• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PERJANJIAN KERJASAMA PENGELOLAAN DAN

A. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Dan

(Persero) Dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana

Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 255 Tahun 2007, tanggal 12 Juni 2007 tentang Penetapan Lokasi Kegiatan

Anchorage PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) di Perairan Nipah Selat Singapura maka PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) menjalin kerjasama dengan PT.

Maxsteer Dyrynusa Perdana dan kerjasama tersebut dituangkan ke dalam sebuah Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah Nomor : B.VIII-121/TPI-US.12 Jo. Nomor : 046/MDP-Pelindo I/PKS/XI/2012.

Dan berdasarkan perjanjian tersebut maka para pihak dalam perjanjian memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda. Di mana pihak pertama atau PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) berkewajiban sebagai pengawas operasi dan administrasi kerjasama sedangkan pihak kedua atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana berkewajiban sebagai pengelola atau pelaksana kegiatan operasi dan administrasi pelayanan jasa kepelabuhanan di area perairan NTAA.

Berdasarkan hasil wawancara penulis, pelaksanaan perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage di perairan Nipah pada

62

Dyrynusa Perdana. Selanjutnya PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana menjalin kerjasama dengan PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang kemudian disebut sebagai Nipah Transit Anchorage Area (NTAA). Dengan terjalinnya kerjasama ini, kegiatan pemasaran beralih menjadi pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchoarge.66

Prosedur operasi pelaksanaan kerjasama mengacu kepada Standard Operation Procedure berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : PU.60/1/19/DJPL-08 tanggal 02 Juni 2008 tentang Prosedur Operasional Tetap (Standard Operation Procedure) Pengelolaan dan Pengoperasian Nipah Transit Anchorage Area (NTAA) di Perairan Nipah Selat Singapura.

Pembagian hasil dari kerjasama ini diatur di dalam Pasal 9 ayat (1) perjanjian kerjasama pengelolaan dan pengoperasian Ship Transit Anchorage.

Pembagian hasil tersebut dibagi berdasarkan prestasi yang dilakukan oleh para pihak. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) tersebut pembagian hasilnya dibagi berdasarkan komposisi sebagai berikut :

Bagan 1. Besaran bagi hasil berdasarkan pendapatan operasi kerjasama.

No. Jasa Pelayanan Pelaksana

Bagi Hasil Pihak Pertama Pihak Kedua 1. Pemasaran Pihak Kedua 20% 80% Pihak Pertama 90% 10% 66

Wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H., M.H selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero).

2.

Peningkatan Stabilitas Operasi

Pihak Kedua 20% 80%

3. Pemanduan Pihak Pertama 90% 10%

4. Penundaan

Pihak Pertama 100% -

Pihak Kedua 20% 80%

5. Peralatan dan Lainnya

Pihak Pertama 100% -

Pihak Kedua 20% 80%

Bagan 1 di atas di terdapat dalam Pasal 9 ayat (1) Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia dan PT. Maxsteer Dyrinusa Perdana.

Berdasarkan pembagian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam pelaksanaan kerjasama tersebut, kedua belah pihak mendapatkan besaran bagi hasil yang berbeda. Di mana pihak yang melaksanakan kegiatan operasi mendapatkan komisi yang lebih besar. Agar kedua belah pihak mendapatkan keuntungan yang seimbang, maka kedua belah pihak menyetujui pembagian berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan suatu kegiatan operasi dan hasilnya akan dibagi berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui.

Sebagai contoh penerapan besaran bagi hasil pendapatan operasi kerjasama berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Pengoperasian Ship Transit Anchorage di Perairan Nipah antara PT. Pelabuhan Indonesia dan PT. Maxsteer Dyrinusa Perdana adalah jika PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang melakukan sebuah pemasaran kepada sebuah kapal asing dan kapal tersebut setuju untuk menggunakan jasa kepelabuhanan di

64

adalah sebesar $10.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) adalah sebesar $9.000 selaku pihak pertama yang mendapatkan bagian 90% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana mendapatkan bagian sebesar $1.000 selaku pihak kedua yang mendapatkan bagian 10%.

Jika PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana yang melakukan penundaan terhadap sebuah kapal asing di perairan NTAA dan biaya dari kegiatan penundaan di perairan NTAA misalnya sebesar $20.000. Berdasarkan komposisi sebagaimana terdapat dalam bagan 1 di atas, besaran pembagian hasil yang diperoleh oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) adalah sebesar $16.000 selaku pihak pertama yang mendapatkan bagian 80% dan PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana mendapatkan bagian sebesar $4.000 selaku pihak kedua yang mendapatkan bagian 20%.

Tarif yang diberlakukan atas jasa kepelabuhanan, peralatan dan jasa lainnya adalah tarif sebagaimana yang berlaku oleh pihak pertama dan untuk tarif jasa lainnya yang belum diatur dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan pengguna jasa. Penyesuaian tarif juga dapat dilakukan berdasarkan usulan oleh pihak kedua. Pembayaran biaya disesuaikan dengan bentuk pelayanan kapal dengan ketentuan kapal luar negeri membayar dengan mata uang dollar ($) sedangkan kapal dalam negeri membayar dengan mata uang rupiah (Rp). 67

Pada kegiatan tersebut terdapat kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh salah satu pihak saja yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lain, yaitu :

1. Kegiatan pemanduan, kegiatan pemanduan hanya dapat dilakukan oleh pihak pertama atau oleh PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) sebagaimana

67 Ibid.

diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran yang dituangkan dalam Pasal 84 butir (c) yang menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab, otoritas pelabuhan mempunyai wewenang mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal.

2. Kegiatan peningkatan stabilitas operasi, kegiatan peningkatan stabilitas operasi dilakukan oleh pihak kedua atau oleh PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana sebagaimana diatur dalam perjanjian kerjasama yang terdapat dalam Pasal 7 ayat (3) butir (d) yang mengatakan bahwa pihak kedua berkewajiban melaksanakan pemasaran dan mengembangkan pasar untuk meningkatkan kegiatan jasa kepelabuhanan.

Pembayaran bagi hasil atas kegiatan usaha yang dilakukan, dibayar oleh pengguna jasa melalui bank yang ditunjuk oleh para pihak dengan membuka rekening bersama (escrow account). Uang yang masuk di dalam rekening tersebut akan dibagi oleh pihak bank berdasarkan komposisi yang diatur di dalam Pasal 9 ayat (1) Perjanjian Kerjasama Pengelolaan dan Pengoperasian Ship Transit Anchorage sebagaimana tertera pada bagan 1 dan uang tersebut akan di transfer

ke rekening masing-masing pihak pada akhir bulan.

Untuk menentukan pihak yang melakukan prestasi agar pembagian komposisi tersebut akurat, maka setiap transaksi yang dilakukan di perairan NTAA harus dilaporkan dan diketahui oleh pihak bank yang ditunjuk, agar pihak bank nantinya memiliki data akurat dalam membagi hasil yang akan dibagikan pada akhir bulan. Berdasarkan hal tersebut untuk menghindari adanya kekeliruan, nota tagihan dibuat oleh pihak kedua (PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana) yang

66

kemudian di paraf oleh pihak pertama (PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang selanjutnya diteruskan ke pengguna jasa untuk melakukan pembayaran ke rekening bank yang ditunjuk.

Berdasarkan hasil wawacara dengan Bapak Fadillah Haryono selaku Legal Staff PMO PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero). Adapun skema dari kegiatan yang dilakukan di perairan NTAA, adalah :

Bagan 2. Skema kegiatan di perairan NTAA

Sumber : Hasil wawancara dengan Bapak Fadillah Haryono S.H.,M.H selaku Legal Staff PMO PT.Pelabuhan Indonesia I (Persero). Penjelasan skema berdasarkan skema di atas:

1. Pihak Agen Kapal menghubungi salah satu pihak antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) atau PT. Maxsteer Dyrynusa Perdana. Dalam hal ini agen tersebut akan menghubungi pihak yang telah melakukan penawaran. Dalam tahap ini agen tersebut akan mendaftarkan kapal yang akan menggunakan jasa kepelabuhanan di perairan NTAA dan melakukan pembayaran atas jasa yang akan digunakan nantinya.

2. Kapal yang telah didaftarkan akan berlabuh pada jadwal yang telah di tetapkan. Pada tahap ini, kapal tersebut akan melakukan kegiatan yang telah didaftarkan mulai dari kegiatan pemanduan, penundaan dan kegiatan lain sesuai dengan keperluan dari kapal tersebut.

3. Proses pembayaran akhir merupakan tahap akhir dari kegiatan di perairan NTAA. Walaupun pada saat pendaftaran kapal sudah dilakukan

Pendaftaran/ Pembayaran Awal

Pengoperasian Pembayaran

pembayaran, namun pada saat itu belum dapat dipastikan jumlah jasa yang akan digunakan secara pasti, maka dilakukan pembayaran akhir pada saat kapal tersebut sudah siap melakukan kegiatan di perairan NTAA. Adapun pembayaran akhir tersebut dilakukan oleh agen kapal melalui pembayaran ke bank yang telah ditentukan.68

Bagi kapal-kapal yang tidak mengikuti aturan yang telah ditentukan pada saat pengoperasian dan atau tidak melunasi pembayaran akhir, maka kapal tersebut akan di black list atau dilarang untuk berlabuh di perairan Nipah.69

B. Tanggung Jawab Para Pihak dalam Perjanjian Kerjasama Pengelolaan

Dokumen terkait