• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Keadaaan Umum Pengupahan Di Indonesia

2.1.2 Dewan Pengupahan Daerah

Berdirinya Dewan pengupahan daerah adalah wujud implementasi dari Kepres Republik Indonesia No.107 tahun 2004, dewan pengupahan daerah bertugas untuk menetapkan kebutuhan hidup layak (KHL) atau standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan dengan melakukan survey tentang harga-harga kebutuhan pokok. Dewan pengupahan terdiri dari dewan pengupahan Tk I provinsi dan dewan pengupahan Tk II kabupaten/kota, dewan pengupahan provinsi adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit, dibentuk dan anggotanya diangkat oleh Gubernur dengan tugas memberikan saran dan

pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan upah minimum dan penerapan sistem pengupahan ditingkat provinsi serta menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional dan dewan pengupahan kabupaten/kota adalah suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit, dibentuk dan anggotanya diangkat oleh Bupati/Walikota yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Bupati/Walikota dalam rangka pengusulan upah minimum dan penerapan sistem pengupahan di tingkat Kabupaten/Kota serta menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional.

Dewan pengupahan daerah menentukan nilai masing-masing komponen dan jenis KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan secara berkala. Kualitas dan spesifikasi teknis masing-masing komponen dan jenis KHL disepakati sebelum survei dilaksanakan dan ditetapkan oleh ketua dewan pengupahan provinsi atau ketua dewan pengupahan kabupaten/kota. Survei dilakukan oleh dewan pengupahan provinsi atau dewan pengupahan kabupaten/kota dengan membentuk tim yang keanggotaannya terdiri dari anggota dewan pengupahan dari :

1. Unsur tripartit,

2. Unsur perguruan tinggi/pakar,dan 3. Badan pusat statistik setempat.

Hasil survei ditetapkan sebagai nilai khl oleh dewan pengupahan provinsi dan/atau kabupaten/kota. survei komponen dan jenis khl dilakukan dengan menggunakan pedoman peraturan menteri no 13 tahun 2012 tentang pedoman survey KHL, sementara apabila di Kabupaten/Kota belum terbentuk Dewan Pengupahan, maka survei dilakukan oleh Tim Survei yang dibentuk oleh Bupati/Walikota, tim keanggotaannya secara tripartit dan dengan mengikutsertakan Badan Pusat Statistik setempat.

Nilai KHL yang ditetapkan oleh dewan pengupahan kabupaten/kota atau bupati/walikota disampaikan kepada gubernur secara berkala, penetapan upah minimum oleh gubernur berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, dalam penetapan upah minimum gubernur harus membahas secara simultan dan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Nilai KHL yang diperoleh dan ditetapkan dari hasil survei;

2. Produktivitas makro yang merupakan hasil perbandingan antara jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan jumlah tenaga kerja pada periode yang sama;

3. Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan nilai PDRB;

4. Kondisi pasar kerja merupakan perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan jumlah pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang sama; 5. Kondisi usaha yang paling tidak mampu (marginal) yang ditunjukkan oleh

perkembangan keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu pada periode tertentu.

6. Saran dan pertimbangan Dewan Pengupahan Provinsi dan rekomendasi Bupati/Walikota.

Upah minimum provinsi yang ditetapkan gubernur didasarkan pada nilai KHL kabupaten/kota terendah di provinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan produktivitas, pertumbuhan ekonomi, kondisi pasar kerja dan usaha yang paling tidak mampu (marginal) dan yang terpenting upah minimum yang ditetapkan oleh gubernur berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun. Pencapaian KHL dalam penetapan upah minimum merupakan perbandingan besarnya upah minimum terhadap nilai KHL pada periode yang sama. Penetapan upah minimum diarahkan kepada pencapaian KHL, pencapaian KHL diwujudkan secara bertahap dalam penetapan upah minimum oleh Gubernur.

Dewan Pengupahan Sebagai Alat Kelas Penguasa

Hadirnya dewan pengupahan seperti memberi angin segar kepada buruh karena masuknya buruh dalam komposisi penentu besaran upah yang akan di rekomendasikan ke kepala daerah, padahal dewan pengupahan ini sesungguhnya tidak memiliki daya tawar apapun khususnya wakil dari buruh karena perpaduan antara pengusaha dan perwakilan pemerintah bergitu kental, seperti kata marx negara adalah alat kelas untuk menindas kelas yang lain, teori kelas muncul dalam analisis marx tetang sistem kapitalisme dimana kelas yang memonopoli alat produksi menciptakan negara dan segala regulasinya untuk menindas kelas yang lain yang tidak memiliki alat produksi, menurut marx sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas, maka dalam perjalanannya kelas yang menguasai alat produksi terus memperbaharui sistem penghisapanya seperti kebijakan UMP yang memecah perjuangan buruh tentang upah dan dewan pengupahan yang seolah-olah menempatkan buruh dan pengusaha sebagai mitra.

Selanjutnya meskipun komposisi dari Dewan pengupahan adalah terdiri dari tiga pihak atau yang biasa disebut tripartite yaitu perwakilan dari pemerintah, pengusaha dan buruh tetapi tetap saja yang paling menentukan didalam penentuan upah minimum provinsi adalah Kepala daerah Gubernur untuk tingkat propinsi, sedangkan kedudukan dewan pengupahan hanya bersifat usulan berdasarkan hasil survei yang syarat manipulasi. Sementara wewenang untuk menentukan upah tetap menjadi hak Gubernur Propinsi. Kemudian penentuan upah ini juga hanya menggunakan dasar hasil survei pasar padahal tersedia banyak metode dalam penentuan upah seperti survei kebutuhan buruh yang belum pernah dilaksanakan.

Pengusaha dapat mempelopori kemajuan kehidupan kaum buruh. Pengusaha sangat berkepentingan karena jika kesejahteraan buruh meningkat upahnya layak dan iklim kerjasama dapat diciptakan maka produktivitas buruh dapat ditingkatkan.Peningkatan ini akan memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan perusahaan. Namun sayangnya, pihak pengusaha yang paling

diuntungkan oleh sistem initidakberpikir demikian, karena wajah sistem ekonomi yangselama ini terkesan mengagumkan ternyata juga menyimpan sisi lain yangmengerikan yang kemudian tampakadalahmanusia-manusia yang saling bersaingdanberusaha mengeksploitasi manusia lainnya untuk kemakmuran dirinya sendiri.

Dokumen terkait