• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN : Pola Pelaksanaan Fisik (swakelola, KSO, Kontraktor)

Dalam dokumen Ustek Konsultan Manajemen Kabupaten (Halaman 32-41)

Rencana Kerja

3) PELAKSANAAN : Pola Pelaksanaan Fisik (swakelola, KSO, Kontraktor)

Persiapan :

Ditetapkan melalui kesepakatan masyarakat

Jika dikontraktualkan segara ditindak lanjuti dengan proses pelelangan Penandatangan kontrak Pelaksanaan : Penyiapan Lokasi Pengendalian Material Pengadaan Alat

Pengendalian Tenaga Kerja Pengendalian Waktu

Pengendalian Dana

Teknis : mengacu kepada petunjuk teknis persektor (PU) 4) PENGENDALIAN : Pengawasan + Pencairan Dana

Supervisi dilakukan oleh DK + FK + KPP

Yang diwujudkan dalam laporan pengawasan pelaksanaan kegiatan fisik

Dana Pembangunan Infrastruktur Desa disalurkan kepada satker tingkat Kabupen/Kota

Swakelola : 40 % uang muka, 40 % tahap I, 20 % tahap II (setelah diverivikasi)

Dibayar melalui rekening ybs.

LPJ OMS/LKD dibuat setelah kegiatan fisik selesai atau batas th anggaran 2007

Desa : FK/KD

Kabupaten : Dinas PUD + Konsultan Pendamping

Propinsi : PU Prop + Konsultan manajemen

Fungsional : BPKP/Itjen, Ormas, PT, LSM dan Masyarakat

Penyusunan Pelaporan :

Dilakukan oleh Satker Kab dan Dinas PU Prop. Dibantu oleh Konsultan KP/KMP disampaikan berjenjang ke tim koord. Pusat melalui Departemen PU

Pengaduan masyarakat + Tindak Turun Tangan :

Didasarkan pada rekomendasi hasil uji silang dan analisis masalah dari ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana ( TEMUAN ) Evaluasi Pelaksanaan :

Ketepatan Sasaran……….Lokasi, pendampingan, sosialisasi, jenis kegiatan

Manajemen Pengelolaan …Kesesuaian biaya, Volume, Waktu dan Kualitas

Partisipasi Masyarakat……..Perencanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan

5) PENGELOLAAN : Pengelolaan Pasca

Serah terima pengelolaan dari OMS/LKD…Satker

Kab…Pemerintah Desa

Berdasarkan Konsep Peberdayaan :

1. Memberikan peluang kepada masyarakat Untuk

mengembangkan potensi dan membuka diri terhadap peluang

2. Meningkatkan Kapasitas masyarakat Berupa pencapaian peluang, pelatihan dan pendidikan teknis maupun non teknis

3. Mengoptimalkan aset yang ada sebagai sumber daya yang berkelanjutan.

I. Kriteria Penyelenggaraan Infrastruktur Kriteria Pemilihan Prasarana

Kriteria Umum

Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan prasarana yang mendesak bagi masyarakat miskin dan diusulkan oleh masyarakat melalui musyawarah desa.

2. Langsung memberikan manfaat bagi masyarakat terutama kelompok miskin di desa.

3. Berorientasi pada pengembangan wilayah perdesaan.

4. Penyediaan lahan untuk prasarana disediakan oleh masyarakat. 5. Dapat dilaksanakan dan berfungsi dalam tahun anggaran 2005. 6. Memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada tenaga

kerja lokal dan penggunaan material setempat.

7. Penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat atau teknologi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

8. Merupakan Infrastruktur yang dapat dan akan dikelola oleh masyarakat.

9. Menjamin keberlangsungan fungsi prasarana yang dibangun dengan format yang ditetapkan.

10. Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial dan budaya.

11. Dapat dilakukan secara terpadu oleh beberapa desa untuk menjadi satu program.

Pemilihan jenis Infrastruktur di lokasi sasaran dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Prasarana yang mendukung aksesibilitas serta mengurangi keterisolasian, berupa jalan desa, titian, jembatan desa, dan/atau tambatan perahu, serta perahu.

2. Prasarana yang mendukung kegiatan peningkatan produksi pangan, berupa irigasi desa.

3. prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, berupa penyediaan air bersih.

Inti Pelaksanaanya adalah serangkaian kegiatan yang mencakup

persiapan, pemberdayaan, perencanaan, pelaksanaan fisik,

pengawasan, sampai dengan serah terima prasarana. Dalam tahapan pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: (a) masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sedangkan konsultan pendamping dan aparat pemerintah berperan sebagai fasilitator, (b) masyarakat miskin dan kelompok perempuan diharapkan berperan serta aktif dalam pelaksanaan kegiatan.

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dapat

dikelompokkan menjadi: 1. Persiapan 2. Sosialisasi 3. Perencanaan 4. konsolidasi 5. Pelaksanaan Fisik

Berikut uraian di bawah ini :

Persiapan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Kegiatan persiapan program merupakan bagian dalam tahap pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan. Kegiatan tersebut meliputi :

1. Pembentukan tim koordinasi

2. Penyusunan pedoman dan program 3. pengadaan konsultan pendamping 4. Penetapan lokasi dan pagu anggaran

Pembentukan Tim koordinasi

Untuk menjalankan fungsi pemerintah sebagai fasilitator dan pelaksana monitoring, maka dalam pelaksanaan program ini dibentuk Tim Koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu:

1. Tim Koordinasi Pusat, terdiri dari Tim Pengarah Pusat yang dibentuk melalui SK Menteri PU dan Tim Pelaksana Pusat melalui SK Dirjen Cipta Karya.

2. Tim Koordinasi Propinsi, terdiri dari Tim Pengarah Propinsi yang dibentuk melalui Keputusan Gubernur dan Tim pelaksana Propinsi yang dibentuk melalui Keputusan Sekretaris Daerah Propinsi.

3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota, terdiri dari Tim Pengarah

Kabupaten/Kota yang dibentuk melalui Keputusan

Bupati/Walikota dan Tim Pelaksana Kabupaten/Kota yang dibentuk melalui Keputusan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota. 4. Tim Kecamatan yang dibentuk malalui Keputusan Bupati/Walikota.

Penyusunan Pedoman dan program

Penyusunan Pedoman dan Program dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Persiapan Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan termasuk penentuan pendekatan, prinsip, mekanisme, dan indikator keberhasilan. Persiapan ini ditindaklanjuti demean pembuatan Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis Sektor (Jalan, Air Bersih, dan Irigasi). Kemudian materi tersebut disosialisasikan secara berjenjang di setiap tingkatan.

2. Penetapan kriteria-kriteria sebagai acuan dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari kriteria lokasi desa sasaran, kriteria pemilihan prasarana dalam pelaksanaan fisik, kriteria pelaksanaan kegiatan yang berbasis masyarakat, dan kriteria keberhasilan program.

Pengadaan Konsultan Pendamping

Konsultan Pendamping dalam Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dapat diklasifikasikan sebagai KPT, KME, KMPr, dan KPK. Pengadaan konsultan pendamping dilaksanakan melalui proses pelelangan terbuka. Untuk itu pengadaan konsultan pendamping dilakukan secara berjenjang, pengadaan KPT dan KME dilaksanakan di Pusat oleh Satker Sementara Pusat, pengadaan KMPr di tiap Propinsi oleh Satker masing-masing Propinsi, dan pengadaan KPK sesuai paket-paket KPK dilakukan oleh Satker Sementara Propinsi. Proses pelelangan dilakukan sesuai dengan Keppres No. 61 tahun 2004 tentang perubahan atas Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Dan Jasa Pemerintah. Sesuai dengan acuan yang diberikan oleh Tim Pengarah Pusat, maka masing-masing daerah, dalam hal ini propinsi dan kabupaten/kota, melakukan persiapan pengadaan konsultan pendamping.

Penetapan Lokasi dan Pagu Anggaran

Penetapan alokasi sasaran tiap Kabupaten/Kota sesuai kriterai sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota sasaran tidak termasuk Kab/Kota di Propinsi NAD dan Sumut yang sudah tercakup dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias, dan kota-kota di DKI Jakarta.

2. Setiap Kab/Kota yang tercakup dalam Program mendapatkan bagian minimal 30 desa untuk Kabupaten Tertinggal dan untuk non Kabupaten Tertinggal mendapat minimal 10 desa kecuali Kab/Kota yang jumlah desanya lebih kecil dari angka minimal tersebut, di mana Kabupaten Tertinggal disusun sesuai Kepmen PDT No.001/KEP/M-PDT/II/2005.

3. Alokasi desa sasaran di setiap Kab/Kota dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah desa di setiap Kab/Kota, dengan memberikan prioritas pada Kabupaten tertinggal, dan dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur di setiap desa, khususnya pada desa yang tertinggal infrastrukturnya.

4. Hasil akhir proses ini merupakan desa sasaran per Kab/Kota.

Sosialisasi dan Diseminasi Sosialisasi Tingkat Pusat

Kegiatan Sosialisasi di tingkat pusat dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKP. Sosialisasi tingkat pusat dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan pusat, propinsi, dan kabupaten yang terkait yang ditujukan pada Ketua Bappeda Propinsi, Kepala Dinas PU Propinsi, Bupati/Walikota, Ketua Beppda Kabupaten/Kota, dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Materi sosialisasi terdiri dari Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis (Jalan, Air Bersih, dan Irigasi), serta dokumen penting lainnya.

Sosialisasi Tingkat Propinsi

Kegiatan sosialisasi di tingkat propinsi dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKPr sesuai kebijakan TKP. Sosialisasi tingkat propinsi dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan propinsi, dan Kabupaten yang terkait di propinsi yang ditambah dengan Satker Sementara Propinsi, Satker Sementara Kabupaten/Kota. Pada sosialisasi ini diundang pula anggota DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat, serta Perguruan Tinggi di tingkat Propinsi. Materi Sosialisasi terdiri dari Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis(Jalan,Air Bersih, dan Irigasi) serta dokumen penting lainnya.

Sosialisasi Kabupaten/Kota

Kegiatan sosialisasi di tingkat kabupaten/kota dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKK. Sosialisasi dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan kabupaten/kota yang terkait, Muspika dan aparat desa terpilih di kabupaten/kota yang bersangkutan, serta Kabupaten/Kota. Sosialisasi yang dilaksanakan di kabupaten/kota juga mengundang anggota DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok/organisasi Masyarakat. Materi sosialisasi terdiri dari Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis(Jalan, Air Bersih, dan Irigasi) serta dokumen penting lainnya.

Dalam sosialisasi pemerintah desa diharapkan dapat menyediakan data dan informasi mengenai referensi bagi masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan IP, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan pembiayaan pembangunan.

Sosialisasi Tingkat Kecamatan / Desa

Kegiatan sosialisasi dengan masyarakat di tingkat Kecamatan / Desa, melakukan sosialisasikan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan secara umum, dan fasilitator kecamatan (FK) harus cermat, dan aktif dalam melihat peluang-peluang permasalahan di kecamatan/desa dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan infrastruktur.

Fasilitator Kecamatan, pendekatan tahap awal ; berkenalan kepada masyarakat, dan untuk memudahkan pekerjaan FK memerlukan pendamping untuk membantu menjelaskan kepada masyarakat baik Kepala Desa, Tokoh Masyarakat Desa, dsb. Masalah-masalah infrastruktur harus di cek dilapangan (survey) dan melakukan pengukuran, di sketsa, di foto. Permasalahan infrastruktur tingkat perencanaan bersifat ringan / cepat dalam pengerjaannya.

Perencanaan

Musyawarah Pembentukan OMS dan FD

Musyawarah Desa I dilaksanakan Satker kabupaten/kota/TKK, tim kecamatan, didukung oleh Kepala Desa. Kegiatan ini bertujuan untuk : a. Mensosialisasikan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan kepada

aparat pemda, tokoh masyarakat di tk. Desa,

b. Memilih dan menetapkan OMS/Pokmas/LKD sebagai penanggung jawab operasional kegiatan desa,

c. Memilih dan menetapkan KD sebagai akor pemberdayaan

d. Mengidentifikasi kebutuhan prasarana perdesaan dan

mengidentifikasi permasalahan khusus yang berkaitan dengan infrastruktur yang terdapat di desa tsb.

Dalam dokumen Ustek Konsultan Manajemen Kabupaten (Halaman 32-41)

Dokumen terkait