MSPT diperoleh pada bahan tanam umur 6 bulan

sedangkan pada 8 – 10 MSPT diperoleh pada bahan tanam umur 7 bulan (Tabel 2).

Jumlah daun (helai)

Data pengamatan jumlah daun bibit tebu umur 2 – 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 14 – 23 yang menunjukkan perlakuan umur bahan tanaman dan pemberian BAP berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Interaksi antara berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP berpengaruh nyata pada 8 – 10 MSPT sedangkan pada 2 – 6 MSPT berpengaruh tidak nyata.

Jumlah daun bibit tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

(41)

sedangkan jumlah daun terendah diperoleh pada umur bahan tanaman 9 bulan (U4) dengan pemberian BAP yang sama.

Hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemberian BAP dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemberian BAP

(42)

hubungan yang berbentuk kuadratik negatif dan jumlah daun paling sedikit 7.16 diperoleh pada bahan tanaman 8 bulan.

Hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan pemberian BAP pada berbagai umur bahan tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Gambar 2 menunjukkan hubungan jumlah daun bibit tebu dengan pemberian BAP pada berbagai umur bahan tanaman. Pada umur bahan tanaman

U1 (6 bulan) dan U4 (9 bulan) berbentuk kuadratik positif. Pada perlakuan U1 (6 bulan) jumlah daun maksimum 7,38 diperoleh dengan pemberian BAP 87,5

(43)

ppm dan pada umur bahan tanaman U3 (8 bulan) dengan jumlah daun 7,18 dengan pemberian BAP 70 ppm.

Volume akar (ml)

Data pengamatan volume akar bibit tebu umur 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman.

Volume akar bibit tebu10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Volume akar bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 (6) U2 (7) U3 (8) U4 (9) berbeda tidak nyata dengan BAP lainnya (Tabel 4).

Rasio Tajuk Akar (g)

(44)

berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan akar bibit tebu.

Rasio tajuk dan akar (g) bibit tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rasio tajuk dan akar bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 (6) U2 (7) U3 (8) U4 (9)

Tabel 5 menunjukkan rasio tajuk akar terbesar diperoleh pada umur bahan tanaman 8 bulan (U3) yang berbeda tidak nyata dengan umur bahan tanaman lainnya.

Rasio akar terbesar terbesar diperoleh pada pemberian BAP 50 ppm (B1) yang berbeda tidak nyata dengan BAP lainnya (Tabel 5).

Total luas daun (cm2)

Data pengamatan total luas daun bibit tebu 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap total luas daun dan pemberian BAP serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.

(45)

Tabel 6. Total luas daun (cm2) bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 (6) U2 (7) U3 (8) U4 (9)

Tabel 6 menunjukkan total luas daun terbesar diperoleh pada umur bahan tanaman 6 bulan (U1) yang berbeda tidak nyata dengan umur bahan tanaman lainnya.

Total luas daun terbesar diperoleh tanpa pemberian BAP (B0) yaitu yang berbeda tidak nyata dengan BAP lainnya (Tabel 6).

Kehijauan daun (g/ml)

Data pengamatan kehijauan daun bibit tebu 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman, pemberian BAP serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kehijauan daun.

Kehijauan daun 10 MSPT bibit tebu pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kehijauan daun (g/ml) bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 (6) U2 (7) U3 (8) U4 (9)

(46)

Tabel 7 menunjukkan kehijauan daun tertinggi diperoleh pada umur bahan tanaman 7 bulan (U2) dengan pemberian BAP 100 ppm (B2) sedangkan kehijauan daun terendah diperoleh pada umur bahan tanaman 9 bulan (U4) dengan pemberian BAP 100 ppm (B2).

Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemberian BAP dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemebrian BAP pemberian BAP

(47)

pemberian BAP 150 ppm (B3) menunjukkan hubungan yang berbentuk linier negatif yakni peningkatan kehijauan daun pada berbagai umur bahan tanaman tidak sebanding dengan pemberian BAP hingga 150 ppm.

Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan

pemberian BAP pada berbagai umur bahan tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan kehijauan daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan pemberian BAP pada berbagai umur bahan tanaman

Gambar 4 menunjukkan hubungan kehijauan daun bibit tebu dengan pemberian BAP pada berbagai umur bahan tanaman. Pada umur bahan tanaman

U2 (7 bulan) dan U3 (8 bulan) berbentuk kuadratik positif. Pada perlakuan U2 (7 bulan) tinggi kehijauan daun maksimum 6,69 diperoleh dengan pemberian

(48)

dengan tinggi kehijauan daun 5,65 diperoleh dengan pemberian BAP 138,125 ppm dan pada umur bahan tanaman U4 (9 bulan) berbentuk linier negatif yakni peningkatan kehijauan daun pada berbagai umur bahan tanaman tidak sebanding dengan pemberian BAP hingga 150 ppm.

Kadar Air Daun (%)

Data pengamatan kadar air daun (%) daun bibit tebu 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman, pemberian BAP serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air daun.

Kadar air daun 10 MSPT bibit tebu pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kadar air daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 (6) U2 (7) U3 (8) U4 (9)

Tabel 8 menunjukkan kadar air daun terbesar diperoleh pada umur bahan tanaman 8 bulan (U3) yang berbeda tidak nyata dengan umur bahan tanaman lainnya.

(49)

Laju Pertumbuhan Relatif (g/g/hari)

Data pengamatan laju pertumbuhan relatif bibit tebu 2 – 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 39 – 51 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman, pemberian BAP, dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada semua umur tanaman.

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) bibit tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Laju pertumbuhan relatif bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

(50)

Tabel 9 menunjukkan pada 2 – 4 MSPT dan 8 – 10 MSPT laju pertumbuhan relatif tanaman meningkat bila pemberian BAP dinaikkan dari 0 hingga 50 ppm dan pada pemberian 100 ppm hingga 150 ppm laju pertumbuhan relatif tanaman lebih lambat dari pemberian BAP 50 ppm. Pada 4 – 6 MSPT peningkatan pemberian BAP hingga 150 ppm laju pertumbuhan relatif meningkat. Sedangkan pada 6 – 8 MSPT laju pertumbuhan relatif tanaman meningkat bila pemberian BAP dinaikkan hingga 100 ppm dan pada pemberian BAP 150 ppm laju pertumbuhan relatif tanaman menurun.

Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)

Data pengamatan laju asimilasi bersih bibit tebu 2 – 10 MSPT dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 52 – 63 yang menunjukkan perlakuan berbagai umur bahan tanaman, pemberian BAP, dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada semua umur tanaman.

Laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) bibit tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP dapat dilihat pada Tabel 10.

(51)

Tabel 10. Laju asimilasi bersih bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

BAP (ppm) Umur Bahan Tanaman (bulan) Rataan

U1 U2 U3 U4

Persentase perkecambahan tertinggi adalah pada kombinasi umur tanaman 6 bulan dengan pemberian BAP 100 ppm (B2U1) (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bud chips membutuhkan pemberian BAP hingga 100 ppm untuk meningkatkan

(52)

peningkatan laju sintesis protein, beberapa diantara protein ini dapat berperan sebagai enzim yang dibutuhkan untuk terjadinya mitosis.

Jumlah daun terbanyak pada 10 MSPT jumlah daun yang tertinggi terdapat pada kombinasi umur tanaman 7 bulan dengan pemberian BAP 100 ppm (B2U2) (Tabel 3). Hal ini diduga pada pemberian BAP 100 ppm mampu meningkatkan jumlah daun. Puspitasari (2008) menjelaskan bahwa zat pengatur tumbuh BAP dapat memacu terjadinya proses fotosintesis karena pengaruhnya dalam memacu peningkatan produksi klorofil. Dengan peningkatan produksi klorofil pada tanaman mengakibatkan proses fotosintesis juga meningkat sehingga akan terbentuk senyawa organik seperti karbohidrat untuk proses pembentukan daun.

Peningkatan pemberian BAP 100 ppm menjadi 150 ppm dapat meningkatkan tinggi bibit pada 6 – 10 MSPT tetapi menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda tidak nyata (Tabel 2). Lizawati et al. (2009) menjelaskan bahwa sitokinin menghambat dormansi apikal dan merangsang poliferasi tunas ketiak dan munculnya tunas baru, dengan penghambatan dormansi apikal maka pertumbuhan tanaman mengarah kepada pertumbuhan lateral sehingga akan mengurangi pertumbuhan tinggi tanaman.

(53)

Kehijauan daun tertinggi pada kombinasi umur tanaman 7 bulan (U1) dengan pemberian BAP 100 ppm (B2) (Tabel 7). Kombinasi umur bahan tanaman dengan pemberian BAP berbeda nyata terhadap kehijauan daun tanaman. Hal ini menunjukkan BAP dapat mencegah timbulnya daun yang menguning pada waktu daun menua. Bandriyati et al. (2003) menjelaskan bahwa tetapi penambahan BAP mampu meningkatkan jumlah tunas dan jumlah daun serta warna tunas yang semakin hijau.

(54)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jumlah daun 10 MSPT nyata lebih banyak pada umur bahan tanaman 7 bulan dengan pemberian BAP 100 ppm (B2U2), kehijauan daun 10 MSPT nyata lebih hijau pada umur bahan tanaman 7 bulan dengan pemberian BAP 100 ppm (B2U2). 2. Manfaat pemberian BAP 100 ppm meningkat pada umur bahan tanaman 7 bulan.

Saran

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Andaka, G. 2011. Hidrolisis Ampas Tebu Menjadi Furfural denganKatalisator Asam Fulfat. Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & teknologi AKPRIND. Yogyakarta. Hal. 180-188.

Arnita, R. 2007. Respon Tanaman Pule Pandak (Rauvolfia serpentine Benth.) Terhadap Pemberian Sitokinin dan Pupuk Organik. AKPRIND. Yogyakarta. Hal.6-8.

Agusta, Y. 1995. Pengujian beberapa konsentrasi Paclobutrazol dan BAP terhadap pertumbuhan dan hasil umbi mini kentang. Faperta Unand. Padang. Hal 48.

Badan Pusat Statistik, 2013. Produksi Tebu Nasional. http://www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 01 April 2014.

Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. 2013. Pembibitan Tebu. http://balittas.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 09 Mei 2014. Bandriyati, R. A., Praswanto, D. Purnomo, 2003. Pengaruh Konsentrasi IAA dan

BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kunir Putih

(Kaempferia rotunda L.) Secara In Vitro. UNS. Semarang. Hal. 49.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Pedoman Teknis Pengembangan Tebu. KementerianPertanian. Jakarta. Hal. 26.

Fahruddin, F. 2011. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian BAP (Benzyl Amino Purine) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao

(Theobroma cacao L.). AKPRIND. Yogyakarta. Hal 8.

Fahmi, Z.A. 2013. Kajian Pengaruh Pemberian Sitokinin Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya. Hal. 13.

(56)

Lizawati, T. Novita dan R. Purnamaningsih, 2009. Induksi dan Multiplikasi Tunas Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Secara In Vitro. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. Lukito, A. 2012. Fase Pertumbuhan Tebu. http://balittas.litbang.deptan.go.id.

Diakses pada tanggal 09 Mei 2014. Hal. 3.

Marliani, V. P. 2011. Analisis Kandungan Hara N dan P Serta Klorofil Tebu Transgenik IPB 1 yang Ditanam di Kebun Percobaan PG Djatiroto Jawa Timur. Skripsi. IPB. Bogor. Hal. 16.

Menteri Pertanian, 2007. Deskripsi Tebu varietas PSJI 941 (Asal Nama varietas 94-33). Pusat Penelitian Perkebunan gula Indonesia. Pasuruan. Hal.1-3. Oksana. 2000. Aplikasi Beberapa Konsentrasi ZPT Rootone F dan BAP pada

Setek Daun Jeruk J.C (Japanche citroen). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Hal. 3.

Pranata, A. S. 2004. Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh dalam Memacu Pertumbuhan Tanaman. http://balittas.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 09 Mei 2014.

Putri, A.D., Sudiarso, T. Islami, 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam Pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas tebu (Saccharum officinarum L.) Jurnal Produksi Tanaman. 1(1):16-23.

Puspitasari, A. C. 2008. Pengaruh komposisi media dan macam zat pengaturtumbuh terhadap pertumbuhan tanaman anthurium hookeri. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hal. 39 - 40.

Rois, M, K. 2013. Gemerincing Rupiah Laba Petani Tebu Bud Chip. PabrikGula (PG) Gempolkrep. Mojokerto. (Solanum tuberosum L.) dengan Pemberian berbagai Konsentrasi BAP

pada Media MS Melalui Kultur Jaringan. UNAND. Padang. XII(1):6-7. Soejono, A.T. 2004. Kajian Jarak Antar Baris tebu dan Jenis Tanaman Palawija

(57)

Toharisman, A. 2013. Bibit Tebu Kultur Jaringan. PusatPenelitian Perkebunan Gula Indonesia. Pasuruan.Hal.1.

(58)
(59)

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Percobaan

NO NAMA KEGIATAN Minggu Ke -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1.

Persiapan Media Tanam X

2. Persiapan Bedengan Persemaian X

3. Persiapan Bibit Bud chips X

4. Perlakuan Bibit Bud chips X

5. Persemaian Bibit X

6. Pengisian Pottray X

7. Pemindahan Bibit Bud chips ke dalam Pottray

X

(60)

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Tebu BZ 134

Silsilah : F 141 x CP 34 - 79

Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 3,96 m

Jumlah batang : ± 48. 986 batang / ha Berat per meter : ± 0,64 kg

Warna daun : hijau - kuning

Pembungaan : 78,2 %

Berat tebu : 761 kuintal/ ha

Rendemen : 11,90

(61)

Lampiran 4. Data tinggi tanaman (cm) 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3

Lampiran 5. Sidik ragam data tinggi tanaman 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(62)

Lampiran 6. Data tinggi tanaman (cm) 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 7. Sidik ragam data tinggi tanaman 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(63)

Lampiran 8. Data tinggi tanaman (cm) 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 9. Sidik ragam data tinggi tanaman 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(64)

Lampiran 10. Data tinggi tanaman (cm) 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 11. Sidik ragam data tinggi tanaman 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(65)

Lampiran 12. Data tinggi tanaman (cm) 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 13. Sidik ragam data tinggi tanaman 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

SK Db JK KT F Hit. F 0.05 Ket

(66)

Perlakuan Blok Total Rataan

Lampiran 15. Sidik ragam data jumlah daun 2 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(67)

Lampiran 16. Data jumlah daun (helai) 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 17. Sidik ragam data jumlah daun 4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(68)

Lampiran 18. Data jumlah daun (helai) 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 19. Sidik ragam data jumlah daun 6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(69)

Lampiran 20. Data jumlah daun (helai) 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 21. Sidik ragam data jumlah daun 8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(70)

Lampiran 22. Data jumlah daun (helai) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 23. Sidik ragam data jumlah daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(71)

Lampiran 24. Data volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 25. Sidik ragam data volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(72)

Lampiran 26. Data transformasi (√x + 0.5) volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 27. Sidik ragam data transformasi volume akar (ml) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(73)

Lampiran 28. Data rasio tajuk akar (g) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 29. Sidik ragam data rasio tajuk akar (g) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(74)

Lampiran 30. Data total luas daun (cm2) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 31. Sidik ragam data total luas daun (cm2) 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(75)

Lampiran 32. Data kehijauan daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(76)

Lampiran 34. Data kadar air daun 10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(77)

Lampiran 36. Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 2-4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(78)

Lampiran 38.Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 2 -4MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

(79)

Lampiran 40. Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(80)

Lampiran 42. Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

(81)

Lampiran 44. Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(82)

Lampiran 46. Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

(83)

Lampiran 48. Data laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 8-10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(84)

Lampiran 50. Data transformasi (√x + 0.5) laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) 8-10 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

(85)

Lampiran 52. Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 2-4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 53. Sidik ragam data laju asimilasi bersih 2-4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

(86)

Lampiran 54. Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 2-4 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3 Lampiran 55. Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan

berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

(87)

Lampiran 56. Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 4-6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

B0U1 0,7071 0,7072 0,7071 2,12142 0,70714

B0U2 0,7071 0,7071 0,7071 2,12144 0,70715

B0U3 0,7072 0,7071 0,7071 2,12146 0,70715

B0U4 0,7071 0,7071 0,7071 2,12141 0,70714

B1U1 0,7071 0,7072 0,7071 2,12143 0,70714

B1U2 0,7071 0,7071 0,7071 2,12141 0,70714

B1U3 0,7072 0,7072 0,7072 2,12150 0,70717

B1U4 0,7071 0,7071 0,7072 2,12143 0,70714

B2U1 0,7071 0,7072 0,7071 2,12150 0,70717

B2U2 0,7071 0,7072 0,7072 2,12150 0,70717

B2U3 0,7071 0,7071 0,7071 2,12139 0,70713

B2U4 0,7071 0,7072 0,7071 2,12144 0,70715

B3U1 0,7071 0,7072 0,7071 2,12141 0,70714

B3U2 0,7071 0,7071 0,7071 2,12141 0,70714

B3U3 0,7071 0,7072 0,7071 2,12143 0,70714

B3U4 0,7071 0,7071 0,7071 2,12145 0,70715

Total 11,31427 11,31455 11,31421 33,94303

(88)

Lampiran 57. Sidik ragam data laju asimilasi bersih 4-6 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

SK db JK KT F Hit. F

0.05 Ket

Blok 2 0,008138 0,004069 5,34 3,22 *

Perlakuan 15 0,012725 0,000848 1,11 1,99 tn

Pemberian BAP 3 0,001742 0,000581 0,76 2,92 tn

Linear 1 0,000007 0,000007 0,01 4,17 tn

Kuadratik 1 0,001408 0,001408 1,85 4,17 tn

Kubik 1 0,000327 0,000327 0,43 4,17 tn

Umur bahan

tanaman 3 0,000342 0,000114 0,15 2,92 tn

Linear 1 0,000027 0,000027 0,03 4,17 tn

Kuadratik 1 0,000208 0,000208 0,27 4,17 tn

Kubik 1 0,000107 0,000107 0,14 4,17 tn

Interaksi (B x U) 9 0,010642 0,001182 1,55 2,21 tn

Galat 30 0,022862 0,000762

Total 47 0,0004725

FK = 5,18837

KK = 1,08%

(89)

Lampiran 58. Data laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Lampiran 59. Data transformasi (√x + 0.5) laju asimilasi bersih (g/cm2/hari)) 6-8 MSPT karena perlakuan berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP

Perlakuan Blok Total Rataan

1 2 3

Total 11,31563 11,31545 11,31623 33,94730

Gambar

Tabel 1.Persentase perkecambahan (%) bud chips umur 7 HST pada berbagai umur bahan tanaman dan pemberian BAP
Tabel 2. Tinggi bibit bud chips tebu 2 – 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP
Tabel 3. Jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT pada berbagai umur bahan tanaman dengan pemberian BAP
Gambar 1.  Hubungan jumlah daun bibit bud chips tebu 10 MSPT dengan umur bahan tanaman pada berbagai pemberian BAP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah diberikan perlakuan atau pembelajaran IPA menggunakan strategi Problem Based Learning rata-rata nilai siswa naik menjadi 79,71 dengan standar deviasi sebesar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Pontianak pemahaman potensi diri fisik peserta didik mencapai persentase

Dengan laju migrasi yang diperkirakan rendah, maka dapat diharapkan bahwa populasi-populasi da- lam satu lokasi akan mempunyai kesamaan genetik yang relatif lebih tinggi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS NARASI BERDASARKAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS IMAJINATIF..

bagai contoh dapat dikemukakan, bahwa export price index*. Brasil niaalnya* dari tahun 1953 saapai 1963 ,

Penelitian ini berjudul Kesenian Simbok Susur di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Surakarta merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan pendekatan

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat menempuh gelar Sarjana Hukum

Alternating deadheading adalah alternatif penjadwalan keberangkatan bus yang memungkinkan perusahaan untuk tidak mengangkut penumpang dari terminal awal, tetapi