• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CSR PT

6.1. Program Peternak Ayam Petelur dan Program UMKM

6.1.2. Pelaksanaan Program

Pelaksanaan program ini diawali dengan diskusi dalam forum BILIKOM dan melakukan social mapping yaitu pemetaan dan survey yang dilakukan oleh Departemen CSR PT. Indocement untuk mengetahui demografi, kondisi, dan kebutuhan masyarakat Desa Nambo. Hasilnya adalah masih banyaknya warga desa usia produktif yang menjadi pengangguran, yaitu 3657 orang (berdasarkan data demografi Desa Nambo tahun 2009). Berdasarkan social maping Desa Nambo dan potensi Desa Nambo berupa kemauan besar masyarakatnya untuk berusaha (modal bergulir) serta tersedianya lahan, maka PT. Indocement

merancang program peternak ayam petelur di Desa Nambo.

Program CSR pelatihan peternak ayam petelur ini awalnya dibawah koordinasi sustainable development project section, CSR Department PT. Indocement. Saat ini, program peternak ayam petelur ini berada di bawah koordinasi CD Section yang berdampak pada aspek pendidikan, seperti yang diinformasikan oleh Pak ROH.

Program peternak ayam petelur ini termasuk pada aspek pendidikan dikarenakan oleh program peternak ayam petelur ini meliputi kegiatan pelatihan yang diadakan oleh PT. Indocement di kantor Desa Nambo dan SMI (Sekolah Magang Indocement) untuk dua belas desa binaan.”

Pada aspek pendidikan, program ini bertujuan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia di Desa Nambo, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, serta merubah pola pikir masyarakat untuk dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan berusaha. Tujuan ini direalisasikan dengan pelatihan yang diadakan PT. Indocement pada tahun 2004 di kantor Desa Nambo diikuti oleh dua puluh orang warga Desa Nambo dengan pelatih/tutor dari dosen peternakan IPB. Pelatihan yang kedua dilaksanakan oleh PT. Indocement pada tahun 2009 di Sekolah Magang Indocement dengan jumlah peserta 22 orang yang mewakili dua belas desa binaan dengan narasumber yaitu Pak ROH (Ketua LPM Desa Nambo dan Ketua kelompok ternak Hidayah Alam). Materi pelatihan yang diberikan kepada masyarakat yaitu cara pembuatan pakan, pembuatan kandang, jamu ayam, dan vaksinasi.

Masyarakat Desa Nambo yang berusaha ternak ayam petelur ini semuanya tergabung dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang diketuai oleh Bapak ROH, dan beranggotakan sepuluh orang lainnya, yaitu Pak EMN, MAS, JAM, NAN, AMN, EMD, SAD, ARN, OJN, dan Pak SAL. Saat ini, pekerjaan Bapak ROH adalah Ketua LPM Desa Nambo, Pak EMN bekerja serabutan mengolah limbah, Pak MAS bekerja sebagai kuli supir, Pak JAM bekerja di Holcim, Pak NAN sebagai kuli bangunan, Pak AMN sebagai pemasar Baitul Mal, Pak EMD sebagai karyawan Metro, Pak SAD sebagai kontraktor, Pak ARN sebagai petani, Pak OJN sebagai petani, dan Pak SAL sebagai karyawan pabrik beton. Profil lengkap kelompok ternak Hidayah alam ini dapat dilihat pada Lampiran 6. Namun,

kelompok peternak ini kegiatannya tidak seperti kelompok pada umumnya yang sering bertemu dan berdiskusi merencanakan sesuatu, seperti yang diinformasikan oleh Pak EMD (35 tahun) yang memiliki 500 ekor ayam.

“Kelompok peternak ini tidak pernah mengadakan pertemuan rutin untuk merencanakan usaha bersama selanjutnya. Tetapi yang dilakukan oleh tiap anggota hanya bertemu Pak Rohim secara langsung di rumahnya dan tidak menentu jadwalnya, biasanya satu minggu satu kali. Karena hanya untuk berkonsultasi tentang usaha ternaknya itu.”

Kelompok Peternak Hidayah Alam ini dibentuk oleh Pak ROH pada tahun 2002 untuk membentuk jaringan pemasaran dan kerja sama antar peternak, serta untuk mengembangkan usaha ternak ayam petelur setiap anggotanya. Untuk menjadi anggota kelompok peternak ini tidak dikenakan biaya administrasi apa pun. Usaha ternak ayam petelur di Desa Nambo dapat terlaksana sampai sekarang atas peran Pak ROH yang juga merupakan Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Nambo. Berikut merupakan gambar kandang ayam milik salah satu peternak (Pak EMD) pada Gambar 3.

Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Milik Bapak EMD

Hasil dari pelatihan yang telah dilaksanakan oleh PT. Indocement, Pak ROH melihat adanya keseriusan, kemauan, dan potensi dari lima orang peserta pelatihan tersebut, yaitu Pak SAN, GUM, SAL, SUL, dan Pak AMN. Kemudian Pak ROH menjelaskan kepada lima orang tersebut tentang peluang untuk mengajukan pinjaman modal ayam kepada PT. Indocement. Akhirnya kelima

orang tersebut menerima masing-masing seratus ekor ayam Arab senilai Rp5.000.000,00 dari PT. Indocement pada tahun 2006 untuk periode pengembalian pinjaman pada bulan Februari 2006 sampai bulan Januari 2007. Atas bimbingan Pak ROH, kelima orang tersebut dapat mengembalikan pinjamannya tepat waktu.

Berusaha ayam petelur, harus memiliki perhitungan yang matang antara pengeluaran dan penghasilannya. Seperti yang diungkapkan oleh Pak EMN (32 tahun) yang telah memiliki 500 ekor ayam:

Untuk mendapatkan 100 ekor ayam Arab yang siap bertelur yaitu yang berusia empat-lima bulan, dibutuhkan modal lima juta rupiah, karena satu ekornya berharga Rp50.000,00. Dan dari 100 ekor ayam Arab itu, yang produktif untuk bertelur setiap harinya hanya sekitar 70 persen. Maka didapatkan minimal tujuh puluh ekor ayam Arab yang bertelur menghasilkan tujuh puluh butir telur. Harga tiap telurnya Rp1.000,00, sedangkan untuk biaya pakan 100 ekor ayam Arab yaitu 8 kg pakan, dengan harga tiap kg pakannya Rp4.000,00.”

Hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan bersih per hari adalah penjualan telur (Rp70.000,00) – biaya pakan (Rp32.000,00) – biaya lain-lain (vitamin dan obat =Rp8.000,00) = Rp30.000,00 per hari. Pendapatan bersih per bulannya adalah Rp900.000,00 untuk 100 ekor ayam Arab.

Program peternak ayam petelur ini juga berdampak pada aspek ekonomi setelah adanya program UMKM yang berada di bawah koordinasi CD Section, seperti yang diinformasikan oleh Pak ROH selaku Ketua LPM Desa Nambo.

Program peternak ayam petelur ini termasuk pada aspek ekonomi karena peternak ayam petelur ini dapat mengajukan pinjaman modal ke PT. Indocement dalam program UMKM yang bekerja sama dengan Bank Mandiri.”

Pendapat yang sama diinformasikan oleh Ibu LID (CD Section Head) tentang program ternak ayam petelur yang berdampak pada aspek ekonomi.

Program ternak ayam petelur ini tergolong dalam aspek ekonomi yaitu program UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Hal ini dikarenakan adanya bantuan modal dengan sistem pinjaman dari PT. Indocement berdasarkan survey langsung berdasarkan demografi masyarakat. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri sejak periode Agustus-Desember tahun 2008, di mana pinjaman dengan

nilai kurang dari lima juta rupiah dan jangka waktu pengembalian kurang dari satu tahun, akan diberikan pinjaman oleh CD Section CSR

Department. Sementara itu, untuk pinjaman dengan nilai lebih dari lima

juta rupiah dan jangka waktu pengembalian lebih dari satu tahun, akan diberikan pinjaman oleh Bank Mandiri.”

PT. Indocement dalam program UMKM ini, memberikan insentif modal untuk beternak telur berupa 100 ekor ayam Arab kepada Pak ROH sebagai Ketua LPM Desa Nambo pada tahun 2004. Usaha beternak telur ini terus berkembang dan telah menarik minat tetangga Pak ROH. Hal ini mengakibatkan pada tahun 2006, PT. Indocement kembali memberikan bantuan modal ayam, seperti yang yang diinformasikan oleh Bapak SUH yaitu

PT. Indocement kembali memberikan 500 ekor ayam Arab kepada lima orang warga Desa Nambo, yaitu Bapak SAN, GUM, SAL, SUL, dan AMN, di mana masing-masing orang mendapatkan 100 ekor ayam Arab senilai Rp5.000.000,00 dengan sistem pengembalian selama satu tahun (periode Februari 2006-Januari 2007). Ya, pembayaran setiap bulannya sekitar Rp500.000,00.”

Sejak adanya program PKBL Bank Mandiri ini, tercatat pada Januari 2009 telah ada dua warga Desa Nambo yang telah menerima pinjaman, yaitu Bapak ROH sebesar dua puluh juta rupiah dan Bapak EMD sebesar lima juta rupiah.

Dokumen terkait