• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Data Kemampuan Penjumlahan Pengurangan Anak

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I, peneliti dan guru menyusun perencanaan untuk tahap pelaksanaan siklus II. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran sama seperti pada siklus I. Persiapan tersebut meliputi pembuatan RKH, menyiapkan LKA, menyiapkan instrumen penelitian, alat dokumentasi dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan yaitu permainan dakon.

Pada pelaksanaan siklus II ini hampir mirip dengan pelaksanaan siklus I. Namun, yang membedakan adalah tempat duduk mereka dipisah dan dibagi menjadi tiga kelompok supaya guru dan peneliti lebih mudah ketika mengobservasi dan bertanya kepada anak tentang penjumlahan dan pengurangan. Selain itu setiap pertemuan di siklus II dirancang berbeda. Pada pertemuan pertama, yang bertanya adalah guru, pertemuan kedua yang bertanya adalah teman lawan bermain, pertemuan ketiga yang menghitung adalah dirinya sendiri dan didampingi oleh guru. Pertemuan keempat adalah anak mengerjakan Lembar Kerja Anak (LKA) menggunakan media dakon untuk menghitung soal – soal yang ada pada LKA.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1

Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April 2015. Jumlah anak yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak, kebetulan tidak ada anak yang absen pada hari itu. Penilaian pertemuan pertama adalah lembar observasi. Berikut merupakan pemaparan penelitian tindakan kelas siklus II pertemuan pertama.

a. Kegiatan Awal (±30 Menit)

Bel berbunyi pukul 07.30, kemudian anak-anak masuk kelas duduk rapi. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai anak-anak bernyanyi tanganku ada dua dilanjutkan berdoa dan absensi dengan bernyanyi apa kabar. Kemudian anak diminta untuk keluar kelas menuju halaman, karena kegiatan pertama adalah melompati papan titian dengan tumpuan satu kaki, anak diminta antri dengan berbaris untuk menunggu giliran. Ketika sudah melompat selanjutnya masuk dalam kelas dan kembali duduk sambil menunggu teman lainnya. b. Kegiatan Inti (±60 Menit)

Kegiatan inti dimulai dengan guru memberikan penjelasan hari ini mereka akan bermain dakon kembali, kemudian guru menjelaskan tentang peraturan pada hari ini bahwa mereka bermain dakon berkelompok, satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok dan setiap kelompok akan dampingi dengan guru secara bergantian. Anak bermain dakon secara mandiri, guru hanya mendampingi dan bertanya ketika usai menjalankan permainan tentang hasil penjumlahan dan pengurangan yang anak lakukan. Misalkan guru bertanya “ berapa biji

yang ada dilumbung dua?”, anak menjawab “ada 5 bu guru”, selanjutnya guru “sekarang dilumbung dua ada berapa?”, anak menjawab “ada 3”, guru selanjutnya bertanya “jika seperti itu terus bagaimana?”, anak menjawab 5+3=8 bu guru”. Jadi guru tidak menanyakan secara detail tetapi hanya menjadi fasilitator saja. Untuk pengurangan, jika sudah selesai permainan pertama guru bertanya “berapa jumlah biji yang kamu dapatkan?”, anak menjawab “aku dapat 23 bu guru”, sekarang coba sawahnya diiisi dengan 6 biji selanjutnya gimana ya?”, kemudian anak melakukan perintah kemudian menjawab “bijiku sisa 17 bu jadi 23 diambil 6 masih 17”. Begitu seterusnya sama halnya yang dilakukan dikelompok yang lain dengan guru dan peneliti. Kegiatan sebelum istirahat dan mengulang tentang hasil biji yang anak-anak dapatkan ketika tadi bermain, guru bertanya “mas HL berapa tadi biji yang kamu dapat?”, HL menjawab “17 bu guru”, “sekarang RA berapa yang kamu dapatkan?”, “aku dapat 20 bu guru”, kata RA, “sekarang coba anak-anak bandingkan punya siapa yang lebih banyak, anak- anak ambil biji 17 dan 20 kemudian dilihat banyak yang mana?” perintah guru, ZE yang menjawab “banyak 20 bu YN”. Setiap anak yang bisa menjawab guru selalu memuji dengan anak pintar, anak hebat dan lain-lain. Begitu seterusnya sampai tiba waktu istirahat.

c. Kegiatan Akhir (±30 Menit)

Sebelum kegiatan akhir anak – anak bernyanyi aku anak indonesia, tugas selanjutnya adalah anak mengambil buku dilaci mereka masing-masing, dan mengerjakan LKA memberi tanda V untuk anak yang berperilaku sopan, dan

tanda X untuk anak yang berperilaku tidak sopan. Dilanjutkan untuk mewarnainya. Kemudian anak mengumpulkan ke meja guru bila sudah selesai dan mebereskan meja mereka masing-masing bersiap untuk pulang. Sebelum pulang berdoa yang dipimpin guru. Bagi yang berdoa sungguh-sungguh bisa pulang paling awal.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus II pertemuan 2

Pada pelaksanaan pertemuan kedua siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 23 April 2015. Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Hari itu tidak ada anak yang absen, semua anak mengikuti pembelajaran dari kegiatan awal sampai akhir. Penilaian pertemuan kedua adalah lembar observasi. Berikut gambaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas pertemuan kedua siklus II.

a. Kegiatan Awal (±30 Menit)

Bel berbunyi pukul 07.30, anak-anak masuk dan duduk pada tempat masing- masing. Dilanjutkan berdoa sebelum kegiatan dipimpin guru, setelah anak- anak bernyanyi pagi-pagi saya bangun, anak tk, dan diakhiri dengan tepuk fokus. Kegiatan awal adalah bercerita tentang kegiatan sebelum berangkat sekolah. Guru memberi contoh terlebih dahulu, “tadi pagi sebelum berangkat bu guru mengerjakan banyak hal anak-anak, bu guru bangun tidur, membersihkan rumah, memasak untuk sarapan suami dan anak- anak bu guru, kemudian mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah, nah sekarang coba anak- anak ceritakan kegiatan anak- anak sebelum ke sekolah”? beberapa anak tampak antusias untuk bercerita sampai-sampai belum dipersilahkan mereka

sudah bercerita secara bersamaan. Suasana kelas menjadi riuh, untuk menenangkan guru meminta anak untuk tepuk satu. Kemudian anak-anak diam kembali, mereka bergantian untuk bercerita tapi ada beberapa anak yang tidak mau bercerita.

b. Kegiatan Inti (±30 Menit)

Kegiatan inti dimulai dengan guru memberi penjelasan untuk kegiatan yang akan dilaksanakan. Bahwa hari ini mereka tetap masih bermain dakon dengan peraturan sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan adalah yang menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan adalah teman lawan saat bermain dakon, bukan guru lagi. Guru hanya mendampingi saat permainan, mengingatkan dan mengoreksi apabila ada yang salah saat permainan. Misal, pada kelompok anggur ada 3 kelompok yaitu AM dan AN, ZE dan MK, MM dan TA, yang mendampingi adalah bu YN, pada saat itu MM dan TA lupa untuk menanyakan hasil penjumlahan kemudian guru mengingatkan “hayo mbak MM apa ya yang lupa”?, kemudian sambil tersenyum kecil menjawab “iya lupa aku bu YN, MM langsung ingat dengan apa yang harus dia lakukan, selanujtnya “TA lumbung dua mu ada biji berapa tambahkan ya dengan biji yang ada dilumbung satu”, kemudian TA menjawab “Lumbung dua ku ada 10 lumbung satu ku ada 3, jadi semua bijiku ada 13”, setelah itu ke permainan selanjutnya hingga usai permainan. Guru EN dan peneliti yang dilakukan sama dengan apa yang dilakukan dengan guru YN. Hampir semua anak mulai paham dengan aturan yang harus mereka patuhi.

c. Kegiatan Akhir (±30 Menit)

Ketika istirahat selesai, anak masuk ke dalam kelas dan duduk dengan rapi. Untuk membuat anak-anak semangat guru meminta kepada anak bersama- sama tepuk badut, anak duduk kembali dan guru memberikan aba-aba untuk mengambil buku gambar, pensil dan krayon mereka. Selanjutnya tugas mereka adalah menggambar bebas dan mewarnainya sesuai kesukaan mereka. Setelah selesai anak mengumpulkannya ke meja guru dan membereskan meja mereka bersiap untuk pulang. Guru melakukan refleksi tentang kegiatan hari ini dilanjutkan berdoa, pulang.

3) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 3

Pelaksanaan pertemuan ketiga pada siklus II dilakukan pada hari Jumat, 24 April 2015. Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Semua anak hadir untuk mengikuti pembelajaran pada hari itu. Penilaian pertemuan ketiga adalah lembar observasi. Berikut penjabaran penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan ketiga.

a. Kegiatan Awal (±30 Menit)

Ketika bel berbunyi pukul 07.30 anak-anak masuk ke kelas kemudian berdoa dilanjutkan dengan absensi. Selanjutnya anak-anak keluar kelas untuk mengikuti kegiatan rutin senam irama ceria 2 bersama dengan warga sekolah lainnya. Setelah kegiatan senam selesai anak-anak kembali masuk kelas dan beristirahat sebentar, anak-anak diperbolehkan untuk minum.

b. Kegitan Inti(±60 Menit)

Kegiatan inti dimulai dengan anak bernyanyi tepuk jari. Kemudian guru menjelaskan kalau hari ini kegiatan mereka masih bermain dakon dengan peraturan yang sama dengan kemarin. Anak-anak mengambil peralatan dakon dan memulai permainan, guru dan peneliti mendampingi secara individual yaitu setiap satu kelompok atau dua anak yang bermain guru selalu mengawasi hingga permainan selesai, secara bergantian dalam satu kelompok tempat duduk. Pada pertemuan ketiga ini, guru dan peneliti sudah tidak menjumpai anak- anak yang lupa dengan apa yang harus dilakukan saat permainan. Hanya BR yang sering salah dalam menjawab, tetapi lawan bermain BR selalu mengingatkan dan membenarkan yang bernama TA. Karena anak- anak asik bermain sampai tidak terasa waktu istirahat tiba, anak- anak membereskan peralatan dakon dan meletakkan kembali pada tempat yang telah disediakan.

c. Kegiatan Akhir (±30 Menit)

Setelah kembali ke dalam kelas, dilanjutkan dengan bernyanyi pak tani punya kandang, saat anak-anak bernyanyi guru menyiapkan gambar-gambar yang ditempel dipapan tulis, kegiatannya adalah mencari gambar yang tidak ada dilangit, tugas anak adalah mengambil gambar yang tidak ada dilangit misal ada gambar jam, lampu, piring gelas, dan lain-lain. Anak maju sesuai urutan dan kembali duduk. Kemudian guru mencocokan secara bersama apakah gambar yang mereka ambil benar atau tidak. Sebagai contoh, RN mengambil gambar kipas guru menanyakan kepada anak-anak “benar tidak ya kalau kipas

itu tidak ada dilangit”?, serentak anak-anak menjawab “benar bu guru”. Hampir semua gambar yang diambil anak adalah benar. Selesai kegiatan tersebut guru meminta anak untuk bersiap berdoa sebelum pulang dilanjutkan pulang. Karena pada hari tersebut anak-anak gaduh dan semua menginginkan pulang yang pertama, akhirnya guru memberikan pertanyaan misalkan jika guru menulis “pintar” siapa yang bisa menjawab bagi kelompok tempat duduk mereka yang bisa menjawab dipersilahkan pulang terlebih dahulu. Kelompok tempat duduk yang bisa menjawab adalah ZE, AM, AN, MM, DT, RR. Selanjutnya semua dipersilahkan pulang.

4) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 4

Pelaksanaan pertemuan keempat pada siklus II dilakukan pada hari Sabtu, 25 April 2015. Jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran sebanyak 16 anak. Semua anak hadir untuk mengikuti pembelajaran pada hari itu, dan bahkan ketika pelaksanaan tindakan semua anak hadir dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian pada pertemuan keempat ini adalah portofolio atau LKA. Berikut penjabaran penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan keempat

a. Kegiatan Awal(±30 Menit)

Ketika bel berbunyi tepat pada pukul 07.30 anak-anak bergegas masuk kelas dan duduk rapi. Kemudian guru memimpin anak-anak untuk berdoa dilanjutkan salam dan absensi. Selesai absen guru mengajak anak-anak untuk keluar ruangan kelas dengan cara berjalan mundur secara berurutan membentuk kereta. Guru YM memberikan contoh berada dibarisan paling

depan, dan kembali ke kelas dengan berjalan menyamping dan kembali duduk pada tempat masing-masing.

b. Kegiatan Inti (±60 Menit)

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan kalau hari ini anak mengerjakan LKA sama dengan kegiatan yang lalu tentang penjumlahan dan pengurangan tetapi lebih ringkas dengan media dakon bagi siapa yang mengerjakan sampai selesai akan mendapatkan bingkisan dari peneliti. Sebelumnya guru memberikan contoh, bagaimana menghitungnya dengan media dakon tersebut guru mencontohkan soal pada pertama menunjukan bahwa dilumbung satu ada biji 3 ditambah lumbung dua ada 8 biji, selanjutnya guru mengambil biji 8 dan memasukan kelumbung dua, selanjutnya berjalan main dakon supaya lumbung satu ada 3 biji, selanjutnya mencampurkan dan menghitung total biji tersebut bahwa 3+8=11. Contoh untuk pengurangan pada soal nomor satu dilumbung dua ada 11 biji dan harus di ambil 2 untuk diisikan disawah, selanjutnya adalah menghitung sisa biji tersebut 11-2=9. Setiap anak memegang dakon sendiri, dan mengerjakan secara mandiri. Guru serta peneliti berbagi tugas untuk mengawasi setiap kelompok tempat duduk yang sudah dibagi tiga. Tugas guru mengobservasi dan mengoreksi ketika ada anak yang mungkin salah. Berdasarkan hasil observasi sebagian besar anak sudah paham dan bisa menggunakan dakon tersebut sebagai media menghitung dalam mengerjakan penjumlahan dan pengurangan. Jika sudah selesai mengerjakan anak membereskan peralatan dakon dan mengembalikan pada tempat sambil mengumpulkan LKA yang sudah mereka kerjakan dilanjutkan istirahat.

c. Kegiatan Akhir (±30 Menit)

Pada akhir kegiatan guru mengajak anak bernyanyi siang malam dilanjutkan bercakap-cakap tentang “Tito anak jujur”. Semua anak antusias mendengarkan cerita yang disampaikan guru. Setelah itu, guru menanyakan kembali mengenai bermain dakon yang telah dilakukan selama ini dan pada hari itu. Anak-anak bergantian menjawab kegiatan yang telah dilakukan. Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti mnegucapkan terima kasih karena anak-anak telah bersedia mengikuti pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan media dakon, karena anak- anak pintar dan belajar serius semua mendapat bingkisan. Pembelajaran hari itu diakhiri dengan menyanyi “tangan kananku ada dua” dilanjutkan berdoa, salam dan pulang. c. Tahap Pengamatan

Pada tahap pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan permainan dakon berlangsung dari kegiatan awal sampai akhir. Semua proses pembelajaran berlangsung dengan lancar sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, anak mulai paham dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon, terlihat lebih aktif dan giat saat mengikuti pembelajaran. Ketika itu anak sudah bisa bermain secara mandiri, anak-anak bisa bermain sesuai dengan aturan. Biasanya anak masih meniru temannya pada siklus II ini anak sudah bisa mengerjakan mandiri. Anak-anak sudah dapat berinisiatif sendiri dan sudah mengerti serta paham apa saja kegiatan yang akan dilakukan ketika dalam permainan.

Memasuki siklus II, anak sudah mampu menyelesaikan kegiatan tanpa bantuan dari guru maupun peneliti. Anak sudah bisa bermain dakon secara mandiri dan kapan saat menghitung penjumlahan dan kapan menghitung pengurangan. bahkan saat mengerjakan LKA anak-anak terlihat mandiri. Kemampuan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan anak pada siklus II sudah meningkat daripada siklus I yang masih perlu banyak bantuan dan arahan dari guru, namun anak-anak sudah dapat menikmati kegiatan yang diberikan guru. Berikut merupakan gambar pada pelaksanaan siklus II:

Gambar.8. pelaksanaan tindakan siklus II bermain berkelompok dengan pendampingan guru saat bermain dakon dengan penambahan lumbung

Gambar.9. Pelaksanaan tindakan siklus II ketika anak melakukan penjumlahan yaitu menghitung biji yang dipidahkan dari lumbung 1 ke 2

Gambar.10. Pelaksanaan tindakan siklus II ketika anak menghitung hasil biji yang diperoleh untuk penguranngan

Berdasarkan hasil observasi yang sudah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Tabel.5.rata-rata kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada siklus I dan siklus II.

Kemampuan Anak Siklus I Siklus II Peningkatan

Penjumlahan 84,69 94,22 9,53

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan kemampuan anak pada kemampuan penjumlahan dan pengurangan. Hasil skor rata-rata pada penjumlahan 94,22 (meningkat sebesar 9,53 dari skor sebelumnya 84,69). Sedangkan untuk pengurangan diperoleh skor sebesar 94,30 (meningkat sebesar 13,14 dari skor sebelumnya 81,16). Skor yang diperoleh tersebut anak menjadi lebih mandiri dan sudah banyak yang benar saat menyebutkan hasil penjumlahan pada lumbung satu dan lumbung dua. dalam mengurangkan biji yang diperoleh selama permainan untuk dimasukkan dalam sawah anak terlihat lebih mandiri dan sebagian besar sudah tepat dalam menjawab. Perolehan skor tersebut juga dipengaruhi oleh media dakon yang anak gunakan dalam menghitung dan menjadikan lebih mandiri dalam mengerjakan LKA. Skor yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, menurut peneliti hasil dari siklus II sudah sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan dengan permainan dakon di kelompok B.

Data-data yang telah diolah sudah sesuai target yang direncanakan, sehingga peneliti menghentikan penelitian pada siklus kedua. Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan dalam kemampuan anak tentang matematika penjumlahan dan pengurangan. Peningkatan terlihat dari meningkatnya jumlah anak dalam pencapaian indikator-indikator penilaian. Berikut merupakan tabel peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangan dari test pra tindakan, kegiatan siklus I, dan siklus II:

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pra Tindakan Siklus I Siklus II 50.79 84.69 94.22 38.28 81.16 94.53 Penjumlahan Pengurangan

Tabel.6.Rata-rata rekapitulasi kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan, siklus I dan siklus II

Kemampuan Anak Pelaksanaan

Pra Tindakan Siklus I Siklus II

Penjumlahan 50,79 84,69 94,22

Pengurangan 38,28 81,16 94,30

Apabila disajikan dalam bentuk diagram batang hasil ketercapaian kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan mulai dari pra tindakan, siklus I, dan hasil siklus II adalah sebagai berikut:

Gambar.11.Grafik rata-rata rekapitulasi kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa hasil penilaian observasi dan penilaian portofolio kemudian dirata-rata menghasilkan skor sebagai berikut kemampuan awal penjumlahan pada pra tindakan 50,79 meningkat menjadi 84,69 pada siklus I (terjadi peningkatan skor sebesar 33,90) kemudian skor menjadi 94,22 pada siklus II (terjadi peningkatan skor sebesar 9,53). Sedangkan kemampuan awal pengurangan pada pra tindakan 38,28

meningkat menjadi 81,16 pada siklus I (skor meningkat sebesar 42,88) kemudian skor menjadi 94,30 pada siklus II (skor meningkat sebesar 13,14).

Pada pembelajaran siklus I masih banyak anak yang belum tertarik, hal ini ditunjukan pada saat pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan permainan dakon. Hal ini dikarenakan pembelajaran dilakukan secara klasikal sehingga masih banyak anak yang belum aktif dalam pembelajaran dan masih banyak anak yang ikut-ikutan dalam menjawab pertanyaan sederhana yang diberikan guru terkait dengan penjumlahan dan pengurangan.

Pada pelaksanaan siklus II, hal-hal yang menjadi masalah pada siklus I dapat diatasi mengganti metode pembelajarannya dengan mengganti metode pembelajaran dengan pendampingan secara individu. LKA yang digunakan lebih sederhana dan penggunaan dakon sebagai media untuk menghitungnya dan memberikan bingkisan pada akhir pembelajaran. Bingkisan tersebut diberikan kepada semua anak sebagai penghargaan karena mereka telah selesai mengikuti pembelajaran penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon.

Berdasarkan skor yang telah didapatkan dan telah dibandingkan maka dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan 1 sampai dengan 20. Jumlah skor dari kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

d. Tahap Refleksi Akhir Siklus II

Pada tahap refleksi dilakukan oleh peneliti bersama guru setelah siklus II selesai dilaksanakan. Refleksi akhir membahas mengenai proses pembelajaran di kelas saat melaksanakan tindakan. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II anak-anak terlihat lebih aktif, antuasias dan tanpa bantuan dari guru ataupun peneliti, dalam mengerjakan LKA mereka bekerja secara mandiri dengan media dakon tersebut. Dikarenakan pada siklus II anak-anak lebih mandiri dalam pembelajaran serta saat mengerjakan LKA tentang penjumlahan pengurangan dengan benar, dan mereka bermain dengan sportif maka semua anak mendapatkan bingkisan.

Setelah dilaksanakan siklus II dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan. Pada indikator yaitu penjumlahan dan pengurangan meningkat, terlihat ketika mereka bermain dakon dan pada saat penilaian portofolio berupa LKA. Peningkatan yang dilihat pada siklus II pertanyaan yang diulang – ulang dan konsep yang ditanamkan di awal melalui bermain membuat anak lebih bisa memahami selain itu media untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan menggunakan biji dakon sebagai medianya. Anak lebih mudah dan paham dengan apa yang mereka pelajari. Karena pada permainan dakon ini ada benda kongkret yaitu biji yang bisa anak gunakan untuk menghitung dilaksanakan dengan bermain.

Berdasarkan skor yang telah didapatkan dan telah dibandingkan maka dapat diketahui adanya peningkatan kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan 1 sampai dengan 20. Jumlah skor dari kemampuan anak dalam

penjumlahan dan pengurangan ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan. Berdasarkan hasil tersebut maka penelitian ini dihentikan pada siklus II.

Dokumen terkait