• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Penjualan Jaminan Fidusia dalam Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa

PENJUALAN DI BAWAH TANGAN JAMINAN FIDUSIA ATAS KREDIT MACET DIPERUM PEGADAIAN CAB. TANJUNG MORAWA

B. Pelaksanaan Penjualan Jaminan Fidusia dalam Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa

Eksekusi menorut Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, eksekusi adalah pelaksanaan titel eksekutorial oleh Penerima Fidusia, berarti eksekusi langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui Pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk meiaksanakan putusan tersebut. Jelas disini bahwa pelaksanaan eksekusi jaminan Fidusia berdasarkan titel eksekutorial adalah benda yang dibebani dengan jaminan Fidusia wajib didaftarkan sesuai Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pembebanan dimaksud adalah diatur dalam Pasal 5 ayat (1), Pembebanan dengan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam Bahasa Indonesia dan merupakan Akta Jaminan Fidusia, lebih lanjut dalam Pasal 37 ayat (3) jika dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dilakukan penyesuaian, maka perjanjian Jaminan Fidusia bukan merupakan hak agunan atas kebendaan sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 dan tidak mempunyai titel eksekutorial berdasarkan.

Sertifikat Jaminan Fidusia sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dicantumkannya kata-kata. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Pada aplikasi kredit yang disediakan oleh Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa sebagai pemberi fasilitas, selain perjanjian pokok juga disediakan klausula baku yang Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia juga merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian jaminan Fidusia Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa. Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 Jaminan Fidusia yang

merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok bukan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi, yang merupakan uraian tentang identitas Pihak Pemberi dan Penerima Fidusia, data perjanjian pokok yang dijamin dengan Fidusia, uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, nilai penjaminan dan nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia, yang dalam pendaftaran Fidusia dilakukan oleh Penerima Jaminan/Penerima Fidusia untuk didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Departemen Hukum dan Hak Azazi Manusia Kota Medan. Apabila tidak memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, maka Perjanjian Pemberian Jaminan Fidusia yang disediakan dan ditandatangani oleh Pemberi fasilitas, Penerima fasilitas hanya sebagai Akta di bawah tangan, yang tidak membatalkan Perjanjian Pokok yaitu perjanjian jaminan Fidusia. Dari hasil penelitian menurut Ibu Diana Nora, pejabat penilai kredit pada Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa perlu diluruskan terlebih dahulu istilah eksekusi, dalam hal terjadinya kemacetan pembayaran angsuran oleh penerima fasilitas dalam prakteknya disebut penarikan, tetapi sebenarnya kata tersebut tidak tepat karena yang dilakukan oleh Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa sebagai pemberi fasilitas adalah mengambil kembali barang jaminan sesuai dengan klausul perjanjian yang disepakati sebelumnya yang diatur dalam Pasal 11 (sebelas) perjanjian jaminan Fidusia tentang Hak dan Kewajiban atas Barang Jaminan.66

Menurut analisis penulis bahwa penarikan yang dilakukan Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa sudah sesuai dengan peraturan yang ada dalam Pasal 11 (sebelas) perjanjian jaminan Fidusia yang menjadi dasar yang kuat bagi pihak pegadaian melakukan

pengambilan barang jaminan. Sedangkan menurut Muhammad Nizar Lubis, nasabah pada Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa,, tindakan pengambilan barang jaminan dari nasabah sebagai tindakan sepihak yang hanya menguntungkan pihak Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa, serta tidak mau tahu kesulitan nasabahnya.

Menurut analisis penulis pernyataan nasabah ini kurang tepat karena di perjanjian jaminan Fidusia sudah diatur secara rinci di dalam Pasal 11 perjanjian jaminan Fidusia, secara tidak langsung Pasal ini telah mengikat pihak nasabah untuk menjalankan apa yang diatur dalam perjanjian jaminan Fidusia jaminan Fidusia tersebut. Apabila pemberi Fidusia melakukan cidera janji pada saat akan dilakukannya eksekusi pemberi Fidusia tidak mau menyerahkan objek jaminan Fidusia secara sukarela, maka undang-undang memberi hak kepada penerima Fidusia dalam kedudukanya sebagai pemilik secara yuridis untuk mengambil penguasaan objek jaminan Fidusia dari tangan pemberi Fidusia dalam kedudukannya sebagai pemilik secara ekonomi atas objek jaminan Fidusia, Menurut Sofyan, pejabat penilai kredit pada Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa terlebih dahulu memberitahukan pada debitor untuk mengingatkan tentang waktu pembayaran yang telah jatuh tempo dengan cara menelpon, melakukan penagihan, mengirimkan surat peringatan 1 (satu) dan ke 2 (dua) dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Mengingat waktu pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo dengan menelpon atau mengirim SMS. Dilakukan terhadap penerima fasilitas yang memasukkan nomor teleponnya dalam aplikasi kredit, yang mengalami keterlambatan pembayaran 1 (satu) sampai 2 (dua) hari bagi

yang tidak mempunyai telepon yaitu dengan mengunjungi rumah untuk mengingatkan.

2. Apabila tidak ada tanggapan dari penerima fasilitas dalam 1 (satu) dan 2 (dua) hari tersebut, maka hari ke 3 (tiga) menugaskan collector untuk melakukan penagihan secara langsung terhadap penerima fasilitas, penagihan ini maksimal dilakukan 4 (empat) kali kunjungan dalam 1(satu) bulan.

3. Jika masih juga tidak dilakukan pembayaran, melalui collectornya mengirimkan somasi (peringatan) I (pertama), yang batas waktunya diberikan 7 (tujuh) hari kerja, kepada penerima fasilitas untuk membayar. Pada somasi 2 (dua) yang batas waktunya juga selama ? (tujuh) hari kerja, jika masih juga tidak dilakukan pembayaran, penerima fasilitas masih diberikan kesempatan untuk melakukan pembayaran melalui kasir Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa dan collector sebelura masuk over due kurang lebih kurang 60 (enam puluh) hari keterlambatan, apabila over due (OD) lebih dari 60 (enam puluh) hari keterlambatan, secara system penerima fasilitas tersebut masuk dalam kredit macet atau disebut: kredit bermasalah, yang dalam istilah pembukuan Lembaga Pegadaian dikenal dengan Non Perfoming Loan (NPL).

1. Syarat-syarat Melakukan Penjualan di Bawah Tangan Benda Jaminan Fidusia

Setelah suatu kredit dinyatakan macet, maka hal tersebut harus segera diberitahukan kepada debitor untuk dicari cara penyelesaiannya. Eksekusi atas benda yang menjadi objek jaminan Fidusia dapat juga dilakukan melalui

penjualan di bawah tangan, sepanjang terdapat kesepakatan antara pemberi dan penerima Fidusia, Penjualan di bawah tangan dapat saja dilakukan walaupun penjualan melalui pelelangan umum telah dilakukan namun kurang menguntungkan bagi para pihak.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap responden nasabah yang mengalami kredit macet dan menghendakipenyelesaiannya dengan cara dibawah tangan/perdamaian dan musyawarah antara pihak kreditor dengan debitor adalah

karena adanya itikad baik dari debitor untuk melunasi hutangnya atau dengan cara penjualan sendiri barang jarninan Fidusia. Apabila debitor tidak menyelesaikan kredit macetnya secara damai dan musyawarah, yang kemungkinan debitor tersebut mempunyai itikad tidak baik untuk menunda/tidak mau melunasi kreditnya maka akan menjadi debitor yang tidak kooperatif. Ketika suatu saat debitor tersebut membutuhkan kredit iagi maka tertutup baginya untuk mendapatkan kesempatan melakukan pinjaman pada lembaga pegadaian yang lain.

Penjualan di bawah tangan adalah penjualan yang dilakukan seperti jual beli biasa hanya saja penjualan ini mempunyai aturan tertentu di dalam Pasal-Pasal yang telah diatur di dalam Pasal-Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden yang memilih penjualan ini di bawah tangan yakni terlindunginya nama baik, prosedurnya tidak rumit, benda jaminan cepat terjual, hemat biaya. Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia untuk menjual objek jaminan Fidusia di bawah tangan harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:67

a. Harus ada kesepakatan antara kreditor dengan debitor,

b. Hanya dapat dilakukan setelah lewat 1 bulan sejak diberitahukan secara tertulis kepada debitor,

c. Diumumkan dalam 2 surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan media massa setempat serta tidak ada pihak yang menyaiakan keberatan. Dari hasil wawancara dengan Sofyan, pejabat penilai kredit dari Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa, syarat-syarat untuk melakukan penjualan di bawah tangan benda jaminan yang diikat dengan jaminan Fidusia pada umumnya yaitu:68

1) Adanya hubungan yang baik antara pihak pegadaian dengan debitor, 2) Harus ada kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai penjualan yang

akan dilakukan, yang biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat oleh kedua belah pihak,

3) Adanya pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan. Dalam kenyataannya pada ketentuan syarat yang ke 3 (tiga) yang ditentukan oleh Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 yaitu adanya pengumuman pada sural kabar dalam iklan untuk mencari pembeli, bukan pengumuman akan diadakanya penjualan di bawah tangan benda jaminan yang diikat dengan Fidusia tetapi adalah iklan untuk mencari pembeli. Menurut analisis penulis bahwa penjualan di bawah tangan yang tidak mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh undang-undang yakni tidak dimuatnya pengumuman pada surat kabar didaerah tersebut menjadi batal demi

67 Ibid

hukum, sebenarnya undang-undang sudah mencantumkan pada Pasal 29 ayat (1) huruf c apabila tidak terpenuhi 3 (tiga) syarat yang telah ditentukan maka batal demi hukum. Berdasarkan hasil penelitian penulis penjualan di bawah tangan ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu:

a. Pihak lembaga pegadaian rnemberi kesempatan kepada debitor untuk mencari sendiri pembelinya dengan harga tertinggi, sebelumnya pihak lembaga pegadaian turut menentukan harga dasar dari kendaraan mobil tersebut. Turut sertanya lembaga pegadaian dalam menentukan harga dasar ini adalah untuk mencegah kemungkinan debitor dan/atau pemilik benda jaminan menentukan harga terialu tinggi melebihi harga yang wajar, yang akan mengakibatkan benda jaminan suiit terjuai. Dalam menetukan harga dasar ini pihak lembaga pegadaian terlebih dahulu mencari informasi mengenai harga pasar dari benda jaminan tersebut Setelah dilakukan penetapan harga, debitor mencari dan melakukan penawaran dengan calon pembeli, apabila ada penawaran maka diberitahukan kepada pihak lembaga pegadaian, apabila disetujui harga penjualan tersebut barulah benda jarninan tersebut dapat dijual.

b. Apabila debitor kesulitan atau tidak sanggup untuk mencari pembeli, lembaga pegadaian membantu meiaksanakan penjualan itu dengan menawarkan kepada pihak yang bersedia merabeli jaminan tersebut.

c. Setelah ditetapkan siapa yang berhak menjadi pembelinya, maka penjualan jaminan tersebut dapat segera dilaksanakan dan pihak pembeli dapat berhubungan langsung dengan pihak lembaga pegadaian. Selanjutnya penyerahan barang dan uang antara kreditor dengan debitor yang baru, maka hubungan antara lembaga pegadaian dengan debitornya menjadi

beraldur. Apabila hasil penjualan mobil tersebut setelah dikurangi hutang pokok dan bunga ternyata ada kelebihan, maka lembaga pegadaian akan mengembalikan kelebihan tersebut kepada debitor. Namun apabila hasil penjualan mobil tersebut ternyata tidak cukup untuk melunasi hutang debitor beserta bunganya, karena adanya penurunan nilai jaminan, sehingga masih terdapat hutang yang harus dibayar oleh debitor, tetapi pada kenyataannya sisa hutang atau kekurangan pembayaran ini tidak dibayar oleh debitor. Hapusnya jaminan Fidusia menurut Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

1) Hapusnya hutang yang dijamin dengan Fidusia,

2) Pelepasan hak atas jaminan Fidusia oleh penerima Fidusia, 3) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan Fidusia.

Dari pengertian Pasal 25 ayat (1) menurut J. Satrio pengertian yang terbatas atau limitatif akan membawa kesulitan di dalam menafsirkan kata-kata musnah karena sementara penjarainan berjalan hak pemberi Fidusia berakhir dan benda Fidusia sendiri tidak musnah, tetapi haknya berakhir. Sesuai dengan sifat

accessoir dari jaminan Fidusia adanya jaminan tergantung dari adanya piutang yang dijamin pelunasannya, apabila piutang tersebut hapus maka dengan sendirinya atau otomati jaminan Fidusia yang bersangkutan juga menjadi hapus. Dengan hapusnya jaminan Fidusia dalam hal hapusnya hutang yang dijamin dengan jaminan Fidusia, hak kepemilikan atas objek jaminan Fidusia dengansendirinya akan kembali kepada pemberi Fidusia karena telah terpenuhinya syarat batal (onder ombindende voorwaarde), untuk itu tidak diperlukan lagi tindakan pengalihan atas hak kepemilikan benda yang dijadikan objek jaminan

Fidusia dari penerima Fidusia kepada pemberi Fidusia.

Pencoretan pada buku daftar Fidusia penting sekali dilakukan secara jelas dan terang karena mengingat azas droit de suit, sehingga apabila terjadi kekeliruan dalam hal tidak dilakukannya pencoretan pada buku daftar Fidusia maka hak kebendaan tersebut selalu mengikuti bendanya. Sebagai tanda telah terjadinya pencoretan pada ikatan jarninan Fidusia pada buku daftar Fidusia, sehingga sertifikat jarninan Fidusia yang telah dicoret tersebut tidak berlaku lagi, maka oleh kantor pendaftaran Fidusia diterbitkan surat keterangan yang memuat pernyataan, bahwa sertifikat jaminan Fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi pada tanggal yang sama dengan tanggal pencoretan jaminan Fidusia dari buku daftar Fidusia dan untuk itu kantor pendaftaran Fidusia juga akan menceretsertifikat yang bersangkutan.

Apabila diperhatikan, prosedur penjualan di bawah tangan lebih memperhatikan perttmbangan ekonomis saja, yaitu untuk mempermudah penjualanagar benda jaminan cepat laku. Dengan demikian lembaga pegadaian akan cepat menerima pelunasan. Sedangkan masalah pertimbangan hukum belum menjadi pertimbangan uiama. Hal ini teriihat dari tidak dipemminya sal ah satu syarat yang diminta Undang- Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 yaitu pengumuman pada dua (2) surat kabar yang beredar di daerah tersebut Pengumuman ini sebenarnya pentinguntuk mengetahui apabila ada pihak Iain yang keberatan atas penjualan di bawah tangan. Namun disisi lain ada keberatan dari pihak debitor jika dilakukan pengumuman, karena debitor merasa dengan adanya pengumuman tersebut menjadikan nama baiknya tidak terlindungi.

dan/atau pemilik benda jaminan dan lembaga pegadaian, maka hubungan lembaga pegadaian dengan debitor berakhir, dan pihak lembaga pegadaian tidak bertanggung jawab lagi atas benda jaminan, sehingga apabila ada masalah mengenai mobil tersebut yang telah dijual akan menjadi urusan intern antara pembeli dan pemilik mobil, lembaga pegadaian tidak mempunyai kewenangan lagi untuk ikut menyelesaikanuya. Jadi cara penjualan di bawah tangan yang disampaikan hampir sama dengan jual beii biasa, hanya saja dalam penjualan di bawah tangan yang dimaksud pihak lembaga pegadaian ikut menentukan khususnya dalam hal harga oleh karena muncullah suatu bentuk penjualan di bawah tangan versi kreditor itu sendiri.

2. Keuntungan Penjualan di Bawah. Tangan Objek Jaminan Fidusia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Perum Pegadaian Cabang Tanjung Morawa terdapat beberapa keuntungan dari penjualan di bawah tangan objek jaminan Fidusia antara adalah:

a. Mempermudah prosedur dan syarat Proses penjualan objek jaminan Fidusia ini tidak berbeht-belit, asalkan sudah ada kesepakatan antara debitor dan/atau kreditor pemilik benda jaminan untuk melakukan penjualan benda jaminan di bawah tangan dan sudah ada kesepakatan juga mengenai harganya, maka penjualan dapat langsung dilakukan. Tidak perlu menunggu selama beberapa waktu untuk melayangkan somasi atau teguran seperti halnya jika penjualan objek jarninan dilakukan melalui pelelangan di muka umum.

b. Hemat biaya Menghemat biaya dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat dalam penjualan di bawah tangan ini. Bagi lembaga pegadaian

seluruh biaya untuk meiaksanakan penjualan di bawah tangan dibebankan kepada debitor. Apabila lembaga pegadaian meyelesaikan kredit macetnya pada PUPN, maka lembaga pegadaian akan dikenakan biaya 10% (sepuluh persen) dari pelunasan dan debitor akan dibebani pembayaran bea lelang sebesar 1,5% (satu koma lima persen) dari harga penjualan. Sedangkan bagi pembeli juga akan dikenakan biaya juga yaitu bea lelang sebesar 4,5% (empat koma lima persen), uang miskin 0,4% (no! koma empat persen) dari harga penjualan. Tapi jika penjualan dilakukan di bawah tangan, maka debitor hanya dibebani biaya yang ditentukan saja, misalnya biaya pemasangan iklan terhadap responden, nasabah yang mengalami kredit macet dan menghendaki penyelesaiannya.

C. Hambatan yang Timbul dalam Praktek Penjualan Jaminan Fidusia dan