• Tidak ada hasil yang ditemukan

suatu bentuk komitmen perusahaan untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan, komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas sebagai bentuk kontribusinya terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan yang tercermin melalui praktik bisnis yang baik. Pengungkapan CSR kemudian menjadi media bagi perusahaan untuk memberikan informasi dari berbagai aspek selain keuangan seperti aspek sosial dan lingkungan yang tidak dapat dijelaskan secara tersirat dalam setiap komponen dalam laporan keuangan perusahaan kepada stakeholder maupun shareholder perusahaan (Lindawati dan Puspita, 2015).

Perusahaan sebagai pihak yang telah memperoleh keuntungan dari adanya pemanfaatan terhadap suatu sumber daya dituntut untuk memiliki kepedulian sosial dan

112

lingkungan dengan mengembalikan sebagian keuntungan yang diperolehnya kepada masyarakat dan lingkungan.

Indonesia merupakan Negara yang berdaulat yang berwenang menetapkan model kebijakan hukum CSRnya menyesuaikan dengan situasi kondisi dan budaya masyarakat Indonesia yang belum kondusif untuk menerapkannya penormaan yang sifatnya sukarela (Sefriani dan Wartini, 2017). Implementasi program CSR di Indonesia belum terlaksana sebagaimana diharapkan, karena sosialisasinya belum maksimal terhadap semua steakholders, walaupun sebenarnya kewajiban untuk melaksanaakan CSR sudah diatur dalam beberapa peraturan perundangan (Hasan, 2014). Penelitian Mustofa (2014) pada perkembangannya CSR menjadi sangat populer, karena CSR menjadi salah satu pengukur untuk menilai keberhasilan perusahaan dalam operasionalnya di berbagai belahan dunia. CSR dinilai wajib untuk diterapkan oleh perusahaan.

Kewajiban ini juga ditopang oleh kebijakan pemerintah untuk mewajibkan perusahaan dalam kegiatan sosial dilingkungannya. Tanggung jawab sosial tersebut sering dikenal dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR), salah satu bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan, guna membangun citra positif perusahaan (Ariefianto, 2015).

Ketika melaksanakan program CSR, perusahaan tidak boleh memaknai CSR sebagai sebuah kewajiban untuk memenuhi hukum yang berlaku, akan tetapi juga harus lahir dari kesadaran yang mendalam akan pentingnya bersinergi dengan masyarakat sekitar, karena tanpa masyarakat maka perusahaan itu tidak bisa bermakna apa-apa. Satrio (2015) yang menyatakan bahwa CSR sebenarnya merupakan pengalaman dari ajaran Islam yang menganjurkan kepada

113

manusia untuk membina hubungan yang harmonis kepada Allah swt, dengan sesama manusia, dan dengan lingkungannya. Penelitian Efferin (2015) saat spiritualitas menjadi pegangan dalam pengembangan akuntansi dan akuntabilitas, maka disiplin akuntansi akan menjadi transendental dan turut berkontribusi positif dalam menciptakan dan memelihara perdamaian, inklusivitas, kepedulian, keadilan, kesejahteraan dan keselarasan. Pada saat berproses mencapai kondisi ideal, agama bukan menjadi alat pemecah-belah namun justru menjadi sumber inspirasi, pemersatu dan pemberdaya masyarakat untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Islam sangat mendukung Corporate Social Responsibility, karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis menciptakan banyak permasalahan sosial, dan perusahaan bertanggung jawab menyelesaikannya.

Praktik CSR dalam Islam tidaklah hanya ditekankan pada aktivitas sosial saja, melainkan pada lingkungan. Dalam perspektif hukum Islam, CSR merupakan salah satu bentuk implementasi fikih sosial yang dilakukan oleh perusahaan.

Fikih sosial mengajarkan untuk meningkatkan kepekaan sosial, menggairahkan kegiatan sosial/ibadah sosial sebagai buah dari pengamalan, pentingnya membangun kerjasama/harmonisitas di antara sesama dan sebaliknya mengikis egoisme kelompok, fanatisme golongan, serta tak kalah penting, perlunya umat Islam mendayagunakan kekuatan rasionalitas dalam memahami agama dan menyikapi kehidupan. Corak fikih seperti ini sejalan dengan prinsip dasar Islam yang sebenarnya menekankan dimensi kesalehan sosial sebagai konsekuensi dan implementasi dari kesalehan individual-vertikalistik.

114

Penelitian Asmani (2014) mengungkapkan bahwa fikih sosial lahir untuk menjawab secara tuntas masalah integrasi otentisitas dan modernitas yang sering kontradiktif dan antagonistik. Pemikiran ini berupaya menggali dan menemukan hukum di tengah masyarakat secara dinamis.

Dengan mengintegrasikan aspek sosial dalam beribadah berarti memberikan motivasi penting pada keimanan agar hidupnya betul-betul menonjolkan jiwa sosial. Hakikatnya, dengan memasukkan aspek fikih sosial dalam penerapan program CSR ini, perusahaan tidak lagi menjalankan CSR secara terpaksa, akan tetapi CSR dilakukan secara suka rela, dan meyakini baahwa apa yang diperolehnya merupakan keberkahan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

E. Integrasi Perwujudan Program SDGs dalam Pelaksanaan CSR

Dewasa ini tidaklah cukup bagi perusahaan hanya memfokuskan diri pada pertumbuhan ekonomi saja, akan tetapi dibutuhkan sebuah paradigma yaitu pembangunan yang berkelanjutan yang artinya adalah suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan dan kesempatan generasi berikut untuk memenuhi kebutuhannya. Keberlanjutan dapat dilihat dari beberapa dimensi yang saling berkaitan yaitu manusia, sosial, lingkungan dan ekonomi. Aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh umat manusia sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Tidak ada peluang bagi umat manusia untuk melaksanakan pembangunan ekonomi tanpa ketersediaan sumber daya yang berasal dari ekosistem. Prinsip ini berlaku bagi seluruh umat manusia, yakni generasi sebelumnya, sekarang dan yang akan datang.

115

Apabila umat manusia pada suatu generasi melakukan kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, maka dampaknya akan dirasakan bukan saja oleh generasi pada zaman tersebut, melainkan juga oleh generasi berikutnya. Oleh sebab itu, kita menjadi mudah untuk dipahami mengapa agenda sustainable development mensyaratkan keselarasan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam dalam aktivitas pembangunan ekonomi (Sudana, 2016). Penelitan Dewi (2011) mengungkapkan pembangunan berkelanjutan secara sederhana merupakan pendekatan pembangunan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik untuk masa kini dan mendatang. Dalam pelaksanaannya, pembangunan berekelanjutan senantiasa berlandaskan pada tiga pilar utama yaitu pilar ekonomi, pilar sosial dan pilar lingkungan (ekologis).

Secara simultan, setiap kegiatan pembangunan harus layak secara ekonomi, dapat diterima secara sosial serta tidak mengganggu atau merusak lingkungan. Hal tersebut selaras dengan Program Corporate Social Responsibility.

Corporate Social Responsibility adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang selaras, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat, sehingga setiap perusahaan berkewajiban melaksanakan corporate social responsibility bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi perusahaan (Utama dan Rizana, 2017).

Penelitian Marnelly (2012) menyatakan bahwa terjadinya deforestasi, pemanasan global, pencemaran lingkungan, kemiskinan, kebodohan, penyakit menular, akses hidup dan air bersih, berlangsung terus-menerus hingga akhirnya muncul konsep tanggung jawab sosial

116

perusahaan atau CSR. Gagasan CSR menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan lagi mencari profit semata, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya, ketergantungan pada kesehatan keuangan tidaklah menjamin perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan. Program CSR dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat lokal yang didasarkan pada kebutuhan ril yang secara dialogis dikomunikasikan dengan masyarakat, pemerintah, perusahaan, masyarakat dan akademisi.

Maisya dan Fauzy (2016) yang mengungkapkan bahwa Penerapan kebijakan Corporate Social Responsibilty bidang lingkungan telah memberikan banyak manfaat tidak hanya dari hasil produksinya saja, tetapi memberikan manfaat dari bantuan yang diberikan kepada masyarakat baik manfaat yang dirasakan langsung oleh penerima bantuan atau manfaat yang dirasakan masyarakat sekitar yang ikut serta merasakan hasil dari bantuan yang diberikan. Penelitian Mapisangka (2009) menyatakan bahwa Salah satu tujuan CSR yang sangat urgen khususnya di negara sedang berkembang adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Oleh karena itu, penerapan CSR di Indonesia pada dasarnya dapat diarahkan pada penguatan ekonomi rakyat yang berbasis usaha kecil dan menengah serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. Dengan demikian, CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan sebagai bagian dari kontribusi perusahaan dalam membantu masyarakat serta pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs.

117

F. Integrasi Fikih Sosial dan CSR dalam Perwujudan