• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

(Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

ADJI SATRIO UTOMO I34060323

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(2)

ADJI SATRIO UTOMO. Impact of Implementation Program Corporate Social

Responsibility PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to Local Community

(Supervised by: RILUS A. KINSENG).

This research aims to investigate impacts of Corporate Social Responsibility (CSR) programs of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk to local Community. This research was conducted in Nambo Village, Subdistrict of Klapanunggal, Province of West Java. The subject of this research is the village government, local community, and the corporate.

This study investigated kinds of CSR program, impacts of CSR progam, and factors that influence impacts of CSR program of PT. Indocement. The method of this research is using purposive sampling technique to decide the sample. In this research, one key informant and twenty respondents were interviewed.

The conclusion of this research are impacts of CSR programs of PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk influenced by internal factor (corporate perception about CSR, corporate motivation about CSR, CSR implementation strategy, and community development strategy) and external factor (characteristic, requirements, and community perception).

(3)

RINGKASAN

ADJI SATRIO UTOMO. DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL. Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Dibawah bimbingan Rilus A. Kinseng).

Corporate Social Responsibility (CSR) akhir-akhir ini sedang menjadi

bahan pembicaraan yang cukup hangat oleh banyak pakar dan perusahaan yang

concern terhadap CSR, bahkan juga dari kalangan masyarakat sebagai salah satu stakeholder dari perusahaan pelaku CSR. Banyak pakar CSR yang berpendapat

bahwa kegiatan CSR sudah tidak dapat lagi terpisahkan dari perusahaan-perusahaan besar. Karena dengan melaksanakan CSR, perusahaan-perusahaan akan mendapatkan kepercayaan penuh dari para stakeholders dan memperoleh keuntungan.

PT. Indocement merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan CSR. PT. Indocement dijadikan tempat penelitian karena prestasi yang telah diperoleh terkait CSR yaitu CSR Award 2008 dan Peringkat Emas PROPER 2009. Program CSR PT. Indocement dilaksanakan di dua belas desa binaan, salah satunya adalah Desa Nambo. Desa Nambo dijadikan tempat penelitian karena adanya pola kemitraan yang baik dengan PT. Indocement. Hal ini didasarkan atas persepsi positif masyarakat terhadap program-program CSR PT. Indocement dan tidak pernah terjadi konflik antara perusahaan dengan masyarakat Nambo. Selain itu, faktor jarak Desa Nambo yang berada pada ring dua (jarak menengah dari PT. Indocement) memungkinkan adanya penilaian objektif terhadap program CSR PT. Indocement, dibandingkan dengan desa dengan jarak yang terjauh dan yang terdekat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami jenis program CSR PT. Indocement, dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR terhadap masyarakat lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah purposive (menentukan secara sengaja) untuk menentukan informan dan responden penelitian dengan kriteria yaitu orang yang mengikuti, melaksanakan

(4)

ini adalah CD Section Head, SDP Section Head, Kordinator CSR Desa Nambo, Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas orang warga Desa Nambo sebagai penerima program CSR PT. Indocement. Warga Desa Nambo yang menerima program CSR PT. Indocement terdiri dari anggota kelompok peternak Hidayah Alam yang berjumlah sebelas orang, pelaksana dan atau penerima manfaat program CD lima aspek (empat orang), dan penerima program SDP (satu orang).

Jenis-jenis program CSR PT. Indocement yang selama ini dijalankan di dua belas desa binaan mengacu pada kegiatan Community Development (CD) lima aspek (pendidikan, ekonomi, kesehatan, keamanan, sosial, budaya, dan agama) dan Sustainable Development Project (SDP). Program yang dilaksanakan dalam lima aspek ini seperti pembangunan infrastruktur, pemberian beasiswa, bantuan sosial hari besar agama, dan pelatihan-pelatihan (pelatihan beternak ayam petelur, pelatihan LINMAS, dan lain-lain). Kegiatan yang dilaksanakan dalam Sustainable

Development Project lebih memperhatikan keberlanjutan proyek, seperti biogas,

pengolahan sampah, bengkel terpadu, dan lain-lain.

Dampak dari program CSR PT. Indocement yang dirasakan oleh warga Desa Nambo adalah perubahan tingkat pengetahuan, tingkat kesehatan, dan berkurangnya jumlah pengangguran. Karena mereka (penerima program) berpendapat bahwa program tersebut bermanfaat baik dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berusaha, serta meningkatkan penghasilan. Namun, dampak yang dirasakan hanya sedikit dan lebih besar kepada penerima program. Hal ini didasarkan oleh data jumlah pengangguran yang berkurang dari program CSR (ayam petelur) hanya lima belas orang (terdiri dari 11 peternak, 3 karyawan ternak, dan 1 distributor) dari 3657 orang pengangguran di Desa Nambo.

Perubahan sosial yang terjadi akibat program CSR PT. Indocement secara keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Hal ini dikarenakan program CSR yang dilaksanakan belum berdampak besar bagi masyarakat Desa Nambo, seperti jumlah pengangguran hanya berkurang lima belas orang dari program ternak ayam petelur. Perubahan sosial yang terjadi karena sejak awal direncanakan,

(5)

Faktor internal PT. Indocement yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan CSR-nya adalah cara pandang perusahaan yang memandang CSR as

a commitment, visi dan misi CSR yang fokus pada keberlanjutan, perencanaan

dari manajemen yang baik (melakukan social mapping), divisi CSR yang terkoordinasi dengan baik (divisi CD lima aspek dan divisi SDP), dan alokasi dana CSR yang tersedia setiap tahunnya. Faktor eksternal (masyarakat) yang mempengaruhi proses pelaksanaan CSR PT. Indocement adalah karakteristik dan kebutuhan masyarakat. Selain itu, persepsi warga dan sikap pemerintah terhadap program juga akan mempengaruhi pelaksanaan program CSR PT. Indocement.

(6)

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL

PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

(Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor,

Provinsi Jawa Barat)

Oleh

Adji Satrio Utomo I34060323

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Adji Satrio Utomo

NIM : I34060323

Mayor : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Dampak Pelaksanaan Program Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk. Terhadap Masyarakat Lokal

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA NIP. 19590506 198703 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(8)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. TERHADAP MASYARAKAT LOKAL” BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, 2 Februari 2010

Adji Satrio Utomo

(9)

Penulis bernama Adji Satrio Utomo yang dilahirkan pada tanggal 23 September 1988 di Bekasi. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Soebardono dan Ibu Hj. Yetti Rosmiati. Pendidikan yang pertama kali ditempuh adalah Taman Kanak-kanak Jayasari Bekasi pada tahun 1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan di Sekolah Dasar Negeri Panca Motor 1 Bekasi pada tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 5 Bekasi pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bekasi pada tahun 2003-2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Saringan Masuk IPB) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis selain kuliah juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, khususnya menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia tahun 2009. Penulis juga menjadi Asisten M.K. Dasar-Dasar Komunikasi selama dua semester, yaitu semester enam dan semester tujuh. Selain itu, berkat ijin Allah SWT, penulis juga dapat mengukir prestasi lainnya yaitu menjadi lulusan pertama (3.5 tahun) dari program akselerasi KPM.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih dalam skripsi ini ialah Dampak Pelaksanaan Program

Corporate Social Responsibility (CSR) oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk Terhadap Masyarakat Lokal.

Penelitian ini bertujuan untuk [1] mengetahui jenis program CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, [2] menganalisis dampak program CSR, dan [3] menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi proses pembelajaran bagi peneliti dalam memahami fenomena sosial yang terjadi di lapangan serta dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait kegiatan CSR.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademisi sebagai tambahan literatur tentang CSR. Selain itu, semoga skripsi ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam melaksanakan CSR.

Bogor, 2 Februari 2010

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan Insya Allah memuaskan. Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Fredian Tonny, MS sebagai dosen penguji utama.

3. Martua Sihaloho, SP, MSi sebagai dosen penguji perwakilan departemen. 4. Ibu Via, Ibu Lia, Pak Toto, Pak Bambang, Pak Yadi, Pak Romy, dan

seluruh karyawan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang telah membantu peneliti dalam kelengkapan data.

5. Pak Nurohim dan seluruh warga Desa Nambo yang telah membantu peneliti dalam kelengkapan data.

6. Papah, Mamah, Ka Didit, Ka Adi, Ka Uul, dan keponakanku tersayang Algi yang selalu mencurahkan kasih sayang, perhatian, dan dukungannya. Terima kasih atas doanya.

7. Annisa Rahmawati, yang senantiasa memberikan semangat, perhatian, ide-ide, dan dukungannya dalam pembuatan skripsi ini.

8. Sahabatku Icha, Ega, Azis, Cecep, Hendra, Untung, Ogi, Kapten, Adha, Bedhil, Arif, Bayu, Ipung, dan Andris.

9. Seluruh staf pengajar KPM yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman.

10. KPM’ers, angkatan 43-45. Semoga semangat dan sukses selalu mengiringi kita semua. Amin.

11. Rekan-rekan BEM FEMA Kabinet HEROIC, terima kasih atas kerjasamanya.

Semoga kita semua dapat meraih kesuksesan di dunia dan bahagia di akhirat. Amin.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Kegunaan Penelitian ... 3

BAB II PENDEKATAN TEORITIS ... 4

2.1. Tinjauan Pustaka ... 4

2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility ... 4

2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR ... 5

2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR ... 7

2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR ... 8

2.1.5. Strategi Pengembangan Masyarakat ... 10

2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat .... 11

2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 11

2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan ... 13

2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan ... 14

2.1.10 Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal .. 16

2.2. Kerangka Pemikiran ... 18

2.3. Hipotesis Pengarah ... 19

2.4. Definisi Konseptual ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1. Pendekatan Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden ... 23

3.5. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV GAMBARAN UMUM PT. INDOCEMENT DAN DESA NAMBO ... 24

4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ... 24

4.1.1. Sejarah PT. Indocement dan Peristiwa Penting ... 24

4.1.2. Visi, Misi, dan Motto PT. Indocement ... 28

4.1.3. CSR Department ... 28

4.2. Desa Binaan PT. Indocement ... 31

4.3. Desa Nambo ... 33

4.3.1. Kondisi Geografis ... 33

(13)

4.4. Ikhtisar ... 34

BAB V JENIS PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT ... 36

5.1. CD Program Lima Aspek ... 37

5.1.1. Pendidikan ... 37

5.1.2. Ekonomi ... 37

5.1.3. Kesehatan ... 38

5.1.4. Sosial, Budaya, Agama... 38

5.1.5. Keamanan ... 39

5.2. Sustainable Development Project (SDP) ... 39

5.2.1. Proyek Tanaman Jarak Pagar ... 39

5.2.2. Proyek Pengolahan Sampah ... 40

5.2.3. Ulat Sutera ... 41 5.2.4. Biogas ... 41 5.2.5. Bengkel Terpadu ... 42 5.2.6. Peternakan ... 42 5.2.7. Usaha Mikro ... 42 5.3. Ikhtisar ... 43

BAB VI DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CSR PT. INDOCEMENT TERHADAP MASYARAKAT DESA NAMBO ... 44

6.1. Program Peternak Ayam Petelur dan Program UMKM ... 44

6.1.1. Latar Belakang Program ... 44

6.1.2. Pelaksanaan Program ... 45

6.1.3. Dampak Pelaksanaan Program ... 49

6.2. Program Pemberian Makanan Tambahan ... 53

6.2.1. Latar Belakang Program ... 53

6.2.2. Pelaksanaan Program ... 54

6.2.3. Dampak Pelaksanaan Program ... 55

6.3. Program Betonisasi Jalan Dusun II ... 55

6.3.1. Latar Belakang Program ... 55

6.3.2. Pelaksanaan Program ... 57

6.3.3. Dampak Pelaksanaan Program ... 58

6.4. Pelatihan LINMAS ... 59

6.4.1. Latar Belakang Program ... 59

6.4.2. Pelaksanaan Program ... 60

6.4.3. Dampak Pelaksanaan Program ... 61

6.5. Program Biogas ... 61

6.5.1. Latar Belakang Program ... 61

6.5.2. Pelaksanaan Program ... 62

6.5.3. Dampak Pelaksanaan Program ... 64

6.6. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement Terhadap Masyarakat Desa Nambo ... 64

6.7. CSR dan CD: Diskusi Teoritis ... 69

(14)

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PELAKSANAAN PROGRAM CSR

PT. INDOCEMENT ... 75

7.1. Faktor Internal (Perusahaan) ... 75

7.1.1. Pandangan PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR . 75 7.1.2. Motivasi PT. Indocement dalam Pelaksanaan CSR .... 78

7.1.3. Strategi Pelaksanaan CSR PT. Indocement ... 78

7.1.4. Strategi Pengembangan Masyarakat PT. Indocement .. 81

7.1.5. Keberlanjutan Proyek PT. Indocement... 82

7.2. Faktor Eksternal (Masyarakat) ... 83

7.2.1. Karakteristik dan Kebutuhan Masyarakat ... 83

7.2.2. Persepsi Masyarakat dan Pemerintah Desa Terhadap Program ... 83

7.3. Ikhtisar ... 85

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

8.1. Kesimpulan ... 86

8.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. Metamorfosis CSR ... 5 Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat ... 12

Tabel 3. Luas Wilayah dan Populasi dua belas Desa

Binaan PT Indocement Tahun 2009 ... 32

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Binaan PT. Indocement Menurut Jenis Kelamin dan Jumlah Orang Yang Bekerja

Tahun 2009 ... 32

Tabel 5. Jarak Kantor Desa Nambo ke Pusat Pemerintahan ... 33 Tabel 6. Pemanfaatan Lahan di Desa Nambo Tahun 2009 ... 33 Tabel 7. Jumlah Penduduk Usia Produktif, Orang Bekerja, dan

Pengangguran di Desa Nambo Tahun 2009 ... 34 Tabel 8. Realisasi Program CSR PT. Indocement di Desa Nambo .... 57 Tabel 9. Analisis Dampak Pelaksanaan Program CSR PT. Indocement

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 19

Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen CSR PT. Indocement Tahun 2009 ... 30

Gambar 3. Kandang Ayam Petelur Milik Bapak Emad ... 47

Gambar 4. Instalasi Biogas Feses Sapi ... 64

Gambar 5. Pandangan PT. Indocement tentang CSR ... 76

Gambar 6. Flow CSR Program PT. Indocement ... 79

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Desa Nambo November Tahun 2009 . 93 Lampiran 2. Data Demografi Pendidikan Desa Nambo Tahun 2009 . 94

Lampiran 3. Demografi Ekonomi Desa Nambo Tahun 2009 ... 94

Lampiran 4. Demografi Kesehatan Desa Nambo Tahun 2009 ... 95

Lampiran 5. Demografi Sosial, Budaya, Agama Desa Nambo Tahun 2009 ... 95

Lampiran 6. Profil Anggota Kelompok Peternak Hidayah Alam ... 96

Lampiran 7. Matriks Alokasi Waktu Penelitian ... 98

Lampiran 8. Panduan Pertanyaan Kualitatif ... 99

Lampiran 9. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ... 102

(18)

1.1. Latar Belakang

Perusahaan (BUMN maupun swasta) memiliki peranan sosial yang sangat penting dan strategis dalam memberikan kontribusi dan dorongan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan faktor lingkungan hidup dalam proses pembangunan sebuah negara. Perusahaan juga mempunyai peran sosial terkait pemanfaatan sumber daya alam guna menghasilkan manfaat bagi masyarakat, sehingga perusahaan wajib melakukan CSR. Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep 3P, yaitu keuntungan, lingkungan, dan masyarakat (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Hopkins (2004)1 berpendapat bahwa CSR berhubungan dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari perusahaan secara etis atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab berarti memperlakukan

stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.

Pelaksanaan setiap kegiatan perusahaan saat ini tidak lagi hanya difokuskan pada keuntungan materi semata, namun juga telah meliputi aspek keberlanjutan lingkungan hidup seperti dalam konsep triple bottom line (profit,

people, planet) yang merupakan kunci dari pelaksanaan konsep pembangunan

yang berkelanjutan berbasis pengembangan masyarakat yang pada akhirnya juga akan berpengaruh pada image perusahaan di mata para stakeholders. Saat ini, banyak perusahaan yang terus mencanangkan program CSR sebagai ujung tombak perusahaan. Hal ini terbukti dari komitmen perusahaan untuk bergandengan tangan dengan pemerintah dalam pembangunan masyarakat yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari anggaran CSR yang hanya Rp0.8 miliar di tahun 2002 menjadi Rp4.9 miliar di tahun 2006. Dalam kurun waktu empat tahun, dari tahun 2002-2006 ada peningkatan komitmen penganggaran sekitar 550 persen. Peningkatan anggaran CSR tersebut meningkat tajam pada tahun 2005-2006. Anggaran sebesar Rp1.3 miliar di tahun 2005 telah

1

Disampaikan pada konferensi International Labour Office di Geneva, 2004 dalam jurnal ilmiah Sutisning, Volume 1, Tahun 1, Mei 2007, hal. 21-28.

(19)

menjadi Rp4.9 miliar pada tahun 2006. Artinya dalam kurun waktu tersebut telah terjadi peningkatan anggaran sebesar 360 persen2.

Menurut Wibisono (2007), implementasi program-program Corporate

Social Responsibility sangat bergantung pada cara setiap perusahaan memandang

makna atau motivasi perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Kenyataannya, terdapat perusahaan yang hanya melihat program-program Corporate Social Responsibility dari perspektif ekonomi, sehingga kegiatan tersebut dimaknai sebagai program-program yang hanya menghabiskan dana perusahaan saja. Namun, ada juga perusahaan yang memandang program-program Corporate Social Responsibility dengan perspektif goodwill yang memaknai setiap kegiatan berorientasi masyarakat yang didanai perusahaan sebagai program yang mampu menarik dan menumbuhkan simpati dari

shareholders, investor, masyarakat luas, dan pihak-pihak lain yang terkait dalam

kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (selanjutnya disebut PT. Indocement) merupakan salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia, yang jika didasarkan atas data prestasi yang telah diraih, maka dapat dikatakan telah melaksanakan CSR dengan baik. Prestasi yang telah didapatkan oleh PT. Indocement yaitu CSR Awards 2008 (Penghargaan Terbaik Satu untuk Kategori Pimpinan Perusahaan (Bapak Kuky Permana) Tipe Perorangan, dan Penghargaan Emas dan Penghargaan Terbaik Satu untuk Sektor Industri dan Manufaktur Bidang Sosial dan Lingkungan). Prestasi terbaru yang diraih oleh PT. Indocement pada bulan oktober 2009 adalah Peringkat Emas PROPER dari KLH yang dinilai telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan, dan telah melakukan upaya 3R (Reuse, Recycle, Recovery), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan, serta melakukan upaya-upaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat dalam jangka panjang.

PT. Indocement melaksanakan program CSR di dua belas desa binaan, salah satunya adalah Desa Nambo yang memiliki relasi dengan PT. Indocement dalam kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan infrastruktur dan memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo,

2

(20)

sehingga masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari perusahaan (pemberdayaan masyarakat). Oleh karena itu, penulis merasa penting untuk menganalisis dampak pelaksanaan program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal (Desa Nambo).

1.2. Perumusan Masalah

PT. Indocement termasuk perusahaan yang telah melaksanakan CSR dengan baik jika didasarkan atas prestasi yang diraihnya. PT. Indocement melaksanakan CSR di dua belas desa binaan. Pelaksanaan CSR PT. Indocement tersebut memiliki dampak terhadap masyarakat lokal, seperti yang dirasakan warga Desa Nambo. Proses pelaksanaan CSR PT. Indocement dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor internal yang berasal dari perusahaan, dan faktor eksternal yang berasal dari masyarakat sebagai penerima program CSR. Berdasarkan hal ini, penulis merasa penting untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Apa saja jenis program CSR PT. Indocement?

2. Bagaimana dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami: 1. Jenis program CSR PT. Indocement;

2. Dampak program CSR PT. Indocement terhadap masyarakat lokal; dan 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR

terhadap masyarakat lokal.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kalangan akademisi yang terkait dengan CSR maupun untuk menambah literatur khususnya tentang dampak program CSR. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan terkait program CSR yang sedang berjalan maupun yang sedang dalam perencanaan.

(21)

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility

Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep 3P (profit, planet, people) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Kotler & Lee (2005) dalam Mulyadi (2007) menyebutkan definisi CSR sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan praktek bisnis yang baik serta melalui pemberian sumbangan sumberdaya yang dimiliki perusahaan.

Definisi mengenai konsep CSR ini juga dikemukakan dalam World

Business Council on Sustainable Development seperti dikutip oleh Pambudi

(2006) dalam Mulyadi (2007), yakni sebagai sebuah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Menurut Hopkins (2004)3, CSR berhubungan dengan upaya perusahaan memperlakukan stakeholder dari perusahaan secara etis atau bertanggung jawab. Etis atau bertanggung jawab berarti memperlakukan stakeholder dengan hormat sebagai masyarakat beradab.

International Organization for Standardization (ISO) sebagai induk

organisasi standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan dan standardisasi untuk tanggung jawab sosial pada bulan September tahun 2004, yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. ISO 26000 menjadi standar pedoman untuk penerapan CSR. ISO 26000 mengartikan CSR sebagai tanggung jawab suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis. Di dalam ISO 26000, CSR mencakup tujuh isu pokok, yaitu:

1. Pengembangan masyarakat; 2. Konsumen;

3. Praktek kegiatan institusi yang sehat;

3

(22)

4. Lingkungan; 5. Ketenagakerjaan;

6. Hak Asasi Manusia; dan 7. Organisasi Kepemerintahan4.

Good Corporate Citizenship dalam pelaksanaannya berfokus pada

kontribusi suatu perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambadar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut diungkapkan oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), yaitu dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Metamorfosis CSR

Paradigma Charity Philantropy Good Corporate Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi, adaptasi

Norma, etika dan hukum universal

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial Misi Mengatasi masalah

setempat

Mencari dan mengatasi akar masalah

Memberikan

kontribusi terhadap masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek, mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisasi, dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana pribadi/profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain

Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan

pembangunan serta keterlibatan sosial) Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber : Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)

2.1.2. Pandangan Perusahaan Terhadap CSR

Wibisono (2007) menjelaskan bahwa terdapat tiga model cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu:

1. Sekedar basa-basi dan keterpaksaan, yaitu pelaksanaan CSR karena faktor eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena

4

(23)

keterpaksaan akibat tuntutan daripada kesukarelaan. CSR diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks public relation yang diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif dan untuk meningkatkan citra perusahaan yang didasarkan bukan atas regulasi CSR dari pemerintah;

2. Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance), didasarkan atas adanya regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Kewajiban perusahaan melaksanakan CSR adalah karena adanya market driven (dorongan pasar/masyarakat dan lingkungan setempat). Pandangan lain yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun global; dan

3. Beyond compliance atau compliance plus, yakni CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR oleh PT. Telkom masih memandang CSR sekedar basa-basi, karena pelaksanaan CSR mereka bertujuan untuk menunjang keberhasilan perusahaan, memperoleh citra yang baik di mata masyarakat, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, terdapat juga kenyataan yang terjadi di lapangan mengenai program CSR PT. Telkom ini, yaitu mereka hanya bergerak pada lingkup

community service yang hanya bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesaat dan

untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Hal ini menyebabkan tidak terjadinya proses kemandirian dari masyarakat penerima program CSR PT. Telkom ini akibat masyarakat tidak mempunyai akses yang lebih luas terhadap program CSR PT. Telkom ini.

Penelitian Herlin (2008) mempunyai fakta yang berbeda. Menurut Herlin (2008), PT. Antam Tbk memandang CSR yang dilaksanakannya sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). Hal ini didasarkan atas penerapan CSR

(24)

yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk sesuai dengan ketentuan dari pemerintah yaitu Keputusan Menteri BUMN No 236/MBU/2003 berupa PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). PT. Antam Tbk ini juga mempunyai komitmen penuh untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk kegiatan CSR PT. Antam Tbk ini selain program kemitraan adalah bantuan dana dalam pembangunan jalan, pelatihan pembukuan keuangan bagi mitra binaan, sunatan masal yang dilakukan setiap tahun, serta bentuk kerja sama dan bantuan kepada suatu yayasan yang terletak di sekitar kantor pusat Antam. Berdasarkan kegiatan-kegiatan tersebut diatas, CSR PT. Antam Tbk selain karena kewajiban/kebijakan dari pemerintah dalam KEPMEN BUMN, juga merupakan dorongan tulus dari dalam (internal driven) atau beyond compliance.

2.1.3. Motivasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CSR

Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder untuk keberlanjutan kegiatan perusahaan. Menurut Susanta (2007), ada beberapa motivasi perusahaan terkait dengan pelaksanaan CSR, diantaranya sebagai berikut:

1. Menciptakan brand image dan brand reputation. Image atau reputasi dari sebuah merek, baik merek produk maupun perusahaan, menjadi semakin relevan pada masa sekarang, dimana pembelian produk oleh konsumen semakin dipengaruhi oleh reputasi merek produk maupun perusahaan pembuat;

2. Mengatasi krisis manajemen. Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan CSR dapat menciptakan komunitas-komunitas yang bisa membantu perusahaan mengatasi krisis;

3. Meningkatkan motivasi karyawan dan menarik karyawan berkualitas. Kualitas perusahaan di bidang CSR dapat menimbulkan dampak positif di dalam seperti meningkatkan kebanggaan karyawan. Melibatkan karyawan dalam kegiatan CSR juga dapat meningkatkan kualitas moral karyawan dan bahkan menarik karyawan berkualitas untuk masuk ke dalam perusahaan; dan

(25)

4. Menciptakan inovasi. Perusahaan tidak dapat bertahan tanpa adanya inovasi. Seringkali inovasi didapatkan dari hubungan yang dibangun oleh perusahaan dengan masyarakat sekitar melalui aktivitas CSR. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan inovasi yang dapat diciptakan untuk memperoleh sumber daya yang lebih murah dan efisien.

Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa motivasi pelaksanaan CSR PT. Antam Pongkor adalah menciptakan brand image dan brand reputation. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR yang dilakukan oleh PT. Antam Pongkor dipandang oleh sebagian besar masyarakat semata-mata hanya memberi bantuan karitatif, yaitu setelah bantuan dana disalurkan, hampir tidak ada bantuan teknis dari PT. Antam ini. Pelaksanaan CSR PT. Antam Pongkor ini ternyata juga tidak mempunyai staf tetap yang bertugas mendampingi masyarakat desa (sebagai pelaksana pengembangan masyarakat profesional). Hal ini mengakibatkan kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh PT. Antam tersebut tidak banyak meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat hanya sebagai penerima (recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu maupun sebagai komunitas.

Penelitian Setianingrum (2007) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut Setianingrum (2007), PT. ISM Bogasari Flour Mills dalam menerapkan CSR telah menerapkan prinsip partisipasi dan berbasis pemberdayaan. Bahkan konsep CSR tersebut telah melekat pada kebijakan perusahaan yang merupakan pedoman dari setiap insan Bogasari dalam menjalankan misi guna meraih visi bersama, sedangkan CD dianggap sebagai bagian dari aktivitas CSR Bogasari. Hal ini menjadikan motivasi PT. ISM Bogasari dapat digolongkan dalam kegiatan menciptakan inovasi.

2.1.4. Strategi Pelaksanaan CSR

Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa terdapat empat model strategi pelaksanaan kedermawanan sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan, yaitu:

1. Perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui

(26)

corporate secretary, public affair, hubungan masyarakat, atau manager community development;

2. Perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju;

3. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM, universitas, dan media massa; dan

4. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium di mana perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial tertentu.

Penelitian Sihaloho (2007) menjelaskan bahwa strategi pelaksanaan CSR PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari adalah bermitra dengan masyarakat. Namun, kemitraan yang terjalin hanya pada tataran

semi-productive, yang bersifat kepentingan jangka pendek dan belum atau tidak

menimbulkan sense of belonging antara perusahaan dengan mitranya. Hal ini terjadi karena masyarakat masih dianggap sebagai obyek program, sehingga menimbulkan kurangnya kepercayaan dan ketidaktaatan mitra pada aturan yang telah disepakati.

Penelitian Febriana (2008) menjelaskan fakta yang berbeda. Menurut Febriana (2008), strategi pelaksanaan CSR yang diterapkan oleh PT. Indosat adalah terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan CSR-nya. Namun, strategi ini hanya sampai pada bentuk partisipasi konsultatif, yaitu masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang permasalahan dan kebutuhannya, sedangkan pihak perusahaan hanya mendengarkan, menganalisa masalah, dan pemecahannya. Hal ini menyebabkan belum adanya peluang untuk pembuatan keputusan bersama antara perusahaan dan masyarakat, serta perusahaan pun tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan masyarakat.

(27)

2.1.5.  Strategi Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat (PM) merupakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup komunitas secara keseluruhan dengan partisipasi aktif dan inisiatif dari komunitas (Brokensha dan Hodge, 1969 dalam Nasdian 2006). Chin dan Benne (1961) dalam Nasdian (2006) memperkenalkan tiga strategi pengembangan masyarakat bagi perubahan dan asumsi-asumsi yang melandasinya. Pilihan strategi tersebut yaitu:

1. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional;

2. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan dibandingkan hasil perubahan itu sendiri; dan

3. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana program itu akan dilaksanakan, sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.

Pelaksanaan CSR tidak terlepas dari konsep pengembangan masyarakat. Seperti yang dijelaskan dalam World Business Council on Sustainable

Development seperti dikutip oleh Mulyadi (2007), yakni CSR sebagai sebuah

komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas.

Penelitian Mulyadi (2007) menjelaskan bahwa strategi pengembangan masyarakat yang dilakukan PT. Telkom dalam pelaksanaan CSR adalah

power-coersive, karena masyarakat penerima bantuan program CSR melalui PKBL ini

tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses-proses tersebut dilaksanakan sepenuhnya oleh

(28)

perusahaan dengan alasan semua proses tersebut telah tercantum dalam kebijakan perusahaan, sehingga masyarakat tidak mempunyai akses untuk turut serta dalam pengelolaan program.

2.1.6. Konsep Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

Penerapan program CSR oleh perusahaan sering kali tidak menjadikan masyarakat sebagai faktor utama yang menentukan keberhasilan program. Peran serta masyarakat pun dibatasi hanya pada tahap pelaksanaan saja, sehingga masyarakat tidak dapat berdaya dan tidak berkembang daya kreatifnya. Akhirnya, partisipasi menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis” (Nasdian, 2006). Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Pengertian ini melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil, dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 dalam Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006). Pendapat ini sejalan dengan Craig dan Mayo (1995) dalam Nasdian (2006), yaitu “empowerment is road to participation”.

2.1.7. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009) menjelaskan terdapat delapan tangga partisipasi masyarakat yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein, seperti terlihat dalam Tabel 2.

(29)

Tabel 2. Tingkat Partisipasi Masyarakat

8 Citizen control Degree of citizen power

7 Delegated power

6 Partnership

5 Placation Degree of tokenism

4 Consultation

3 Information

2 Therapy Non participation

1 Manipulation

Sumber: Arnstein (1969) dalam Wazdy (2009)

Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog; therapy

berarti ada komunikasi namun masih bersifat terbatas, inisiatif dari pemerintah dan hanya satu arah; information menyiratkan bahwa komunikasi sudah banyak terjadi tetapi masih bersifat satu arah; consultation bermakna bahwa komunikasi telah berjalan dua arah; placation berarti bahwa komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat danpemerintah, masyarakat dapat memberi saran tetapi tidak memiliki kewenangan menentukan keputusan (partisipasi semu); partnership berarti suatu kondisi pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar; delegated power berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa keperluannya; dan citizen control berarti bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.

Manipulation dan therapy dikategorikan sebagai non participation; information, consultation, dan placation dikategorikan sebagai tingkat tokenism

(pertanda) yaitu tingkat peran serta di mana masyarakat di dengar dan berpendapat, tetapi tidak ada jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang kekuasaan. Peran serta pada tingkat ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil menghasilkan perubahan dalam masyarakat;

partnership, delegated power, dan citizen control dikategorikan dalam tingkat

kekuasaan masyarakat dalam mempengaruhi dan proses pengambilan keputusan (Arnstein, 1969 dalam Wazdy, 2009).

(30)

2.1.8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainability Development) Menurut Jaya (2004)5, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi pelaksanaannya, diantaranya ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang yang diikuti pendekatan secara ideal. Pembangunan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan yaitu keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan. Sementara itu, menurut Emil Salim (1990)6, pembangunan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang.

Sebagaimana hasil KTT Bumi (Earth Summit) di Rio de Janerio, Brasil, pada tahun 1992, yang menegaskan mengenai konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development) sebagai suatu hal yang bukan hanya menjadi kewajiban negara, namun juga harus diperhatikan oleh kalangan korporasi. Konsep pembangunan berkelanjutan menuntut korporasi dalam menjalankan usahanya untuk turut memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Ketersediaan dana; 2. Misi lingkungan; 3. Tanggung jawab sosial;

4. Terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah); 5. Mempunyai nilai keuntungan/manfaat)7.

Penelitian Aprilianti (2009) menjelaskan bahwa pelaksanaan CSR PT. Antam Tbk belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal ini didasarkan atas sasaran program CSR yaitu masyarakat, hanya dijadikan sebagai penerima (recipient) bantuan yang tidak pernah diberdayakan secara individu maupun

5

Askar Jaya 2004, ‘Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).’ www.rudyct.com/PPS702-ipb/09145/askar_jaya.pdf. Halaman 1. Diakses tanggal l8 Desember 2009 pukul 13.32 WIB.

6

Loc.cit. 7

(31)

sebagai komunitas. Febriana (2008) dalam penelitiannya berpendapat bahwa pelaksanaan CSR PT. Indosat belum memperhatikan konsep keberlanjutan. Hal ini didasarkan atas pelaksanaan CSR PT. Indosat hanya berbentuk partisipasi konsultatif, yaitu masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi tentang permasalahan dan kebutuhannya, sedangkan perusahaan hanya mendengarkan, menganalisa masalah, dan pemecahannya. Hal ini mengakibatkan belum adanya peluang untuk pembuatan keputusan antara perusahaan dan masyarakat, serta perusahaan tidak ada keharusan untuk menindaklanjuti pandangan masyarakat.

2.1.9. Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Soemardjan (1962) menyatakan bahwa konsep perubahan sosial mencakup bermacam-macam perubahan di dalam lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan pola tingkah laku antar kelompok di dalam masyarakat. Teori dan konsep perubahan sosial ini dapat dibedakan dari perubahan kultural, seperti halnya konsep masyarakat bisa dibedakan dengan kebudayaan. Perubahan kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, modal, hukum, adat, dan tiap kemauan serta kebiasaan lainnya, yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat, maka setiap perubahan pada salah satu bagian dari keseluruhan kultural mempunyai satu segi persamaan, yaitu keduanya menyangkut suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Soemardjan, 1962).

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa perubahan sosial dan kebudayaan terkait dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Perubahan kebudayaan dalam skala kecil seperti perubahan model pakaian, dapat terjadi tanpa mempengaruhi lembaga-lembaga kemasyarakatan/sistem sosial. Sebaliknya sulit dibayangkan terjadi perubahan sosial tanpa didahului suatu perubahan kebudayaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti keluarga, perkawinan, atau negara, tidak akan mengalami perubahan jika tidak didahului perubahan fundamental di dalam kebudayaan.

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial terdiri atas faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal.

(32)

Faktor-faktor internal yakni kondisi atau perkembangan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan yang mendorong perubahan sosial. Faktor-faktor ini mencakup:

1. Faktor demografis (kependudukan), yaitu semua perkembangan yang berkaitan dengan aspek demografis atau kependudukan, yang mencakup jumlah, kepadatan, dan mobilitas penduduk;

2. Faktor adanya penemuan-penemuan baru, yaitu adanya penemuan di kalangan atau oleh warga masyarakat berkaitan dengan suatu alat atau cara yang selanjutnya diterima penggunaannya secara luas oleh masyarakat, dan karena itu mempengaruhi perkembangan kehidupan sosial mereka; dan

3. Konflik internal dalam masyarakat, yaitu pertentangan yang timbul di kalangan warga atau kelompok-kelompok masyarakat sebagai akibat adanya perbedaan kepentingan atau perbedaan persepsi yang dipertahankan oleh masing-masing kelompok.

Faktor-faktor eksternal yaitu kondisi atau perkembangan yang terjadi di luar lingkungan masyarakat yang bersangkutan, tetapi secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi perubahan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam faktor eksternal, yang terpenting diantaranya adalah pengaruh lingkungan alam, pengaruh unsur kebudayaan maupun aktualisasi, dan dapat berupa adanya peperangan yang mengakibatkan terjadinya penaklukan suatu masyarakat atau bangsa oleh bangsa lain, yang selanjutnya memaksakan terjadinya perubahan sosial terutama di kalangan bangsa yang kalah perang (Soekanto, 1990).

Soekanto (1990) menjelaskan bahwa menurut skala pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat, perubahan sosial memiliki dampak yang luas dan dalam terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan dan ada pula perubahan sosial yang berskala kecil dalam arti pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan relatif kecil dan terbatas. Menurut proses terjadinya, Soekanto (1990) menjelaskan bahwa terdapat perubahan sosial yang memang dari semula direncanakan dan dikehendaki (intended change), yaitu proses yang berupa perintah dan larangan untuk menetralisasikan suatu keadaan krisis dengan suatu

(33)

akomodasi (khususnya arbitrasi) untuk melegalisasikan hilangnya keadaan yang tidak dikehendaki, misalnya dalam bentuk program-program pembangunan sosial. Namun ada pula yang tidak dikehendaki terjadinya atau tidak direncanakan (unintended change). Soemardjan (1962) menjelaskan unintended change adalah perubahan yang tidak disengaja, sehingga perubahan-perubahan itu juga tidak dapat diduga lebih dahulu. Banyak perubahan sosial yang membingungkan masyarakat, bahkan ditentang oleh banyak orang.

2.1.10. Dampak Program CSR Terhadap Masyarakat Lokal8

Komitmen PT. Riaupulp dalam melaksanakan CSR telah dilakukan sejak tahun 1999 sampai sekarang. Keberpihakan Riaupulp terhadap CSR mendapatkan penghargaan dari Menko Kesra berupa Social Empowerment Award tahun 2007. Komitmen Riaupulp untuk menciptakan masyarakat yang berdaya terlihat melalui kegiatan-kegiatan CSR-nya. Kegiatan CSR Riaupulp meliputi Community

Empowerment, Care Services (Program Kesehatan Masyarakat dan Pendidikan), Basic Social Walfare, dan Local Economics and Community Based Business Development. Salah satu dari program Care Services adalah program pengurangan

angka kematian balita. Program ini merupakan program yang terintegrasi dalam program kesehatan masyarakat, yang terdiri dari program preventif dan program kuratif dan telah dijalankan di sekitar 200 desa sekitar daerah operasional perusahaan yang masih belum terjangkau oleh pemerintah. mengenai usaha Riaupulp dalam mengurangi angka kematian balita.

Program kuratif diterapkan setiap tahunnya dalam bentuk imunisasi kepada balita dan anak serta medical check untuk kesehatan ibu hamil. Dengan adanya program ini, masyarakat semakin mengerti langkah-langkah dan usaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih sehat. Dalam Program preventifnya, Riaupulp juga telah bekerjasama dengan UNICEF dalam usaha mencegah terjadinya Flu Burung, yang telah diikuti oleh sekitar 60 orang dari 104 desa di sekitar operasional.

Program CSR dalam bidang pendidikan juga dilaksanakan oleh Riaupulp, seperti program taman bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas

8

Sumber: http://fotodeka.wordpress.com/2009/01/07. Diakses tanggal 4 Februari 2010 pukul 20.45 WIB.

(34)

anak-anak. Program taman bacaan ini telah dibangun 100 buah di seluruh Riau, dengan tiap-tiap taman bacaan mempunyai 200 buah judul buku. Untuk memaksimalkan pemberdayaan ini, Riaupulp juga merekrut guru/pendidik untuk bekerja pada taman bacaan ini.

Program pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi juga dilaksanakan oleh Riaupulp, seperti program pertanian terpadu yang telah membinan 3.700 petani. Selain itu, Riaupulp juga melakukan kerja sama dengan kalangan perbankan untuk pinjaman modal kepada mitra binanya. Menurut data Riaupulp, kredit yang telah dikeluarkan untuk mitra bina adalah Rp1.1 miliar dan dari program UMKM ini, telah menghasilkan 85 wirausahawan lokal yang mempekerjakan 1.303 tenaga kerja.

Kaltim Prima Coal (KPC) juga merupakan salah satu perusahaan yang berkomitmen dalam melaksanakan CSR. Hal ini ditunjukkan perusahaan dalam mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun bagi aksi corporate social

responsibility (CSR). CSR KPC terdiri dari tujuh program untuk masyarakat

sekitar lokasi usahanya, yaitu pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi, pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM), pelestarian alam dan budaya, serta penguatan kapasitas masyarat dan pemerintah. Program-program pemberdayaan masyarakat PT KPC tersebut diarahkan kepada pengembangan sumber daya alam (SDA) yang terbarukan serta diselaraskan dengan program pemerintah Kabupaten Kutai Timur.

Program agribisnis yang telah dilaksanakan KPC adalah membangun 300 hektar untuk penanaman kakao. Masyarakat setempat diberikan bibit, pupuk sampai kepada pelatihan mengenai penanaman itu. Selain itu, program agribisnis ini juga membuat kolam udang untuk masyarakat di Desa Muara Bengalon dan membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di Kampung Kabo. KPC juga memberikan kredit mikro kepada masyarakat Bengalon dengan total peminjam tak kurang dari 700 orang. Pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan adalah program irigasi, pembangunan jalan, dan lapangan sepakbola.

(35)

2.2. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya, konsep CSR berasal dari istilah 3P yang dikemukakan oleh John Elkington dalam Wibisono (2007) yakni mengenai pengintegrasian konsep 3P (profit, planet, peolple) dalam kegiatan perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini terkait dengan jenis program CSR yang dilaksanakan, dampak dari pelaksanaan program CSR tersebut terhadap masyarakat lokal, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut.

PT. Indocement dalam pelaksanaan CSR-nya dipengaruhi oleh adanya anggaran khusus tiap tahun, socio demography mapping analize and review, dan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan faktor-faktor tersebut PT. Indocement melaksanakan jenis program CSR seperti community development (CD) lima aspek yang terdiri dari aspek pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, agama, dan keamanan; dan sustainable development project (SDP) yang akan berdampak terhadap masyarakat lokal. Dampak program CSR dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi perusahaan melaksanakan CSR (menciptakan brand image, mengatasi krisis manajemen, memotivasi karyawan, dan menciptakan inovasi), cara pandang perusahaan tentang CSR (sekedar basa-basi, compliance, beyond compliance), strategi pelaksanaan CSR (melaksanakan sendiri CSR-nya, bermira dengan pihak berkompeten, bantuan yayasan, bergabung dalam konsorsium), dan strategi pengembangan masyarakat (rational empirical, normative reeducaive, power

coercive). Strategi pengembangan masyarakat ini akan berdampak terhadap

masyarakat lokal, karena terkait prinsip pemberdayaan dan partisipasi. Selain itu, dampak program CSR ini juga dipengaruhi oleh aspek keberlanjutan proyek dan proses pelaksanaan CSR.

Faktor eksternal yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR diantaranya adalah persepsi masyarakat terhadap program dan perusahaan, serta karakteristik dan kebutuhan masyarakat. Sikap warga dan pemerintah desa terhadap program dan perusahaan juga mempengaruhi keberhasilan program CSR. Gambaran alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

(36)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan: Mempengaruhi

2.3. Hipotesis Pengarah

1. Program CSR yang dilaksankan oleh PT. Indocement diduga telah berdampak besar terhadap masyarakat lokal;

2. Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement diduga telah memberdayakan masyarakat.

3. Implementasi program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Indocement diduga dipengaruhi oleh faktor internal (berasal dari perusahaan, yaitu motivasi CSR, cara pandang CSR, strategi pelaksanaan CSR, strategi pengembangan masyarakat, dan keberlanjutan program) dan faktor eksternal (berasal dari kondisi masyarakat, yaitu karakteristik, kebutuhan, persepsi, dan sikap pemerintah desa terhadap program).

2.4. Definisi Konseptual

1. Cara pandang perusahaan tentang CSR adalah segala bentuk pemikiran hasil informasi (baik dari dalam maupun dari luar perusahaan) yang didapatkan oleh pihak-pihak yang terkait, yang akan mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR atau tidak, yang terdiri dari:

a. External driven adalah pandangan perusahaan mengenai CSR dipraktekkan karena faktor eksternal;

b. Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR sebagai Faktor Internal

• Motivasi perusahaan tentang CSR

• Cara Pandang Perusahaan tentang CSR • Strategi Pelaksanaan CSR • Strategi Pengembangan Masyarakat • Keberlanjutan Program Jenis program CSR PT. INDOCEMENT Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR Dampak Program CSR terhadap masyarakat lokal Faktor Eksternal

• Karakteristik dan kebutuhan masyarakat

• Persepsi masyarakat terhadap program

• Sikap pemerintah desa terhadap program

(37)

upaya untuk memenuhi kewajiban berdasarkan regulasi maupun hukum terkait;

c. Beyond Compliance adalah pandangan perusahaan mengenai CSR yang diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driver).

2. Motivasi perusahaan terkait CSR adalah sejumlah alasan dari pelaksanaan kegiatan CSR, diantaranya yaitu feedback yang baik dari para stakeholder demi keberlanjutan kegiatan perusahaan.

3. Pengembangan masyarakat (PM) adalah kegiatan yang dirancang dan diarahkan untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi kehidupan yang lebih baik dan berkelanjutan sekaligus sebagai upaya pemberdayaan untuk mendukung kesejahteraan dan kemandirian komunitas hingga pada generasi berikutnya.

4. Strategi pengembangan masyarakat adalah teknik atau tindakan pilihan yang telah terprogram dalam rangka mengembangkan masyarakat, yang terdiri dari:

a. Rational-empirical adalah strategi PM yang didasarkan atas pandangan yang optimistik karena strategi ini mempunyai asumsi dasar bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau rasional;

b. Normative-reeducative adalah strategi PM yang menekankan pada bagaimana klien memahami permasalahan pembaruan seperti perubahan sikap, keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia, sehingga lebih menekankan pada proses pendidikan dibandingkan hasil perubahan itu sendiri; dan

c. Power-coersive adalah strategi PM yang cenderung memaksakan kehendak dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya di mana program itu akan dilaksanakan, sedangkan objek utama dari program itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.

(38)

5. Strategi pelaksanaan CSR adalah teknik atau tindakan pilihan yang telah terprogram dalam rangka melaksanakan CSR, yang terdiri dari:

a. Keterlibatan adalah perusahaan terlibat langsung dan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya tanpa perantara atau bantuan pihak lain, misalnya melalui corporate secretary, public

affair, hubungan masyarakat, atau manager community

development;

b. Melalui yayasan atau organisasi adalah perusahaan menyelenggarakan bantuan melalui yayasan atau organisasi sosial yang umumnya sering diterapkan di negara maju;

c. Perusahaan bermitra dengan pihak lain yang dinilai kompeten untuk menyelenggarakan program kedermawanan misalnya dengan LSM, universitas, dan media massa; dan

d. Perusahaan membentuk atau bergabung dalam satu konsorsium, dimana perusahaan tersebut ikut serta dalam mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang dilakukan untuk tujuan sosial tertentu.

6. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

(39)

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis dan memahami dampak program CSR terhadap masyarakat lokal. Dampak yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan CSR, sehingga perubahan-perubahan yang tidak terkait dengan CSR tidak akan diteliti. Data kuantitatif digunakan untuk melengkapi dan memperkuat informasi yang didapatkan dari informan dan responden.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu menyoroti beberapa kasus dengan melakukan wawancara, observasi dan analisis dokumen. Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat deskriptif. Artinya penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan dampak program CSR PT. Indocement yang dirasakan oleh masyarakat Desa Nambo dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan program CSR tersebut berdasarkan hasil analisis peneliti di lapang dan catatan harian peneliti.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Indocement yang beralamat di Jalan Mayor Oking Jayaatmaja, Citeureup, Bogor dan Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor yang merupakan salah satu desa binaan PT. Indocement. Penelitian dilaksanakan tanggal 18 November hingga 24 Desember 2009.

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT. Indocement dipilih menjadi kasus penelitian karena meraih CSR Award 2008 kategori sosial-lingkungan dan Peringkat Emas PROPER 2009. Desa Nambo dijadikan tempat penelitian karena memiliki relasi dengan perusahaan dalam kerangka CSR. Hal ini dikarenakan PT. Indocement mendirikan infrastruktur dan memanfaatkan sumberdaya alam (Quary C) dari Desa Nambo, sehingga masyarakat Desa Nambo berhak untuk mendapatkan manfaat dari perusahaan (pemberdayaan masyarakat).

(40)

3.3. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan data-data jenis program CSR yang dilaksanakan PT. Indocement. Untuk menghindari adanya distorsi pesan dan untuk melengkapi informasi, maka setiap selesai melakukan wawancara mendalam dengan informan dan responden, peneliti menuliskan kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian.

3.4. Teknik Pemilihan Informan dan Responden

Peneliti menggunakan teknik purposive (menentukan secara sengaja) untuk menentukan informan dan responden penelitian dengan kriteria yaitu orang yang mengikuti, melaksanakan, dan atau menerima program CSR PT. Indocement. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu CSR Department Head, sedangkan responden dalam penelitian ini adalah CD Section Head, SDP Section

Head, Koordinator CSR Desa Nambo, Ketua LPM Desa Nambo, serta enam belas

orang warga Desa Nambo sebagai penerima program CSR PT. Indocement. Warga Desa Nambo yang menerima program CSR PT. Indocement terdiri dari anggota kelompok peternak Hidayah Alam yang berjumlah sebelas orang, pelaksana dan atau penerima manfaat program CD lima aspek (empat orang), dan penerima program SDP (satu orang). Nama informan dan responden disamarkan untuk menjaga kerahasiaan identitas.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sugiyono (2008) mendefinisikan tahap-tahap analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data: merangkum, memilih, memfokuskan pada hal-hal penting; 2. Penyajian data: menyajikan data dalam bentuk uraian singkat; dan

3. Penarikan kesimpulan yang menghasilkan temuan baru atas obyek penelitian.

(41)

4.1. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Unit Citeureup 4.1.1. Sejarah Perusahaan dan Peristiwa Penting9

PT. Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. PT. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17.1 juta ton semen per tahun.

PT. Indocement saat ini mengoperasikan dua belas pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, PT. Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). PT. Indocement juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, PT. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Produk-produk PT. Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang ‘Tiga Roda’.

Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di lima puluh negara, menjadi pemegang saham mayoritas PT. Indocement. Sejak itu, PT. Indocement bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group, PT. Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak tahun 2006 hingga saat ini, PT. Indocement telah berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat.

Pada tahun 2007, PT. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan PT.

9

(42)

Indocement meningkatkan volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, PT. Indocement berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha Curcas) pada lahan bekas penambangan batu kapur. PT. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan kompos.

Saham PT. Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp16.934 miliar pada akhir tahun 2008. Per tanggal 31 Desember 2008, jumlah karyawan PT. Indocement adalah 6.179 orang. PT. Indocement telah mengalami beberapa tahap perubahan dari tahun ke tahun. Tahun-tahun penting perubahan PT. Indocement adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1985, PT. Indocement didirikan melalui penggabungan usaha enam perusahaan yang terdiri dari delapan pabrik semen;

2. Tahun 1989, PT. Indocement menjadi perusahaan publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia;

3. Tahun 1991, PT. Indocement mengakuisisi Pabrik ke-9 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton semen per tahun; penyelesaian pembangunan terminal semen Surabaya; dan memulai usaha Beton Siap-Pakai;

4. Tahun 1996, Pabrik ke-10 di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, selesai dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 1.3 juta ton semen per tahun;

5. Tahun 1999, Pabrik ke-11 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, selesai dibangun dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta ton semen per tahun;

6. Tahun 2000, pengambilalihan PT. Indo Kodeco Cement (Pabrik ke-12) melalui penggabungan usaha dengan kapasitas produksi terpasang 2.6 juta ton semen per tahun;

(43)

7. Tahun 2001, HeidelbergCement Group menjadi pemegang saham mayoritas melalui anak perusahaannya, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd; 8. Tahun 2003, Kimmeridge Enterprise Pte. Ltd. mengalihkan kepemilikan

sahamnya di PT. Indocement kepada HC PT. Indocement GmbH;

9. Tahun 2005, meluncurkan produk PCC ke pasar Indonesia; penggabungan usaha antara HC PT. Indocement GmbH dengan HeidelbergCement South-East Asia GmbH, di mana yang disebutkan terakhir menjadi pemegang saham langsung PT. Indocement;

10. Tahun 2006, melakukan pembiayaan kembali untuk menggantikan Master Facilities Agreement yang berlaku efektif sejak Desember 2000; HeidelbergCement South-East Asia GmbH melakukan penggabungan usaha dengan HeidelbergCement AG, yang menguasai 65.14 persen kepemilikan saham di PT. Indocement;

11. Tahun 2007, modifikasi Pabrik ke-8 di Citeureup yang menambah kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun; membeli 51 persen saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah perusahaan tambang agregat yang terletak di Rumpin, Jawa Barat;

12. Tanggal 4 Maret 2008, PT. Indocement menerima penghargaan dari Forum Wartawan Harian Bogor;

13. Tanggal 16 Maret 2008, PT. Indocement menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified Emission Reduction/CER) untuk pertama kalinya dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih untuk proyek penggunaan bahan bakar alternatif;

14. Bulan Juni 2008, PT. Indocement menerima pembayaran pertama atas penjualan CER ke Prototype Carbon Fund-Perusahaan Afiliasi dari World Bank;

15. Tanggal 12 Juni 2008, PT. Indocement menerima IMAC Award (Indonesia’s Most Admired Companies) Award untuk ketiga kalinya, sebagai “The Best Performance Company Image” untuk kategori industri semen di Indonesia dari Frontier Consulting Group dan majalah Business Week;

Gambar

Tabel 1. Metamorfosis CSR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran  Keterangan:             Mempengaruhi
Gambar 2. Struktur Organisasi Departemen CSR PT Indocement Tunggal  Prakarsa Tbk Unit Citeureup Tahun 2009
Tabel 7. Jumlah  penduduk usia produktif, orang bekerja, dan jumlah  pengangguran di Desa Nambo tahun 2009
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk menggali material tanah pada galian tersebut adalah mengacu pada data-data yang didapat melalui hasil pengamatan di

Besarnya kompensasi pegawai yang bekerja di lapangan berbeda dengan pekerjaan yang bekerja dalam ruangan, demikian juga kompensasi untuk pekerjaan klerikal akan berbeda

Memaksimalkan keuntungan perusahaan jika menggunakan G-CESS ,meningkatkan produktivitas dengan mencegah kondisi abnormal peralatan dan fasilitas listrik serta mencegah penurunan

Tumor kulit yang terlihat biasanya berupa nodul halus, bintil kasar dengan permukaan seperti kembang kol, terdapat massa pedunkulata yang melekat pada jaringan normal oleh

Variasi capit pada Gambar 3 (b) sama dengan variasi pada Gambar 3 (a) dalam hal tidak menunjukkan adanya gigi (gape) pada dactil maupun pollex; bagian ujung dari

Hasil pada alat ini mengatakan bahwa pada kedalaman tertentu akan terdapat prosentase air yang tinggi jika kelak diproduksikan, padahal dengan identifikasi

Tesis dengan judul Proses Komunikasi dan Perubahan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Pontianak (Studi Kasus : Tradisi Pantang Larang) disusun sebagai salah satu syarat

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir yang dilakukan adalah membuat rancang model sistem informasi yang diharapkan dapat membantu dalam proses kegiatan