• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Penulis melaksanakan Kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Museum Keraton Surakarta mulai tanggal 2 Maret 2009 s/d 5 April 2009, kegiatan dimulai pukul 09.00 s/d 15.00. Adapun rincian pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut : a. Minggu pertama

Hari pertama, penulis dikenalkan dengan pengurus dan segenap guide yang bekerja di Museum Keraton Surakarta. Tahap berikutnya, penulis mempelajari materi yang harus dijelaskan kepada wisatawan berkaitan dengan Museum Keraton Surakarta, antara lain tentang sejarah berdirinya Keraton, nama dan fungsi bangunan-bangunan yang ada, benda-benda pusaka yang tersimpan di museum Keraton, dsb. Untuk memperlancar tugas ini, penulis mengikuti guide yang sedang bertugas sambil mencatat hal-hal yang dirasa perlu. Selain itu, penulis mencari bahan-bahan lain yang masih berhubungan di buku-buku serta browsing di internet. Kegiatan ini berlangsung sekitar 4 hari. Setelah dirasa mampu, pimpinan Museum Keraton Surakarta mengizinkan penulis mendampingi wisatawan yang berkunjung ke Museum Keraton Surakarta. Namun, pada tahap ini penulis hanya diizinkan mengantar wisatawan domestic yang bersifat perorangan, belum diizinkan membawa rombongan.

b. Minggu kedua s/d Minggu keempat

Awal minggu kedua, penulis masih belum boleh membawa rombongan maupun wisatawan asing. Namun, mulai tengah minggu ini, penulis diizinkan membawa wisatawan domestic dan asing, perorangan maupun rombongan. Kegiatan ini berlangsung sampai minggu keempat. Wisatawan asing yang berkunjung ke Keraton Surakarta kebanyakan berasal dari Belanda, Jerman,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Jepang, China dan Thailand. Untuk wisatawan yang berasal dari Jepang, penulis tidak mendampingi karena sudah ada guide yang khusus untuk wisatawan Jepang. Penulis tidak mengalami kesulitan yang besar ketika mendampingi wisatawan dari Eropa maupun Amerika karena sebagian besar dari mereka mampu menguasai bahasa Inggris dengan baik. Kesulitan dialami penulis ketika mendampingi wisatawan dari China, Hongkong, Thailand, dan Negara sekitarnya. Hal ini disebabkan sebagian besar wisatawan tersebut hanya mampu berkomunikasi dengan bahasa daerah mereka dan bahasa China, hampir tidak ada yang menguasai bahasa Inggris.

c. Minggu kelima

Di akhir masa PKL ini, penulis hanya sesekali mengantar wisatawan. Selain masa PKL yang telah usai, penulis mendapat tugas dari pengurus Keraton untuk mengambil gambar bangunan-bangunan Keraton serta event-event yang sedang berlangsung untuk dipajang di tempat pembelian tiket maupun untuk koleksi pribadi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Selama satu bulan melaksanakan praktek kerja lapangan, penulis berhasil mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian ini. Data-data tersebut dipaparkan dalam bentuk tabel berikut di bawah ini.

Tabel 3.3.1 Daftar kunjungan wisatawan asing Museum Keraton Surakarta bulan Maret 2009

Minggu ke- China Inggris Malaysia Thailand Belanda

I - 12 8 4 -

II 5 9 4 - 5

III 7 6 1 - 3

IV 4 14 5 3 -

jumlah 16 41 18 7 8

sumber : penelitian data primer

Tabel 3.3.2 daftar guide disertai bahasa asing yang mereka kuasai.

No. Nama guide Bahasa asing

1 Bp. Budoyoningrat - 2 Bp. Siswantodipuro -

3 Bp. purwanto -

4 Bp. Sawiyono -

5 Bp. Kumaidi Bahasa Inggris, Jepang 6 Bp. Hastoto Bahasa Inggris

7 Bp. Sugeng Bahasa Inggris

Sumber : Penelitian data primer

Museum Keraton Surakarta memiliki berbagai keistimewaan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan China. Dari tabel 3.3.1, dapat kita ketahui bahwa jumlah wisatawan China yang berkunjung ke Museum Keraton Surakarta relatif besar jika dibandingkan dengan wisatawan asing lainnya. Biasanya wisatawan China berkunjung ke Museum Keraton Surakarta bersama keluarga atau kerabat yang sudah lama tinggal di Surakarta, bukan melalui travel agency sehingga mereka tidak didampingi guide pribadi. Dengan demikian, wisatawan tersebut mengandalkan guide yang disediakan Museum Keraton Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Guide yang bekerja di keraton Museum Surakarta berjumlah 7 orang. Dari tabel 3.3.2 dapat kita ketahui bahwa hanya ada 3 orang guide yang menguasai bahasa Inggris, dan hanya ada seorang guide yang mampu berbahasa asing lain, yaitu bahasa Jepang. Dari keseluruhan guide tersebut, tidak ada satupun yang mampu berbahasa China. Dengan keterbatasan tersebut, wisatawan China yang tidak mampu berbahasa Inggris hanya diantar untuk melihat-lihat tanpa diterangkan sama sekali tentang bangunan dan peninggalan budaya yang ada di Museum Keraton Surakarta. Sebagian besar dari wisatawan China merasa kurang puas terhadap pelayanan seperti ini. Hal ini dikarenakan tidak adanya seseorang yang mampu menjawab semua pertanyaan mereka. Berdasarkan keterangan dari semua guide keraton Surakarta, sangat sedikit dari wisatawan China yang mampu berbahasa Inggris dengan baik.

Keberadaan guide berpengaruh besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap wisatawan ketika berkunjung ke suatu objek wisata. Seorang guide harus mampu menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan objek wisata yang bersangkutan serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang suatu hal yang tidak dimengerti wisatawan. Pihak Museum menyadari betapa pentingnya kemampuan berbahasa China bagi guide di objek wisata tersebut. Guide yang menguasai bahasa China akan dapat membantu meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan China di Museum Keraton Surakarta. Wisatawan yang telah mengunjungi objek wisata Museum Keraton Surakarta diharapkan membantu promosi penjualan objek wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan berikutnya.

KGPH Benowo menjelaskan hambatan-hambatan yang dialami pihak Museum hingga terjadi keadaan seperti ini. Guide yang bekerja di Museum Keraton Surakarta termasuk dalam abdi dalem, yaitu orang-orang yang bekerja di keraton secara sukarela tanpa mengharapkan gaji yang besar, semata-mata untuk mengabdikan diri kepada keraton. Gaji guide-guide tersebut dapat dikatakan sangat rendah, yaitu Rp 175.000 s/d Rp 250.000 setiap bulannya. Saat ini sangat sulit mendapatkan guide bahasa China yang bersedia bekerja dengan gaji tersebut. Guide yang profesional biasanya membutuhkan gaji yang besar pula. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya kecemburuan sosial terhadap guide-guide yang telah lebih dulu bekerja di keraton Surakarta.

Sampai saat ini pihak Museum belum memberikan pelatihan bahasa China bagi guide yang sudah ada dengan alasan keterbatasan dana. Pemasukan objek wisata Museum Keraton Surakarta sepenuhnya berasal dari hasil penjualan tiket. Pemasukan tersebut dianggarkan untuk menggaji guide, penjaga loket, penjaga museum, dan digunakan juga untuk kebutuhan internal keraton, seperti membeli sesaji dan peralatan upacara. Dari pengeluaran tersebut, tidak ada lagi anggaran untuk mengadakan pelatihan.

Selama mendampingi wisatawan China yang berkunjung ke Museum Keraton Surakarta, penulis mengalami berbagai kendala, antara lain :

1. terbatasnya penguasaan kosakata, sehingga penulis sering merasa kebingungan saat sedang berkomunikasi dengan wisatawan China.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2. sebagian besar orang China berbicara dalam tempo yang sangat cepat, sehingga penulis kesulitan dalam memahami ucapan mereka,

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, penulis mengambil beberapa solusi, antara lain :

1. menulis materi guiding tentang Museum Keraton Surakarta dalam bahasa Indonesia, kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa China.

2. mencatat kata-kata yang tidak dipahami saat mendampingi wisatawan China, kemudian mencari kata-kata tersebut dalam kamus.

3. setelah proses guiding selesai, penulis mengajak wisatawan China untuk bercakap-cakap dalam bahasa China dengan topik pembicaraan di luar guiding, misalnya tentang hobi, makanan kesukaan, dsb. Hal ini dapat melatih penulis agar terbiasa menggunakan bahasa China.

D. Bentuk Percakapan Dasar Dalam Pemanduan Wisatawan China di Objek Wisata Museum Keraton Surakarta

Bentuk percakapan dasar dalam pemanduan wisatawan China terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:

- Tahap Penyambutan - Tahap Penawaran Jasa - Tahap Pemanduan 1. Tahap Penyambutan

Pada tahap ini, guide berdiri menyambut wisatawan di depan loket. Ketika wisatawan tiba, guide memberikan kata sambutan bagi wisatawan China. Berikut adalah contoh percakapan antara guide dan wisatawan China pada saat penyambutan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Guide : Selamat datang di Museum Keraton Surakarta

欢迎 您来到梭罗王宫博物馆。

W. China : Terima kasih.

谢 谢。

Guide : Apakah perjalanan anda baik-baik saja?

您 一路上 还好吧?

W. China : Baik-baik saja.

还 可以。

2. Tahap Penawaran Jasa

Setelah memberikan kata sambutan, seorang guide biasanya langsung menawarkan jasa untuk memandu wisatawan tersebut.

Guide : Saya adalah guide disini. Apakah anda mau saya menjadi guide anda?

我 是这里 的导游。您 想不想我 作你的导 游?

W. China : Saya mau.

好 吧。

3. Tahap Pemanduan

Pada tahap ini seorang guide memulai kegiatan memandu wisatawan China. Berikut adalah beberapa kalimat saat memandu wisatawan China di objek wisata Museum Keraton Surakarta.

a. Keraton ini dibangun pada tahun 1744 oleh Paku Buwono II. 1744

年,二世

Paku Buwono

建设这个王宫。

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Ini adalah pelataran Keraton, berupa pasir pantai yang berasal dari pantai Parangtritis. Jika berjalan-jalan di atas pasir ini tanpa alas kaki, dapat menyembuhkan penyakit rheumatik.

Dokumen terkait