BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA
C. Pelaksanaan Perjanjian antara PD. PAL JAYA dan PT. GODHAR
Perjanjian atau kontrak pemborongan seperti pada perjanjian pemborongan pemasangan jaringan pipa air limbah gedung Panin Bank antara Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Provinsi DKI Jakarta (PD. PAL JAYA) dan PT. GODHAR UTAMA KHARISMA terdiri dari proses pembuatan perjanjian/kontrak pemborongan dan proses pelaksanaan perjanjian pemborongan.
1. Proses pembuatan perjanjian/kontrak pemborongan
Dalam proses pemborongan terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikatakan merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian (precontractuale fase). Fase sebelum kontrak ini lazim disebut prosedur pelelangan.65 Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan pemasangan jaringan pipa air limbah gedung Panin Bank yang memiliki nilai proyek Rp. 4.905.220.000,00 (empat milyar sembilan ratus lima juta dua ratus dua puluh ribu rupiah),
64 Y. Sogar, Simamora, Op.Cit. hal 253.
65 Sri Soedewi Masjchun, Op. Cit. hal. 8.
digunakan metode pelelangan umum dengan proses prakualifikasi dua tahap – sistem nilai.
Maka untuk pertama sekali pihak yang memborongkan yaitu PD. PAL JAYA melakukan pengumuman adanya pelelangan. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bapak Ahadiat bagian pelelangan di PD. PAL Jaya, dalam proses pengumuman ini dilakukan melalui cara elektronik, maksudnya adalah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, proses yang dimulai dari pengumuman yang dilakukan oleh pihak yang memborongkan sudah dengan media elektronik yang disediakan melalui website LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) maupun website PD. PAL JAYA.
Mengenai proses/tahapan pembuatan perjanjian pemborongan ini mengacu pada Perpres No. 54 Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang di mulai dengan proses lelang (proses pemilihan penyedia barang/jasa). Pelelangan ini diselenggarakan oleh pihak terkait yang akan disebut pihak pertama yaitu PD. PAL JAYA melalui bagian lelang perusahaan selanjutnya akan disaring peserta yang memenuhi syarat sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditawarkan PD. PAL JAYA. Peserta lelang yang akan disebut pihak ketiga juga dikualifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.66
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dituliskan definisi dari usaha mikro dan kecil, sedangkan
66 Hasil wawancara dengan Bapak Ahadiat, bagian pelelangan di PD. PAL JAYA pada tanggal 22 Agustus 2016.
definisi usaha menengah dan besar dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:
1. Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
2. Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.67
3. Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
67 Pasal 1 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010.
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.68
Adapun paket usaha pekerjaan konstruksi yang dapat dikerjakan harus sesuai dengan kualifikasi usahanya, yaitu:
1. Perusahaan kecil, paket pekerjaan yang mengerjakan proyek sampai dengan 2,5 M, antara lain usaha mikro, usaha kecil dan koperasi kecil.
2. Perusahaan non kecil, paket pekerjaan yang mengerjakan proyek di atas 2,5 M, dalam golongan ini tidak ada batasan usaha mikro, usaha kecil, koperasi kecil, usaha menengah maupun usaha besar.69
Dan dalam pelelangan ini ditujukan kepada perusahaan non kecil. Setelah itu panitia lelang lah yang nantinya bertugas untuk membuat persyaratan dalam surat perjanjian sesuai dengan jenis pekerjaannya, para pihak dapat menambahkan persyaratan di luar dari Perpres 54 Tahun 2010 sesuai kebutuhannya, tetapi minimal persyaratan yang diatur di dalam Perpres 54 Tahun 2010 itu sendiri.70
Berikut persyaratan Penyedia pekerjaan konstruksi dalam kontrak ini:
1. Memiliki Ijin Usaha pekerjaan Konstruksi Bidang Bangunan Sipil subbidang Jasa Pelaksana untuk Konstruksi Perpipaan Air Limbah yang masih berlaku;
2. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk melaksanakan barang/jasa pekerjaan ini; dan
3. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir baik di
68 Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008.
69 “Usaha kecil dalam paket non kecil”, http://samsulramli.com/usaha-kecil-dalam-paket-non-kecil/, diakses pada tanggal 9 September 2016.
70 Hasil wawancara dengan Bapak Ahadiat, bagian pelelangan di PD. PAL JAYA pada tanggal 26 Juli 2016.
lingkungan Pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman sub kontrak; dan
4. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pekerjaan ini; dan
5. Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa harus mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang memuat presentasi kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;
6. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) pada subbidang pekerjaan yang sejenis dengan ketentuan KD sama dengan 3NPT (Nilai Pengalaman Tertinggi dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan
7. Memilki sisa kemampuan paket (SKP) dengan ketentuan SKP=KP-P, KP=Nilai Kemampuan Paket yaitu 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N. P=Jumlah Paket yang sedang dikerjakan, N=jumlah paket terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir; dan
8. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, dan / atau Direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa; dan
9. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban pajak tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh pasal 21, PPh
pasal 23 (bila ada transaksi), PPh pasal 25/29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan; dan
10. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak; dan
11. Tidak masuk dalam daftar hitam; dan
12. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari Bank Pemerintah/Swasta untuk mengikuti pengadaan barang sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari HPS; dan
13. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan
14. Menandatangani Pakta Integritas; dan
15. Memiliki Sertifikat Manajemen Mutu (ISO) dan / atau memiliki sertifikat manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3); dan 16. Memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan dalam dokumen
pengadaan.
Menurut Pasal 17 ayat (2) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang dimaksud dengan Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.
Adapun prosedur pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan dengan metode pelelangan umum pra kualifikasi adalah sebagai berikut:
1. Pengumuman prakualifikasi;
2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen kualifikasi;
3. Pemasukan dokumen kualifikasi;
4. Evaluasi dokumen kualifikasi;
5. Pembuktian kualifikasi;
6. Penetapan hasil kualifikasi;
7. Pengumuman hasil kualifikasi;
8. Undangan;
9. Pengambilan dokumen pemilihan;
10. Pemberian penjelasan;
11. Pemasukan dokumen penawaran tahap I;
12. Pembukaan dokumen penawaran tahap I;
13. Evaluasi dokumen penawaran tahap I;
14. Penetapan evaluasi tahap I;
15. Pemberitahuan/pengumuman evaluasi tahap I;
16. Pemasukan dokumen penawaran tahap II;
17. Pembukaan dokumen penawaran tahap II;
18. Evaluasi dokumen penawaran tahap II;
19. Pembuatan berita acara hasil pelelangan;
20. Penetapan pemenang;
21. Pengumuman pemenang;
22. Sanggahan;
23. Penunjukkan penyedia barang/jasa;
24. Penyerahan jaminan pelaksanaan; dan 25. Penandatanganan kontrak.
Untuk penetapan pemenang lelang sesuai ketentuan Lampiran I Bab II. A.
1. i. 1 Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Selanjutnya disebut Keppres No. 80/2003) tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah memberikan arahan supaya: “Panitia/pejabat pengadaan menetapkan calon pemenang lelang yang menguntungkan bagi Negara dalam arti:
a. Penawaran memenuhi syarat adminstratif dan teknis yang ditentukan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa;
b. Perhitungan harga yang ditawarkan adalah terendah dan responsif;
c. Telah melakukan penggunaan semaksimal mungkin hasil produksi dalam negeri;
d. Penawaran tersebut adalah terendah diantara penawaran yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam angka 1 huruf a sampai dengan huruf c.”
Hasil dari proses pelelangan umum pra kualifikasi ini yaitu sampai kepada penetapan penyedia barang/jasa lalu dilanjutkan dengan penunjukkan penyedia barang/jasa paling lama Surat Perjanjian/kontrak ditandatangani oleh pihak PD.
PAL JAYA dan PT. GODHAR UTAMA KHARISMA setelah pihak ketiga:71 1. Diberikan waktu yang cukup untuk mempelajari draft kontrak/perjanjian.
Dimana draft kontrak tersebut telah dikeluarkan oleh Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perka LKPP)
71Hasil wawancara dengan Bapak Hadman, sebagai PPK dalam Surat Perjanjian pada tanggal 26 Juli 2016.
No. 15 Tahun 2012 tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Menyerahkan jaminan pelaksanaan yang dapat berupa garansi bank dan asuransi/surety bond.
Setelah kedua syarat diatas dipenuhi maka kedua belah pihak menandatangani Surat Perjanjian.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi pemasangan jaringan pipa air limbah gedung Panin Bank antara Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Provinsi DKI Jakarta (PD. PAL JAYA) dan PT. GODHAR UTAMA KHARISMA ini diatur dalam surat perjanjian (kontrak) untuk melaksanakan paket pekerjaan konstruksi Nomor: 90/-075.2 pada tanggal 11 Januari 2016. Dimana para pihak yang menandatangani adalah:
1. Nama : HADMAN SITUMORANG, SE
Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Provinsi DKI Jakarta (PD PAL Jaya)
Alamat : Jalan Sultan Agung No. 1, Setiabudi, Jakarta 12980.
Berdasarkan Surat Keputusan Plt. Direktur Utama Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 16 Tahun 2015 (selanjutnya disebut “PPK”).
3) Nama : SIHAR MULIA SIAGIAN
Jabatan : Direktur Utama, yang bertindak untuk dan atas nama PT.
GODHAR UTAMA KHARISMA
Alamat : Jalan H. Nasir No. 56, Radin Inten, Duren Sawit, Jakarta
Timur.
Berdasarkan Akta Pendirian No. 17 tanggal 12 September 1983 yang dikeluarkan oleh Notaris NYONYA SOENARDI ADISASMITO dengan perubahan terakhir berdasarkan Akta Notaris No. 42 tanggal 17 April 2015 yang dikeluarkan oleh Notaris FAUZI AGUS, SH (selanjutnya disebut “Penyedia”).
Adapun isi dari dokumen kontrak yang harus dibaca dan diperhatikan oleh para pihak untuk melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Addendum Surat Perjanjian (apabila ada);
2. – Pokok perjanjian;
– Syarat-syarat khusus Kontrak, yang terdiri dari : korespondensi, wakil sah para pihak, jenis kontrak, tanggal berlaku kontrak, jadwal pelaksanaan pekerjaan, masa pemeliharaan, umur konstruksi, pedoman pengoperasian dan perawatan, pembayaran tagihan, pencairan jaminan, tindakan penyedia yang mensyaratkan persetujuan PPK atau pengawas pekerjaan, kepemilikan dokumen, fasilitas, sumber pembiayaan, pembayaran uang muka, pembayaran prestasi pekerjaan, penyesuaian harga, denda dan ganti rugi, sanksi, dan penyelesaian perselisihan;
– Syarat-syarat umum Kontrak; Definisi, Penerapan, Bahasa dan Hukum, Larangan KKN, Persekongkolan serta Penipuan, Pengabaian, Penyedia Jasa Konsultasi Mandiri, Kemitraan/KSO, Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Surat Perintah Mulai Kerja, Program Mutu, Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak, Mobilisasi Peralatan dan
Personil, Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan, Perintah, Akses ke Lokasi Kerja, Pemeriksaan Bersama, Waktu Penyelesaian Pekerjaan, Perpanjangan Waktu, Peringatan Dini, Serah Terima Pekerjaan, Perubahan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan, Keadaan Kahar, Bukan Cidera Janji, Jaminan, Pembayaran, Penangguhan Pembayaran, Denda dan Ganti Rugi, Harga, Hari Kerja, Perhitungan Akhir, Penyesuaian Harga, Kerjasama antara Penyedia dengan Sub Penyedia, Personil Konsultan dan Subkonsultan, Perubahan Personil, Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Laporan Hasil Pekerjaan, Penghentian Kontrak, Pemutusan Kontrak, Pemutusan Kontrak oleh PPK, Pemutusan Kontrak oleh Penyedia, Pemutusan Kontrak akibat lainnya, Hak dan Kewajiban Penyedia, Penggunaan Dokumen Kontrak dan Informasi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Layanan Tambahan, Penangguhan dan Resiko, Perlindungan Tenaga Kerja, Pemeliharaan Lingkungan, Asuransi, Penyedia Lain, Keselamatan, Pembayaran Denda, Hak dan Kewajiban PPK, Fasilitas, Peristiwa Kompensasi, Pelaksanaan Kontrak, Itikad Baik, Perdamaian, Lembaga Pemutus Sengketa;Surat penawaran, beserta penawaran harga;
3. Spesifikasi teknis;
4. Gambar-gambar;
5. Daftar kuantitas dan harga (apabila ada); dan
6. Dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP.
Dalam setiap perjanjian pemborongan pihak pertama harus menerima jaminan terlebih dahulu, karena dalam perjanjian pemborongan pekerjaan, jaminan merupakan salah satu syarat yang diminta oleh pemberi tugas terhadap pelaksana. Maksud dari permintaan jaminan tersebut, adalah untuk menjamin harga yang ditawarkan oleh pihak ketiga atau penyedia jasa, untuk menutupi kerugian keterlambatan waktu yang diberikan pihak ketiga, dan agar pihak ketiga atau si penyedia jasa melaksanakan pekerjaannya dengan serius dan bersungguh-sungguh. Yang dimaksud dengan jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan.72 Pada proses pembuatan perjanjian pemborongan ini, jaminan yang diberikan PT. GODHAR UTAMA KHARISMA dicairkan dan disetoran pada Kas PD. PAL JAYA.
Adapun kontrak ini termasuk ke dalam jenis:
– Kontrak berdasarkan cara pembayarannya adalah kontrak harga satuan. Yang dimaksud kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan jasa pelaksanaan konstruksi atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara.
– Kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggarannya adalah kontrak tahun tunggal. Yang dimaksud kontrak tahun tunggal adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran.
72 “Catatan Rangkuman Hukum Jaminan”, http://lawfile.blogspot.co.id/2011/12/catatan-rangkuman-hukum-jaminan.html, diakses pada tanggal 13 September 2016.
– Kontrak berdasarkan sumber pendanaannya adalah kontrak pengadaan tunggal.
Yang dimaksud kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
– Kontrak berdasarkan jenis pekerjaannya adalah kontrak pengadaan pekerjaan tunggal. Yang dimaksud kontrak pengadaan pekerjaan tunggal adalah kontrak pengadaan barang/jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.
2. Proses pelaksanaan perjanjian/kontrak pemborongan
Berdasarkan Pengumuman Penetapan Pemenang Lelang, PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) harus menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) kepada Pemenang Lelang sebelum masa penawaran yang berlaku habis.
Maka PD. PAL JAYA menerbitkan Surat Penunjukkan Barang/Jasa dengan Nomor: 76/-A1.712.8 tertanggal 18 Desember 2015 kepada pihak ketiga. Sebagai tindak lanjut dari ditandatanganinya kontrak antara PD. PAL JAYA dan PT.
GODHAR UTAMA KHARISMA, maka PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) atau pihak pertama menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dengan Nomor:
101/-1.712.8 tertanggal 22 Januari 2016.
Kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi dalam pemasangan jaringan pipa air limbah ini dibiayai dari Dana PMP (Penyertaan Modal Pemerintah) Pemprov.
DKI Jakarta kepada PD. PAL JAYA tahun 2014. Pekerjaan pemborongan ini hanya dapat terlaksana setelah adanya ijin galian yang dikeluarkan oleh Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP). Maka BPTSP mengeluarkan surat ijin galian pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi ini yaitu pada tanggal 7 Maret 2016.
Jadwal pelaksanaan pekerjaan pemborongan ini adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender dengan masa pemeliharaan berlaku selama 6 (enam) bulan, terhitung dari tanggal 11 Januari 2016 sampai dengan 24 November 2016 dengan ketentuan pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik dan memuaskan sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian.
Dalam perjanjian pemasangan jaringan pipa air limbah ini bahan dan alat-alat dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemborongan disediakan oleh penyedia jasa yaitu pihak ketiga PT. GODHAR UTAMA KHARISMA. Hal tersebut jika dikaitkan dengan Pasal 1605 KUH Perdata maka, dalam perjanjian pemborongan pekerjaan ini segala kerugian harus ditanggung oleh penyedia jasa apabila hasil pekerjaan musnah sebelum pekerjaan diserahkan, namun terdapat pengecualian apabila si pemberi borongan telah lalai untuk menerima pekerjaan tersebut maka penyedia jasa tidak dapat dibebani untuk menanggung segala kerugian yang ditimbulkan.
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Surat Perjanjian/kontrak, bahwa apabila seluruh pekerjaan telah selesai maka penyedia jasa wajib melakukan masa pemeliharaan atas hasil pekerjaan tersebut selama 6 (enam) bulan. Hal ini dimaksudkan agar pihak ketiga PT. GODHAR UTAMA KHARISMA bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya apabila sewaktu-waktu terjadi kerusakan, kegagalan ataupun kekurangan pekerjaan.
Jika dilihat dari ketentuan-ketentuan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perjanjian pemborongan pemasangan jaringan pipa air limbah Gedung Panin Bank antara PD. PAL JAYA dan PT. GODHAR UTAMA KHARISMA telah sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat di dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata maupun dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Kedua pihak tersebut juga telah memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing sesuai dengan yang tertuang di dalam kontrak tersebut.
D. Bentuk Penyelesaian Sengketa yang Timbul di dalam Pelaksanakan