• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif

Sleman.

2. Manfaat dari pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

3. Faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

F. Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan menambah referensi pustaka penelitian pendidikan khususnya yang berhubungan dengan program usaha ekonomi produktif lansia

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapan kedepannya, terutama pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia.

12 b. Bagi Lembaga

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi usaha ekonomi produktif lansia yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta guna meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan program usaha ekonomi produktif lansia.

c. Bagi Lansia

Dapat berguna sebagai bahan masukan kemanfaatan mengikuti program usaha ekonomi produktif agar tercipta lansia berhasil di masa tua. d. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk merancang pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia.

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif Pelaksanaan merupakan salah satu bagian dari manajemen program. Pelaksanaan atau yang biasa disebut dengan penggerakan merupakan suatu keseluruhan usaha, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis (Siagiaan, 2007:95). Sependapat, Didin Kurniadin dan Imam Machali (2013: 287), pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam pelaksanaan tugas execution. Pelaksanaan atau penggerakan (actuating), adalah tindakan memulai, memprakarsai, memotivasi, dan mengarahkan, serta mempengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Terry (1977) dalam buku Manajemen Pendidikan (2013:287-288), pelaksanaan merupakan tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok mau dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan para anggota yang menyebabkan para anggota mau untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam melaksanakan suatu program , perencanaan turut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan suatu program, hal ini karena perencanaan dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan yang saling mengikat. Adapun pengertian dari perencanaan merupakan tindakan

14

menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakan, apa harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan sering disebut juga sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang (Fatah, 2009: 49). Pendapat lain disampaikan oleh Siagian (2007: 36-38), perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menyusun suatu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan, yaitu digambarkan dalam Gambar.2 berikut ini:

Pertanyaan

Gambar.2 Enam dalam Perencanaan PERENCANAAN BILAMANA MENGAPA DIMANA SIAPA BAGAIMANA APA

15

Disampaikan oleh Syukur (1987:40) kaitannya dengan pelaksanaan merupakan usaha atau aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapinya semua kebutuhan seperti alat-alat yang dibutuhkan, siapa yang melaksanakan, tempat pelaksanaannya dan bagaimana cara melaksanakan, kemudian setelah program dan kebijaksanaan ditetapkan atas pengambilan keputusan suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah langkah strategis, kebijaksanaan maupun operasional menjadi nyata guna mencapai sasaran dari program yang sudah ditetapkan di awal. Pelaksanaan merupakan aktivitas-aktivitas atau eksekusi dari suatu program di suatu organisasi yang didasarkan pada suatu perencanaan yang sudah dirancang dan ditetapkan sebelumnya.

Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya dan sumber- sumber pendukung lainnya. Dalam buku Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, secara lebih luas program merupakan kegiatan yang sistemik yaitu kegiatan yang memiliki komponen, proses dan tujuan program. Berdasarkan sub sistem pendidikan luar sekolah maka komponen-komponen program program terdiri dari:

16

a. Masukan lingkungan (environmental input) b. Masukan sarana (instrumental input) c. Masukan mentah (raw input)

d. Masukan lain (other input)

Adapun tujuan program mencakup tujuan antara (intermediate goal) yaitu keluaran (output) dan tujuan akhir (final goal) yaitu pengaruh atau dampak (outcome) program pendidikan (Sudjana, 2008: 4). Menurut Arikunto dan Safruddin (2007: 2-5), secara umum, ‘’program’’ dapat diartikan sebagai ‘’rencana’’. Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

1. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

2. Terjadi dalam waktu yang relatif lama, bukan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan

3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Lebih lanjut, sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan

17

bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam suatu organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Program merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling kait-mengait dan bekerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri dari komponenkomponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Tjokromindjojo (1987: 19), program merupakan cara untuk memilih dan menghubungkan dalam merumuskan tindakan yang kita anggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Program pembangunan yang baik setidaknya harus memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

a. Tujuan yang dirumuskan

b. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut

c. Suatu kerangka kebijakan yang konsisten dan proyek-proyek yang saling terkait untuk mencapai tujuan program seselektif mungkin

d. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan keuntungan yang di harapkan akan dihasilkan program tersebut

e. Hubungan dengan kegiatan-kegiatan lain dalam usaha pemerintah dan program pembangunan lainnya

18

f. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk penyediaan tenaga, pembiayaan dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut.

Dalam pelaksanaan program, terdapat tiga unsur mutlak dan penting, oleh karena itu dalam melaksanakan suatu program diperlukan unsur-unsur yang akan berpengaruh. Menurut Syukur (1987) dalam Fita Istiani (2013), unsur –unsur tersebut terdiri dari;

1. Adanya program (kebijakan) yang dilaksanakan

2. Target group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan

3. Unsur pelaksana (implementator) baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan.

Program merupakan suatu sistem yang kegiatannya berkesinambungan dan didasarkan pada suatu kebijakan dan melibatkan suatu anggota kelompok serta terdiri dari komponen yang saling melengkapi guna mencapai suatu tujuan.

Dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat, pemerintah mencanangkan beberapa kebijakan program perekonomian untuk masyarakat, diantaranya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menanggulangi masalah-masalah kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan angka produkifitas masyarakat. Program dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini dikembangkan dibeberapa wilayah di Indonesia

19

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi, sehingga masyarakat dapat mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Salah satu cara dalam mengentaskan kemiskinan di masyarakat dapat melalui program usaha ekonomi produktif yang sasarannya merupakan kelompok–kelompok masyarakat yang belum berdaya. untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pedoman Kelompok Usaha Bersama Tahun 2011, tentang usaha ekonomi produktif (UEP) disebutkan bahwa usaha ekonomi produktif merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan, tabungan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.

Adapun anggaran yang digunakan dalam usaha ekonomi produktif berasal dari bantuan pemerintah yang berada dibawah naungan dinas sosial, dimana bantuan tersebut bersifat sementara dan ditujukan untuk masyarakat miskin yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kemandirian masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan pendampingan oleh dinas sosial dan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan perkembangan usaha ekonomi tersebut.

Berdasarkan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–2025, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif melalui UKM dan Koperasi

20

diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing melalui perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi. Pengembangan UKM menjadi bagian integral di dalam perubahan struktur yang sejalan dengan modernisasi agribisnis dan agroindustri, khususnya yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. Sementara itu, pengembangan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Koperasi berkembang semakin luas menjadi wahana yang efektif dalam menciptakan efisiensi kolektif para anggota koperasi, baik produsen maupun konsumen, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mampu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global, Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti, agar usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha; Menurut Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah menyebutkan bahwa,

“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

21

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.”

Menurut Hardiati (2009: 7), kegiatan kerja ekonomi produktif merupakan suatu kegiatan keterampilan usaha dan terampil kerja. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperoleh penghasilan. Penghasilan yang diperoleh dari hasil kerjanya dapat digunakan Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa usaha ekonomi produktif adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia guna mengatasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi, yang bertujuan meningkatkan keterampilan, pendapatan, produktivitas, mitra kerja serta kemandirian masyarakat di bidang perekonomian melalui kegiatan kewirausahaan dan usaha lainnya yang dilakukan melalui suatu kelompok di masyarakat.

Dalam prinsipnya lansia mampu aktif dalam setiap kegiatan dihari tua. Pemikiran tersebut disebabkan oleh lingkungan sosial yang kurang mampu memberikan ruang partisipasi untuk mengaktualisasikan potensi serta pengalamannya yang diperolehnya dari perjalanan hidupnya (Abbas, 2009: 37). Lansia yang masih aktif bekerja tidak terlepas dari makna produktif, menurut Akhmad Purnama dan Lidia Nugrahaningsih (2015: 27), usaha ekonomi produktif merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu, berupa hal baru yang didapat dari membaca, benda, tulisan, dan hal baik lainnya.

22

Sependapat dengan pengertian usaha ekonomi produktif, dapat di peroleh tujuan dari adanya program Usaha Ekonomi Produktif yang bertumpu pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-19/PB/2005 yaitu;

a) Meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi b) Meningkatkan kemampuan usaha ekonomi

c) Meningkatkan produktivitas kerja

d) Meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang e) saling menguntungkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, disebutkan bahwa:

(1) Penguatan usaha ekonomis produktif melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c yaitu penguatan usaha ekonomis produktif melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial, merupakan bantuan yang diberikan kepada lanjut usia potensial yang kurang mampu.

(2) Penguatan usaha ekonomis produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan kepada perorangan melalui LKS dengan pendampingan, yang didahului dengan bimbingan sosial dan keterampilan.

(3) Penguatan usaha ekonomis produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian paket bantuan usaha ekonomis produktif.

23

Berdasarkan Modul Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi Lansia oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, Usaha Ekonomi Produktif BK adalah kegiatan produktif lansia di bidang ekonomi yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dirinya. Kegiatan ekonomi yang dilakukan diupayakan sebagai perpaduan dengan kegiatan rekreatif.

Sedangkan menurut Buku Pengangan Kader Tentang Lansia Tangguh Dengan Tujuh Dimensi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015, berbagai peluang dalam pengembangan industri dan usaha ekonomi produktif dapat dilakukan lansia melalui berbagai bidang: a) Bidang ekonomi kreatif, misalnya batik dan berbagai bentuk kesenian lain. b) Bidang konsumsi barang, misalnya meubel (meja, kursi, lemari).

c) Bidang kesehatan dan pengobatan tradisional, misalnya jamu dan pijat. d) Bidang wisata dan kuliner.

e) Bidang industri rumah tangga.

f) Bidang bisnis sosial pengasuhan anak dan atau lansia rentan.

Dengan beberapa definisi, dapat disimpulkan pengertian dari pelaksanaan program usaha ekonomi produktif, yaitu aktivitas-aktivitas atau eksekusi dari suatu sistem yang kegiatannya berkesinambungan dan didasarkan pada suatu kebijakan dan melibatkan anggota kelompok serta terdiri dari komponen yang saling melengkapi guna mencapai suatu tujuan melalui beberapa tahapan antara lain wujud kegiatan, sasaran, waktu, sarana prasarana,

24

sistem yang berjalan, serta tindak lanjut yang akan memberikan pengaruh untuk masing-masing anggota dan keluarga dari kelompok masyarakat di suatu organisasi yang didasarkan pada suatu perencanaan yang sudah dirancang dan ditetapkan sebelumnya.

B. Kajian Tentang Bina Keluarga Lansia (BKL)

Dalam rangka memaksimalkan peningkatan kesejahteraan lansia, diperlukan peran keluarga yang turut berpartisipasi aktif mendampingi aktivitas lansia di masa senjanya. Dimana peran keluarga sangatlah penting di dalam memberdayakan lansia, karena keluargalah orang terdekat dari lansia itu sendiri, baik anak, menantu maupun cucu bahkan adik atau kakak lansia itu sendiri. Menurut Rahardjo (2014: 6), kelompok bina keluarga lansia dapat memberikan kontribusi terhadap terwujudnya lansia tangguh dan berjalan secara berlanjut apabila memiliki mekanisme kerja yang dipahami dan disepakati oleh anggota kelompok. Mekanisme kerja yang jelas dapat dijadikan sebagai acuan dan dioperasionalkan dalam mencapai tujuan kelompok. Pokok-pokok kegiatan kelompok BKL/Kader, antara lain:

1) Kegiatan utama dilakukan pada kelompok BKL/kader meliputi: penyuluhan, temu keluarga, kunjungan rumah, rujukan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi.

2) Kegiatan pengembangan antara lain:

a) Bina kesehatan fisik antara lain olahraga, senam, penyediaan makanan tambahan;

25

b) Bina sosial dan lingkungan antara lain rekreasi, bina lingkungan; c) Bina rohani/spiritual melalui kegiatan keagamaan, sosial

kemasyarakatan;

d) Bina peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif melalui UPPKS UKM, Koperasi, dan lain-lain.

Menurut Sri Iswanti, Ariyadi Warsito, dan Kartika Nur Fathiyah tahun 2012 dalam Identifikasi Potensi Ekonomi Produktif Para Lansia Penghuni Panti Werda, sesungguhnya masa lansia adalah masa yang memiliki rentang hidup paling panjang. Berbagai penurunan fisik maupun psikis yang dialami lansia hendaknya dapat disikapi secara bijaksana sehingga lansia merasa berarti meskipun memiliki keterbatasan keterbatasan. Dari sisi ekonomi, produktiitas lansia dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan pendapatan lansia. Lansia yang produktif secara ekonomi menjadikan lansia meskipun mengalami berbagai penurunan secara fisik maupun psikis namun merasa puas dengan kondisi dirinya karena dapat menjadikan kegiatan ekonomi sebagai mata pencaharian sekaligus aktivitas untuk mengisi masa tua. Pada akhirnya para lansia merasa bermakna, berarti, sekaligus dapat menambah pendapatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari atau memberi sesuatu (wuwur) kepada anak cucunya.

Berdasarkan Modul Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

26

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, kemandirian ber-KB bagi PUS anggota kelompok kegiatan.

Sedangkan menurut Buku Pengangan Kader Tentang Lansia Tangguh Dengan Tujuh Dimensi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015, Lansia tangguh adalah seseorang atau kelompok lansia yang sehat (secara fisik, sosial, dan mental), mandiri, aktif, dan produktif. Lansia potensial adalah warga lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.

27 Tujuh dimensi lansia tangguh terdiri dari: 1. Spiritual 2. Intelektual 3. Fisik 4. Emosional 5. Sosial Kemasyarakatan 6. Professional Vokasional 7. Lingkungan

Kaitannya dengan pelaksanaan program untuk lansia, tidak terlepas dari faktor penghambat dan pendukung yang secara tidak langsung terdapat pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang asas, arah, dan tujuan serta tugas dan tanggung jawab kesejahteraan lanjut usia, yaitu:

a) Pasal 4

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif. terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Pasal 7

Pemerintah bertugas mengarahkan. membimbing. dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

28 c) Pasal 8

Pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Dari penjelasan beberapa pengertian dari berbagai sumber di atas dapat disimpulkan, bina keluarga lansia atau BKL merupakan wadah atau organisasi untuk berkegiatan lansia dan keluarga yang memiliki lansia yang oleh dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan bertujuan untuk mensejahterakan lansia melalui program program pemberdayaan, ekonomi produktif, tatacara perawatan dan pengasuhan lansia sehingga tercipta lansia sejahtera, mandiri, produktif, semangat dan berdaya.

C. Kajian tentang Lansia 1. Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 memberikan definisi lansia sebagai berikut :

a) Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

b) Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa, c) Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari

29

Menurut Hurlock (1980: 380), usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bourke (2012: 17), menggolongkan lansia pada masa penuaan, yaitu proses yang kompleks , sulit diprediksi, dan memiliki banyak segi. Banyak orang tidak menanti-nantikan saat menjadi tua karena proses itu bisa menjadi proses yang menyedihkan, sepi, dan menyakitkan.

Jahja (2011: 311), mendefinisikan usia lanjut (60 sampai meninggal) atau masa tua sebagai periode penutup dalam rentang hidup seseeorang, yaitu suatu masa dimana seseorang telah “ beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Sedangkan menurut Mahmudi (2000: 45), masa lanjut usia sering di sebut masa dewasa akhir, sering disebut juga masa tua atau masa kematangan akhir. Pada masa-masa yang lalu periode ini kurang di perhatikan dibandingkan periode yang lain, perhatian utama di tujukan pada masa balita dan remaja.

Menurut Purnama (2009: 5) merupakan tahapan paling akhir dalam perjalanan hidup manusia. Proses menua tersebut selain merupakan proses perkembangan yang terus berlangsung hingga akhir hidup manusia, yang ditandai dengan adanya kemunduran fisik dan psikis. Sulistyo (2006: 12), sesungguhnya usia lanjut merupakan proses alami. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam. Semua orang akan

30

mengalami proses menjadi tua dan masa tua. Pendapat tersebut didukung dengan pendapat Padmiati dan Gutomo (2007: 9), proses menua memang bukan sekedar survival of life, karena dalam proses ini selalu terjadi kemunduran baik fisiologis maupun psikologis yang berlangsung secara alamiah. Menurunnya kondisi lansia dari berbagai aspek juga didukung penelitian dari Siti Rohmah Nurhayati dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 17, No. 1 (2012:43-44) yang berjudul ‘’Dukungan Sosial dan Strategi Coping Para Lansia’’, yaitu lansia Usia lanjut adalah suatu fase yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, yang mana terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Proses penuaan yang terjadi pada lansia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun sehingga dapat berakibat buruk pada kesehatan. Menurut Purnama dan Nugrahaningsih (2015: 9), masa lanjut usia merupakan tahapan paling akhir dalam perjalanan hidup manusia. Proses menua tersebut selain merupakan proses perkembangan yang terus berlangsung hingga akhir hidup manusia, juga ditandai dengan adanya kemunduran secara fisik dan psikis.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas dan menjadi salah satu tanda bahwa seseorang telah mencapai batas-batas akhir proses perkembangan yang ditandai dengan kemunduran fisik dan psikis.

31 2. Karakteristik Lansia

Menurut Jahja (2011: 311), dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek ini

Dokumen terkait