• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Deskripsi Data Kemampuan Penjumlahan Pengurangan Anak

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelompok B TK Pamardi Siwi Muja-Muju. Kegiatan Penelitian tindakan kelas melalui permainan dakon dilakukan dalam dua siklus yang terdiri dari empat pertemuan. Pada awal penelitian sebelum memasuki siklus I, peneliti melakukan kegiatan pratindakan dengan mengerjakan LKA untuk memperkuat data observasi atau pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak diperoleh data-data untuk dianalisis sehingga dapat diketahui indikator kemampuan penjumlahan dan pengurangan 1-20 anak kelompok B TK Pamardi Siwi Muja- Muju belum berkembang dengan optimal. Hal tersebut terlihat ketika ditemukan masalah oleh peneliti pada saat melakukan observasi, yaitu anak kesulitan ketika mengerjakan LKA tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan 1-20 dikarenakan LKA yang digunakan tidak menggunakan gambar-gambar dan tidak adanya media yang bisa di gunakan dalam berhitung. Penggunaan jari saat menghitung tidak efektif karena jika hasil atau angka yang dikurangkan lebih dari sepuluh maka anak akan kesulitan.

Berdasar beberapa observasi yang telah dilakukan dan data yang diperoleh ketika pretest (pra tindakan), peneliti bermaksud akan meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan (+) dan pengurangan (-) menggunakan permainan

dakon. Ada beberapa aspek/indikator yang akan dikembangkan meliputi kemampuan pemahaman penjumlahan dan kemampuan pemahaman penjumlahan. Beberapa aspek tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan perkembangan kognitif khususnya matematika anak.

Pada awal siklus pertama anak masih terlihat bingung dengan cara bermain dakon. Masih banyak yang salah dalam bermain ketika memulai permainan, bahkan sering meminta bantuan guru dan peneliti saat pertemuan pertama. Saat bermain dengan teman anak terlihat canggung, dan ragu-ragu. Bahkan ketika guru meminta anak untuk menjumlahkan lumbung satu dan lumbung dua sebagian besar anak bingung dengan apa yang harus dilakukan, dalam menghitung hasilnya pun masih ada yang salah, akan tetapi kesalahan tersebut selalu guru koreksi sehingga anak bisa lanjut dalam bermain.

Hal yang sering terjadi saat siklus pertama yaitu anak sering lupa ketika selesai dalam menjalankan biji dan habis pada lumbung atau sudah tidak bisa lanjut berjalan lagi. Selanjutnya anak menjumlahkan hasil dari lumbung satu dengan hasil yang disimpan pada lumbung dua. Akan tetapi pada pertemuan ketiga anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan dakon ini. Anak kesulitan saat mengerjakan LKA karena angka yang digunakan dalam soal terlalu rumit.

Memasuki siklus kedua, guru tidak lagi memberi tahu tetapi guru melakukan pendampingan secara individu dan memberi kebebasan kepada anak untuk bermain secara mandiri. Ketika ada anak yang salah guru sekedar mengingatkan benar atau salah, apakah ada yang lupa atau tidak. Pada siklus

kedua ini hampir semua anak sudah paham tentang aturan dalam bermain dan kapan saat mereka harus menjumlahkan dan mengurangkan. Guru dan peneliti tidak lagi memberikan banyak bimbingan dan arahan tetapi sesekali memberikan motivasi kepada anak. Ketika mengerjakan LKA anak-anak sudah bisa mengerjakan secara mandiri dikarenakan dalam menghitung mereka dipersilahkan untuk memakai media dakon supaya memudahkan anak dalam melakukan perhitungan.

Hasil pada penelitian ini diambil melalui penilaian observasi dan portofolio yang berupa LKA. Dimana hasil skor yang diperoleh tersebut kemudian dirata-rata menghasuilkan skor sebagai berikut skor sebagai berikut kemampuan awal penjumlahan pada pra tindakan 50,79 meningkat menjadi 84,69 pada siklus I (terjadi peningkatan skor sebesar 33,90) kemudian skor menjadi 94,22 pada siklus II (terjadi peningkatan skor sebesar 9,53). Sedangkan kemampuan awal pengurangan pada pra tindakan 38,28 meningkat menjadi 81,16 pada siklus I (skor meningkat sebesar 42,88) kemudian skor menjadi 94,30 pada siklus II (skor meningkat sebesar 13,14). Hasil observasi siklus I sampai dengan siklus II menunjukan adanya peningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan.

Ketika bermain dakon, proses penjumlahan terjadi ketika anak memindahkan biji yang diperoleh saat permainan ke lumbung dua dan menyebutkan hasilnya. Dengan menggabungkan dua buah benda tersebut anak telah belajar menjumlahkan. Sedangkan proses pengurangan adalah ketika anak mengisikan semua biji hasil lumbung yang diperoleh ke dalam sawah. Dengan

memisahkan dua benda yaitu mengambil biji untuk diisikan dalam sawah tesebut anak telah belajar pengurangan. Kemudian penggunaan media konkret yang berupa dakon juga memudahkan anak menghitung saat mengerjakan Lembar Kerja Anak. Sehingga kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan anak meningkat. Hal tersebut sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun menurut Suparno (2006: 69), ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa–apa yang terlihat nyata atau kongkret, anak masih menerapkan logika berfikir pada barang – barang yang kongkret, belum bersifat abstrak, dan cara belajar yang natural artinya belajar secara nyata dengan melihat, mendengar, merasakan dan melakukan sendiri.

Pengalaman ini yang membantu anak dalam belajar memahami matematika. Pada pelaksanaan pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan menggunakan permainan dakon, hal pertama yang dilakukan guru adalah mengenalkan kepada anak tentang permainan dakon. Guru menjelaskan bagaimana cara bermain sesuai dengan aturan, kemudian bagaimana mereka belajar menjumlahkan dan mengurangkan dengan permainan dakon ini. Anak belajar menjumlahkan saat anak memindahkan hasil pada lumbung satu ke lumbung berikutnya. Belajar mengurangkan dilakukan anak saat menghitung semua hasil biji yang dia dapat kemudian mengisikan pada sawah-sawah untuk permainan berikutnya.

Ketika guru memberikan tugas kepada anak untuk mengerjakan LKA menghitung tentang penjumlahan dan pengurangan, memanfaatkan permaian dakon sebagai media dalam menghitung. Setiap kali anak selesai menjumlahkan

dan mengurangkan mereka selalu menyebutkan berapa hasilnya secara berulang. Ini sesuai dengan tahap perkembangan kognitif menurut Depdiknas (2009: 45) bahwa anak pada usia 5-6 tahun dapat menyebutkan hasil penjumlahan dan pengurangan dengan benda, ini berarti anak mampu mengkomunikasikan hubungan matematis secara sederhana terutama dalam penjumlahan dan pengurangan dengan benda kongkret dan dengan permainan yang membuat mereka tidak bosan.

Menggunakan permainan dakon dalam pembelajaran matematika akan lebih memudahkan anak dalam memahami penjumlahan dan pengurangan. Melalui permainan, anak lebih tertarik dengan apa yang mereka pelajari karena dunia anak adalah bermain. Anak terlibat aktif dan antusias dalam proses pembelajaran matematika sebab secara tidak sengaja melalui permainan dakon anak belajar memahami penjumlahan dan pengurangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mayke S (2001: 43) bahwa pengetahuan akan konsep-konsep ini jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain. Selain itu, Mochtar A Karim, dkk (1996: 103) mengungkapkan bahwa anak usia dini masih sangat dominan dalam kegiatan bermainnya, karena itu merupakan kebutuhan yang utama bagi anak. Oleh karena itu guru perlu merancang kegiatan matematika yang mempunyai nuansa bermain, sehingga anak betah belajar dan dapat memahami konsep matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan. Salah satunya menggunakan permainan tradisional dakon.

Penelitian ini membuktikan dengan menggunakan permainan dakon mampu meningkatkan pemahaman matematika penjumlahan dan pengurangan

pada anak kelompok B di TK Pamardi Siwi Muja-Muju Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Temuan yang mempengaruhi peningkatan tersebut dilihat pada siklus I ketika anak mulai bermain dakon sambil belajar berhitung, anak lebih aktif, tidak ada paksaan. Berdasarkan hal itu, tindakan penelitian yang dilakukan adalah suatu tindakan yang mampu meningkatkan minat peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jalal (2003) yang menyatakan bahwa dalam pembelajar an menggunakan suatu metode pembelajaran yang baru seperti metode education game (permainan pendidikan) berfungsi memancing peserta didik dalam belajar, artinya bermain sambil belajar bukan belajar sambil bermain.

Berdasarkan teori belajar kognitif Cognitive Development dari Piaget (Suyadi, 2010: 189) yang memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas gradual dari kongkret menuju abstrak, keberhasilan dalam belajar matematika penjumlahan pengurangan adalah anak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas langsung dengan benda kongkret saat anak menghitung biji ketika bermain dakon serta memberikan banyak rangsangan berupa pertanyaan guru saat anak selesai bermain untuk menyebutkan hasil dari penjumlahan dan pengurangan supaya anak belajar secara aktif dengan lingkungan sekitar dengan mencari dan menemukan berbagai hal yang bervariasi tetapi tidak asing bagi anak.

Jalal (2003: 16) mengemukakan bahwa melalui permainan tradisional dakon yang telah diterapkan pada tindakan dalam pembelajaran matematika penjumlahan dan pengurangan ini, kemampuan anak meningkat. Sejalan dengan pendapat Jalal tersebut menggunakan media kongkret diharapkan membantu anak lebih paham dalam konsep menjumlahkan dan mengurangkan. Ketika guru atau

teman menanyakan hasil penjumlahan dan pengurangan secara berulang-ulang, hal ini dapat membantu anak dalam menguasai fakta yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan. (Mochtar A Karim, Dkk, 1996: 110).

Berdasarkan pendapat Harlan (2008: 1) bahwa permainan tradisional khususnya dakon dapat merangsang dan mengingkatkan kecerdasan matematika penjumlahan pengurangan karena bisa menjadi media belajar berhitung. Selain itu juga bermanfaat melatih kemampuan motorik halus terutama melatih kekuatan

jari tangan yang kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Saat bermain

dakon anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainan yang pada gilirannya

akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak

mengikuti pelajaran disekolah. Dengan demikian, dalam menggunaan permainan

dakon dapat meningkatan kemampuan matematika penjumlahan dan pengurangan

selain itu juga dapat meningkat kemampuan anak yang lain.

Meningkatnya kemampuan anak dalam penjumlahan dan pengurangan

melalui permainan dakon, selanjutnya hasil refleksi setelah dilakukannya

penelitian ini adalah penggunaan media dakon ini dapat digunakan dalam

pembelajaran matematika khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan

dengan variasi yang lain. Misalkan, saat bermain dakon untuk mengenalkan anak

pada penjumlahan bisa katika mengisikan setiap sawah ketika bermain dan selalu

menyebutkan hasil biji yang disikan tersebut dengan pertanyaan guru.

Menggunakan permainan dakon ini juga bisa digunakan sebagai media

pembelajaran matematika untuk anak kelompok A dengan cara mengisikan satu

atau tiga untuk pengenalan bilangan 1-20. Selain itu bagaimana supaya anak lebih

mudah memahami perhitungan tidak dimulai dari bilangan 0, karena anak lebih

sulit memahami bilangan tersebut.

Dokumen terkait