• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Politik Pengupahan Di Indonesia

3.2 Pelaksanaan Permenakertrans RI No 13 Tahun 2012

Guna mendapatkan nilai komponen hidup layak (KHL) maka digunakan pedoman permenakertrans RI no 13 tahun 2012. Dalam permenakertrans RI no 13 tahun 2012, KHL adalah nilai terendah dari hasil survey dewan pengupahan daerah. Untuk survey yang dilakukan dewan pengupahan provinsi sumatera utara untuk penetapan KHL tahun 2013 adalah sebagai berikut :

a. Dewan pengupahan provinsi Sumatera utara merumuskan terlebih dahulu kualitas komponen kebutuhan hidup layak yang akan disurvey ke pasar tradisional kabupaten / kota yang ada di Provinsi Sumatera utara untuk kemudian dituangkan dalam suatu blanko survey KHL Tahun 2012.

b. Dewan pengupahan provinsi Sumatera utara melaksanakan survey KHL tahun 2012 ke 30 (tiga puluh) kabupaten / kota yang ada di Provinsi Sumatera utara pada tanggal 11 s/d 14 September 2012 dengan mengunjungi 3 (tiga) responden di pasar tradisional yang ada di kabupaten/kota.

c. Setelah dilaksanakan survey KHL, masing-masing tim survey melakukan perhitungan nilai kebutuhan hidup layak bagi pekerja/buruh lajang dalam sebulan sesuai dengan ketentuan permenakertrans RI Nomor 13 tahun 2012.

d. Hasil perhitungan kebutuhan hidup layak dari masing-masing kabupaten/kota selanjutnya direkap untuk kemudian mendapatkan nilai kebutuhan hidup layak terendah yang akan digunakan sebagai dasar dalam merumuskan usulan upah minimum provinsi (UMP) Sumatera utara tahun 2013 yaitu kabupaten serdang bedagai dengan nilai KHL Rp 1.209.479 (satu juta duaratus Sembilan ribu empat ratus tujuh puluh Sembilan rupiah)55

Data hasil survey dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara tahun 2012 untuk UMP 2013

.

Sumber : Dinas tenaga kerja dan trasmigrasi provinsi sumatera utara

55

3.2.1 Pelaksanaan Tahapan Pencapaian KHL

Dalam menetapkan upah di Indonesia maka diperlukan peninjauan terhadap kebtutuhan hidup layak (KHL). Jika kita lihat kebutuhan manusia maka memerlukan pangan, sandang, papan, semenatara kebutuhan lainnya bersifat fisiologis seperti kesehatan, pendidikan, hiburan harus terpenuhi pula. Maka dapat kita kaitkan bagaimana upah yang diterima buruh apakah telah sesuai dengan penghidupan yang layak.

Kebutuhan hidup layak (KHL) adalah standart kehidupan yang harus dipenuhi oleh buruh untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam

penetapan upah minimum KHL merupakan Peningkatan dan kebutuhan hidup minimum, artinya pengusaha tidak diperbolehkan membayar di bawah harga minimum. Nilai KHL diperoleh melalui survei harga, survei yang dimaksut adalah survey harga yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari unsur triparti yang dibentuk kepala daerah dan bernama “Dewan Pengupahan Daerah”. Sehingga nilai KHL sebagaimana menjadi pertimbangan dalam penetapan upah minimum. Ada beberapa poin yang harus dipenuhi Dewan pengupahan dalam melaksanakan survey kebutuhan hidup layak yaitu :

1. Nilai masing-masing komponen dan jenis KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan secara berkala pada minggu pertama setiap bulan dan tidak pada hari-hari besar yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga.

2. Kualitas dan Spesifikasi teknis masing-masing komponen dan jenis KHL disepakati sebelum survei dilaksanakan dan ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengupahan

3. Survei dilakukan oleh Dewan Pengupahan Provinsi atau Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota dengan membentuk tim yang keanggotaannya terdiri dari 5 orang, 4 orang anggota Dewan Pengupahan dari unsur tripartit, dan 1 orang dari badan pusat statistik.

4. Hasil survei dari kabupaten/kota yang terendah ditetapkan sebagai nilai KHL oleh Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.

5. Survei komponen dan jenis KHL dilakukan di pasar tradisional besar yang dapat dijangkau buruh dan berdurasi keramaian relatif panjang. Survey komponen dilakukan pada pedagang yang menjual secara eceran dan tidak berganti-ganti.

6. Penetapan upah dilakukan sekurang-kurang 1 tahun dengan mempertimbangan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Produktivitas adalah hasil perbandingan antara jumlah produk domesti regional bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja danpertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan nilai produk domesti regional bruto (PDRB). Maka dalam

melakukan survey dewan pengupahanharus selalu memperhatikan kondisi pasar kerja.

Hasil temuan praktek survey kebutuhan hidup layak seorang lajang oleh dewan pengupahan adalah dewan pengupahan provinsi sumatera utara melakukan perdebatan lagi dalam penentuan kualitas barang yang di survey yang tentunya dekat dengan praktek voting tugas dewan pengupahan bukan menentukan kualitas barang melainkan menentukan jenis barang yang akan di survey yaitu merk setiap jenis barang dan jasa, dalam permtraker no 13 tahun 2012 sudah cukup jelas digambarkan tentang kualitas harga barang yang akan di survey, dalam penentuan kualitas sedang misalnya maka harga kualitas terendah ditambah harga kualitas tertinggi di bagi dua maka di dapatlah harga barang dengan kualitas sedang.Dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara juga hanya melakukan survey sebanyak 1 kali selama 4 hari pada 11-14 september 2012, ini tentu saja menyalahi aturan dalam permentraker no 13 tahun 2012 yang mana mewajibkan dewan pengupahan daerah untuk melakukan survey di minggu pertama di tiap bulan, tentu dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara akan tidak mampu memperhitungkan fluktuasi harga barang dan jasa yang terjadi dipasar, karena data tentang harga barang survey yang hanya pada bulan september, sementara itu dalam pemilihan tempat survey di 33 kabupaten/kota di provinsi sumatera utara, dewan pengupahan akan di bagi menjadi 8 tim, sehingga 1 tim mendapatkan areal kerja sebanyak 4 kabupaten/kota selama 4 hari, melakukan survey di 1 kabupaten/kota dan dalam satu hari tersebut di tiga pasar tentu tidak akan memberikan hasil yang maksimal karena tim survey akan terkendala waktu pengerjaan yang sempit dan penentuan responden.

Dari hasil wawancara denganPahala Napitupulu (Ketua DPD SBSI 1992 Sumatera Utara) mantan anggota dewan pengupahan provinsi sumatera utara, dalam melaksanakan survey, dewan pengupahan banyak yang menggunakan pakaian dinas seolah-olah adalah survey harga pasar, sehingga banyak pedagang

yang menurunkan harga takut di tindak karena menetapkan harga yang terlalu tinggi, ini tentu berbanding terbaling dengan ketika buruh yang melakukan transaksi dimana harga menjadi lebih tinggi daripada yang disurvey dewan pengupahan daerah, dalam permentraker no 13 juga diatur bahwa survey dilakukan seolah-olah pertugas survey hendak membeli baran, temuan lain adalah survey dilakukan di pasar-pasar induk yang jauh dari domisili buruh, yang mana buruh berbelanja hanya di pasar-pasar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Dari keterangan bambang juga didapatkan informasi bahwa pengolahan data dewan pengupahan daerah provinsi Sumatera utara dilakukan oleh pemerintah sendiri yaitu dari instansi badan pusat statistik, hal ini tentu rentan dengan sifat subjektif pengolah data dan intervensi birokrasi atasan, jadi peranan dewan pengupahan daerah provinsi sumatera utara tidak lebih sebagai tim pembantu pemerintah dalam melakukan survey harga barang-barang yang menjadi kebutuhan hidup seorang buruh lajang.

Jika kita lihat instrumen yang melakukan survei untuk menentukan KHL maka pemerintah selalu dominan dibanding organisasi pengusaha dan serikat buruh. Metode yang biasa dipakai adalah membuat kuisioner hal-hal yang perlu ditanyakan kepada responden untuk memperoleh informasi harga barang/jasa Sesuai dengan jenis-jenis kebutuhan dalam komponen KHL. Permasalahannya kemudian adalah tempat survei yang dilakukan di pasar tradisional bukan di pasar modern. Padahal harga-harga barang di pasar tradisional selalu mengalami fluktuasi, sehingga sewaktu-waktu dapat mengalami tingkat inflasi yang tinggi.

Perubahan komponen dari permenakertrans no 17 tahun 2005 menjadi permenakertrans no 13 tahun 2012 menambahkan 14 poin dalam guna meningkatkan kualitas hidup buruh, akan tetapi nilainya sangat kecil seperti deodorant dan sisir.Sementara itu secara keseluruhan komponen dalam permen no 13 tahun 2013 juga banyak mengalami pengurangan nilai untuk menekan besaran perhitungan upah, yaitu dalam penghitungan KHL bagian satu “makanan dan minuman”, seorang buruh lajang dan dengan tingkat kesulitan kerja “sedang”

membutuhkan 3000 kalori perhari dalam satu bulan adalah 90000 kalori56

Di bagian lain form survey dewan pengupahan daerah juga ada kesalahan yang sangat merugikan buruh, yaitu tolak ukur kualitas komponen yang tidak jelas, tidak memiliki tolak ukur konkrit melainkan semu karena menggunakan kata “sedang, baik, produk local dll”, misalkan di ambil contoh apa bila dalam survey pasar dewan pengupahan daerah menemukan harga celana Rp 50.000 dan harga termahal Rp 250.000, lantas bagaimana penentuan nilai sedangnya ?. Lalu ada pula jumblah kebutuhan dalam form yang sangat jauh dari hidup layak yaitu : pembelian celana panjang, kemeja, kaos, celana dalam, semir sepatu 1 kali dalam 2 bulan, celana pendek, sandal jepit dan sepatu 2 kali setahun, gas elpigi 3 kg 1 kali dalam setahun, air hanya 66 liter, cermin hanya berukuran 30x50, sewa kamar seharusnya diganti dengan kredit perumahan, transportasi diganti dengan kredit speda motor, rekreasi juga di tambahi subpoin untuk rekreasi luar kota, kebutuhan komunikasi seperti handphone dan pulsa, kebutuhan social seperti iuran organisasi . Maka dalam satu bulan buruh memerlukan beras 12 kg, protein 10,5 kg, kacang-kacangan 3,5 kg, susu 1 kg, gula pasir 2 kg, minyak goring 1 kg, sayuran 7,5 kg, buah-buahan 7,5 kg, karbohidrat lain 6 kg, dan teh/ kopi 0,5 kg, sementara dalam form survey dewan pengupahan daerah menggunakan ukuran untuk makanan dan minuman adalah beras 10 kg, protein 3 kg, kacang-kacangan 4,5 kg, susu 0,9 kg, gula pasir 3 kg, minyak goreng 2 kg, sayuran 7,2 kg, buah-buahan 7,5 kg, karbohidrat lain 3 kg, dan teh/ kopi 0,3 kg.Kesalahan dalam distribusi komponen makanan tentu berdampak pada besaran nominal penghitungan upah, beras mendapatkan pengurangan 2 kg, protein dikurangi 7,5 kg, sayuran dikurangi 0,3 kg, karbohidrat lain berkurang 3 kg dan teh/kopi dikurangi 0.2 kg. Mungkin secara hitungan kalori kebutuhan dapat terpenuhi karena beban kalori yang berkurang dialihkan ke kalori lain dalam bentuk minyak goreng, dan gula pasir, akan tetapi tidak mungkin buruh dalam memenuhi kebutuhan kalori meminum minyak goreng dan memperbanyak konsumsi gula.

infaq dll, helm jacket, biaya pendidikan yang sangat minimum, dan yang terakhir pajak bumi dan bangunan serta pajak kendaraan bermotor. Kebijakan yang tidak memihak ini tentu akan menghasilkan nilai yang sangat kecil.

Dokumen terkait