• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Utang piutang di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur

PASAMAN TIMUR

1. Pelaksanaan Utang piutang di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur

Pada dasarnya setiap segi kehidupan tidak terlepas dari proses bermuamalah. Setiap pribadi membutuhkan pertolongan orang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa pertolongan orang lain, sebab manusia merupakan makhluk sosial. Oleh sebab itu, banyak diantara manusia itu berupaya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara, diantaranya yaitu bekerja dengan berbagai profesi. Namun banyak juga orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya dengan berbagai alasan. Ada orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan karena tidak bekerja, ada juga mereka yang sudah bekerja namun tetap juga belum bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan faktor itulah orang mau berutang kepada orang lain, baik dalam bentuk uang maupun materi. Demikian juga halnya dengan tujuan setiap orang berutang berbeda-beda. Ada orang yang berutang hanya karena ingin memperkaya diri, sedangkan mereka sebenarnya sudah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, misalnya saja untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun mereka merasa belum puas sehingga mereka mau berutang baik ke bank maupun ke tempat lain untuk memenuhi keinginan mereka, misalnya saja orang berutang ke

bank untuk membeli mobil. Jika seorang yang berutang bukan karena adanya kebutuhan yang mendesak, tetapi untuk menambah modal perdagangannya karena berambisi mendapat keuntungan yang besar, maka hukum memberi utang kepadanya adalah mubah.

Tidak sedikit juga orang berutang dengan alasan bahwa mereka berutang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Maksudnya adalah mereka berutang tidak untuk memenuhi keinginannya melainkan adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan makan, kebutuhan lain yang sangat mendesak yang memaksa mereka untuk berutang kepada orang lain. Alasan inilah yang banyak peneliti temukan di lapangan. Masyarakat berutang karena adanya hal yang sangat mendesak. Sedangkan mereka sama sekali tidak memiliki uang untuk menutupi kebutuhan tersebut.

Bagi mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya, mereka bisa meminjam atau berutang uang ataupun barang kepada orang lain. Seseorang wajib berutang jika dalam kondisi terpaksa dalam rangka menghindarkan diri dari bahaya, seperti untuk membeli makanan agar dirinya tertolong dari kelaparan.

Setiap orang mempunyai kebutuhan dan penghasilan yang berbeda dengan yang lainnya. Sehingga mereka harus memenuhi semua kebutuhannya untuk bertahan hidup. Adapun yang membuat kebutuhan mereka berbeda adalah karena setiap keluarga memiliki penghasilan yang berbeda, jumlah anggota keluarga yang berbeda sehingga jumlah kebutuhan mereka juga berbeda.

Tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena sejatinya setiap orang tidak memiliki penghasilan yang sama. Ada orang yang berpenghasilan baik dan sebaliknya. Ketika seseorang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, mereka bisa melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.

Diantara usaha yang dapat dilakukan adalah mereka dapat meminjam uang ke bank dan juga kepada mereka yang berpenghasilan lebih.

Selain itu, bagi mereka yang mempunyai penghasilan lebih, jika mereka mau menolong orang yang memang sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan maka itu akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Memberikan utang kepada orang lain yang sangat membutuhkan lebih utama daripada bersedekah, karena bersedekah kepada orang lain belum tentu mereka butuh sedangkan mereka berutang tentu karena butuh.

Sejatinya kita tau bahwa utang piutang dapat dikatakan transaksi yang bersifat sukarela tetapi mempunyai nilai tanggung jawab penggantiannya sebab orang yang berpiutang dalam memberikan utang sifatnya sukarela tanpa memperoleh imbalan keuntungan dari perbuatannya, tetapi pada saat yang sama orang tersebut mempunyai hak untuk meminta kembali uang maupun barang dari orang yang berutang bila waktunya sudah tiba sesuai kesepakatan bersama. Saling tolong menolong kepada sesama memang sangat dianjurkan dalam agama.

Adapun bentuk kebaikan yang dapat dikaitkan dengan pembahasan di atas adalah keikhlasan seseorang yang mau memberikan utang kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Selain itu, memberikan kelapangan kepada orang yang berutang jika memang mereka tidak mampu untuk membayar utang tersebut juga merupakan suatu kebaikan yang dianjurkan dalam agama.

Selanjutnya peneliti akan menguraikan tentang hasil penelitian mengenai kebiasaan masyarakat terhadap utang uang dibayar dengan padi di desa Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kacamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur.

Menurut penelitian yang telah penulis lakukan di lapangan bahwa praktek utang piutang yang terjadi di Tanjung Medan Jorong Petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur dimana utang uang yang dibayar dengan padi pada mulanya dilakukan

oleh salah seorang masyarakat yang bernama Aisyah (72 tahun) yang berprofesi sebagai petani. Walaupun profesinya sebagai petani, Aisyah bisa memberikan pinjaman uang kepada orang lain. Beliau mulai melakukan praktek seperti ini pada tahun 2009. Sebelumnya orang berutang uang kepada Aisyah dan mengembalikan utang tersebut tetap dalam bentuk uang, karena utang yang dibuat masih dalam skala kecil sehingga masyarakat masih bisa membayar utang tersebut dalam bentuk uang.

Namun seiring berjalannya waktu, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka yang menyebabkan masyarakat setempat mau berutang kepada orang lain. Mereka tidak memiliki uang tunai dalam jumlah yang besar yang sangat dibutuhkan pada saat tertentu. Terlebih lagi jika kondisi padi saat itu masih hijau. Butuh waktu yang lebih lama lagi untuk memanennya. Sebagai mana yang kita ketahui bahwa biaya untuk sekolah tidaklah sedikit. Mereka berutang kepada orang lain dengan jumlah yang lebih besar. Untuk mengembalikan utang tersebut mereka tidak punya uang, dengan alasan itulah Aisyah membuat kesepakatan agar pembayaran utang tersebut dengan padi saja pada saat panen. Selain itu, masyarakat tentunya tidak akan sulit jika utang tersebut dibayar dengan padi karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani. (Aisyah 2017 )

Praktek utang piutang tersebut sudah sangat banyak sekali ditemukan di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Suatu praktek yang lahir dari masyarakat dan sudah menjadi sebuah kebiasaan. Selain Aisyah, praktek utang piutang tersebut juga dilakuan oleh anaknya yang bernama Hasna Warni yang berprofesi sebagai guru. Adapun cara pembayaran utang yang dilakukan oleh Hasna Warni sama dengan Aisyah yang merupakan ibu dari Hasna sendiri.

Semakin banyaknya orang yang membutuhkan biaya untuk berbagai alasan semakin banyak pula masyarakat setempat yang memberikan utang dengan cara tersebut. Sekarang di Kecamatan Panti ada sekitar 7 orang yang melakukan pembayaran utang dengan cara tersebut.

Selain dirasa dapat membantu orang yang sedang dalam kesusahan, pertimbangan lain mengapa pihak pemberi utang mau melakukan praktek tersebut adalah karena ia merasa diuntungkan juga dan dapat menambah pendapatan mereka. (Aisyah 2017)

Orang berutang karena mereka membutuhkan biaya, tidak peduli apakah orang tersebut kaya maupun miskin. Sekalipun ia adalah orang yang mampu untuk menghidupi keluarganya, namun jika pada saat tertentu ia sangat membutuhkan uang dan pada saat itu pula ia sedang tidak memiliki uang, maka ia akan berutang kepada orang lain dan mengembalikannya jika sudah mampu.

Adapun praktek utang piutang yang terjadi di Tanjung Medan Jorong petok Selatan Nagari Panti Selatan Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman Timur yaitu kebiasaan masyarakat dalam berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi. Maksudnya adalah ketika seseorang berutang sejumlah uang kepada orang lain maka orang yang berutang tersebut akan mengembalikan utang tersebut dalam bentuk barang yaitu padi setiap kali panennya

Kesepakatan awal antara orang yang berutang dengan orang yang memberi utang yaitu ketika orang tersebut berutang uang dengan jumlah tertentu, maka orang yang berutang akan membayar utang uang tersebut saat panen tiba. Di awal akad, biasanya mereka membicarakan jumlah uang yang akan dipinjam, dan bagaimana cara pelunasan utang tersebut. Apakah orang yang berutang tersebut sendiri yang akan menggarap sawah miliknya, atau sebaliknya orang yang memberi utang sendiri yang

akan menggarap sawah milik orang yang berutang. Namun biasanya masyarakat lebih memilih untuk menggarap sawah miliknya sendiri.

Adapun jumlah uang yang diberikan berbeda jumlahnya antara sistem sasih sawah yang digarap oleh pemilik sawah itu sendiri, dengan sasih sawah yang digarap oleh orang yang memberikan utang tersebut. Jika sasih sawah tersebut digarap oleh orang yang memang pemilik sawah itu maka jumlah uang yang diterima adalah Rp 600.000,- Berbeda halnya, ketika yang menggarap sawah milik orang yang berutang tersebut adalah orang yang memberikan utang, maka jumlah uang yang diberikan adalah Rp 700.000,- dari angsuran yang harus dibayarkan sesuai besar utang. Alasan mengapa orang yang berutang lebih memilih menggarap sawahnya sendiri selain dirasa uang yang diberikan lebih kecil juga karena masyarakat merasa tak ada usaha lain selain bertani.

Sebenarnya dalam transaksi utang piutang ini yang menjadi patokan bukanlah berapa luas sawah orang yang berpiutang tetapi seberapa besar uang yang diutangkan. Semisal si “B” berutang kepada si “A” dengan kesepakatan utang dibayar berupa padi. Maka, si ”B” harus membayar angsuran utangnya setiap kali panen padi tergantung besar uang yang diutangkan dikali untuk berapa kali panen sesuai kesepakatan mereka. Dalam penggarapan sawah, jika yang menggarap sawah tersebut orang yang mempiutangkan maka si penggarap mendapat dua hasil yang mana sisa dari padi tersebut juga dibagi dua setelah si penggarap mengeluarkan angsuran padi si pengutang. Namun jika yang menggarap sawah adalah pemilik sawah itu sendiri maka sisa dari panen tersebut tidak dibagi dua.

Adapun hal-hal yang biasanya dijelaskan pada saat akad dilakukan adalah dari pihak pertama dan kedua biasanya menjelaskan berapa uang yang diutang dan cara membayar utang uang tersebut. Apakah utang tersebut akan dibayar dengan cara pihak yang memberi utang yang akan

menggarap sawah milik orang yang berutang maupun sebaliknya, yaitu orang yang berutang sendiri yang akan menggarap sawah miliknya.

Adapun utang uang tersebut akan dibayar dengan padi saat panen. Utang tersebut akan dibayar dengan cara diangsur setiap panen padi karena angsuran setiap satu kali panen yaitu sebesar Rp 1.000.000,-dengan jumlah padi sebanyak 48 kaleng 1.000.000,-dengan jumlah utang sebesar Rp 5.000.000,- Jadi, setiap kali panen dibayar sebanyak 48 kaleng padi. Satu kaleng padi beratnya adalah 11,5 kg. Jadi 48 kaleng dikali 11,5 adalah 552 kg.

Adanya kebutuhan yang sangat mendesak seperti kebutuhan sehari-hari yang sangat pokok untuk dipenuhi, misalnya kebutuhan untuk makan. Belum lagi kebutuhan anak sekolah yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Tidak jarang juga tahun ajaran baru berdekatan dengan hari raya idul Fithri, dimana kita tahu semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jika tidak berutang kepada orang lain maka mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan.

Selain itu, penulis menemukan alasan lain mengapa masyarakat berutang dengan cara tersebut. Mereka mau berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi karena tidak ada lagi tempat lain yang bersedia memberikan utang kepada mereka. Mereka sudah mencoba berutang kepada beberapa orang yang dirasa bisa, namun tidak pernah dapat. Kemudian ada tempat yang bisa memberikan mereka utang namun dengan cara utang tersebut dibayar dengan padi. (Fitri 2017)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa utang uang tersebut dibayar dengan padi pada saat panen tiba. Cara pembayarannya yaitu diangsur setiap kali panen. Lama waktu pembayaran utang berdasarkan besar jumlah utang.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa informan dapat disimpulkan bahwa yang menjadi alasan masyarakat berutang dengan cara utang uang dibayar dengan padi yaitu:

1.1 Masyarakat mau berutang dengan cara utang uang yang dibayar dengan padi karena tidak ada lagi tempat lain yang bisa memberikan mereka utang selain dengan cara tersebut.

1.2 Adanya kebutuhan yang sangat mendesak

Ini merupakan alasan yang paling dominan atau yang paling banyak penulis temui. Mereka mengatakan bahwa kebutuhan yang mendesak yang menyebabkan mereka berutang kepada orang lain. Mereka berutang pun karena terdesak dan di samping itu, mereka tidak memiliki tabungan yang dapat mereka gunakan di saat terdesak. Jika mereka tidak berutang kepada orang lain maka akan mengakibatkan masalah lainnya. Adapun kebutuhan mendesak diantaranya yaitu;

Kebutuhan mendesak terbagi kepada dua, pertama yaitu kebutuhan mendesak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kedua

kebutuhan mendesak lainnya yang terjadi pada waktu tertentu. 1.2.1 Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

Ini adalah kebutuhan yang sangat wajib dipenuhi. Alasan kebanyakan dari masyarakat berutang kepada orang lain yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagaimana kita ketahui bahwa yang termasuk kebutuhan sehari-hari yaitu kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Jika mereka tidak berutang uang kepada orang lain maka mereka tidak bisa memenuhi makan mereka, yang akan menyebabkan mereka kelaparan dan jatuh sakit.

Kita tahu bahwa setiap orang wajib menjaga agama, jiwa, keturunan, akal, harta. Menjaga jiwa dalam pandangan Islam menempati kedudukan yang sangat penting. Islam menempatkan jiwa sebagai salah satu dari lima kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang harus dipelihara (ad-dharuriyah al-khamsah). Ad-dharuriyah al-khamsah secara berurutan meliputi

memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta. Menjaga jiwa menempati urutan kedua dari semua aspek ad-dharuriyah al-khamsah ini, dengan demikian menunjukkan bahwa jiwa adalah sesuatu yang sangat urgen dalam pemeliharaan keempat aspek lainnya.

Misalnya melaksanakan shalat dan berpuasa sebagai bentuk perwujudan dalam pemeliharaan agama, untuk menjaga jiwa manusia membutuhkan makan dan minum, melaksanakan pernikahan sebagai bentuk perwujudan dalam memelihara keturunan. Memelihara akal diantaranya dengan menuntut ilmu.

Jadi, selain alasan mereka berutang adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makan dan jika mereka tidak berutang kepada orang lain mereka akan kelaparan, maka hukum mereka berutang adalah wajib, karena dalam agama pun orang wajib untuk menjaga badan atau kesehatan jasmani dan tidak menganiaya diri sendiri.

1.2.2 Kebutuhan mendesak lainnya

Selanjutnya yang menjadi alasan masyarakat berutang adalah karena adanya kebutuhan mendesak lainnya. Adapun kebutuhan mendesak ini seperti kebutuhan sekolah anak dan kebutuhan lainnya.

Jika mereka tidak berutang kepada orang lain maka akan mengakibatkan masalah lain seperti anak mereka akan putus sekolahnya. Itulah mengapa mereka berutang kepada orang lain.

Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa utang piutang adalah penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Di desa Tanjung Medan pun terjadi praktek utang piutang dimana orang berutang uang dengan pengembaliannya berupa padi. Kebiasaan utang piutang yang dibayar dengan padi di daerah Tanjung Medan ini sudah

berlangsung cukup lama yaitu di mulai dari tahun 2009, yang menjadi semacam kebiasaan bagi masyarakat setempat dikarenakan dari tahun ke tahun adanya penambahan utang yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Adapun bagi mereka yang ingin berutang uang dikarenakan mereka mempunyai kebutuhan yang sangat mendesak. Kebanyakan dari mereka yang berutang adalah petani yang mempunyai sawah sendiri. Karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat setempat adalah petani.

Selain alasan berutang karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang sangat wajib untuk dipenuhi, alasan lain bagi mereka berutang adalah karena adanya suatu hal yang sangat mendesak untuk dipenuhi sedangkan mereka tidak memiliki tabungan atau di saat mereka butuh uang keadaan padi masih hijau dan belum siap dipanen, maka ini juga merupakan alasan mereka berutang. Salah satu kebutuhan yang sangat mendesak yaitu kebutuhan sekolah anak yang butuh biaya banyak. Apalagi ketika tahun ajaran baru berdekatan dengan bulan puasa hingga jelang hari raya dimana membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sebagaimana kita tahu bahwasannya orang yang sangat membutuhkan uang, mereka bisa meminjam ke bank maupun koperasi. Namun kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk berutang kepada toke maupun orang yang biasa tempat mereka berutang. Adapun alasan mereka lebih memilih untuk berutang kepada toke maupun orang lain karena lebih mudah. Jika mereka berutang ke bank akan banyak prosedur dan ketentuannya.

Selain itu, meminjam ke bank juga memerlukan jaminan yang harus diberikan. Sedangkan meminjam kepada toke maupun orang lain tidak terlalu sulit. Tidak memerlukan jaminan dan sebagainya, karena modal dari transaksi ini adalah kepercayaan

kepada orang yang berutang. Selain itu alasan orang mau memberikan utang tanpa ada jaminan karena mereka sudah saling kenal, sebab mereka tinggal di daerah yang sama. Sudah saling mengetahui satu sama lain.

Sebagian besar mata pencaharian di desa yang peneliti lakukan adalah sebagai petani. Pada dasarnya dalam setahun petani hanya menghasilkan dua kali panen padi saja, jika mereka melakukan pinjaman ke bank atau tempat pinjaman lain yang mengharuskan angsuran perbulan jelas tak sebanding dengan penghasilan mereka yang hanya 6 bulan sekali apalagi jika mereka tidak memiliki usaha lain selain bertani. Itulah sebabnya mengapa warga masyarakat memilih berutang kepada toke ataupun orang yang mempunyai penghasilan lebih.

Mereka lebih memilih berutang kepada toke ataupun orang lain karena sistem pembayarannya berdasarkan waktu panen yaitu dua kali dalam setahun. Sedangkan jika mereka berutang uang ke bank akan lebih menyulitkan lagi karena berutang ke bank orang akan mengangsur utang setiap bulannya. Sedangkan bagi mereka yang petani hanya bisa memanen padi dua kali setahun. Jadi dengan berutang kepada orang lain akan lebih memudahkan urusan karena mereka tidak perlu memikirkan lagi setiap bulannya untuk mengangsur utang seperti di bank. (Royani 2017)

Transaksi utang piutang yang ada di desa Tanjung Medan ini kerap sekali terjadi. Mereka berutang uang kepada toke maupun orang lain yang memang biasa memberikan mereka utang. Kebanyakan mereka berutang ketika padi belum dipanen, misalnya saat keadaan padi masih hijau dan belum bisa dipanen. Ketika saat panen tiba, barulah mereka membayar utang uang tersebut dengan padi secara berangsur sesuai kesepakatan awal. Tak jarang orang yang berutang harus kembali berutang kepada

toke maupun orang lain dikarenakan setelah panen mereka harus berutang lagi untuk keperluan membajak, pupuk, serta upah yang harus dikeluarkan petani tersebut, sementara hasil panen yang didapatkan terkadang hanya cukup untuk membayar utang dan sisanya untuk makan sehari-hari itupun kalau tidak terserang hama.

Ketika mereka telah membayar utang kepada orang tempat mereka berutang, biasanya mereka menambah pinjaman lagi dengan penambahan tahun angsuran. Dimana ketika setelah panen mereka harus mengeluarkan angsuran kepada yang bersangkutan belum lagi upah dan sebagainya. Sementara hasil panen dirasa masih kurang, maka tak jarang masyarakat menambah pinjaman lagi. Oleh sebab itu sampai detik ini ada dari mereka masih memiliki sangkutan dengan pihak pemberi utang.” (Fitri 2017)

Adapun tanggapan bagi orang yang berutang, mereka menerima apa yang sudah ditetapkan oleh orang yang mempiutangkan terhadap jumlah padi yang ditetapkan saat pembayaran utang tiba. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Fitri yaitu :

Bu Fitri pergi ke rumah Bu Hasna (orang yang memberi utang) dengan tujuan untuk berutang uang. Kesepakatan awal diantara Bu Fitri dengan Bu Hasna adalah berutang uang sebesar Rp 5.000.000,-. Adapun kesepakatannya yaitu utang uang tersebut dibayar dengan padi setiap kali panen. Dalam satu kali panen besar angsuran untuk Rp 1.000.000,- dari utang tersebut adalah sebanyak 48 kaleng padi. Mulai dari angsuran awal sampai akhir dari angsuran utang tersebut Bu Fitri membayar lebih jika diuangkan. Sebagaimana proses pembayaran utang dengan angsuran sebesar Rp 1.000.000,- tersebut yaitu jika diuangkan dari 48 kaleng padi dikali harga saat itu, maka jumlahnya akan berbeda

dan cenderung berlebih, dikarenakan harga padi dari tahun ke tahun melonjak naik, namun Bu Fitri tidak merasa keberatan untuk membayar utang tersebut. Justru Bu Fitri berterima kasih kepada Bu Hasna karena sudah membantu nya ketika sedang kesusahan dan membutuhkan dana cepat. (Fitri 2017)

Selain itu penulis menemukan tanggapan yang sama dari Surma Yeti terhadap praktek utang piutang tersebut. Adapun hasil dari wawancara tersebut adalah :

Bu Surma pergi ke rumah Bu Hasna untuk mencoba mendapatkan pinjaman uang. Jika telah terjadi kesepakatan antara si pengutang dengan orang yang memberi utang tersebut baru akan diberi jumlah uang yang akan diutang. Sesuai dengan kesepakatan, Surma diberi pinjaman uang dengan pembayaran berupa padi. Dengan ketentuan utang untuk Rp 5.000.000.- uang dibayar dengan 48 kaleng padi per Rp 1.000.000,- selama lima kali panen padi. Artinya setiap kali panen Bu Surma membayar padi sebanyak 48 kaleng jika diuangkan seharga Rp 1.200.000,- Maka Bu Surma telah membayar lebih kepada orang tersebut. Namun Bu

Dokumen terkait