• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan survei pada Berbagai skala survei Tanah

5.1.1 1 Menyusun Jadwal Pelaksanaan

4. Pembuatan Peta Tanah Sementara

5.3 Pelaksanaan survei pada Berbagai skala survei Tanah

Dibawah ini diuraikan peiaksanaan survei tanah beserta metodenya yang diusulkan oleh puslittanak (1995) untuk dibakukan secara nasional pada skala survei tinjau, semi detail dan detail. Untuk survei tanah skala eksplorasi dan bagan, karena pada dasarnya berupa kompilasi dan interpretasi dari faktor pembentuk tanah yang ada dan dari ketiga skala survei lebih detail, tidak dibahas dalam uraian ini.

5.3.1

Survei Tanah Tingkat Tinjau (Reconnaissance Soil

Survey)

Survei tanah tingkat. tinjau dengan skala 1:250.000 umumnya merupakan suatu kegiatan untuk keperluan perencanaan tingkat Regional atau Propinsi. Pelaksanaan lapangannya harus menggunakan peta dasar berskala lebih besar (1:50.000 atau 1:100.000). Satuan tanah yang digunakan adalah Grup (Great group) atau Subgrup dari sistem Taksonomi Tanah (Soil survey staff, 1999;2003). Dalam setiap satuan peta, dapat dijumpai satu atau lebih satuan tanah dalam proporsi : asosiasi atau kompleks.

Batas satuan peta disusun berdasarkan hasil analisis atau interpretasi data peninderaan jauh (remote sensing). Citra satelit (Landsat, SPOT, IKONOS, Radar dan lain-lain) berskala 1:250.000 atau 1:100.000 digunakan sebagai sumber analisis utama disertai dengan analisis atau interprestasi foto udara berskala lebih besar (1:100.000 - 1:50.000) pada beberapa bagian wilayahnya sebagai daerah kunci (key area).

Satuan peta yang disusun umumnya mengikuti satuan fisiografi atau landform (Balsem dan Buurman, 1990) yang disesuaikan dengan skala petanya ( 1 : 250. 000).

Pembuatan peta tanah tingkat tinjau dapat dilakukan dengan cara:

a. Penyederhanaan dari peta tanah berskala lebih besar (tinjau mendalam atau semi-detail) yang sudah ada.

b. Apabila belum tersedia peta tanah skala lebih besar, maka metode dan prosedur survei dan pemetaan tanahnya adalah sebagai berikut:

(i) Interpretasi citra penginderaan jauh berupa Citra satelit (Landsat, SPOT, IKONOS, Radar dan lain-lain) dengan skala 1:250.000 untuk mendelineasi landform di daerah survei (physiographic approach). Jika pada beberapa bagian dari wilayah tersebut tersedia foto udara skala yang lebih besar (1:50.000-1:100.000), maka dapat digunakan interpretasi landform dengan pendekatan yang sama. Hasil analisis landform dituangkan pada peta dasar skala 1:250.000 atau lebih besar (1:100.000) dengan menggunakan Pantograf. (ii) Pemilihan daerah kunci yang diharapkan mewakili

sebagian besar satuan fisiografi (landform) yang dijumpai di daerah survei. Luas daerah kunci, minimal 2O% dari total luas daerah survei).

(iii) Survei laPangan terdiri atas:

Survei atau pengamatan intensif pada daerah kunci dengan menggunakan "Sistem Transek" mengikuti "toposekuen" untuk mendapatkan “komposisi" satuan tanah pada setiap satuan landform. Untuk wilayah datar, pengamatan dilakukan tegak lurus terhadap arah aliran sungai.

Survei atau pengamatan di luar daerah kunci dilakukan lebih jarang untuk menambah data pengamatan dan "mengamati" secara cepat.

(iv) Selama survei atau pengamatan lapangan, pengamatan batas-batas interpretasi foto udara secara terus-menerus

dilakukan berdasarkan fakta lapangan dan interpretasi ulang data penginderaan jauh.

(v) Luasan minimal daerah yang dapat digambarkan pada Peta Tanah Tinjau adalah 0,4 cm2 atau 250 ha dilapangan.

(vi) Peta dasar untuk penyajian Peta Tanah Tinjau adalah Peta Topografi atau Peta Rupabumi skala 1:250.000 dengan proyeksi UTM.

Komponen penyusun satuan peta tanah terdiri atas

(a) Satuan tanah tingkat subgrup atau great group.

(b)Komposisi dari satuan tanahnya. (c) Landform (grup atau subgrup). (d)Torehan(dissection).

(e) Lereng atau bentuk wilayah. (f) Ketinggian tempat.

(g) Bahan induk.

(h)

Luas (dalam hektar dan %).

5.3.2 Survei Tanah Tingkat Semi Detail (Semi Detailed Soil

Map)

Peta Tanah Semi Detail dengan skala 1:50.000 sampai 1:25.000, digunakan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan pada tingkat kabupaten atau proyek- proyek pengembangan. peta dan naskah yang disajikan cukup detail dan rinci sehingga penyusunannya melalui kegiatan survei/pemetaan tanah yang juga harus, terinci dengan baik. Uraian lebih rinci dapat dilihat dalam CSAR, (1994).

Satuan tanah yang digunakan adalah tingkat famili dan atau seri. Setiap seri tanah hanrs diwakili paling tidak oleh 2 pedon pewakil. Untuk menJrusun selang sifatnya (range of characteristics) digunakan semua data

minipit dan pemboran.

Delineasi satuan peta tanah diperoleh dari pengamatan lapangan dengan bantuan interpretasi foto udara skala besar (>1:25.000). Foto udara tersebut diinterpretasi berdasarkan physio-graphic approach

menggunakan stereoskop cermin. Satuan landform yang digunakan adalah sedetail mungkin sampai dengan tingkat land facet atau land elemen sesuai dengan skala peta publikasi (1:50.000-1:25.000), seperti dijelaskan dalam Marsoedi et al. (1994).

Pengamatan lapangan dilakukan di seluruh daerah survei dengan menggunakan pendekatan "toposekuen" dan atau "grid bebas" (flexible grid). Jarak pengamatan berkisar antara 50 – 250 m, disesuaikan dengan kondisi lapangan. Macam satuan peta yang digunakan dapat berupa konsosiasi, asosiasi atau kompleks tanah-tanah pada kategori famili dan atau seri tanah.

Jumlah pengamatan yang disarankan adalah 1 pengamatan per 25 - 100 ha. Ukuran luas lahan minimal yang dapat didelineasi pada peta tanah adalah 10 ha di lapangan.

5.3.3 SurveiTanah Tingkat Detail

Survei tanah ini untuk keperluan operasional lapangan, misalnya pembagian suatu perkebunan ke dalam blok-blok, keperluan budidaya pertanian (pembuatan teras, pemupukan, rotasi, dll) dan perencanaan detail dari suatu wilayah desa hingga tingkat kecamatan. Skala yang dihasilkan antara 1:10.000 - 1:25.000.

Satuan tanah yang digunakan adalah fase dari seri tanah. Pewakil tanah dibuat untuk masing-masing seri tanah sebanyak 2 pedon pewakil dan untuk mendapatkan selang sifat, dibuat dari hasil pengamatan minipit serta pemboran.

Pengamatan lapangan dilaksanakan dengan menggunakan foto udara skala 1:5.000 atau 10.000. Batas satuan peta tanah langsung didelineasi pada foto udara. Delineasi didasarkan atas "physiographic approach" dengan satuan fisiografi berupa "faset” (lereng atas, leieng tengah, lereng bawah, dan seterusnya) yang ditunjang oleh hasil pengamatan tanah di lapangan.

Pengamatan lapangan dilakukan pada transek dari setiap faset yang ada. Pelaksanaan untuk semua faset diseluruh wilayah survei, dilakukan dengan metode grid berjarak 50 x 100 m untuk wilayah-wilayah datar dan "flexible grid" melalui transek toposekuen pada faset-faset yang berlereng.

Satuan peta tanah adalah fase dari seri tanah. Contoh : "Seri Lopok lempung liat berdebu, lereng C (8-15%), erosi 2 (sedikit erosi), lereng bawah, tuf andesit".

Peta dasar yang digunakan adalah peta rupa bumi, peta planimetri (hasil pengukuran) atau peta photo (photomap) yang kemudian dibuat peta orthophoto.

5.4 Analisis Laboratorium contoh Tanah, Pembuatan

Dokumen terkait