POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012)
Nico Demus Sagala (090906051)
Dosen Pembimbing : Drs. Ahmad Taufan Damanik MA Dosen Pembaca : Husnul Isa Harahap, SSos,M.Si
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nico Demus Sagala (090906051)
POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang penetapan upah minimum provinsi di Indonesia yang dari tahun ketahun dalam penetapannya di akhir tahun diwarnai dengan aksi buruh turun kejalan, terutama penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013 yang ditetapkan tahun 2012. Pada penetapan upah minimum provinsi tahun 2013 gejolak gerakan buruh di Indonesia sangat ramai turun kejalan dan melakukan tetkanan-tekanan politik kepada kepala daerah untuk merubah nilai upah minimum provinsi, begitu pula dengan sumatera utara yang juga mengalami gejolak gerakan buruh yang luar biasa. Dengan melihat mobilisasi massa, tekanan politik buruh dan kebijakan upah minimum provinsi yang terus mengalami penolakan, maka penelitian ini menjawab bagaimana penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, mengapa penetapan upah minimum provinsi terus diwarnai aksi penolakan ? dan mengapa gerakan buruh masih belum mampu menjadi alat bagi buruh mencapai kesejahteraan ?.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi perburuhan di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan buruh di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.
Konflik perburuhan adalah antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan upah minimum provinsi, gerakan buruh dsebagai objek kebijakan upah minimum provinsi dan pengusaha sebagai pelaksana kebijakan upah minimum provinsi. Fenomena tentang perburuhan antara pemerintah, gerakan buruh dan asosiasi pengusaha ini masih terus berlangsung, hanya mereda di akhir penetapan kebijakan dan kembali terulang di tahun berikutnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nico Demus Sagala (090906051)
POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)
ABSTRACT
The study is to disentangle the facts about the provincial minimum wage in indonesia for the year of yearthe determination at year-end tinged with the union fell hit the road, especially the provincial minimum wage north sumatera 2013 set on 2012.In the provincial minimum wage 2013 the labor movement in indonesia is very crowded and hit the road to political Pressure for head of regions to change the province minimum wages, similarly in north sumatra which is also remarkable about labor movement.With the mobilization of the masses, political pressure and labor policies provincial minimum wage which is a denial, and this research is answering how the province minimum wages north sumatera 2013, why the provincial minimum wage is redolent the denial? and why does a labour still unable to become a tool for achieving prosperity union.
The theory was used to describe the problems his economic theories of karl marx discussing politics is clearly about the commodity, the value theory, the movement and the social class and the class struggle, this theory is used to see more clearly about labor conditions in indonesia production pattern at indonesia and the labor movement in indonesia.Using a case study, interview techniques and methods for major in the data, the study relied on the result analysis of data obtained from its relevance interview with the theory and use.
Labor is a conflict between governments as policymakers province minimum wages, the unions object dsebagai provincial minimum wage policies and a businessman of the province minimum wages.The phenomenon of labor between government the movement of workers and entrepreneurs association is still ongoing, Only subside in the end the policy and return not happen next year
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SIOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh
Nama : Nico Demus Sagala
NIM : 090906051
Departement : Ilmu Politik
Judul : Politik Pengupahan Di Indonesia (Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013)
Menyetujui ; Ketua
Departemen Ilmu Politik,
Dra. T. Irmayani, M.Si NIP : 196806301994032001
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
(Drs. Ahmad Taufan Damanik MA) (Husnul Isa Harahap, SSos,M.Si)
NIP : 196506291988031001 NIP : 198212312010121001
Mengetahui : Dekan FISIP USU
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada tuhan yang
maha esa, karena hanya atas berkat, kasih sayang dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.usaha diiringi doa serta bantuan orang-orang
sekitar merupakan hal-hal yang memampukan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Politik Pengupahan Di Indonesia (Studi Kasus :
penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara tahun 2012) ini penulis susun
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Politik pada jurusan
Ilmu Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara Medan.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan yang
sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namum
kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan motivasi.
Penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Badarudin M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan
2. Ibu Dra. T Irmayani, selaku Ketua Departemen S-1 Ilmu Politik, Fakultas
Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Ahmad Taufan Damanik, M.A, selaku Dosen pembimbing I, yang
sudah banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis
dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
4. Bapak Husnul Isa Harahap, S.Sos, selaku dosen pembimbing II, yang
dan memberikan penghargaan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai.
5. Bapak/Ibu Dosen departemen Ilmu Politik S-1 Fakultas Ilmu-ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Orang tua penulis yaitu, Bapak Ir Daud Sagala dan Ibu Christiana
Silitonga, yang selalu mendoakan dan mendukung agar penulis selalu
sehat dan semangat, dan telah banyak mendoakan dan mendukung agar
penulis selalu sehat dan semangat, dan telah banyak memberikan
dukungan moral dan material yang tidak terhingga sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini, menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan
gelar sarjana seperti yang telah di cita-citakan, dan tanpa kedua orang tua
penulis, penulis tidak akan mampu menjadi seperi saat ini.
7. Kepada kakak dan adik-adik penulis, Friska Mawarni Sagala, Juan Bill
Parhugi Sagala dan Rani Inggriani Sagala, yang telah mendukung dan
memotivasi kepada penulis.
8. Kepada teman-teman penulis di departemen Ilmu Politik stambuk 2009,
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, semoga pertemanan kita
dapat terus berlanjut dan tidak terbatas hanya dalam perkuliahan.
9. Kepada kakak-kakak senior dan adik-adik junior di departemen Ilmu
Politik Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara Medan.
10.Kepada kawan-kawan Front Mahasiswa Nasional (FMN) Bung Kosner,
Bung Irfan, Bung kiki, Bung Putri, Bung Solihin, Bung Tariq, Bung Amar,
Bung Putra, Bung Janter, Bung Jeki, Bung Ludin, dan kawan-kawan
lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
11.Kepada kawan-kawan Gabungan serikat buruh Independen (GSBI) Bung
Eben dan Bung Ken
12.Kepada kawan-kawan Aliansi erakan Reforma Agraria (AGRA) Bung
13.Kepada para narasumber, Bapak Nelson Manalu dari Konfederasi Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Bapak Ponijo dari Serikat Pekerja
Sejahtera Indonesia (SPSI), Bapak Pahala Napitupulu dari Serikar Buruh
Sejahtera Indonesia 1992 (SBSI 1992), Bapak Bambang Hermanto dari
Aliansi Pekerja Buruh Melawan (PBM), Bapak Juniman dari Serikat
Buruh Sumatera Utara (SBSU), Ibu Ririn Bidasari dari dinas tenaga kerja
dan transmigrasi provinsi sumatera utara bagian hubungan industrial,
Bapak Jony Sitanggang dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Banyak Kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, isi dari skripsi ini
masih sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para
pambaca khususnya bagi peneliti yang memiliki keterkaitan dengan isi kripsi ini
Medan, Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Abstract ... ii
Lembaran Persetujuan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi... v
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 13
1.3 Pembatasan Masalah... 13
1.4 Tujuan Penelitian ... 14
1.5 Manfaat Penelitian ... 14
1.6 Krangka Teori ... 15
1.6.1 Ekonomi Politik Marxis... 15
1.6.1.1 Komoditi ... 16
1.6.1.2 Teori Nilai Lebih ... 18
1.6.1.3 Upah ... 21
1.6.3 Teori Gerakan Sosial ... 24
1.7 Metodologi Penelitian ... 28
1.7.2 Jenis Penelitian ... 29
1.7.3 Lokasi Penelitian ... 31
1.7.3 Teknik Pengumpulan Data ... 31
1.7.4 Teknik Analisis Data ... 31
1.8 Sistematika Penulisan ... 32
BAB II Keadaaan Umum Pengupahan Di Indonesia ... 34
2.1 Upah ... 34
2.1.1 Sejarah Kebijakan Upah Minimum Di Indonesia... 37
2.1.2 Dewan Pengupahan Daerah ... 50
2.2 Buruh ... 53
2.2.1 Sejarah Lahirnya Buruh dan Gerakan Buruh Di Indonesia ... 53
BAB III Politik Pengupahan Di Indonesia ... 75
3.1 Penetapan UMP Di Sumatera Utara Tahun 2012 ... 78
3.2 Pelaksanaan Permenakertrans RI No 13 Tahun 2012 ... 86
3.3 Peranan Dewan Pengupahan Daerah ... 93
3.4.1 Karakter Industri di Indonesia ...114
3.4.2 Serikat Buruh di Indonesia ...117
BAB IV Penutup ...129
Kesimpulan ...129
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nico Demus Sagala (090906051)
POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)
ABSTRAK
Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang penetapan upah minimum provinsi di Indonesia yang dari tahun ketahun dalam penetapannya di akhir tahun diwarnai dengan aksi buruh turun kejalan, terutama penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013 yang ditetapkan tahun 2012. Pada penetapan upah minimum provinsi tahun 2013 gejolak gerakan buruh di Indonesia sangat ramai turun kejalan dan melakukan tetkanan-tekanan politik kepada kepala daerah untuk merubah nilai upah minimum provinsi, begitu pula dengan sumatera utara yang juga mengalami gejolak gerakan buruh yang luar biasa. Dengan melihat mobilisasi massa, tekanan politik buruh dan kebijakan upah minimum provinsi yang terus mengalami penolakan, maka penelitian ini menjawab bagaimana penetapan upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, mengapa penetapan upah minimum provinsi terus diwarnai aksi penolakan ? dan mengapa gerakan buruh masih belum mampu menjadi alat bagi buruh mencapai kesejahteraan ?.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori ekonomi politik karl marx yang membahas dengan jelas tentang teori komoditas, teori nilai lebih, teori upah, teori gerakan social dan teori kelas dan perjuangan kelas, teori ini digunakan untuk melihat lebih jelas tentang kondisi perburuhan di Indonesia, pola produksi di Indonesia dan kondisi gerakan buruh di Indonesia. Dengan menggunakan desain studi kasus dan metode wawancara sebagai teknik utama dalam pengumpulan data, penelitian ini mengandalkan hasil analisis dari data wawancara yang diperoleh dan relevansinya dengan teori yang digunakan.
Konflik perburuhan adalah antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan upah minimum provinsi, gerakan buruh dsebagai objek kebijakan upah minimum provinsi dan pengusaha sebagai pelaksana kebijakan upah minimum provinsi. Fenomena tentang perburuhan antara pemerintah, gerakan buruh dan asosiasi pengusaha ini masih terus berlangsung, hanya mereda di akhir penetapan kebijakan dan kembali terulang di tahun berikutnya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
Nico Demus Sagala (090906051)
POLITIK PENGUPAHAN DI INDONESIA
(Studi Kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013) Rincian isi Skripsi ix, 142 halaman, 4 tabel, 1 gambar, 23 buku, 15 artikel dari situs internet 14, 1 koran, serta 6 wawancara. (Kisaran buku dari tahun 1990-2006)
ABSTRACT
The study is to disentangle the facts about the provincial minimum wage in indonesia for the year of yearthe determination at year-end tinged with the union fell hit the road, especially the provincial minimum wage north sumatera 2013 set on 2012.In the provincial minimum wage 2013 the labor movement in indonesia is very crowded and hit the road to political Pressure for head of regions to change the province minimum wages, similarly in north sumatra which is also remarkable about labor movement.With the mobilization of the masses, political pressure and labor policies provincial minimum wage which is a denial, and this research is answering how the province minimum wages north sumatera 2013, why the provincial minimum wage is redolent the denial? and why does a labour still unable to become a tool for achieving prosperity union.
The theory was used to describe the problems his economic theories of karl marx discussing politics is clearly about the commodity, the value theory, the movement and the social class and the class struggle, this theory is used to see more clearly about labor conditions in indonesia production pattern at indonesia and the labor movement in indonesia.Using a case study, interview techniques and methods for major in the data, the study relied on the result analysis of data obtained from its relevance interview with the theory and use.
Labor is a conflict between governments as policymakers province minimum wages, the unions object dsebagai provincial minimum wage policies and a businessman of the province minimum wages.The phenomenon of labor between government the movement of workers and entrepreneurs association is still ongoing, Only subside in the end the policy and return not happen next year
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 13 tahun 2003 upah adalah imbalan dari pemilik modal
terhadap buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan
dalam bentuk nilai uang yang ditentukan berdasarkan ketentuan atau peraturan
perundang-undangan yang termasuk tunjangan untuk buruh beserta keluarganya1
Didalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bab X bagian
kedua diatur upah minimum yang berlaku hari ini adalah upah minimum provinsi
( UMP ), upah minimum kabupaten/kota ( UMK ) yang tiap tahunnya ditentukan
oleh Gubernur untuk UMP dan Bupati/Walikota untuk UMK atas usulan dari .
Pada perkembangnnya upah selalu menjadi tuntutan buruh. upah merupakan
persoalan pokok yang dihadapi buruh, upah menjadi sandaran utama buat buruh
untuk memenuhi kebutuhan hidup, buruh memiliki tenaga kerjanya dan di
gunakan untuk mengoperasikan alat produksi, kepemilikan alat-alat produksi oleh
pemilik modal, mendorong buruh menjual tenaga kerjanya untuk mendapatkan
upah sebagai imbalan kerjanya.
Upah yang diterima oleh buruh ditentukan oleh kebutuhan seorang buruh
untuk menopang hidupnya dan keluarganya pada tingkatan kebutuhan pokok,
maka seharusnya mendapatkan upah yang layak demi menopang kehidupannya.
Upah merupakan hak buruh, upah diterima saat adanya hubungan produksi dan
berakhir pada saat kerja berakhir. Sementara upah buruh tidak dibayar jika buruh
tidak bekerja. Pemilik modal/pengusaha dalam menetapkan upah tidak boleh
diskriminasi terhadap rakyat, yang artinya tiap buruh yang melakukan pekerjaan
yang nilainya sama, harus mendapatkan upah yang sama.
1
UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Diunduh dari
dewan pengupahan daerah ataupun dewan pengupahan kabupaten/kota dengan
proses tahapan pembahasan dan survey terlebih dahulu. Penetapan upah minimum
provinsi di dasarkan pada permenakertrans no 13 tahun 2012 yang direvisi dari
permenakertrans no 17 tahun 2005, namun hasil revisi tersebuttidak jauh berbeda
dengan permen no 17 tahun 2005, dimana kebutuhan hidup yang menjadi dasar
survei harga hanyalah untuk kebutuhan hidup buruh lajang. Kebutuhan hidup bagi
para buruh yang sudah berkeluarga, sampai sejauh ini tidak masuk dalam
hitungan. Dalam permenakertrans no 13 Tahun 2012 yang di maksud dengan
“kebutuhan hidup layak” adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang
untuk dapat memenuhi kebutuhan fisik dalam kurun waktu 1 (satu) bulan.
Penghitungan upah yang diatur dalam permen no 13 tahun 2012 dimana
dasar penetapan upah minimum di Indonesia adalah KHL, yang nilainya diperoleh
melalui survei harga. Secara normatif, yang dimaksud dengan “hidup layak”
adalah standar kebutuhan hidup seorang buruh secara fisik dan non-fisik untuk 1
(satu) bulan.
KHL adalah standart kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang
pekerja/buruh lajang untuk memenuhi kehidupannya. Ketentuan ini menjelaskan
hanya untuk memenuhi kehidupan pekerja lajang. Sehingga keberadaan keluarga
tidak dihitung oleh pengusaha keberadaannya dalam menentukan pengupahan.
Hal ini sangat bertentangan dengan UU no. 13 tahun 2003 pasal 88 yang
mengatakan, “setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi manusia”. Sehingga jelas bahwasannya
sebagai seorang manusia hidup berkeluarga merupakan hak semua manusia dan
pengusaha harus memperhatikan upah layak buruh untuk dapat memenuhi
kebutuhan buruh dan keluargannya secara wajar yang meliputi pangan, sandang
dan papan serta jaminan hari tua. Dengan demikian, Permetakertrans telah
memperkecil pengupahan di Indonesia. Seperti itu juga peranan dari pemerintah
yang berkelanjutan pada Pasal 4 No.17/MenVII/2005 yang mengatakan penetapan
propinsi yang bersangkutan dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini berarti tidak menjadi rata-rata nilai KHL dari kabupaten/kota dalam
menetapkan upah minimum provinsi melainkan KHL terendah menjadi upah
minimum provinsi.
Pemerintah telah menambahkan 14 komponen kebutuhan hidup sehingga
menjadi 60 komponen, tambahan komponen meliputi : 1) Ikat pinggang, 2) Kaos
kaki, 3) Deodorant 4) Seterika 250 watt, 5) Rice cooker ukuran 1/2 liter, 6) Celana
pendek, 7) Pisau dapur 8) Semir dan sikat sepatu, 9) Rak piring portable plastik,
10) Sabun cuci piring (colek) 11) Gayung plastik ukuran sedang, 12) Sisir, 13)
Ballpoint/pensil, 14) Cermin 30 x 50 cm2, sedangkan standar barang dan jasanya
serta kualitasnya masih tetap sama dengan Permen 17 tahun 2005 yaitu kualitas
sedang. Dalam Permen 13 tahun 2012 semua barang dan jasa yang menjadi dasar
perhitungan adalah barang dan jasa kelas 3 atau dalam lampiran tersebut
disebutkan kualitas sedang. KHL juga tidak bersandar pada standar kualitas hidup
yang baik melainkan hanya berfungsi sebagai jaring pengaman sementara buruh.
Penetapan KHL tidak memasukkan aspek lonjakan kenaikan harga tiap bulan
sampai akhir tahun3
Jadi meskipun Permen 13 tahun 2012 ini di katakan sebagai peraturan
penyempurna dari Permen 17 tahun 2005 untuk penetapan upah yang sesuai
dengan kebutuhan hidup layak, namun secara kualitas tidak mengalami
perubahan, dan hal itu sama sekali tidak membawa perubahan terhadap
peningkatan atau perbaikan kesejahteraan kaum buruh dan keluarganya. Ini
karena perubahan tersebut tidak menyentuh substansi, tetapi hanya menambahkan
14 komponen kebutuhan yang nilainya sangat kecil dan tidak sesuai dengan
kebutuhan riil buruh serta jauh dari tuntutan sejati klas buruh Indonesia. Upah
buruh tetaplah murah, perubahan kebijakan di tataran regulasi hanya untuk .
2
Permentrakertrans no 13 tahun 2012, Diunduh dari ayieks.files.wordpress.com/2012/08/no-13-tahun-2012-khl.pdf. selasa 7 mei 2012, jam 17.00 WIB.
3
memperhalus praktek politik pengupahan di Indonesia dan hanya sekedar
meredam tuntutan dan aspirasi sejati dari klas buruh Indonesia, karena
kenyataannya perubahan peraturan tersebut justru memperendah posisi tawar
buruh di hadapan pengusaha.Maka yang terkandung dalam sistem upah minimum
adalah ; upah minimum sebagai jaring pengamanan, upah minimum hanya untuk
lajang, diperbolehkan pengusaha melakukan penundaan atau penangguhan4
Upah minimum hanya untuk lajang artinya pengusaha hanya menanggung
kebutuhan seorang buruh tanpa mempertimbangkan keluarga buruh. Penghitungan
harga kebutuhan sangat ketat berdasarkan harga pasar. Wallaupun demikian
pencapaian nominal UMP/UMK rata-rata hanya berkisar 85-92 persen dari
kebutuhan hidup minimum ( KHM ). Berarti terjadi kesulitan buruh dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bagaimana jika si buruh mempunyai
keluarga sehingga harus membagi upahnya untuk kebutuhan istrinya dan anaknya.
Kondisi ini yang membuat maraknya anak-anak buruh tidak mengecap dunia
pendidikan serta tingkat kesejahteraan yang rendah. Seperti pada masa orde baru
yang didasarkan pada kebutuhan fisik minimum (KFM) yang pencapaiannya
hanya berkisar 80-90 persen dari KFM. Sehingga buruh hanya sekedar hidup .
Upah minimum sebagai jaring pengaman artinya upah minimum hanya
upah terendah yang didasarkan pada kriteria tertentu. Seperti upah ditetapkan
masih berdasarkan kebutuhan hidup seorang buruh/pekerja lajang, pertimbangan
penetapan upah tidak semata-mata survey KHL tetapi juga tingkat pertumbuhan
ekonomi, sehingga sering terjadi ketimpangan dalam survey. Filosopi dari upah
minimum adalah sebagai jaring pengamanan berarti pengusaha tidak boleh
membayar upah buruh lebih rendah dari upah minimum yang ditetapkan. Arti
minumum berarti tarif paling bawah, kurang dari itu berarti timpang. Oleh karena
itu ketika pengusaha membayar upah buruh dibawah upah minimum maka
penghidupan buruh akan tetap dibawah garis kemiskinan.
4
mencari makan dengan hidup serba kekurangan. Sementara pengusaha
mendapatkan nilai lebih dari hasil kerja buruh.
Pengusaha berhak melakukan penangguhan upah dimana upah minimum
hukumnya tidak wajib bagi dari pengusaha untuk membayar jika memang
pengusaha keberatan dapat mengajukan penagguhan/penundaan dalam
pelaksanaan pembayaraan upah minimum yaitu dengan keluarnya keputusan
menteri tenaga kerja dan transmigrasi RI Nomor kep-23/Men/2003. Atas dasar
peraturan ini penguasaha dapat menunda membayar upah minimum paling lambat
10 hari sebelum upah minimum disepakati oleh buruh/serikat buruh. Hal ini
menunjukkan bahwa ini persoalan kecil yang terkandung dalam penerapan politik
pengupahan dan jika dikaji secara mendalam tentu akan banyak lagi persoalan
tentang pengupahan di Indonesia. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu
pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah.
Tetapi hal ini belum terlaksana. Dimana tingkat kesejahteraan buruh masih
dibawah standart karena tidak sesuai pemberian upah dengan nilai KHL. Setiap
akhir tahun buruh selalu menanti persentase kenaikan UMP-nya. Tentu
harapannya sangat besar terhadap pemerintahan untuk menetapkan upah yang
layak.
Dalam UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juga diatur tentang
dewan pengupahan sebagai salah satu aktor dalam penetuan upah minimum,
dewan pengupahan bertugas untuk mensurvey harga-harga komoditas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup seorang buruh, yang kemudian diakumulasikan guna
menetapkan nilai upah yang kemudian direkomendasikan kepada pemerintah.
Dewan pengupahan terdiri dari organisasi pengusaha, serikat pekerja/Serikat
buruh dengan komposisi 2:1:1. Sehingga dapat kita lihat dari komposisi dewan
pengupahan saja sudah ada intervensi dari pengusaha sangat besar dalam
menentukan UMP/UMK. Oleh karena itu sering akhir tahun terjadi unjuk rasa
oleh buruh/serikat pekerja yang menuntut pemerintah dalam menetapkan nilai
menuntut untuk dicabutnya atau merevisi kebijakan atas upah. Memperkecil upah
juga didukung oleh dewan pengupahan daerah yang esensinya memihak pada
pengusaha. Sehingga memberi arti bahwa walupun KHL suatu daerah disesuaikan
dengan kebutuhan daerah itu, bukan menjadi jaminan menjadi besaran UMP5
Buruh adalah mereka yang bekerja pada orang lain dengan menjual tenaga
kerjanya dalam bentuk menerima upah dan tidak mempunyai apa-apa kecuali
tenaga kerjanya
.
Tetapi bisa di bawah nilai KHL. Karena dewan pengupahan daerah mempunyai
kekuasaan dengan alasan pertumbuhan ekonomi.
6
, buruh terlahir karena monopoli modal, dimana orang yang tidak
memiliki modal harus bekerja kepada yang memiliki modal, buruh tidak memiliki
potensi lain selain tenaganya yang di gunakan untuk memproduksi barang-barang
dan sebagai gantinya buruh mendapatkan upah/uang atas kerjanya memproduksi
barang-barang untuk didistribusikan ke pasar. Dari hasil penjualannya, pengusaha
akan mendapatkan keuntungan/laba. Harga jual dipasar akan menentukan laba si
pengusaha. Tetapi tanpa disadari nilai yang dihasilkan oleh buruh memproduksi
barang berlipat ganda, mengubah benang menjadi pakaian tentu menanbah nilai
dari benang yang berlipat ganda dan nilai yang bertambah ini dikurang upah
buruh dan komoditas, menjadikan laba buat pengusaha. Barangkali orang-orang
akan membantah bahwa buruh industri bekerja dengan mesin yang
melipatgandakan hasil kerjannya, itu betul, tetapi yang mengusai mesin adalah
pengusaha, sehingga buruh hanya mendapatkan sebagian kecil dari tenaganya
sebagai upah7
5
Hand book. Minimalisasi Penetapan Upah Layak. Analisis Terhadap Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 17/Men/VII/2005
6
Darsono Prawironegoro, KARL MARX “ Ekonomi Politik dan Aksi Revolusioner” Diadit Media, Jakarta; 2012 hal 233
7
Frans Magnis Suseno. Pemikiran Karl Marx. PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta; 2005,
hal185
. Pengupahan kerap sekali menjadi pertentangan antara buruh dan
pengusaha. Buruh menginginkan Upah yang layak, sementara pandangan
pengusaha berbeda yang orientasinya laba. maka pengusaha kerap membayar
Buruh dan pengusaha mempunyai hubungan produksi yang erat. Satu
sama lain saling berinteraksi untuk menghasilkan barang. Pengusaha
membutuhkan kerja untuk menghasilkan barang, sementara buruh membutuhkan
uang (upah) agar dapat bertahan hidup dan buruh hanya memiliki tenaga kerjanya
sebagai komoditas yang dapat diberikan ke pihal lain. Pengusaha memakai tenaga
kerja buruh seminggu, sebulan atau bahkan setahun yang digunakan untuk
memproduksi barang-barang sehingga pengusaha berhak memperkejakan buruh
dengan ketentuan waktu yang ada namun ketika buruh tidak ada maka
perkembangan kapital pengusaha akan terhambat. Akan tetapi karena hubungan
produksi kapital, maka pengusaha akan melakukan apa saja untuk kepentingan
akumulasi modal temasuk dengan menekan biaya produksi sehingga mau tidak
mau pengusaha akan mengurangi biaya produksi dengan pemotongan upah buruh.
Selama buruh mendapatkan upah dari pengusaha yang rendah, maka kehidupan
buruh akan terus bergantungan pada kapital. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sumber penghasilan buruh adalah upah yang diberikan oleh pengusaha, sementara
sumber penghasilan pengusaha adalah buruh yang menyerahkan tenaga kerjanya
sebagai pengganti upah. Hal ini yang membuat penghidupan buruh semakin
timpang dimana lemahnya posisi buruh dalam sistem produksi. Padahal upah
merupakan imbalan yang seharusnya berimbang untuk mencapai kesejahteraan
buruh.
Buruh adalah tulang punggung dalam pembangunan ekonomi suatu negara
karena buruhlah yang melakukan kegiatan produksi, produktifitas buruh
menghasilkan barang-barang yang kemudian di jual ke pasar dan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 yang
digambarkan oleh penghasilan domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan
2000 turun sebesar 1,45 persen dibanding triwulan sebelumnya8
8
Berita Resmi Statistik No.14/02/Th. XVI, 5 Februari 2013
. Penurunan
tersebut mengikuti pola triwulanan yaitu mengalami kontraksi pada triwulan IV
disebabkan Sektor Pertanian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar
23,06 persen karena siklus musiman. Sementara sektor-sektor lainnya selama
triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan positif yaitu: 1) Sektor Konstruksi
tumbuh 4,02 persen, 2) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 3,34 persen, 3)
Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 2,74 persen, 4)Sektor
Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh 2,00 persen, 5) Sektor Jasa-Jasa tumbuh
1,96 persen, 6) Sektor Industri Pengolahan tumbuh 1,41 persen, 7) Sektor
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh 1,23 persen, dan 8) Sektor
Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 0,20 persen9
Akan tetapi Ekonomi Indonesia pada triwulan IV-2012 bila dibandingkan
dengan triwulan IV-2011 mengalami pertumbuhan sebesar 6,11 persen.
Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi,yaitu : 1) Sektor Pengangkutan
dan Komunikasi mencapai pertumbuhan sebesar 9,63 persen, 2) Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran tumbuh 7,80 persen, 3) Sektor Konstruksi
tumbuh 7,79 persen, 4) Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan tumbuh
7,66 persen, 5) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih tumbuh 7,25 persen, Sektor
Industri Pengolahan tumbuh 6,24 persen, 6) Sektor Jasa-Jasa tumbuh 5,26 persen,
7) Sektor Pertanian tumbuh 1,98 persen, dan 8) Sektor Pertambangan dan
Penggalian tumbuh 0,48 persen
.
10
Secara umum perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar
6,23 persen dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel,
dan Restoran 8,11 persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor Keuangan, Real
Estat dan Jasa Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40
persen, Sektor Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen,
persen. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tanpa migas pada tahun 2012
mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor
Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan
PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47 persen. Selanjutnya diikuti oleh
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,44 persen
dan 0,98 persen.
Pertumbuhan ekonomi indonesia yang tinggi dan menjadi negara dengan
perekonomian 15 terkuat di dunia pasca reformasi karena mampu
mempertahankan pertumbuhan perekonomian diatas 6 (enam) persen, dan
menjadi anggota G20 yang artinya menjadi salah satu dari 20 negara terkuat
perekonomiannya di dunia11 . tetapi pertumbuhan ekonomi ini tidak dibarengi
dengan pertumbuhan upah buruh yang masih rendah, upar rata-rata buruh di
Indonesia pada tahun 2012 sebesar Rp 1.395.100 sementara upah rill yang
diterima buruh hanya Rp 1.064.50012
Di Indonesia sendiri upah sudah menjadi tuntutan buruh sejak jaman
kolonial (1817) sejak di berlakukannya cultuurstelsel
. Ini terbilang rendah jika dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan Sektor Industri
Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB
nasional tahun 2012 sebesar 1,47 persen.
13
11
Harian ANALISA, “Indonesia 20 Negara Dengan Ekonomi Terkuat di Dunia” edisi rabu, 22 mei 2013, hal 21
12
BPS, Statistik Upah 2007-2012,
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=19
13
Iskandar tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Seerikat Buruh Indonesia, TURC; Jakarta, 2007 hal 03
, pihak kolonial melalui
kerja sama dengan pemerintahan lokal melangsungkan politik pengupahan
terhadap rakyat. Rakyat di tuntut memberikan kerja dan hasil yang maksimal
sementara imbalan atas kerjanya di berikan minimal, tentunya ini mendapat
penentangan dari warga lokal dan hal ini juga yang memaksa pemerintah kolonial
dari politik etis, hal ini tak ubahnya terjadi di jaman sekarang, buruh tidak juga
mendapatkan upah sesuai dengan kerjanya bahkan sangat minim. Pengupahan
setiap tahunnya tidak berdampak signifikan terhadap perubahan kondisi buruh,
buruh tetap saja hidup di bawah KHL karena upahnya yang minim dan dihitung
hanya untuk lajang dipakai bersama istri dan anak mereka.
Sumut memiliki perindustrian yang cukup besar dibanding provinsi
lainnya di sumatera bahkan di Indonesia, baik sektor industri pengolahan maupun
hutan industri. Memiliki kawasan industri yang cukup banyak tetapi tidak menjadi
jaminan bahwa kesejahteraan buruh dapat tercapai, hal ini dikarenakan upah yang
menjadi sandaran utama hidup buruh dibayar tidak sesuai dengan kebutuhan
buruh itu sendiri, tercatat pertumbuhan ekonomi sumut tahun 2012 sebesar 6,22
persen, perumbuhan ini sendiri dirasa belum sebanding dengan pertumbuhan upah
di sumatera utara sebesar Rp 175.000, kebijakan UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000
derevisi menjadi Rp 1.375.000 melalui sutar keputusan KepPltGubSumut No
188.44/711/KPTS/2012. Pada saat proses penetapan UMP sendiri setiap tahunnya
diwarnai aksi demonstrasi oleh para buruh. UMP 2012 sebesar Rp 1.200.000
dipandang buruh tidak lagi pantas untuk Sumut. Buruh melaui dewan buruh
sumatera utara (DBSU), majelis pekerja buruh indonesia (MPBI) dan forum lintas
buruh (FLB) melakukan aksi tersendiri untuk penuntutan perbaikan kebijakan
upah, buruh beranggapan bahwa untuk dapat hidup sejahtera dan mampu
menghidupi keluarganya buruh harus diberikan upah sebesar Rp 2.000.000 tiap
bulannya14
Dewan pengupahan sendiri setelah melakukan survey harga dan di
akumulasikan sehingga menghasilkan usulan upah minimum provinsi sumatera
utara sebesar Rp 1.294.500 kepada Gubernur untuk kemudia ditetapkan sebagai , upah sebesar ini dinilai sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan kebutuhan non-fisik buruh.
14
“17 Perusahaan Ajukan Penanguhan UMP 2013” diunduh dari :
upah minimum provinsi sumatera utara tahun 2013, dengan nilai Rp 1.294.500,
dewan pengupahan sumut sendiri tidak memiliki trasparansi dalam penetapan
upah karena metode yang tidak diketahui publik serta harga bervariatif di berbagai
daerah yang dapat membingungkan buruh, dewan pengupahan bisa saja
melaukakn survey di pasar sentral sumatera utara, tetapi perindustrian dan tempat
tinggal buruh tentunya jauh dari pusat ekonomi dan pemerintahan, oleh sebab itu
harga yang di survey juga menjadi bahan pertimbangan penetapan upah minimum
provinsi. Dalam permen no 13 tahun 2012 tentang komponen kebutuhan hidup
layak juga tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana penghitungan nilai tiap
komponen dan perumusannya lebih lanjut guna mencapai nilai yang sesuai
kebutuhan buruh.
Kebijakan UMP adalah kebijakan yang populis, Gubernur tidak boleh
salah dalam mengambil keputusanbesaran UMP, dengan pertimbangan
kesejahteraan buruh menetapkan kenaikan UMP Sumut sebesar Rp 105.000
menjadi Rp 1.305.000. Tetapi nilai ini dirasa belum cukup untuk mensejahterakan
buruh karena pasca dirubahnya putusan Gubernur ini masih diwarnai dengan aksi
buruh yang kembali menuntut perubahan besaran UMP , kenaikan upah sebesar
Rp 105.000 ini jika diperhatikan adalah kenaikan sebesar Rp 3.750 perharinya
untuk 28 hari kerja, ini tentunya tidak sesuai dengan kebutuhan buruh, karena
dengan nilai sebesar itu hanya mampu menambah 3 butir telur dalam 1 hari
makan berarti 1 telur tiap sekali makan, atau menambah 0,25 KG beras untuk
panganan pokok dengan kualitas beras sedang. Rp 105.000 bukanlah nilai yang
fantastis dan tidak memberi dampak signifikan terhadap peningkatan
kesejahteraan buruh, tentu kebijakan ini memicu gerakan buruh untuk melakukan
penolakan.
Setelah tidak dikabulkannya permintaan buruh, buruh kembali melakukan
aksi dengan aliansi buruh yang lebih besar dengan menggabungkan ketiga aliansi
tersebut menjadi Pekerja/Buruh Menggugat (PBM), aliansi ini menuntut UMP
hingga akhirnya UMP Sumut tahun 2013 di revisi dan berubah menjadi Rp
1.375.000, kenaikan Rp 70.000 ini dianggap pemerintah sudah cukup untuk
membuat buruh sejahtera, yang pada esensinya kenaikan upah ini hanya
penyesuaian harga-harga bahan pokok yang mengalami kenaikan di tahun 2012.
Plt Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Gatot Pujo Nugroho berharap aksi
demonstrasi yang dilakukan buruh segera berhentipasalnya upah minimum
provinsi (UMP) tahun 2013 yang telah ditetapkan sudah bagian dari upaya
maksimal yang dilakukan pemerintah15
Pemerintah sadar betul bahwa dengan demonstrasi yang berlarut-larut dari
buruh akan menimbulkan kerugian yang cukup besar dari perekonomian daerah
karena buruh sebagai tulang punggung ekonomi tidak melakukan kegiatan
produksi. Akan tetapi ini harus dilaksanakan karena apabila buruh tidak
berkali-kali aksi demonstrasi menuntut kenaikan upah minimum provinsi maka
pemerintah tidak akan merevisi kebijakan tersebut. Dengan maraknya unjuk rasa
oleh buruh tiap tahunnya, dapat dinilai bahwa upah minimum menjadi persoalan
pokok pekerja/buruh, ditambah persoalan regulasi buat buruh yang belum
maksimal mewakili kepentingan buruh, komposisi dewan pengupahan dan hasil
surveynya yang tidak transparan, serikat buruh yang tidak maksimal dilibatkan,
sistem perekonomian yang tidak adil, dan kebijakan politik yang pada dasarnya
akan merebut kembali nilai upah yang bertambah tiap tahun itu oleh pengusaha
dan pemerintah melalui berbagai macam cara, antara lain: lonjakan kenaikan
harga barang dan jasa (inflasi), kenaikan pajak, outsourching jamsostek dan
lain-lain. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini berjudul, “Politik . Pemerintah dengan menambahkan nilai
sebesar Rp 175.000 seolah-olah pemerintah berpihak kepada buruh, padahal nilai
ini masih sangat jauh dari harapan buruh yang tergabung dalam aksi PBM yaitu
sebesar Rp 2.200.000.
15
“Plt Gubernur Sumut Minta Buruh Hentikan Aksi Demonstrasi” Diunduh dari :
Pengupahan di Indonesia, Studi kasus : Penetapan Upah Minimum Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka peneliti berkeingian untuk mengetahui
dan merumuskan tentang sistem pengupahan di Indonesia. Oleh karena itu yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
penetapan upah minimum provinsi (UMP) di provinsi sumatera utara tahun 2012,
apakah proses tersebut sudah sesuai dengan permen no 13 tahun 2012 tentang
KHL dan sejauh mana peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah
(pengusaha, serikat buruh dan pemerintah provinsi sumatera utara) dalam
penetapan upah minimum provinsi di provinsi sumatera utara ?
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini adalah analisis proses pengambilan kebijakan publik
pemerintahan provinsi Sumatera Utara tentang upah minimum provinsi Sumatera
Utara tahun 2013, dengan fokus kajian pada persoalan penetapan upah minimum
provinsi berdasarkan Permenakertrans no 13 tahun 2012. Maka batasan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini akan mengkaji dan menganalisis bagaimana penetapan upah
minimum provinsi di indonesia dengan mengambil studi kasus penetapan
upah minimum provinsi di Sumatera Utara tahun 2012.
2. Penelitian ini akan membatasi masalah pada peranan dewan pengupahan
daerah provinsi sumatera utara dan tiap elemen dewan pengupahan daerah
: serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah provinsi sumatera utara,
dalam peranannya memberikan upaya politis serta mempengaruhi proses
pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di Provinsi Sumatera
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penetapan upah di
Indonesia.
2. Untuk meneliti peranan tiap elemen dewan pengupahan daerah Provinsi
Sumatera Utara : serikat pengusaha, serikat buruh, dan pemerintah
provinsi sumatera utara, dalam peranannya membangun kekuatan politis
mempengaruhi proses pengambilan kebijakan upah minimum provinsi di
Provinsi Sumatera Utara tahun 2012.
3. Pemerintahan Indonesia bahkan pasca reformasi masih belum mampu
menghasilkan keputusan yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan buruh.
Regulasi pengupahan, penghitungan KHL,pemenuhan hak normatif buruh,
khususnya penetapan upah yang masih belum mampu menjawab
kebutuhan hidup buruh terbukti ditiap tahunnya penetapan upah di
Indonesia selalu di warnai dengan aksi protes buruh untuk menuntut
perbaikan upah. Maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk
melihat politik pengupahan di Indonesia dan keterwakilan politik dari tiap
elemen pengupahan yaitu serikat pengusaha, buruh/serikat buruh dan
Pemerintah di dalam dewan pengupahan daerah Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
dibidang ilmu ekonomi-politik dan diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap perjuangan rakyat khususnya klas buruh dalam
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan
referensi rakyat Indonesia khususnya klas buruh didalam perjuangan
menuntut upah serta menjadi pertimbangan di dalam keputusan
pengupahan di indonesia yang menjamin kesejahteraan klas buruh.
1.6 Kerangka Teori
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antara konsep16
Dalam memahami teori Marx tentang masyarakat dan negara tidak boleh
dilupakan sama sekali teorinya di bidang ekonomi. Teori nilai ini berdasar pada
tenaga, teori nilai lebih, teori akumulasi capital, teori kosentrasi capital dan teori
pemiskinan semua pada substansinya adalah bagaimana kelas kapitalis sebagai . Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa
gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan
menghadapkan pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran. Peneliti
akan menggunakan teori yang berkaitan dengan analisis kebijakan dan teori
pengupahan yang kemudian digunakan untuk instrumen analisis.
1.6.1 Ekonomi Politik Marxis
Menurut sejarahnya marxisme memiliki dua dimensi yakni sebagai teori
ilmiah dan proyek politik revolusioner, namun pada kenyataan kedua dimensi ini
sulit untuk dipisahkan. Dan teori nilai lebih, merupakan kunci penting usaha
untuk menginterpretasikan kapitalisme beserta sejarah panjang peradabaan
materil, namun Karl Marx sendiri dalam karyanya yang terkenal Das Kapital
menawarkan analisis/uraian mengenai mekanisme kapitalisme, yakni akumulasi
dan ekspansi capital, pemiskinan kelas pekerja dan krisis kelebihan produksi,
uraian-uraian tersebut telah memberikan landasan moral untuk melakukan
perlawan terhadap sistem kapitalis.
16
yang berpunya hidup dan berkembang dari eksploitasi kelas proletar. Ekonomi
Politik adalah bagian penting dari materialisme historis. Ini merupakan ilmu untuk
mempelajari hukum-hukum gerak dari ekonomi atau kehidupan manusia.
Ekonomi politik mengalami penajaman selama abad ke 17 sebagai ilmu yang
berdiri sendiri. Akan tetapi sebagai ilmu modern dan ilmiah baru mendapat
kedudukan pada abad ke 18.
Meskipun telah mengalami kemajuan besar, ekonomi politik pada masa
lalu hanya terbatas pada pemujaan terhadap kepemilikan perseorangan dan sistem
kapitalis. Sehingga, tidak dapat menjelaskan dengan komplit hukum-hukum
ekonomi kapitalis, tidak menghiraukan sistem-sistem ekonomi yang lainnya. Karl
Marx merombak ekonomi politik menjadi sebuah sebuah studi ilmah yang
menyeluruh. Marx, dengan ilmiah dan menyeluruh menyelidiki kompleksitas
hubungan produksi dan pertukaran barang-barang dalam sistem kapitalis juga
terhadap sistem ekonomi lain sebelumnya. Melalui usaha ini, dia menemukan
rahasia kelahiran, perkembangan dan kebangkrutan yang tidak terelakkan dari
sistem kapitalisme. Berdasarkan penemuan Marx, revolusi sosialis memiliki
fondasi yang kokoh dan ilmiah menjadi sosialisme ilmiah.
Teori ini adalah pedoman yang diperlukan dalam mempelajari dan
memahami dengan benar ekonomi masyarakat, klas dan perjuangan klas. Teori ini
menjelaskan bagaimana menganalisis kerangka kerja dan hubungan dari klas-klas
dalam masyarakat di masa lalu dan kapitatalisme ini. Selanjutnya menerangkan
basis-basis material dari masalah perjuangan revolusioner dan perjuangan klas
pekerja saat ini, dan menjelaskan basis material hari depan sosialis dari sebuah
usaha revolusi. Untuk memahami ekonomi politik Marxisme maka perlua melihat
beberapa varibabel.
1.6.1.1 Komoditi
Sebuah komoditi dijelaskan sebagai sesuatu yang dipertukarkan dengan
sejumlah keinginan atau kebutuhan, langsung atau tidak langsung17
Pertukaran menciptakan suatu hubungan kuantitatif dengan berbagai
komoditi X unit suatu komoditi dapat ditukarkan dengan Y unit komoditi lain.
Untuk melihat adanya perbandingan kuantitatif mengenai hal ini, Marx
menegaskan bahwa kedua komoditi ini mestilah mengandung sejumlah substansi
yang sama yang Karl Marx sebut nilai. Dalam hal ini substansi yang sama bukan
sesuatu berupa sifat seperti berat, maka substansi yang sama dari produk itu ialah
hanya produk dari kerja. Kerja adalah substansi dari nilai. Dan teori kerja dan
nilai seharusnya dibenarkan oleh bagaimana ia dipergunakan Marx di dalam
sistem secara keseluruhan. Berikutnya Marx membahas betapa pentingnya nilai
itu. Seberapa banyak nilai yang dimiliki oleh sesuatu komoditi ? katanya, nilai
sesuatu komoditi tergantung pada banyaknya jumlah kerja sosial yang diperlukan
dalam menyelesaikan komoditi itu. Dan itu disebut “lama kerja”yang diminta
untuk memproduksi komoditi itu. Oleh karena itu, kerja itu digolongkan menjadi
kerja yang sifatnya sosial bukan individual. Meskipun nilai diukur berdasarkan
pada lama kerja yang diperlukan untuk memproduksi sebuah komoditas, bukanlah
indvidu kapitalis apalagi pekerja yang menentukan nilai nyata dari komoditas.
Masyarakat menentukan nilai komoditas melalui pasar. Ukurannya berdasarkan . Sifat
kebutuhan itu, pada tahap ini belum relavan dibahas. Di sisi tidak ada penilaian
yang bersifat moral. Senjata misalnya adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat
yang senang dengan peperang dan maka itu mengandung nilai pakai dan
seterusnya. Komoditi yang mempunyai nilai tukar, milik yang dipertukarkan
dengan barang lain. Perbedaan anatara nilai tukar dan nilai pakai adalah
perbedaan dari aspek-aspek kehidupan manusia yang berlaku umum bagi semua
bentuk masyarakat dan perbedaan-perbedaan spesifik bagi jenis masyarakat
tertentu. Tanpa pertukaran tertentu tak ada nilai tukar. Semua komoditi
mengandung nilai pakai. Sebab, tak seorang manusia pun yang akan membeli
komoditi itu jika tidak mengandung nilai pakai.
17
jumlah rata-rata waktu kerja yang diperlukan memproduksi komoditas, menurut
tingkatan ketrampilan pekerja dan tingkatan kemampuan teknologi yang
digunakan.
Harga sebuah komoditi tidak lain adalah nilai komoditi tersebut yang
dinyatakan dengan uang. Penggunaan uang dalam mengukur nilai dan dalam
pertukaran komoditi adalah bukti bahwa pertukaran komoditi sudah menjadi
aktivitas umum dan biasa bagi masyarakat. Dalam pasar, jika permintaan
terhadap komoditi lebih besar dari pada persediaan, harga cenderung lebih tinggi
daripada nilai sesungguhnya. Jika permintaan lebih sedikit daripada persediaan,
harga komoditi berada di bawah nilai sesungguhnya. Cepat atau lembat, kelebihan
atau kekuarangan persediaan barang di pasar akan membatasi produksi. Sehingga,
jika kita melihat pergerakan harga dalam rentang waktu yang panjang,
peningkatan secara sementara dikompensasikan dengan penurunan yang bersifat
sementara. Sejumlah perubahan ini adalah bentuk penyesuaian harga dengan nilai
sesungguhnya. Bahkan ketika harga terus berubah-ubah, mereka senantiasa
berputar mengelilingi nilai sesungguhnya, seperti pergerakann roda mengelilingi
as.
Ketika terdapat monopoli dalam produksi, pembelian atau penjualan
komoditi, kompetisi tidak lagi bersifat bebas, dan pasar tidak berfungsi dengan
normal. Para monopoli bisa meningkatkan dan menurunkan permintaan dan
penawaran secara artifisal atau palsu di dalam pasar. Dengan cara ini, mereka bisa
meningkatkan atau menurunkan harga sebuah komoditi, bergantung pada cara
yang mana mereka dapat menarik keuntungan terbesar.
1.6.1.2 Teori Nilai Lebih
Dan sekarang apakah nilai lebih itu ? nilai lebih adalah bentuk moneter
dari produk surplus sosial. Nilai lebih ini merupakan bentuk moneter dari bagian
apapun sebagai gantinya18. Bagaimana penyerahan tersebut dapat dilaksanakan
dalam praktek pada masyarakat kapitalis ? penyerahan tersebut melalui proses
pertukaran. Pembeli tenaga kerja membelinya mengosumsinya dengan menjual
penjualnya bekerja. Proses bekerja dalam masyarakat kapitalis ada dua kekhasan19
Sedangkan untuk menghitung nilai lebih yang dirampas kapitalis atas
kelas pekerja dapat dihitung sebagai berikut;
yakni; pertama pekerja bekerja di bawah kontrol kapitalis, kedua produk menjadi
milik kapitalis, karena proses kerja itu hanyalah suatu proses diantara dua
hal/barang dibeli kapitalis, yaitu tenaga kerja dan alat produksi. Akan tetapi si
kapitalis tidak menginginkan nilai pakai diproduksi demi untuk nilai pakai itu
sendiri, tetapi hanya tempat penyimpanan niali tukar dan teristimewa nilai lebih.
Kapitalis membeli tenaga kerja dari pekerja, dan sebagai tukar dari upah tersebut,
kapitalis mengambil seluruh produksi dari pekerja tersebut, semua nilai yang baru
dihasilkan yang telah dimasukkan ke dalam nilai produksi tersebut.
Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa nilai lebih adalah perbedaan
antara nilai yang dihasilkan oleh pekerja dan nilai tenaga kerjanya sendiri.
Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kerja dalam masyarakat kapitalisme
adalah tenaga kerja merupakan sebuah komoditi dan seperti komoditas lainnya,
nilainya tergantung dari kuantitas kerja kebutuhan secara sosial untuk
memproduksi tenaga kerja , yaitu biaya hidup kelas pekerja dalam makna luas.
Sama halnya di setiap negara-negara, masing-masing menetapkan upah minimum
sesuai dengan kebutuhan hidup layak kelas pekerja. Namun pada kenyataannya,
hasil komoditi yang dihasilkan kelas pekerja malah tidak bisa dinikmati atau kelas
pekerja terasingkan akan barang-barang produksi yang dihasilkannya. Semua
dirampas dan dirampok oleh kelas kapitalis/pemilik modal.nilai lebih disebut juga
sebagai perbedaan antara biaya hidup tersebut dan nilai yang diciptakan oleh kelas
pekerja tersebut.
18
Ernest Mandel, Tesis-tesis Pokok Marxisme, Resist Book, Yogyakarta; 2006, Hal 149
19
VA = (VT-VC1)-VC2
SV = VA-VC3
Keterangan :
VA = Nilai Tambah
VT = Nilai keseluruhan produk periode tertentu
VC1 = Nilai kapital bentuk mesin,peralatan, pendirian pabrik
VC2 = Nilai capital bahan mentah
VC3 = Upah
SV = Nilai Lebih
Sedangkan untuk menghitung derajat penghisapan kapitalis terhadap kelas pekerja
bisa melalui ;
SV / VC3 x 100% = % atau derajat penghisapan
SV = Nilai lebih
VC3 = Upah buruh
Oleh karena itu inti dari nilai lebih menurut Marx adalah lama waktu
bekerja yang dilimpahkan kapitalis kepada buruh sehingga menciptakan barang
komoditi yang lebih banyak lagi. Sedangkan buruh hanya mendapatkan berupa
upah yang nilainya tetap, sementara kapitalis merampas nilai lebih yang
dihasilkan oleh buruh.20
20
1.6.1.3 Upah
Upah adalah jumlah uang dari pengusaha yang dibayar kepada
pekerja/buruh sesuai dengan ketentuan perundang-undang. Upah sudah menjadi
pembahasaan yang hangat di Indonesia. Terbukti bagaimana pekerja melalui
serikat pekerja/buruh atau bahkan sector rakyat lainnya tiap melakukan aksi massa
selalu mengeluh terkait rendahnya upah buruh yang membuat penghidupan buruh
semakin merosot. Krisis global yang belum ada tanda-tanda membaik juga sangat
mempengaruhi penghidupan buruh. Dimana pengusaha harus mengurangi biaya
produksinya agar tidak bangkrut. Ya Satu-satunya alternative dengan memangkas
upah buruh. Padahal kita ketahui bahwa upah yang dihasilkan oleh pekerja/buruh
sebenarnya tidak sebanding dengan tenaga kerja yang mereka berikan untuk
perusahaan. Buruh bekerja sekurang-kurangnya selama 7 jam kerja. Berarti buruh
menjual tenaganya kepada pengusaha selama 7 jam. Maka selama 7 jam
pengusaha berhak untuk mengeksploitasi buruh untuk menghasilkan
sebanyak-banyaknya barang dengan kualitas yang baik. Secara tidak langsung penguasaan
pengusaha atas pekerja/buruh adalah kewenangannya. Kerja buruh menghasilkan
kekayaan bagi pengusaha yang mengendalikan suatu perusahaan. Hubungan
antara pengusaha-pekerja/buruh tidak bias dilepaskan. Percepatan kapital di suatu
Negara seperti di Indonesia akan meningkatkatkan upah pekerja/buruh. Mari kita
andaikan suatu keadaan yang lebih baik bila capital produktif tumbuh maka
permintaan kerja akan naik yang ikut mempengaruhi upah buruh. Tetapi karena
persaingan perusahaan-perusahan ,sehingga mendorong perusahaan besar
cenderung bertahan karena dipengaruhi kapital. Sementara perusahaan kecil
karena dampak persaingan banyak yang bangkrut, akusisiatau merger.diantara
empat temboknya.
Kenaikan upah yang nyata bersyarat pada pertumbuhan cepat kapital
produktif. Pertumbuhan cepat kapital produktif mengakibatkan pertumbuhan yang
sama cepatnya dalam kekayaan, kemewahan, kebutuhan-kebutuhan sosial,
namun kepuasan sosial yang dipenuhinya telah berkurang dalam perbandingan
dengan kenikmatan kaum kapitalis yang meningkat, yang tak dapat dicapai oleh
buruh, dalam perbandingan dengan keadaan perkembangan masyarakat pada
umumnya. Hasrat dan kesukaan kita lahir dari masyarakat; oleh sebab itu kita
mengukurnya menurut masyarakat dan bukannya menurut benda-benda yang
memuaskannya. Karena hasrat dan kesukaan itu bersifat sosial, maka mereka
bersifat relatif. Upah tidak semata-mata dihasilkan oleh komoditas yang dapat
menggantikan upah itu. Tetapi upah mengandung hubungan. Yang diterima
pekerja/buruh adalah yang pertama, sejumlah uang tertentu. Apakah upah itu
hanya ditentukan hanya dengan nilai uang dalam upah itu ? jadi harga uang kerja
tidak sesuai dengan upah riil artinya komoditas yang dihasilkan tidak sesuai
dengan upah yang diterima.
Karena itu, bila kita berbicara tentang naik atau turun upah kita harus ingat
tidak hanya akan harga kerja dalam bentuk uang, upah nominal. Tetapi baik upah
nominal, yaitu, sejumlah uang yang untuk itu buruh menjual dirinya kepada kaum
kapitalis, maupun upah riil, yaitu jumlah komoditi yang dapat dibelinya dengan
uang itu, tidak menghabiskan hubungan-hubungan yang terkandung didalam upah
sehingga membuat keuntungan besar bagi kapitalis. Upah sangat dipengaruhi oleh
perbandingan keuntungan kapitalis, laba kapitalis. Melalui pergantian upah
terhadap kerja, si kapitalis mendapatkan nilai baru dari pekerja/buruh sebagai
akumulasi modal.
1.6.2 Kelas dan Perjuangan Kelas
Perjuangan kelas inilah yang menjadi merupakan salah satu metodologi
pemikiran Karl Marx yang paling pokok. Demikian pulahlah bagaimana dapat
diketahui dari perspektif historis bagaimana kelas tertindas sebagai tenaga
produktif tiap fase perkembangan masyarakat mempunyai peranan besar dalam
konteks perubahan sosial. Menurut Karl Marx kelas-kelas yang berkuasa yakni
terus-menerus menyempurnakan sistem penindasan dan penghisapan terhadap
kelas pekerja termasuk sekarang di fase masyarakat kapitalisme tahap tertinggi
(Imperialisme).21
Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat
adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan
Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada
corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi
dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat
hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh
pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap
dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya
atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi
dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja.
Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama
sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi
mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk
bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas
dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang
mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang
lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama Perjuangan kelas proletar melawan kapitalis adalah suatu
keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan
Marx. Mengubah sistem lama menjadi sistem baru harus melalui revolusi. Oleh
sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan
kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan
sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya,
melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak memblenggu alam berpikir
manusia dengan dogma-dogma mistis, alat produksi yang dikuasai Negara.
21
dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan
klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah
sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe
tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di
seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.
1.6.3 Teori Gerakan Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan
atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang
disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai
gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang
ada22
Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir dari
dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi,
kebijakan atau struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu
biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks
masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian
rakyat. Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun
di tubuh pemerintah menjadi sorotannya. Dari literatur definisi tentang gerakan . Perlawanan atau desakan untuk mengadakan perubahan dapat dikategorikan
sebuah gerakan sosial. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat
karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat.
Dengan kata lain gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak
diinginkannya atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil.
Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang
kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa dalam suasana demokratis,
masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau
struktur yang cacat.
22
sosial, ada pula yang mengartikan gerakan sosial sebagai sebuah gerakan yang
anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu
muncul dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau
penguasa23
Dilihat dari perspektif Marxis, gerakan sosial dianggap sebagai gejala
yang positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses
eksploitasi dan dominasi satu kelas terhadap kelas lainnya. Gerakan sosial, dengan
demikian, dipahami sebagai reaksi (perlawanan) kaum proletar terhadap kaum
borjuis, merupakan ekspresi dari struktur kelas yang kontradiktif. Singkatnya,
gerakan sosial adalah perjuangan kelas yang lahir karena adanya kesadaran
kelas
.
24
Dalam konteks kekinian, ada dua teori yang mendominasi studi-studi
gerakan sosial, yakni teori mobilisasi sumber daya yang berbasis di Amerika
Serikat, dan perspektif gerakan sosial baru New Social Movement ( NSM ) yang
berbasis di Eropa Barat. Jika dalam studi-studi gerakan sosial yang berkembang
pada tahun 1940-1960-an gerakan sosial dianggap sebagai gejala penyimpangan
(deviant), irasional dan dianggap penyakit sosial, maka dalam studi-studi
yangberkembang pada 1960-1970-an dan 1980-an hingga sekarang, gerakan
sosial di pandang sebagai gejala positif yang kelahirannya didasari oleh
alasan-alasan rasional. Lahirnya pandangan positif merupakan implikasi dari
perkembangan gerakan sosial dewasa ini, yang dinilai telah berhasil mendorong
proses demokratisasi. Gerakan sosial yang dimaksud adalah gerakan perjuangan
hak-hak sipil, gerakan anti kolonial, feminis, gerakan hak asasi manusia dan
gerakan anti-rasial .
25
23
Juwono Sudarsono (ed), Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta: Gramedia, 1976, hal. 24 – 25.
.
loc. cit.
25
Teori gerakan sosial baru dan mobilisasi sumber daya merupakan dua
perspektif teori yang mendominasi studi-studi gerakan sosial kontemporer. Tidak
hanya itu, kedua teori itupun memberi pengaruh yang besar terhadap
perkembangan gerakan sosial di negara-negara Dunia Ketiga. Gerakan-gerakan
untuk perubahan telah banyak bermunculan di negara Dunia Ketiga. Terdapat
pandangan yang berusaha menilai hadirnya gerakan sosial ataupun kelompok aksi
di dunia ketiga. Ada yang melihat gerakan sosial itu sebagai leluhur dari transisi
ke sosialisme, dan yang lain melihat sebagai pendukung munculnya masyarakat
sipil.
Fuentes dan Gunder Frankmendefenisikan kelompok aksi atau
pungerakan sosial tersebut sebagai akar rumput (bersifat lokal), transisional ke
arah sosialisme dalam arti berusaha untuk memutuskan mata rantai kolonialisme
dan bersifat antipolitik, yang artinya tidak berusaha untuk memegang kekuasaan
di tingkat institusional, tetapi secara luas merupakan gerakan demokratis26
Stepanmendefenisikan masyarakat sipil sebagai wilayah dimana
terdapatbanyak gerakan sosial (termasuk asosiasi kemasyarakatan, kelompok .
Kelompok itu merupakan instrumen dan pernyataan perjuangan rakyat terhadap
eksploitasi dan penindasan yang sudah sangat tua serta upaya bertahan hidup dan
mempunyai identitas, mencoba untuk mencapai, dan menjadi instrumen dari,
pemberdayaan diri yang demokratis.
Disisi lain terdapat pandangan mengenai munculnya kelompok aksi atau
gerakan-gerakan sosial di Dunia Ketiga, adalah sebagai unsur utama dalam
munculnya masyarakat sipil dengan berusaha untuk melindungi, memprotes dan
meningkatkan kepentingan para anggotanya, hal ini memberikan dukungan
kepada munculnya proses demokratis yang perlahan dengan memperkuat dan
memperluas masyarakat sipil.
26
perempuan, badan-badan keagamaan, dan arus intelektual) dan organisasi profesi
(ahli hukum, wartawan, serikat sekerja, wiraswastawan,dan sebagainya) yang
berjuang membentuk diri mereka menjadi suatu kerangka bersama guna
menyatakan diri dan memajukan kepentingannya27
Jika suatu negara demokratis, itu mengandung pengertian bahwa paling
tidak disitu ada “ruang” dimana masyarakat sipil dan kelompok oposisi dapat
berfungsi dan mengejar tujuannya. Hong 1991, dikutip dalam Stiefel dan Wolfe
1994: 197, melihat organisasi yang mengikutsertakan lapisan bawah justru
sebagai fondasi dari masyarakat demokratis Dunia Ketiga
. Dengan kata lain, masyarakat
sipil berfungsi sebagai batu pembatas dari warga negara terhadap kekuasaan
negara. Masyarakat sipil tercakup dalam konsepsi asosiasi individu yang bebas
dan tidak tergantung pada Negara, mengatur dirinya sendiri dalam sederetan
aktifitas otonom dan signifikan secara politik. Masyarakat sipil hendaknya
menjadi pelindung yang kuat terhadap dominasi negara, meliputi
organisasi-organisasi yang membatasi dan mengesahkan kekuasaan negara.
28
1. Gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif. Gerakan
sosial senantiasa memiliki tujuan untuk membuat perubahan sosial atau .
Demokrasi, memberikan ruang bagi rakyat jelata termasuk juga bagi
perempuan, dimana mereka dapat mengorganisasikan diri dan dengan demikian
mereka memiliki peluang untuk mencapai tujuan mereka dalam mengejar
pembangunan dan atau perubahan sosial politik untuk memulihkan kedudukan
sosial mereka. Perspektif teori-teori yang dikembangkan pada umumnya
meletakkan gejala gerakan sosial sebagai aktor penting yang berperan dalam
proses perubahan dari otoritarianisme ke demokrasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang dapat
dicatat sebagai ciri-ciri atau karakter yang melekat dalam gerakan sosial, yaitu:
27
Jeff Haynes, ibid., hal. 28.
28