• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa barang milik pemerintah dengan pihak swasta dikaji secara yuridis. dengan pihak swasta dikaji secara yuridis

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan yang dilaksanakan di atas lahan "milik" Pemerintah Kota Surabaya, diperlukan kejelasan dan kepastian mengenai dasar-dasar perjanjiari sewa menyewa Barang milik Daerah oleh Pemerintah Kota Surabaya terhadap lahan tertentu tersebut terlebih dahulu, sebelum Pemerintah Kota Surabaya dapat memberikan suatu hak bagi pihak ketiga selaku pihak swasta. Berikut ini adalah alasan pemerintah kota Surabaya menyewakan barang milik daerah:32

1. Alasan menyewakan barang milik daerah

32

a. MengoptirAalkan pemanfaatan Barang Milik Daerah yang belum atau tidak dipergunakan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyelenggaraan pemerintah.

b. Menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kementrian atau lembaga. Barang Milik Daerah yang dibangun atau diperoleh kementrian atau lembaga yang disewakan kepada pihak lain dengan perjanjian agar tetap digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai maksud pengadaannya dapat diharpkan berfungsi lebih optimal dan menunjang pelaksanaan tugas fungsi kementrian atau lembaga yang bersangkutan.

c. Untuk efisiensi biaya pemeliharaan dan pengamanan Barang Milik Daerah serta meningkatkan penerimaan negara. Barang Milik Daerah yang idle tetap memerlukan pemeliharaan dan bahkan berpotensi untuk menjadi tidak aman. Dengan diseakan, maka biaya pemeliharaan dan pengamanan ditanggung oleh penyewa dan ngara. 2. Jenis Barang Milik Daerah yang dapat disewakan.

Semua jenis Barang Milik Daerah kecuali yang bersifat khusus dan menjadi rahasia negara dapat .disewakan..

3. Pihak yang dapat menyewakan Barang Milik Daerah.

a. Pengelola Barang dapat menyewakan tanah dan atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang.

b. Perhitungan nilai selain tanah dan / atau bangunan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan Pengguna Barang. Pengguna Barang dapat melibatkan penilai independen.

4. Penetapan besaran sewa.

Sewa minimum sesuai formula tarif sewa yang diatur di dalam Peraturan Menteri Keuangan.

5. Sewa tanah dan / bangunan yang berada Pengelola Barang ditetapkan olch Pengelola Barang berdasarkan hasil perhitungan Tim.

6. Sewa atas sebagian tanah dan / bangunan yang berada Pengguna Barang dan Barang Milik Daerah selain tanah dan / bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang sesuai dengan perhitungan Tim.

7. Sewa-menyewa ditungkan dalam perjanjian.

8. Pembayaran uang sewa dapat dilakukan sekaligus atau dibayarkan secara bertahap setiap awal tahun.

9. Penyewa atas persetujuan Pengelola Barang diperkenankan mengubah bentuk Barang Milik Daerah atau menambah, dengan ketentan bagian-bagian yang ditambahkan pada bangunan tersebut merupakan Barang Milik Daerah.

10.Seluruh biaya yang timbul dalam rangka penilaian, termasuk biaya Tim atau penilai independen dibebankan pada APBD.

Analisis kotrak perjanjian sewa meyewa PT warna warni dengan Pemerintah Kota Surabaya berdasarkan PP No.6 Tahun 2006 perjanjian antara

pihak pertama dan kedua yang tercantum di dalam kontrak perjanjian tersebut sudah sesuai dengan pasal 21 PP No.6 Tahun 2006 dimana penyewaan yakni penyerahan hak penggunaan atau pemakaian barang daerah kepada pihak ketiga dalam hubungan sewa menyewa dengan ketentuan pihak ketiga tersebut harus memberikan imbalan berupa uang sewa bulanan atau tahunan untuk masa jangka waktu tertentu baik sekaligus maupun secara berkala.

Pada pasal 2 dalam kontrak tersebut sudah sesuai dengan pasal 22 PP No.6 Tahun 2006, namun seharusnya dalam menentukan gambar desain dan ukuran reklame sesuai dengan bidang jembatan penyeberangan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Pemerintah Kota Surabaya mengenai penyelenggaraan reklame, dengan tetap memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan serta mematuhi kode eik periklanan. Pihak kedua seharusnya diikutkan dalam pembicaraan mengenai gambar desain, ukuran reklame agar sesuai dengan keindahan dan keserasian lingkungan kota.

Dalam pasal 7 angka 4 jangka waktu perjanjian disebutkan apabila pada saat penandatanganan tersebut kondisi jembatan penyeberangan dimaksud tidak dalam kondisi baik terutama dari segi konstuksi bangunan, maka pihak pertama akan melakukan perbaikan dengan biaya ditanggung oleh pihak kedua, seharusnya ini menjadi tanggung jawab pihak pertama juga sebagai pihak yang menyewakan.

Dalam pasal 8 angka 1 pengakiran perjanjian secara sepihak, apabila selama berlangsungnya perjanjian ini sewaktu-waktu di lokasi tersebut akan

dilaksanakan proyek-proyek pembangunan baik milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang kemudian berakibat pada pembongkaran atau pemindahan bangunan jembatan penyeberangan dimaksud, pihak kedua wajib membersihkan bangunan jembatan penyeberangan dimaksud dari papan reklame dengan biaya pihak kedua, tanpa menuntut ganti rugi. Seharusnya pihak pertama yang harus membongkar dengan biaya sendiri dan tidak menuntut pihak kedua untuk membayarnya karena pihak kedua sudah menyewa dan membayar uang sewa itu sendiri dan pihak pertama selaku Pemerintah Kota sehausnya yang bertanggung jawab.

Uraian di atas adalah prosedur pelaksanaan sewa menyewa antara Pemerintah Kota Surabaya dengan pihak swasta dalam penyewaan Barang Milik Daerah yaitu jembatan penyeberangan orang. Dalam hal penyewaan tersebut antara Pemerintah Kota Surabaya sebagai pihak pertama berhak menentukan gambar desain dan ukuran reklame sesuai dengan bidang jembatan penyeberangan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di antara Pemerintah Kota Surabaya mengenai penyelenggaraan reklame, dengan tetap memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan serta mematuhi kode etik periklanan agar iklan tersebut tidak menggangu masyarakat sebagai pengguna sarana umum.

Demi keadilan dan kebenaran putusan hakim harus dapat diperbaiki atau dibatalkan jika dalam putusannya terdapat kekhilafan atau kekeliruan. Oleh karena itu hukum menyediakan sarana atau upaya perbaikan atau pembatalan putusan guna mencegah atau memperbaiki kekhilafan atau kekeliruan putusan. Upaya hukum merupakan hak dari pihak yang berkepentingan, karena itu pula pihak yang bersangkutan sendiri yang harus aktif dengan mengajukannya kepada pengadilan yang aiberi kekuasaan untuk itu jika ia menghendakinya. Hakim tidak dapat memaksa atau menghalanginya.33

Upaya hukum dibedakan menjadi dua upaya hukum litigasi dan non litigasi. Litigasi adalah proses dimana seorang individu atau badan membawa sengketa, kasus ke pengadilan atau pengaduan dan penyelesaian tuntutan atau penggantian atas kerusakan. Proses pengadilan juga dikenal sebagai tuntutan hukum dan istilah biasanya mengacu pada persidangan pengadilan sipil. Mereka digunakan terutama ketika sengketa atau keluhan tidak bisa diselesaikan dengan cara lain. Proses pengadilan tidak selalu terjadi dalam gugatan penggugat. Dalam beberapa kasus, tuduhan palsu dan kurangnya fakta-fakta dari orang-orang yang terkait, menyebabkan

33

http://id.shvoong.com/law-and-politics/1906561-upaya-hukum-di-pengadilan/html23/05/2011,20:10,hari senin

akan cepat menyalahkan, dan ini menyebabkan litigasi atau tuntutnn hukum. Sayangnya, orang juga tidak mau bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, jadi bukannya menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka, mereka mencoba untuk menyalahkan orang lain dan yang hanya bisa memperburuk keadaan.34 Penyelesaian sengketa non litigasi merupakan penyelesai.in sengketa secara alternatif yaitu dimana dalam menyelesaian ini di pakai atau memakai hakim tunggal yang diambil dari ahli hukum, seperti hakim yang sudah pensiun, seolah-olah disini ia menjadi hakim sesungguhnya, dan tempat pengadilannya bukan dipengadilan khusus, tetapi terserah kesepakatan yang bersengketa, tempat mana yang akan dipakai, disini seolah-olah berada di ruang pengadilan dimana masing-masing yang bersengketa dihadapkan dan masing-masing membawa penasehat hukumnya ataau pengacara, keputusannya tidak mengikat kedua belah pihak, tergantung kesepakatan, keputusannya disini hanya sebagai pedoman untuk bahan negosiasi, jika sepakat akan dituangkan dalam akta perdamaian, kalau tidak sepakat bisa dipilih ke pengadilan atau arbitrase tergantung kedua belah pihak yang bersengketa.35

Sudah bertahun-tahun masalah reklame itu tak kunjung tuntas, salah satu masalah besar yang kini melanda adalah banyaknya reklame yang rawan roboh di saat musim penghujan tiba. Lagi-lagi warga jadi korbannya. Kondisi tersebut akan terus terulang, pemicunya tak lepas dari banyaknya permasalahan reklame di

34 http://id.shvoong.com/law-and-politics/law/2094342-pengertian-litigasi-dalam-proses-hukum/html23/05/2011,20:25,hari senin 35 http://mutiarakeadilan.blogspot.com,23/05/2011,2030,hari senin

Surabaya.lemahnya pengawasan hingga keterbatasan dana dan masalah pembongkarannya.

Indikasi nakalnya biro reklame itu terlihat saat mereka memasang konstruksi di luar ketentuan Peraturan Daerah Kota Surabaya No 8 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Reklame Dan Pajak Reklame. Para biro memasang pondasi reklame kurang dari sepertiga tiang reklame yang dipasangnya. Padahal dalam Peraturan Walikota No.85 tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame sebagai penjabaran Peraturan Pemerintah, pondasi konstruksi tiang reklame harus sepertiga dari tiang reklame yang dipasang. Pelanggaran ini menjadikan kontruksi reklame rawan roboh. Karena beban di bagian atas reklame tidak bisa ditahan pondasi reklame tersebut. Biasanya, masalah ini baru diketahui setelah reklame itu roboh diterjang angin. Saat itulah yang dijadikan kambing hitam adalah alam yang tidak bersahabat.

Lemahnya pengawasan pemasangan reklame menambah deretan masalah atas kenakalan yang dilakukan para biro reklame tersebut. Tim reklame tidak mampu mengawasi secara detil saat konstruksi reklame dipasang. Bahkan, saat reklame sudah berdiri juga banyak yang lepas dari pengawasan. Selain, pemasangannya yang semrawut sehingga mengganggu estetikr: kota dan mengurangi ruang terbuka hijau, pemasangannya cenderung inengutamakan keuntungan pengusaha reklame.36

Menurut hasil wawancara dengan bapak Agus Winoto sebagai ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia ( selanjutnya disingkat dengan PPPI) salah satu reklame yang ada di jalan kedungdoro tidak sesuai dengan kontrak yang telah

36

disetujui oleh Pemerintah Kota Surabaya bahwa reklame yang ada di kedungdoro itu tidak sesuai dengan yang ada di dalam kontrak tersebut, karena pada prakteknya perusahaan reklame tersebut mendirikan reklame yang dapat Merugikan sarana umum karena pembangunannya melebihi jalan raya dan dengan video megatron yang besar dapat mengganggu pengguna jalan yang lainnya. Dan saat itu pemerintah kota mengetahui perusahaan tersebut telah melakukan pelanggaran reklame, sehingga Pemerintah Kota Surabaya memperlebar sekolan tersebut tetapi yang terjadi malah reklame tersebut roboh dan perusahaan reklame menuntut pihak Pemerintah Kota melalui PTUN.37

Sedangkan, menurut Pak Hotlan dari bagian hukum Pemerintah Kota Surabaya penyelesaiannya dapat diselesaikan melalui Pengadilan Negeri maupun Arbitrase. Tetapi jika melalui arbitrase memerlukan biaya yang sangat tinggi.38

3.1 Berikut ini adalah upaya hukum yang dilakukan oleh Pemerintah Kota