• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ustek Konsultan Manajemen Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ustek Konsultan Manajemen Kabupaten"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Umum

Dalam rangka menunjang prioritas pembangunan dalam masa Pasca Reformasi, yaitu pembantunan diberbagai sektor, maka peranan sumberdaya manusia sangat menentukan. Industri nasional yang didukung kemapuan tekhnologi, peningkatan ketangguhan dari berbagai aspek, penyempurnaan pola perdagangan, jasa dan sistem distribusi akan menjadi semakin lancar dengan dukungan sumberdaya manusia yang berkualitas. PT. Rekayasa Perkasa Consultant berdiri untuk berperanserta membantu berlangsungnya laju perkembangan pembangunan di Indonesia pada umumnya dan pemerintah propinsi Kalimantan Tengah khususnya. PT. Rekayasa Perkasa Consultant merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa konsultansi dengan berbagai kemampuan yang cukup jelas dan selalu siap untuk turut serta mencari tantangan tersebut, sesuai dengan disipilin keahlian, pengalaman dan tingkat kemampuan tekhnologi penerapan pada bidang yang bersangkutan.

Bab I

(2)

1.2. Latar Belakang Perusahaan

PT. Rekayasa Perkasa Consultant adalah sebuah perusahaan jasa konsultan teknik dan manajemen yang didirikan pada tahun 1992 di hadapan Notaris Melyo Unan Sawang, SH, Nomor 53 Tanggal 26 Juni 1992 dan Akta Perubahan Notaris Melyo Unan Sawang, SH Nomor 35 Tanggal 18 April 2000 yang beralamat di Jalan Gajah Mada No. 415 Palangka Raya 73112.

PT. Rekayasa Perkasa Consultant bertekad untuk

menyumbangkan karya terbaik dengan menampilkan sikap profesional dan inovatif dengan tujuan memberikan konstribusi dan solusi untuk berpartisipasi dalam program-program pembangunan yang berorientasi pada permintaan masyarakat dengan standard mutu terbaik.

Guna mendukung bidang kegiatan berbagai jasa layanan konsultansi, PT. Rekayasa Perkasa Consultant juga dilengkapi dengan kantor pusat yang memadai, peralatan kantor yang lengkap, alat transportasi dan komunikasi, serta didukung oleh manajerial struktural dengan sumber daya manusia yang berkualifikasi tinggi.

Organisasi Perusahaan PT. Rekayasa Perkasa Consultant dipimpin oleh Direktur Utama yang mempunyai kualifikasi yang relevan baik tingkat pendidikan maupun pengalaman, dan didukung oleh para ahli dari berbagai bidang program studi yang telah berpengalaman dalam bidang prasarana dan sarana umum, tata lingkungan, pengembangan pertanian dan pedesaan, pendidikan, hukum, kesehatan dan kependudukan.

(3)

Bidang Usaha dan Jasa Layanan, sebagai perusahaan konsultan teknik dan manajemen, maka konsentrasi PT. Rekayasa Perkasa Consultant dalam usahanya bergerak dalam usaha jasa konsultan konstruksi dan usaha jasa konsultan non-konstruksi.

Ruang lingkup pekerjaan yang dapat dilayani oleh PT. Rekayasa Perkasa Consultant adalah sebagai berikut :

– Perencanaan umum – Studi kelayakan – Perencanaan teknik – Pengawasan – Manajemen – Pemrograman komputer – Penelitian

Adapun bidang-bidang perencanaan yang telah dan dapat kami layani adalah sebagai berikut :

Bidang Pekerjaan Umum

– Survai topografi dan penyelidikan tanah

– Pengembangan sumber daya air

– Jalan dan jembatan

– Irigasi

– Bangunan air

– Pemukiman dan prasarananya

(4)

Bidang Sanitasi

– Pengolahan air limbah dan penyediaan air bersih

– Desain sistem distribusi air bersih

PT. Rekayasa Perkasa Consultant saat ini telah mengerjakan berbagai bidang Konsultansi Teknik dengan lingkup pekerjaan antara lain :

– Studi pendahuluan

– Studi kelayakan

– Survey pemetaan topografi

– Penyelidikan tanah

– Pengujian laboratorium mekanika tanah

– Analisis dampak lingkungan

– Perencanaan akhir

– Desain pengolahan air limbah industri

– Pengawasan pelaksanaan pembangunan

Sebagai perusahaan jasa konsultansi yang juga bergerak dalam bidang teknik dan manajemen, PT. Rekayasa Perkasa Consultant

memandang perlu untuk melakukan perencanaan,

pengendalian, pemeriksaan dan pengevaluasian dalam aspek keuangan. Dari hasil tersebut kemampuan keuangan PT. Rekayasa Perkasa Consultant dalam perjalanannya mampu merencanakan tingkat profit yang layak, mempertahankan tingkat likuiditas yang tinggi, dan tingkat solvabilitas yang tidak mempunyai risiko dalam jangka panjang.

Untuk mendukung kegiatan perusahaan PT. Rekayasa Perkasa Consultant telah memiliki perangkat lunak, perangkat keras yang dioperasikan oleh personil profesional. Alat dan perlengkapan

(5)

serta perangkat lunak yang telah dimiliki dan sudah sering digunakan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengawasan.

(6)

2.1. Pengalaman Perusahaan

Dalam perjalanannya PT. Rekayasa Perkasa Consultant sejak didirikan sampai sekarang telah menyelesaikan berbagai macam kegiatan Perencanaan, Pengawasan maupun studi.

Pengalaman Perusahaan dalam melaksanakan pelayanan jasa konsultansi dicantumkan dalam daftar pengalaman perusahaan 7 (tujuh) tahun terakhir dan pengalaman perusahaan melaksanakan pekerjaan sejenis seperti diperlihatkan pada daftar tabel berikut :

Bab 2

(7)

Indonesia merupakan Negara sumber daya alam yang sangat besar. Posisi geografis yang sangat strategis, iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun, serta hutan dan kandungan bumi yang sangat kaya, merupakan modal utama untuk kemakmuran rakyatnya. Akan tetapi, hingga saat ini potensi besar itu belum secara nyata memberi kemakmuran bagi rakyatnya.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak, yang ditandai dengan kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi. Pada gilirannya, kondisi tersebut mengakibatkan antara lain: (i) tingignya beban sosial ekonomi masyarakat; (ii) rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia; (iii) rendahnya partisipasi aktif masyarakat; (iv) menurunya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat; dan (v) kemungkinan pada merosotnya mutu generasi yang akan datang.

Dengan dicabut subsidi bahan bakar minyak maka, dana kompensasi tersebut dapat diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan penduduk miskin khususnya di perdesaan, salah satu upayanya adalah melalui penyediaan Infrastruktur perdesaan.

Bab 3

(8)

Penyediaan infrastruktur perdesaan ini dengan maksud pembukaan akses dan mendukung kegiatan produksi, ekonomi, dan sosial yang merupakan komponen penting dalam pengembangan perdesaan. Dengan tercapainya komponen program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa karena terbukanya kawasan dari keterisolasian desa dan meningkatkan arus keluar masuk barang, terjaminnya air irigasi, dan air minum

sebagai kebutuhan dasar, serta prasarana perdesaan lainya yang akan menujang meningkatkannya produksi dan produktivitas masyarakat desa, serta akan memperkuat komoditi ekonomi perdesaan yang potensial untuk berkembang.

Lingkup Kegiatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

1. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kegiatan dilaksanakan untuk menyatukan persepsi dalam

memcapai tujuan pelaksanaan Pembangunan Infrastuktur

Perdesaan Bidang Infrastuktur Perdesaan. Sosialisasi di tingkat nasional daerah diselenggarakan melalui berbagai forum, untuk mendurung partisipasi dan pengawasan semua pihak. Pihak yang dilibatkan dalam forum sosialisasi adalah instansi pemerintahan terkait, lembaga legislatif (DPRD), organisasi masyarakat lokal, tokoh masyarakat, LSM, perguruan tinggi, pers, dan pihak-pihak yang berkepengtian lainnya.

Dalam sosialisasi, pemerintah daerah dapat menyediakan data dan informasi mengenai berbagai kegiatan pembangunan di desa tertinggal. Informasi ini akan menjadi referensi bagi masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan Pembangunan Infrastuktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan., sehingga diharapkan

(9)

tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan pembiayaan pembangunan.

2. Perencanaan, Pelaksanaan dan pengendalian kegiatan.

Perencanaan kegiatan dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat melalui forum musyawarah desa. Musyawarah desa membahas usulan-usulan kegiatan pembangunan prasarana perdesaan yang dibuat dan diajukan oleh kelompok masyarakat termasuk kelompok perempuan.

Berdasarkan skala prioritas kebutuhan usulan baru yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, usulan dari kelompok masyarakat yang dibahas dalam musyawarah pembangunan desa ditetapkan menjadi usulan desa. Selanjutnya usulan difinalisasi guna perbaikan dan pembenahan terutama apabila ditemukan hal-hal yang belum sempurna, tetapi tidak mengubah kandungan isi secara substansial. Usulan kegiatan yang telah disetujui perlu dibuat perencanaan teknis dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) oleh OMS/Pokmas/LKD, KD bersama Satker sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan.

Pelaksnaan kegiatan adalah tahap pelaksanaan seluruh rencana kegiatan yang telah disetujui rencana teknis dan rencana anggaran biayanya. Pelaksanaan kegiatan PKPS BBM Bidang Infrastuktur perdesaan, perlu memperhatikan: (a) masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sedangkan pendamping dan aparat pemerintah berperan sebagai fasilitator, (b) masyarakat miskin diharapkan berperan serta dalam pelakasanaan kagiatan.

(10)

Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan pembangunan Infrastuktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan sesuai dengan prinsip, tujuan dan sasaran, pendekatan dan mekanisme yang telah ditetapkan. Mekanisme pengendalian dilakukan melalui tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

3. Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan akuntabilitas dalam masyarakat sebagai salah satu prinsip Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Bidang Infrastruktur perdesaan. Masyarakat melakukan

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pembangunan Infrastuktur Perdesaan Bidang Infrastuktur perdesaan, melalui berbagai forum musyawarah, yang dilakukan sejak proses sosialisasi dengan melibatkan berbagai pihak dalam masyarakat.

Adanya berbagai forum masyarakat di tingkat desa, merupakan upaya untuk memfasilitasi pemantauan berbasis masyarakat dan sebagai forum pemberdayaan masyarakat pada aspek-aspek yang lain, khususnya pelembagaan pembangunan partisipatoris.

4. Pengelolaan Prasarana

Prasarana yang telah dibangun diserahkan pengelolaanya kepada kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) sesuai dengan hasil musyawarah desa.

Pengelolaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastuktur Perdesaan merupakan upaya untuk melestarikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan dan pelembagaan. Aspek pelestarian

(11)

dalam Pembangunan Infrastuktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan meliputi kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan.

Pelestarian menjadi tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah daerah. Kegiatan pelestarian dapat diwujudkan melalui:

Pemeliharaan, Pemanfaatan dan Pengembangan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan Pembangunan Infrastuktur Perdesaan Bidang Infrastuktur Perdesaan agar masyarakat terbiasa dengan kelembagaan pembangunan partisipatoris.

Menyusun regulasi desa guna melindungi kepentingan masyarakat yang berupa asset termasuk lembaga masyarakat.

5. Monitoring dan Evaluasi Program

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi secara silang (crosschecking information) dari berbagai sumber untuk menjaga agar pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan berjalan sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan.

Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan dilakukan oleh:

Aparat Pemerintah pada berbagai tingkat (Struktural); Konsultan pendamping dari berbagai tingkat (Fungsional); Masyarakat desa sasaran (melalui OMS, KPP).

Hasil monitoring dan evaluasi diwujudkan dalam bentuk laporan kegiatan. Laporan kegiatan dilaksanakan secara periodik dan

(12)

berjenjang, melalui jalur struktural (aparat pemerintah) dan jalur fungsional (konsultan).

Hasil-hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut didokumentasikan dan ditindaklanjuti oleh pelaku Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan sebagai bahan perbaikan pelaksanaan selanjutnya. Langkah-langkah penyelesaian atas hasil monitoring dan evaluasi pada dasarnya dilakukan secara berjenjang dan proporsional sesuai lingkup masalahnya.

Untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan PKPS BBM Bidang Infrastruktur Perdesaan, dilakukan pemeriksaan oleh badan pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai pemeriksa independent dengan mengacu pada petunjuk pemeriksaan (audit manual program) yang ditetapkan.

Deskripsi Bantuan Teknis Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan

Untuk Menjamin terlaksananya program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan akan didukung dengan bantuan teknis konsultan dan fasililator yang ditempatkan dikecamatan, Kabupaten/kota, Tingkat Propinsi dan Tingkat Nasional. Selanjutnya konsultan untuk tingkat pusat akan disebut dengan Konsultan Pembina Teknis dan Konsultan Monitoring Evaluasi., konsultan pendamping tingkat propinsi akan disebut dengan Konsultan Manajemen Propinsi (KMPr). Konsultan pendamping tingkat Kabupaten/Kota akan disebut Konsultan Pendamping Kabupaten/Kota (KPK) yang terdiri dari Koordinator Kabupaten dan Fasilitator Kecamatan (FK).

(13)

Penugasan bantuan teknis di semua tingkat mulai KPK dan KMPr akan bertugas sesuai dengan cakupan wilayahnya masing-masing.

1. Konsultan Pembinaan Teknis

Konsultan Pembina Teknis Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan akan membantu pemerintah dalam persiapan dan pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan yang disesuaikan dengan prinsip, Pendekatan, kriteria dan indikator keberhasilan pelaksanaan, dan bertugas untuk melakukan koordinasi dan mensinkronisasikan kagiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, serta pembinaan teknis dalam penyelenggaraan program. KPT brtanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatan kepada Tim Koordinasi Pusat (TKP). 2. Konsultan Monitoring dan Evaluasi

Konsultan Monitoring dan Evaluasi bertanggung jawab untuk melakukan pengendalian dan monitoring terhadap pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan di lapangan dengan memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang diusulkan daerah, dan Evaluasi pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan Secara khusus, Konsultan Monitoring dan Evaluasi bertanggung jawab terhadap pengendalian pelaksanaan program.

3. Konsultan Manajemen Propinsi(KMPr)

KMPr bertugas dan bertanggung jawab sebagai tenaga manajerial yang profesional dan memberikan dukungan teknis dalam pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan pada 1 (satu) propinsi. KMPr akan

(14)

berkedudukan pada Ibukota Propinsi yang dalam menjalankan tugasnya akan berkoordinasi demean Tim Koordinasi Propinsi (TKPr) dan Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK). KMPr bertanggung jawab dan melaporkan seluruh kegiatannya kepada TKPr dan KMP.

KMPr bertanggung jawab melakukan pengendalian dalam bentuk monitoring, pelaporan, dan evaluasi terhadap pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan di lapangan. Secara khusus, KMPr bertanggung jawab terhadap mutu pelaksanaan program di tingkat propinsi dan memberikan dukungan teknis kepada TKPr, TPP, dan TKK apabila diperlukan.

4. Konsultan Pendamping Kabupaten/Kota (PKK)

Dalam upaya membantu pengendalian fungsional dalam implementasi program guna terwujudnya tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, serta kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan, debentuk KPK. Secara umum dalam Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan akan terdiri dari 102 paket KPK, dimana masing-masing KPK akan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pengendalin dan pemantauan diwilayahnya.

Pada tahap persiapan program, KPK bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan di tingkat desa. Pada tahap pelaksanaan program, KPK bertanggung jawab terhadap untuk melakukan supervise dan monitoring terhadap pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan di lapangan dengan memberikan dukungan teknis, sinkronisasi dan konsolidasi program dan kegiatan yang didiusulkan

(15)

daerah dan evaluasi pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan pada daerah yang menjadi wilayah kerjanya.

Secara khusus, KPK diharapkan mampu menjaga proses

pemberdayaan pada tahap penyiapan, perencanaan,

penganggaran, pengusulan kegiatan dan pelaksanaan fisik.

Deskripsi dan Lingkup Tugas Konsultan Pendamping Kabupaten/Kota (KPK).

KPK menbantu dukungan secara professional dalam mendukung implementasi Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan yang sesuai dengan prinsip, pendekatan, kriteria dan indikator keberhasilan pelaksanaan, dan bertugas untuk melakukan koordinasi dan mensinkronisasikan kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Untuk itu KPK akan mendukung memfalisitasi pelaksanaan kapacity building bagi para konsultan, aparat pemerintah daerah, dan pelaku lainnya melalui sosialisasi dan pelatihan, memantau dan memberikan dukungan teknis dalam penanganan permasalahan, mendukung pelaksanaan, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan. Tenaga Ahli Prasarana dan Penberdayaan Masyarakat sebagai Team Leader dari pihak KPK akan melaporkan hasil pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota.

Dalam menjalankan pengendalian di tataran Kabupaten/Kota, KPK akan membantu Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK). Setiap Kabupaten/Kota akan mendukung dengan 1 (satu) Tim Konsultan

(16)

Pendamping Kabupaten/Kota yang beranggotakan Tenaga Ahli Prasarana dan Pembedayaan masyarakat (sebagai Team Leader), Tenaga Ahli Teknik Sipil, dan personil Fasilitator Kecamatan (FK).

FK mempunyai tugas memfalisitasi masyarakat dalam menjalankan mekanisme dan menerapkan prinsip Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan. Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan Tenaga FK terdiri dari satu tenaga ahli prasarana dan satu tenaga ahli pemberdayaan. FK dengan latar belakang ahli prasarana yang bertugas untuk memberikan dukungan teknis berkaitan dengan desain teknis, perhitungan rencana anggaran dan pelaksanaan fisik, sedangkan FK berlatar belakang non-teknik mempunyai tugas khusus untuk memfasilitasi proses pemberdayaan dan memberikan dukungan terhadap rancangan dan pelaksanaan kegiatan. FK bekerja sama

dengan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)/Lembaga

Kemasyarakatan Desa (LKD) dan KD serta berkoordinasi dengan Tim

Kecamatan dalam mendukung pelaksanaan Pembangunan

Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan. Dalam menjalankan tugasnya, FK bertanggung jawab terhadap melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Team Leader KPK. Untuk melaksanakan dan menjalankan proses pelaksanaan sesuai dengan sendi-sendi dan prinsip Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan, FK akan didukung oleh KD yang setiap Kelurahan/desa berjumlah 1 orang.

 Lingkup Tugas

KPK melalui Tenaga Ahli Prasarana dan Pemberdayaan Masyarakat bertanggung jawab langsung atas mutu pelaksanaan program kepada Tim Koordinasi Kabupaten/Kota. Selain itu KPK berkoordinasi

(17)

dengan KMPr, KPT dan KME. Secara rinci tugas dan tanggung jawab KPK adalah :

a. Membantu TKK dalam perencanaan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan kepada FK, dan pelaku Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan lainnya;

b. Memberikan dukungan teknis dalam proses perencanaan kegiatan di tingkat desa;

c. Melakukan supervisi dan monitoring pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan dengan

memberikan dukungan teknis manajemen pada

Kabupaten/Kota wilayah kerjanya;

d. Memberikan saran penanganan pengaduan, serta alternatif tindak lanjut penanganannya kedapa TKK;

e. Melakukan evaluasi pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan di daerah yang menjadi wilayah kerjanya;

f. Melakukan Koordinasi dan Komunikasi dengan TKK dalam penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan serta memberikan dukungan kepada FK; g. Menyusun laporan rencana kegiatan, laporan bulanan, dan

laporan akhir.

Administrasi dan hubungan kerja

Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab fungsional tersebut dilakukan kerjasama antara KPK dan TKK. Di dalam pelaporan kegiatan, KPKmelaporkan kegiatannya kepada TKK melalui satuan kerja tingkat Kabupaten/Kota.

(18)

Jangka Waktu Pelaksanaan

Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan dalam waktu 6 bulan sejak ditandatanganinya Surat Perintah Mulia Kerja.

(19)

Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Konsultan Manajemen Kabupaten Seruyan, Katingan, dan Gunung Mas dan penjelasan di kantor (Aanwizjing) bersama ini kami berikan tanggapan terhadap uraian yang tercantum di dalamnya.

Terhadap Syarat – syarat Administrasi

Penjelasan – penjelasan yang tercantum dan diberikan di kantor cukup jelas dan dapat di pahami oleh pihak perusahaan, sehingga diharapkan di dalam penyusunan dokumen penawaran tidak akan terjadi kekeliruan interprestasi terhadap Kerangka Acuan Kerja.

Terhadap Syarat Teknis Pelaksanaan

Semua` syarat-syarat personil pelaksana pekerjaan dapat dipahami dan diterima oleh konsultan, penjelasan dan keterangan cukup jelas. Dari ruang lingkup persyaratan yang ada, serta lingkup dan keluaran, cukup jelas. Namun kami mencoba menjabarkannya dalam Bab

Rencana Kerja.

Kesimpulan

Dari semua yang diuraikan dalam dokumen Pelelangan dan Penjelasan kantor (aanwijzing), kami mengambil kesimpulan, dapat melaksanakan pekerjaan sesuai demean spesifikasi yang disyaratkan dalam dokumen pelelangan.

Bab 4

(20)

Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah menjelaskan masalah, Ruang Lingkup, Pelaksanaan Pekerjaan secara garis besar. Kebijakan pengurangan subsidi BBM didukung dengan penyelenggaraan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS BBM) yang diwujudkan dalam beberapa program yang sejalan dengan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Dalam SNPK telah dicanangkan bahwa selain menitik beratkan pada bidang kesehatan dan pendidikan, fokus penanggulangan kemiskinan juga menyangkut penyediaan kebutuhan dasar seperti infrastruktur di wilayah perdesaan menjadi salah satu wujud utama dari pembangunan yang ditujukan untuk penduduk miskin (propoor growth) tersebut. Di sinilah Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Bidang Infrastruktur Perdesaan diletakkan, dalam kerangka menanggulangi kemiskinan di desa-desa tertinggal di Indonesia.

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dilaksanakan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat desa dengan dukungan seluruh tingkatan pemerintah, sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Untuk itu disusun Pedoman Umum dan Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan yang dipergunakan sebagai dasar penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, sehingga diharapkan tepat sasaran kepada masyarakat miskin dan diminimalisasi terjadinya kebocoran dana.

Bab 5

(21)

Pendekatan teknis yang akan dilakukan oleh konsultan dalam melaksanakan Konsultan Manajemen Kabupaten Seruyan, Katingan dan Gunung Mas dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :

PRINSIP DAN PENDEKATAN Prinsip

Prinsip-prinsip penyelenggaraan Program adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga diperoleh dukungan dari masyarakat (acceptable). Hal ini berlaku baik pada pemilihan lokasi dan penentuansolusi teknis, penentuan mekanisme pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengadaan, maupun pada penetapan mekanisme pengelolaan prasarana perdesaan terbangun.

2. Penyelenggaraan kegiatan dilakukan bersama masyarakat secara terbuka dan diketahui oleh semua unsur masyarakat

(transparent) melalui penyediaan media komunikasi dan informasi

yang akurat dan mudah diakses oleh masyarakat.

3. Penyelenggaraan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan

(accountable), dalam hal ketepatan sasaran, ketepatan waktu,

ketepatan pembiayaan, dan ketepatan mutu pekerjaan.

4. Penyelenggaraan kegiata dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan (sustainable) yang ditandai dengan adanya pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan prasarana dan sarana perdesaan yang mandiri oleh masyarakat.

Bab 6

(22)

Pendekatan

Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan merupakan program pembangunan yang berkualitas dengan pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat melalui:

1. Pembangunan yang berkualitas, artinya semua Infrastruktur yang dibangun harus memenuhi standar teknik yang telah ditetapkan; 2. Keberpihakan kepada yang miskin, artinya orientasi kegiatan baik

dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada penduduk miskin;

3. Otonomi dan desentralisasi, artinya masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam kegiatan baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun pemanfaatan hasilnya;

4. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan;

5. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan pembangunan, baik melalui keterlibatan dalam kegiatan, penyerahan lahan dengan tanpa ganti rugi dan lain sebagainya.

6. eterpaduan pembangunan, artinya kegiatan yang dilaksanakan memiliki sinergi dengan kegiatan pembangunan yang lain.

KRITERIA PENENTUAN LOKASI DESA

Mekamisme Penetapan Desa/Kelurahan Sasaran

1. TKP menyiapkan program yang berisikan kriteria sasaran, jumlah desa/kelurahan sasaran dan daftar nama desa/kelurahan sasaran sesuai tingkat ketertinggalannya perkabupaten/kota.

(23)

3. TKK menyampaikan program dan desa-desa /kelurahan-kelurahan terpilih melalui sosialisasidan Musyawarah Desa I.

Kriteria Penetapan Alokasi Jumlah Desa

Penetapan alokasi sasaran tiap kabupaten/kota sesuai kriteria sebagai berikut:

Kabupaten /Kota sasaran tidak termasuk kab/kota di Propinsi NAD yang sudah tercakup dalam program Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD, dan kota-kota di DKI Jakarta.

Setiap kab/kota yang tercakup dalam program mendapat bagian minimal 30 desa untuk Kabupaten Tertinggal dan untuk Non Kabupaten Tertinggal mendapat minimal 10 desa kecuali bagi kab/kota yang jumlah desanya lebih kecil dari angka minimal tersebut, di mana Kabupaten Tertinggal disusun sesuai Kepmen PDT No. 001/KEP/M-PDT/II/2005

Alokasi desa sasaran disetiap kab/kota dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah desa disetiap kab/kota, dengan memberikan prioritas pada kabupaten tertinggal, dan demean mempertimbangkan kondisi infrastruktur di setiap desa, khususnya pada desa yang tertinggal infrastrukturnya.

Hasil akhir proses ini merupakan desa sasaran kab/kota. Pagu dana untuk tiap desa ditetapkan sebesar Rp. 250 juta.

KRITERIA PEMILIHAN PRASARANA

Kriteria Umum

Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Memenuhi kebutuhan prasarana yang mendesak bagi masyarakat miskin dan diusulkan oleh masyarakat melalui musyawarah desa.

(24)

Langsung memberikan manfaat bagi masyarakat terutama kelompok miskin di desa.

Berorientasi pada pengembangan wilayah perdesaan.

Penyediaan lahan untuk prasarana disediakan oleh masyarakat. Dapat dilaksanakan dan berfungsi dalam tahun anggaran 2005 Memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada tenaga kerja lokal dan menggunakan material setempat.

Penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat atau teknologi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

Merupakan Infrastruktur yang dapat dan akan dikelola oleh masyarakat.

Menjamin keberlangsungan fungsi prasarana yang dibangun dengan format yang ditetapkan.

Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial dan budaya.

Dapat dilakukan secara terpadu oleh beberapa desa untuk menjadi satu program. Pemilihan jenis infrastruktur di lokasi sasaran

dilakukan dengan memperhatikan

perkembangan-perkembangan sebagai berikut:

- Prasarana dan sarana yang mendukung aksesibilitas serta

mengurangai keterisolasian, berupa jalan desa, titian, jembatan desa, dan/atau tambatan perahu serta perahu.

- Prasarana yang mendukung kegiatan peningkatan produksi

pangan, berupa irigasi desa.

- Prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

perdesaan, berupa penyediaan air minum.

Kriteria Jalan Desa, Titian, Jembatan Desa, Tambatan Perahu

(25)

Lahan untuk Ruang Milik Jalan telah tersedia

Berorientasi kepada pengembangan wilayah (jalan

poros/penghubung desa)

- Menghubungkan pusat kegiatan (pasar, TPI, sentra produksi)

ke Outlet (jalan poros desa lain/jalan dengan fungsi lebih tinggi/sungai/laut/ferry)

- Membuka isolasi desa

Memenuhi standar teknis pembangunan jalan dan jembatan perdesaan

Fungsional, meskipun mungkin merupakan kontruksi bertahap. Cara Pemilihan Solusi Teknis adalah sebagai berikut:

Diprioritaskan untuk meningkatkan/rehabilitasi ruas jalan dan jembatan yang telah ada dan memiliki nilai pelayanan ekonomi yang tinggi tetapi mengalami kerusakan.

Dimungkinkan untuk pengbangunan jalan baru yang:

- Membuka isolasi desa.

- Menghubungkan outlet/pasar baru yang lebih ekonomis

Kontruksi sederhana demean memperhatikan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi) sehingga mampu dilaksanakan oleh OMS/Pokmas/LKD.

Untuk kontruksi khusus dan tidak tercantum dalam Pedoman sederhana

Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan untuk Perdesaan (jembatan dengan bentang > 10 meter) proposal dan perencanaan teknis harus berupa perencanaan teknis yang disetujui Kepala Dinas Teknis Kabupaten dan dapat dilaksanakan oleh OMS/Pokmas/LKD.

(26)

Tambatan perahu merupakan terminal yang menghubungkan jalan dengan sistem transportasi sungai, laut, danau. Tambatan perahu juga dapat berupa bagian perlengkapan sistem pelayanan masyarakat, baik yang sudah ada maupun yang akan dibangun mencakup tempat pelelangan ikan, dermaga bongkar muat, tempat rekreasi, parkir umum, gudang dan jalan penghubung antar tambatan perahu dengan perumahan dan permukiman.

Persyaratan penentuan lokasi

- Tanah tidak mudah erosi,

- Pada bagaian sungai yang, lurus

- Lalu linatas perahu dan kegiatan barada di sekitar tamabatan

perahu,

- Sekitar lokasi harus bersih,

- Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja

dan tambatan perahu harus tersedia. Perahu

Pengadaan perahu di mungkinkan bagi desa/kelurahan yang memanfaatkan moda transportasi air sebagai transportasi utama. Kepemilikan perahu menjadi tanggung jawab bersama seluruh masyarakat, khuususnya melalui Pokmas/OMS/LKD ataupun melalui KPP.

Komponen Modul dan Spesifikasi Teknis; Perahu dimiliki bersama

Adanya kesanggupan masyarakat setempat untuk mengorganisir diri dalam kelembagaan perkumpulan pengguna.

Adanya perkumpulan masyarakat setempat melaksanakan koperasi dan pemeliharaan (O&P)

(27)

Kegunaan perahu ditujukan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat desa.

Kriteria Prasarana Air Bersih

Pembangunan infrastruktur air bersih perdesaan dapat dibangun pada suatu lokasi dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai beriktu:

Diperuntukan bagi masyarakat miskin yang rawan air bersih, yaitu desa yang air tanah dangkalnya tidak laik minum karena payau/asin atau langka dan selalu mengalami kekeringan pada musin kemarau.

Daerah tersebut memiliki potensi air tanah dalam, sungai atau mata air yang berjarak kurang lebih 3 km dari permukiman

Untuk daerah yang tidak mempunyai potensi sumber air baku sebagaimana disebutkan pada butir 2 diatas, daerah tersebut memiliki curah hujan minimal 2.000 mm/tahun

Pembangunan prasarana air bersih ini bersifat mendekatkan air bersih dan atau memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat di desa tersebut

Pilihan jenis prasarana air bersih memenuhi standar teknis seperti yang tertuang dalam buku Petunjuk Teknis Sektor

Pemilihan jenis solusi teknis di desa penerima bantuan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dilakukan dengan langkah-langka sebagai berikut:

- Masyarakat di lokasi sasaran, yang diwakil oleh

OMS/Pokmas/LKD dengan didampingi oleh KD dan Tim Kecamatan mengadakan musyawarah untuk memutuskan usulan prasarana air beersih yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat sesuai kriteria yang ada dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

(28)

o Potensi, kondisi alam/lingkungan lokasi sasaran.

o Alokasi dana Pembangunan Infrastruktur Perdesaan untuk

desa tersebut.

o Jumlah jiwa calon pengguna air bersih.

Kriteria Penanganan Irigasi Desa

Irigasi desa dimaksud adalah irigasi yang dikelola oleh masyarakat

Luas areal daerah irigasi perdesaan sekitar 150 hektar

Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam inventarisasi DPU Pengairan.

Kategori kegiatan adalah pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan dan pembangunan baru

Jenis prasarana bangunan pengambilan, saluran, banguanan air, dan bangunan pelengkap.

Pemilihan solusi teknis untuk irigasi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Kebutuhan pelayanan

- Sumber air baku

- Kualitas dan kuantitas air baku - Peta Geohidrologi

- Data curah hujan - Data Geologi

PELAKSANAAN Pola pelaksanaan

Pola pelaksanaan Pembangunan Infrastuktur Perdesaan di setiap lokasi sasaran dapat berupa:

(29)

2. Kerja sama Operasioanal (KSO) antara OMS/Pokmas/LKD dengan pihak ketiga, dapat dilakukan bila dari hasil musyawarah desa disepakati bahwa OMS/Pokmas/LKD dan mastyarakat tidak sanggup melaksanakan sendiri kegiatan/sebagaian kegiatan karena keterbatasan teknologi, tenaga atau peralatan.

3. Kontraktual, dikerjakan dengan profesional dan harus sesuai dengan target waktu pelaksanaan dapat dilakukan bila dari hasil musyawarah desa disepakati bahwa OMS/Pokmas/LKD dan masyarakat tidak sanggup melaksanakan kegiatan/sebagian kegiatan karena keterbatasan teknologi, tenaga atau peralatan.

Pelaksanaan Konstruksi

Proses pelaksanaan kegiatan konstruksi meliputi beberapa kegiatan yang terkait di dalamnya, seperti persiapan, pelaksanaan fisik di lapangan, pengadaan material, pengadaan alat dan pengendalian tenaga kerja, serta pengendalian pengeluaran dana.

Pelaksanaan pembangunan fisik infrastruktur perdesaan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Seluruh kegiatan fisik dan keuangan harus selesai pada tahun 2005.

2) Infrastruktur yang dibangun secara teknis harus memenuhi standar mutu sesuai ketentuan-ketentuan yang berlaku

3) Masyarakat setempat mendapat prioritas untuk turut bekerja dalam pelaksanaan kegiatan terutama bagi penduduk miskin 4) Penyediaan bahan material, alat angkut dan tenaga (tukang)

diupayakan berasal dari daerah/desa setempat, kecuali bila tidak tersedia, dapat mengambil dari tempat lain.

(30)

Pengendalian merupakan serangkaian tindakan untuk menjamin kesesuaian penyelenggaraan kegiatan dengan peraturan/ketentuan yang berlaku agar dapat dicapai tujuan secara efektif dan efesien. Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan sesuai dengan prinsip, tujuan dan sasaran, pendekatan dan mekanisme yang telah ditetapkan. Mekanisme pengendalian program dilakukan mulai dari tahap persiapan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

Pengendalian program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan bertujuan:

1) Menjamin setiap proses pelaksanaan sesuai dengan aturan, prinsip dan kebijakan;

2) Menjamin hasil-hasil perencanaan yang diperoleh melalui proses mekanisme yang benar;

3) Menjamin jenis kegiatan dan lokasi sesuai dengan rencana yang telah ditentukan;

4) Mengendalikan pemanfaatan dana agar sesuai dengan yang direncanakan dan dikelola secara transparan;

5) Menjamin kualitas setiap kegiatan yang dilaksanakan agar memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan;

6) Menjamin agar setiap pelaku dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik sesuai dengan fungsinya masing-masing;

7) Menjamin pelaksanaan tepat waktu sesuai rencana yang telah ditentukan.

8) Menjamin setiap proses pelaksnaan sesuai dengan aturan, prinsip dan kebijakan.

(31)

Rencana kerja pelaksanaan disajikan secara skematis pada Bagan Alir Rencana Kerja. Secara detail rencana kerja yang akan dilakukan konsultan adalah sebagai berikut:

1) PERSIAPAN : Sosialisasi Tingkat Pusat Tingkat Propinsi

Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Kecamatan dan Desa

2) PERENCANAAN : Pemilihan Rencana Fisik, Perencanaan di tingkat masyarakat Umum :

Prasarana yang mendesak

Diusulkan melalui musyawarah Desa

Membuka lapangan kerja lokal + material setempat Teknologi sederhana

Hasilnya dapat dikelola masyarakat, berfungsi dengan baik Tidak berdampak negatif

Proses :

Sosialisasi + Penentuan OMS/KD Identifikasi masalah + Usulan Verivikasi

Penyusunan RAB + Gambar Kerja

Teknis :

Jalan + Jembatan Desa Air Bersih

Irigasi Desa

Bab 7

(32)

Tambatan Perahu/Dermaga

3) PELAKSANAAN : Pola Pelaksanaan Fisik (swakelola, KSO, Kontraktor) Persiapan :

Ditetapkan melalui kesepakatan masyarakat

Jika dikontraktualkan segara ditindak lanjuti dengan proses pelelangan Penandatangan kontrak Pelaksanaan : Penyiapan Lokasi Pengendalian Material Pengadaan Alat

Pengendalian Tenaga Kerja Pengendalian Waktu

Pengendalian Dana

Teknis : mengacu kepada petunjuk teknis persektor (PU)

4) PENGENDALIAN : Pengawasan + Pencairan Dana

Supervisi dilakukan oleh DK + FK + KPP

Yang diwujudkan dalam laporan pengawasan pelaksanaan kegiatan fisik

Dana Pembangunan Infrastruktur Desa disalurkan kepada satker tingkat Kabupen/Kota

Swakelola : 40 % uang muka, 40 % tahap I, 20 % tahap II (setelah diverivikasi)

Dibayar melalui rekening ybs.

LPJ OMS/LKD dibuat setelah kegiatan fisik selesai atau batas th anggaran 2007

(33)

Desa : FK/KD

Kabupaten : Dinas PUD + Konsultan Pendamping Propinsi : PU Prop + Konsultan manajemen

Fungsional : BPKP/Itjen, Ormas, PT, LSM dan Masyarakat Penyusunan Pelaporan :

Dilakukan oleh Satker Kab dan Dinas PU Prop. Dibantu oleh Konsultan KP/KMP disampaikan berjenjang ke tim koord. Pusat melalui Departemen PU

Pengaduan masyarakat + Tindak Turun Tangan :

Didasarkan pada rekomendasi hasil uji silang dan analisis masalah dari ketidaksesuaian pelaksanaan dengan rencana ( TEMUAN ) Evaluasi Pelaksanaan :

Ketepatan Sasaran……….Lokasi, pendampingan, sosialisasi, jenis kegiatan

Manajemen Pengelolaan …Kesesuaian biaya, Volume, Waktu dan Kualitas

Partisipasi Masyarakat……..Perencanaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan

5) PENGELOLAAN : Pengelolaan Pasca

Serah terima pengelolaan dari OMS/LKD…Satker

Kab…Pemerintah Desa

Berdasarkan Konsep Peberdayaan :

1. Memberikan peluang kepada masyarakat Untuk

mengembangkan potensi dan membuka diri terhadap peluang

2. Meningkatkan Kapasitas masyarakat Berupa pencapaian peluang, pelatihan dan pendidikan teknis maupun non teknis

(34)

3. Mengoptimalkan aset yang ada sebagai sumber daya yang berkelanjutan.

I. Kriteria Penyelenggaraan Infrastruktur Kriteria Pemilihan Prasarana

Kriteria Umum

Kegiatan yang akan dilaksanakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan prasarana yang mendesak bagi masyarakat miskin dan diusulkan oleh masyarakat melalui musyawarah desa.

2. Langsung memberikan manfaat bagi masyarakat terutama kelompok miskin di desa.

3. Berorientasi pada pengembangan wilayah perdesaan.

4. Penyediaan lahan untuk prasarana disediakan oleh masyarakat. 5. Dapat dilaksanakan dan berfungsi dalam tahun anggaran 2005. 6. Memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada tenaga

kerja lokal dan penggunaan material setempat.

7. Penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat atau teknologi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.

8. Merupakan Infrastruktur yang dapat dan akan dikelola oleh masyarakat.

9. Menjamin keberlangsungan fungsi prasarana yang dibangun dengan format yang ditetapkan.

10.Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial dan budaya.

11.Dapat dilakukan secara terpadu oleh beberapa desa untuk menjadi satu program.

(35)

Pemilihan jenis Infrastruktur di lokasi sasaran dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Prasarana yang mendukung aksesibilitas serta mengurangi keterisolasian, berupa jalan desa, titian, jembatan desa, dan/atau tambatan perahu, serta perahu.

2. Prasarana yang mendukung kegiatan peningkatan produksi pangan, berupa irigasi desa.

3. prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, berupa penyediaan air bersih.

Inti Pelaksanaanya adalah serangkaian kegiatan yang mencakup persiapan, pemberdayaan, perencanaan, pelaksanaan fisik, pengawasan, sampai dengan serah terima prasarana. Dalam tahapan pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: (a) masyarakat merupakan pemilik kegiatan, sedangkan konsultan pendamping dan aparat pemerintah berperan sebagai fasilitator, (b) masyarakat miskin dan kelompok perempuan diharapkan berperan serta aktif dalam pelaksanaan kegiatan.

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dapat

dikelompokkan menjadi: 1. Persiapan 2. Sosialisasi 3. Perencanaan 4. konsolidasi 5. Pelaksanaan Fisik

(36)

Berikut uraian di bawah ini :

Persiapan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan

Kegiatan persiapan program merupakan bagian dalam tahap pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan. Kegiatan tersebut meliputi :

1. Pembentukan tim koordinasi

2. Penyusunan pedoman dan program 3. pengadaan konsultan pendamping 4. Penetapan lokasi dan pagu anggaran

Pembentukan Tim koordinasi

Untuk menjalankan fungsi pemerintah sebagai fasilitator dan pelaksana monitoring, maka dalam pelaksanaan program ini dibentuk Tim Koordinasi pada beberapa tingkatan, yaitu:

1. Tim Koordinasi Pusat, terdiri dari Tim Pengarah Pusat yang dibentuk melalui SK Menteri PU dan Tim Pelaksana Pusat melalui SK Dirjen Cipta Karya.

2. Tim Koordinasi Propinsi, terdiri dari Tim Pengarah Propinsi yang dibentuk melalui Keputusan Gubernur dan Tim pelaksana Propinsi yang dibentuk melalui Keputusan Sekretaris Daerah Propinsi.

3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota, terdiri dari Tim Pengarah

Kabupaten/Kota yang dibentuk melalui Keputusan

Bupati/Walikota dan Tim Pelaksana Kabupaten/Kota yang dibentuk melalui Keputusan Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota. 4. Tim Kecamatan yang dibentuk malalui Keputusan Bupati/Walikota.

(37)

Penyusunan Pedoman dan program

Penyusunan Pedoman dan Program dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

1. Persiapan Kebijakan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan termasuk penentuan pendekatan, prinsip, mekanisme, dan indikator keberhasilan. Persiapan ini ditindaklanjuti demean pembuatan Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis Sektor (Jalan, Air Bersih, dan Irigasi). Kemudian materi tersebut disosialisasikan secara berjenjang di setiap tingkatan.

2. Penetapan kriteria-kriteria sebagai acuan dalam pelaksanaan program, yang terdiri dari kriteria lokasi desa sasaran, kriteria pemilihan prasarana dalam pelaksanaan fisik, kriteria pelaksanaan kegiatan yang berbasis masyarakat, dan kriteria keberhasilan program.

Pengadaan Konsultan Pendamping

Konsultan Pendamping dalam Pembangunan Infrastruktur Perdesaan dapat diklasifikasikan sebagai KPT, KME, KMPr, dan KPK. Pengadaan konsultan pendamping dilaksanakan melalui proses pelelangan terbuka. Untuk itu pengadaan konsultan pendamping dilakukan secara berjenjang, pengadaan KPT dan KME dilaksanakan di Pusat oleh Satker Sementara Pusat, pengadaan KMPr di tiap Propinsi oleh Satker masing-masing Propinsi, dan pengadaan KPK sesuai paket-paket KPK dilakukan oleh Satker Sementara Propinsi. Proses pelelangan dilakukan sesuai dengan Keppres No. 61 tahun 2004 tentang perubahan atas Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Dan Jasa Pemerintah. Sesuai dengan acuan yang diberikan oleh Tim Pengarah Pusat, maka masing-masing daerah, dalam hal ini propinsi dan kabupaten/kota, melakukan persiapan pengadaan konsultan pendamping.

(38)

Penetapan Lokasi dan Pagu Anggaran

Penetapan alokasi sasaran tiap Kabupaten/Kota sesuai kriterai sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota sasaran tidak termasuk Kab/Kota di Propinsi NAD dan Sumut yang sudah tercakup dalam Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD dan Nias, dan kota-kota di DKI Jakarta.

2. Setiap Kab/Kota yang tercakup dalam Program mendapatkan bagian minimal 30 desa untuk Kabupaten Tertinggal dan untuk non Kabupaten Tertinggal mendapat minimal 10 desa kecuali Kab/Kota yang jumlah desanya lebih kecil dari angka minimal tersebut, di mana Kabupaten Tertinggal disusun sesuai Kepmen PDT No.001/KEP/M-PDT/II/2005.

3. Alokasi desa sasaran di setiap Kab/Kota dibagi secara proporsional sesuai dengan jumlah desa di setiap Kab/Kota, dengan memberikan prioritas pada Kabupaten tertinggal, dan dengan mempertimbangkan kondisi infrastruktur di setiap desa, khususnya pada desa yang tertinggal infrastrukturnya.

4. Hasil akhir proses ini merupakan desa sasaran per Kab/Kota.

Sosialisasi dan Diseminasi Sosialisasi Tingkat Pusat

Kegiatan Sosialisasi di tingkat pusat dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKP. Sosialisasi tingkat pusat dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan pusat, propinsi, dan kabupaten yang terkait yang ditujukan pada Ketua Bappeda Propinsi, Kepala Dinas PU Propinsi, Bupati/Walikota, Ketua Beppda Kabupaten/Kota, dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota.

Materi sosialisasi terdiri dari Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis (Jalan, Air Bersih, dan Irigasi), serta dokumen penting lainnya.

(39)

Sosialisasi Tingkat Propinsi

Kegiatan sosialisasi di tingkat propinsi dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKPr sesuai kebijakan TKP. Sosialisasi tingkat propinsi dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan propinsi, dan Kabupaten yang terkait di propinsi yang ditambah dengan Satker Sementara Propinsi, Satker Sementara Kabupaten/Kota. Pada sosialisasi ini diundang pula anggota DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Tokoh Masyarakat, serta Perguruan Tinggi di tingkat Propinsi. Materi Sosialisasi terdiri dari Pedoman Umum, Pedoman Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis(Jalan,Air Bersih, dan Irigasi) serta dokumen penting lainnya.

Sosialisasi Kabupaten/Kota

Kegiatan sosialisasi di tingkat kabupaten/kota dipersiapkan dan dilaksanakan oleh TKK. Sosialisasi dilaksanakan dengan mengundang instansi pemerintahan kabupaten/kota yang terkait, Muspika dan aparat desa terpilih di kabupaten/kota yang bersangkutan, serta Kabupaten/Kota. Sosialisasi yang dilaksanakan di kabupaten/kota juga mengundang anggota DPRD, Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh Masyarakat, dan Kelompok/organisasi Masyarakat. Materi sosialisasi terdiri dari Pedoman Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis(Jalan, Air Bersih, dan Irigasi) serta dokumen penting lainnya.

Dalam sosialisasi pemerintah desa diharapkan dapat menyediakan data dan informasi mengenai referensi bagi masyarakat dalam menyusun usulan kegiatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan IP, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan pembiayaan pembangunan.

(40)

Sosialisasi Tingkat Kecamatan / Desa

Kegiatan sosialisasi dengan masyarakat di tingkat Kecamatan / Desa, melakukan sosialisasikan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan secara umum, dan fasilitator kecamatan (FK) harus cermat, dan aktif dalam melihat peluang-peluang permasalahan di kecamatan/desa dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan infrastruktur.

Fasilitator Kecamatan, pendekatan tahap awal ; berkenalan kepada masyarakat, dan untuk memudahkan pekerjaan FK memerlukan pendamping untuk membantu menjelaskan kepada masyarakat baik Kepala Desa, Tokoh Masyarakat Desa, dsb. Masalah-masalah infrastruktur harus di cek dilapangan (survey) dan melakukan pengukuran, di sketsa, di foto. Permasalahan infrastruktur tingkat perencanaan bersifat ringan / cepat dalam pengerjaannya.

Perencanaan

Musyawarah Pembentukan OMS dan FD

Musyawarah Desa I dilaksanakan Satker kabupaten/kota/TKK, tim kecamatan, didukung oleh Kepala Desa. Kegiatan ini bertujuan untuk : a. Mensosialisasikan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan kepada

aparat pemda, tokoh masyarakat di tk. Desa,

b. Memilih dan menetapkan OMS/Pokmas/LKD sebagai penanggung

jawab operasional kegiatan desa,

c. Memilih dan menetapkan KD sebagai akor pemberdayaan

d. Mengidentifikasi kebutuhan prasarana perdesaan dan

mengidentifikasi permasalahan khusus yang berkaitan dengan infrastruktur yang terdapat di desa tsb.

(41)

Musyawarah II Identifikasi Permasalahan

Setelah Musyawarah Desa I, OMS/Pokmas/LKD dan KD langsung bertugas mengidentifikasi permasalahan dan mengumpulkan aspirasi

masyarakat untuk memverifikasi masukan-masukan Satker

Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan mengenai permasalahan desa/kelurahan. Untuk itu KD perlu mempelajari kondisi dan situasi sosial, ekonomi, budaya, sumber data serta permasalahan infrastruktur yang menonjol, didukung oleh Tim Kecamatan, apabila dibutuhkan dapat pula didukung oleh TKK.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. OMS/Pokmas/LKD dan KD dibantu oleh Tim Kecamatan melakukan identifikasi masalah yang terdapat di desa tersebut.

b. OMS/Pokmas/LKD dan KD memverifikasi temuan di lapangan dengan temuan awal dari Satker Kabupaten/Kota dan/atau TKK c. OMS/Pokmas/LKD dan KD dibantu oleh mengumpulkan informasi

dan data pendukung berkaitan dengan gagasan yang muncul di masyarakat.

Penyusunan Rencana Kegiatan

Penyusunan rencana kegiatan dilakukan oleh OMS/Pokmas/LKD dan KD bersama Satker. Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan. Satker Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK bertugas membimbing proses penyusunan usulan kegiatan ini secara teknis dan membantu terwujudnya konsep pemberdayaan. Peran Satker Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK dalam hal ini adalah meningkatkan kemampuan teknis masyarakat dalam memecahkan permasalahan di daerahnya. Sementara TimKecamatan bertugas membantu meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam proses pembangunan.

(42)

a. Penyusunan Rencana Kegiatan (preliminary).

Penyusunan rencana kegiatan ini dilakukan oleh OMS/Pokmas/LKD dan KD dengan bimbingan Satker Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan. Hasil kegiatan ini diwujudkan dalam rencana kegiatan (proposal) yang terdiri dari:

Latar belakang yang mendasari kegiatan pembangunan infrastuktur yang didanai

Melalui Pembangunan Infrastruktur Perdesaan IP

Tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dengan pelaksanaan pembangunan

Infrastruktur Perdesaan. Tujuan merupakan rencana yang ingin dicapai

Pada tingkat desa, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang hendak dicapai dari

Pelaksanaan kegiatan

Manfaat pekerjaan terhadap masyarakat dan lingkungan hidup desa/kelurahan

Pelaksanaan pekerjaan, baik yang berhubungan dana, waktu, pelaksana dan

Pelaku-pelaku lain yang mungkin terlibat

Mekanisme pelaksanaan, pengelolaan dan pengawasan. b. Finalis Usulan Kegiatan

Finalisasi usulan kegiatan dilakukan untuk perbaikan dan pembenahan terutama apabila ditemukan hal-hal yang belum sempurna. Tetapi tidak mengubah kandungan isi secara substansi.

(43)

Desain dan RAB

Setelah usulan kegiatan selesia difinalisasi, Langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana teknis dan RAB yang dilaksanakan oleh OMS/Pokmas/LKD, KD besama Satker Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan. Hasil dari kegiatan ini harus melalui persetujuan Tim Kecamatan.

Pada tahap ini dilaksanakan: a. Penyusunan Rencana Teknis;

Hasil Penyusunan Rencana Teknis diwujudkan dalam dokumen rencana teknis dan gambar desain

Penyusunan rencana teknis harus mengacu kepada Petunjuk Teknis Sektor (Jalan dan Jembatan Desa, Air Bersih, Irigasi Perdesaan, dan Tambatan Perahu).

b. Penyusunan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB);

Hasil penyusunan RAB berupa perhitungan volume pekerjaan, (berdasarkan Rencana Teknis yang telah disusun), harga dari berbagai macam bahan/material, alat dan tenaga yang dibutuhkan pada suatu kontruksi.

Tujuan kegiatan penghitungan rencana anggaran biaya adalah untuk memprediksi biaya pelaksanaan. Melalui penghitungan RAB dapat diketahui taksiran biaya setiap item/sub kegiatan. Perlu dicatat bahwa taksiran biaya yang dibuat bukanlah final cost

(biaya sebenarnya). Final cost akan diperoleh pada saat pelaksanaan. Dalam penyusunan RAB, OMS/Pokmas/LKD dan KD dapat didukung Satker Sementara Kabupaten/Kota dan/atau TKK serta Tim Kecamatan.

(44)

Pelaksanaan Fisik :

Musyawarah III Persiapan Pelaksanaan Pembentukan KPP

Musyawarah Desa tahap III menetapkan mekanisme dan rencana pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur. Pada ini diharapkan dapat dicapai kesepakatan masyarakat mengenai mekanisme pelaksanaan, apakah seluruh pekerjaan akan dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat atau beberapa pekerjaan membutuhkan kerjasama operasional dengan pihak ketiga dengan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Pada musyawarah ini juga disampaikan rencana detail pelaksanaan yang mencakup jadual pelaksanaan, mekanisme pelaksanaan, dan sumberdaya.

Pada musyawarah Desa III ini dibentuk pula KPP. KPP beranggotakan masyarakat setempat, terutama yang akan memfaatkan prasarana perdesaan yang akan dibangun, dan aparat desa(kecuali Kepala Desa). Kelompok ini akan bertanggung jawab terhadap operasi dan pemeriharaan untuk pelestarian prasarana terbangun. KPP bekerja sejak tahap pelaksanaan pembanguna, sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan. Bila kemudian ditetapkan pelaksanaan fisik kegiatan dilakukan bersama dengan desa/beberapa desa lain yang berdampingan, maka tata cara pelaksanaan dan pencairan dana harus dirumuskan bersama antar desa-desa bersangkutan. Untuk pelaksanaan fisik yang dilakukan dengan kontraktual (oleh kontraktor) atau bagian dari SKO, maka hasil musyawarah III harus segara ditindak lanjuti dengan persiapan, pelelangan dan pengendalian pelaksanaan oleh Satker Sementara Kabupaten/Kota. Namun masyarakat tetap

berperan-serta dalam pengawasan proses pelelangan dan

(45)

Mekanisme pelaksanaan Musyawarah Desa III:

a. OMS/Pokmas/LKD dibantu oleh KD dan FK melaksanakan

Musyawarah Desa III dan menyiapkan materi yang akan disampaikan.

b. Ketua OMS/Pokmas/LKD menjelaskan pokok-pokok hasil diskusi Musyawarah Desa II.

c. Peserta menyepakati rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan, yang kemudian memberikan wewenang kepada OMS/Pokmas/LKD untuk melaksanakannya.

Kontrak Pelaksanaan OMS – Satker kab. / Kota

Hasil dari Musyawarah Desa III tentang mekanisme pelaksanaan ditindaklanjuti dengan penandatanganan kontrak kerja berupa Surat Pemberian Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) antara OMS/Pokmas/LKD

dengan Kuasa Pengguna Anggaran Satker Sementara

Kabupaten/Kota.

Dalam kontrak kerja, dinyatakan bahwa pembayaran dilakukan dimuka dan selanjutnya mempertimbangkan kemajuan pekerjaan di lapangan yang lakukan dalam 3 (tiga) tahap. Tahap pertama sebesar 40%, bisa dicairkan setelah penandatanganan kontrak. Selanjutnya 40% berikutnya dibayarkan pada saat progress pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 36%, dan sisanya sebesar 20% dibayarkan pada saat progress pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 72%.

Pelaksanaan Kegiatan Fisik

Proses pelaksanaan konstruksi meliputi beberapa kegiatan yang terkait didalamnya, seperti penyiapan lokasi, pengadaan material, pelaksanaan konstruksi, pengadaan alat dan pengendalian tenaga

(46)

kerja, pengendalian waktu pelaksanaan serta pengendalian pengeluaran dana oleh pelaksana.

Pelaksana fisik infrastruktur perdesaan mulai dilakukan segera setelah penandatanganan kontrak. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, masyarakat turut berperan aktif dalam pengawasan pelaksanaan.

Pada tahap ini, KD dan FK bertanggung jawab memberikan pendampingan teknis dan monitoring pelaksanaan kegiatan di lapangan bersama-sama dengan KPP, serta didukung oleh KMK. Pelaksanaan fisik prasarana harus mengacu kepada Petunjuk Teknis Sektor jalan perdesaan, air bersih perdesaan, dan irigasi perdesaan.

(Bisa dilihat pada Format Rencana Jadwal dan Kurva S) Supervisi

Supervisi atau pengawasan pelaksanaan pekerjaan fisik dilaksanakan oleh pihak (KPP, KD, Tim Kecamatan, Kepala Desa, dan TPK) dimana tanggung jawab pelaksanaannya dipegang oleh FK. Setiap pihak diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsi pengendalian kualitas bahan dan material, pengendalian volume, pemanfaatan dana, pengendalian sumbangan masyarakat, dan pengendalian waktu pelaksanaan.

1. Pemantauan Konstruksi

Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan kesesuaian pelaksanaan pekerjaan fisik agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. Dilakukan dengan pengumpulan informasi terkait pekerjaan fisik, seperti pengecekan kualitas material, pemantauan pelaksanaan konstruksi melalui pengukuran progress harian dan mingguan, pemantauan pemanfaatan dana dan jumlah pekerjaan yang bepartisipasi

(47)

serta pemantuaun terhadap permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama pekerjaan konstruksi, misalnya kejadian alam seperti cuaca, ataupun bencana alam.

2. Pelaporan

Bagian lain dari supervisi adalah pencacatan dan

pendokumentasian hasil dan proses di lapangan. Cacatan dan dokumentasi ini disusun dalam bentuk laporan, yang harus dibuat secara sederhana dan seringkas mungkin dan dilakukan secara berkala.

Hal-hal yang harus dimuat dalam laporan FK dan KD:

1. Laporan Harian (Progress, pemasukan dan penggunaan marerial, cuaca)

2. Pengisian Buku Bimbingan (Instruksi)

3. Kemajuan pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan 4. Jumlah dan asal pekerja, dan penggunaan material 5. Kesesuaian waktu pelaksanaan

6. Foto yang menggambarkan kondisi lapangan (0%; 40%; 80%; 100%)

Laporan Pertangungjawaban OMS/Pokmas/LKD

Laporan pertanggung-jawaban OMS/Pokmas/LKD dibuat setelah kegiatan fisik selesai atau pada saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis (akhir tahun anggaran 2005). Laporan pertanggung-jawaban tersebut disampaikan kepada pemerintah dan masyarakat desa.

(48)

Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan pertanggung-jawaban OMS/Pokmas/LKD terdiri dari Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB).

Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak sesuai pada waktunya (pada akhir tahun anggaran belum mencapai 100%) maka laporan pertanggungjawaban OMS/Pokmas/LKD harus terdiri dari Laporan Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan Pembuatan Surat Pernayataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K).

a. Pembuatan Laporan Penyelesaian Rencana Kegiatan

Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) adalah laporan yang ditandatangani oleh Ketua OMS/Pokmas/LKD dan diketahui KD untuk menyatakan bahwa seluruh seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan (kondisi 100%) serta siap diperiksa oleh Tim Kecamatan dan Satker Sementara Kabupaten/Kota. Kondisi 100% dapat dicapai setelah dilakukan Testing and Commisioning. Testing and Commisioning dilakukan bersama-sama Satker Sementara kabupaten/kota, Tim Kecamatan dan KPP

Pada saat LP2K ditandatangani seluruh administrasi baik pertanggung-jawaban dana maupun jenis administrasi lainnya sudah dilengkapi dan dituntaskan, termasuk realisasi kegiatan dan biaya (RKB). Lembar LP2K yang sudah ditandatangani diserahkan pada FK dengan tembusan kepada Tim Kecanmatan dan PK Sementara Kabupate/Kota, untuk mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan dilapangan.

(49)

b. Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)

OMS/Pokmas/LKD bersama KD harus membuat rincian realisasi kegiatan dan biaya berikut rekapitulasinya dan disetujui oleh Tim Kecamatan. Hal ini sebagai bentuk penjelasan tentang apa saja yang telah dilaksanakan di lapangan serta pengguna dana bantuan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan di desa.

Realisasi Keggiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat dengan kondisi pada saat LP2K dibuat pelaksanaan di lapangan. Hal-hal yang harus dicatat meliputi harga-harga satuan, volume, jumlah HOK terserap, besar dan distribusi dana dari setiap kegiatan diluar prasarana seluruhnya. Catatan harus berdasarkan kepada kondisi aktual di lapangan dan sesuai dengan catatan pelaporan harian. Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau merangkum seluruh catatan penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama pelaksanaan.

c. Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K)

Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan adanya kekurangan dalam pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi maka Satker Sementara PKPS BBM IP Kabupaten/Kota dapat memberikan kesempatan konstruksi dan/atau melakukan perbaikan.

Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini berisikan

kesanggupan OMS/Pokmas/LKD untuk menyelesaikan

kagiatan sampai dengan waktu yang direncanakan, dengan sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen dari Satker Sementara Kabupaten/Kota, Kepala Desa dan Camat.

(50)

d. Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)

Apabila sampai batas waktu akhir tahun anggaran, ternyata kegiatan pembangunan prasarana belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan seluruhnya, maka Ketua OMS/Pokmas/LKD dan FK dengan diketahui oleh Kepala Desa membuat Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K, yaitu realisasi kegiatan dan biaya hingga saat itu maupun gambar-gambar infrastruktur terbangun hingga saat itu. Jika pada saat BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan harus dikembalikan ke kas Negara.

e. Pembuatan dokumen Penyelesaian

Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi tentang laporan penanggung-jawaban OMS/Pokmas/LKD selaku pelaksana termasuk rincian realisasi penggunaan biaya dan lampiran pendukung lainnya. Dokumen dalam lampiran pendukung adalah gambar-gambar infrastruktur terbangun, laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan serta laporan kemajuan fisik. Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh OMS/Pokmas/LKD bersama FK dan KD untuk disampaikan kepada Tim Kecamatan Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu sejak tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai waktu tersebut dokumen penyelesaian belum dituntaskan, maka Ketua OMS/Pokmas/LKD, FK dan Tim Kecamatan harus membuat Berita Acara Keterlambatan dan Kesanggupan penyelesaiannya untuk kedapa TKK.

(51)

Serah terima hasil

Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah fisik infrastruktur di lapangan selesai dilaksanakan, dan operasional prasarana perdesaan

yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan

berbermanfaat. Setelah tahap Konstruksi fisik selesai selanjutnya dilakukan serah terima pekerjaan dari OMS/Pokmas/LKD kepada Kuasa Pengguna Anggaran (Satker Sementara Kabupaten/Kota).

Selanjutnya pengelolaan infrastruktur terbangun diserahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (Satker Sementara Kabupaten/Kota) kepada Pemerintah Desa/Kelurahan untuk digunakan, dilelola, dan dilestarikan oleh masyarakat (KPP).

(52)

Team Leader

Team Leader berlatang belakang pendidikan minimal S1, diprioritaskan memiliki penguasaan pembangunan infrastruktur wilayah dengan latar belakang teknis sipil atau pembangunan perdesaan, dengan pengalaman kerja minimal 7 tahun.

Berpengalaman dalam pengelolaan proyek pembangunan perdesaan dan mampu memimpin kelompok profesional. Memahami mekanisme pembangunan di daerah, struktur dan manajemen pemerintahan termasuk di dalamnya pelaksanaan otonomi daerah, serta mengenal jaringan kerja lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Team Leader bertanggung jawab :

- Pengendalian seluruh tenaga dari konsultan;

- Mengkoordinasi seluruh kegiatan persiapan, pelaksanaan fisik,

pengendalian, supervisi, monitoring;

- Bertanggungjawab terhadap kerja konslutan;

- Menjamin Pelaksanaan program sesuai dengan pedoman umum

dan pedoman pelaksanaan PPIP 2007

- Memantau penggunaan dana dan dokumen penagihan;

- Mengembangkan jaringan kerja dengan lembaga-lembaga yang

memiliki kompetensi dalam pemberdayaan masywakat serta lembaga hukum yang ada;

- Melakukan pengendalian pelaksanaan program melalui

pemantauan, pelaporan dan evaluasi;

- Memberikan saran dan penanganan pengaduan, serta alternatif

tindak lanjut penanganannya kepada Tim Koordinasi di tingkat propinsi dan kabupaten;

Bab 8

Referensi

Dokumen terkait

Organisasi harus memastikan bahwa setiap perubahan yang timbul dari tindakan koreksi dan pencegahan dibuat dalam sistem dokumentasi K3. Pengendalian rekaman

Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas (Google Earth, 2010) Fasilitas yang terdapat di NPC selain kandang kuda tersedia tack room yang merupakan tempat untuk

Ketiga, menciptakan dan mempromosikan produk (ide, barang, jasa, tempat) yang dapat memenuhi kebutuhan keinginan pelanggan dan tersedia pada harga dan tempat yang

Lokasi Nusantara Polo Club Dilihat dari Atas (Google Earth, 2010) Fasilitas yang terdapat di NPC selain kandang kuda tersedia tack room yang merupakan tempat untuk

1989 : 231 yaitu : “1 menetapkan standar prestasi, 2 mengukur prestasi sekarang dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, 3 mengambil tindakan mengoreksi prestasi yang

Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L) adalah bidang yang penting dalam manajemen perusahaan yang bertujuan untuk melindungi dan memastikan kesejahteraan karyawan serta menjaga kelestarian lingkungan tempat kerja. Konsep K3L mencakup serangkaian praktik dan kebijakan yang dirancang untuk mencegah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, serta kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan. Keamanan: Fokus pada upaya perlindungan terhadap karyawan dari potensi bahaya fisik dan kejahatan di tempat kerja. Ini meliputi penerapan sistem keamanan, pelatihan untuk tindakan darurat, penggunaan peralatan pelindung diri, dan penegakan aturan keselamatan di tempat kerja. Kesehatan: Berkaitan dengan upaya menjaga kesehatan fisik dan mental karyawan. Ini meliputi pencegahan penyakit akibat kerja, akses terhadap layanan kesehatan, program kesehatan dan kesejahteraan, serta promosi gaya hidup sehat. Keselamatan Kerja: Berfokus pada identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera. Ini termasuk pembangunan budaya keselamatan, pelatihan keselamatan, audit keselamatan, dan penerapan prosedur kerja yang aman. Lingkungan: Melibatkan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan tempat kerja dan mencegah polusi serta kerusakan lingkungan. Ini termasuk pengelolaan limbah, konservasi sumber daya alam, penggunaan energi yang efisien, dan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan. Dengan menerapkan praktik K3L yang baik, perusahaan dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya akibat cedera dan penyakit, serta membangun citra perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Selain itu, pemenuhan kriteria K3L juga seringkali menjadi persyaratan hukum dan regulasi yang harus dipatuhi oleh perusahaan untuk menjaga keberlanjutan operasional